Table Of ContentGerakan Kultural 
Islam Nusantara
Gerakan Kultural Islam Nusantara
© Tim Penulis JNM
Tim Penulis :  
Nur Khalik Ridwan
Abdur Rozaki
Islah Gusmian
Ahmad  Majidun
M. Mustafied
Ahmad Salehudin
Ali Usman
Maesur Zaky
Ichwan DS
Amirul Ulum
Tim Editor: 
Jibril FM
Abdul Muiz fansuri
Muhammad  Zamzami
Fahsin M Faal
Ahmad Anfasul Marom
Chafidz
Desain Cover dan Layout Isi:
Ulyn
Cetakan I, Agustus 2015
Penerbit : 
Jamaah Nahdliyin Mataram (JNM) bekerjasama dengan 
Panitia Muktamar NU Ke-33 
Alamat: Griya Madina Mlati, No. 05 Jumeneng Kidul 003/020 Sumberadi Mlati 
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Telp./Faks: 0274-868935, 
Mobile: 082136668666  Email:  [email protected]
Perpustakaan Nasional Katalog: Katalog Dalam terbitan (KDT)
Gerakan kultural Islam Nusantara,
Jamaah Nahdliyin Mataram (JNM) bekerjasama dengan Panitia Muktamar NU 
Ke-33, 2015
xvi+344 hlm. : 16cmx24cm
ISBN :  978-602-18092-9-7
Pengantar Redaksi
Bismillahirrahmanirrahim. Islam Nusantara (Isnus) telah 
menjadi pembicaraan yang ramai di kalangan masyarakat, 
terutama setelah  Panitia Muktamar NU ke-33 di Jombang tahun 
2015 menjadikannya sebagai gagasan yang didiskusikan. NU 
berkepentingan untuk meneguhkan Isnus, karena  nilai-nilai 
yang dikembangkan Isnus, diyakini memberikan mashlahah 
bagi pembentukan watak dan karakter masyarakat Indonesia. 
Buku ini berusaha memperjelas gagasan Isnus di kalangan 
masyarakat yang telah banyak didiskusikan di berbagai tempat 
itu. Dari buku ini tampak jelas, Isnus bukan lahir baru kemarin 
sore, juga bukan jiplak dan asal jeplak, tetapi bahan-bahan dan 
khazanahnya telah ada sejak Islam muncul di Nusantara. Sebagai 
kerja kebudayaan, Isnus di buku ini ditampilkan sebagai upaya 
memperjuangkan keyakinan, pandangan hidup, nilai-nilai, dan 
kerja-kerja kreativitas yang bercorak ke-Islaman Isnus, sehingga 
bukan soal mencari unik atau tidak unik, di belahan lain ada, 
dan di Nusantara tidak ada; atau sebaliknya. Karenanya, buku 
ini adalah bagian dari kreativitas yang memformulasi gagasan-
gagasan yang telah ada, bahan-bahan, dan khazanah-khazanah 
yang ada berserak di dalam masyarakat Isnus.
iv  |  Gerakan Kultural Islam Nusantara
Alhamdulillah, akhirnya buku ini bisa selesai setelah 
diupayakan secara maraton oleh JNM.Kami mengucapkan 
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu 
dalam penerbitan buku ini. Kepada Panitia Muktamar NU ke-
33, khususnya KH. Imam Aziz, KH. Slamet Efendi Yusuf, KH. 
Masduki Baidhawi, dan semua panitia yang mempersiapkan 
berlangsungnya Muktamar NU. Juga kepada semua Tim 
Penulis, Tim Editor, dan semua yang terlibat dalam pengerjaan 
buku ini, khususnya kepada para aktivis di JNM, kami ucapkan 
terimakasih. 
Tidak lupa, khususnya kepada Gus Ahmad Majidun, yang 
telah merelakan RM. Podhojoyo di Muntilan menjadi tempat 
rapat-rapat JNM dan penulisan buku ini; juga kepada Jibril Fathul 
Muin, yang merelakan RM. Tilapia di dekat UNY, juga menjadi 
tempat untuk konsolidasi dan rapat-rapat mempertajam diskusi 
dan mengkonsolidasikan gerakan JNM. Juga kepada semua 
aktivis di Penggerak Budaya, yang sangat dinamis.
Secara khusus kepada para kapinisepuhan JNM: KH. Hilmi 
Muhammad dan KH. Afif Muhammad (Pengasuh PP Ali Maksum 
Krapyak); kepada Romo KH. Nuruddin Amien (pengasuh PP 
Hasyim Asy’ari, Bangsri Jepara), Romo KH. Jazuli Kasmani 
(salah satu pengasuh di PP. Al-Muttaqin Pancasila Sakti, 
Klaten), Romo KH. Ahmad Sholihin (Boyolali), Hairussalim 
(LKiS), Romo Kiai Yasir Alimi (pengasuh Jamaah Shalawatan di 
Semarang), Kiai Imam Baihaqi (salah satu pengasuh pesantren 
Ma’had ‘Ilmi Syar’iyyah di Sarang), Luthfi Rahman, Saiful 
Huda Shodiq, KH. Fahmi Basya Mlangi, Ainul Yaqin, A. Wa’id, 
Gus Abdullah Mu’ava Sarang dan semua kapinisepuhan yang 
tersebar di Karisedenan Kedu, Yogyakarta, sepanjang Pantura, 
Jatim, Jabar, dan di tempat-tempat lain. Dengan kelembutan 
dan arahan-arahannya, dan kerelaan pesantrennya untuk 
menjadi markas konsolidasi spiritual, menjadikan kelancaran 
bagi terselesaikannya buku ini, dan dinamisnya gerakan JNM.
Dan, dengan berwasilah kepada Kanjeng Nabi Muhammad 
Saw., kepada para sahabat, dan para auliya’ Allah di daratan dan
Pengantar Redaksi  |  v
lautan, di barat, di timur, di utara, dan di selatan; dan dengan 
berwasilan kepada para masyayikh NU, para guru di kalangan 
thariqah yang ada di lingkungan Nahdliyin, dan kepada semua 
guru Isnus di seantero Nusantara,  al-ahya’ wa al-amwat, semoga 
buku ini memberi manfaat, menjadi bagian dari khazanah yang 
mengisi catatan hati, otak, dan kerja-kerja kebudayaan generasi 
baru Isnus dan masyarakat Indonesia. []
Kata Pengantar
Islam Nusantara untuk Peradaban 
Dunia Muslim
KH. Slamet Effendi Yusuf, M.Si
(Ketua SC Panitia Muktamar NU ke-33 Jombang)
Dunia muslim masih saja dirundung duka, dengan berita yang 
berlarut-larut soal kekerasan di Timur Tengah. Kekerasan itu 
mengambil bentuk perang sektarian, meskipun tujuan dan 
fakta sebenarnya adalah persoalan ekonomi-politik. Perang di 
Suriah dan Irak, yang merembet ke negara-negara tetangganya, 
menggambarkan kengerian. Apa yang terjadi di Timur Tengah, 
menggambarkan kegagalan kaum muslimin di sana untuk 
membangun peradaban muslim yang santun, dan mengayomi 
semua kelompok. Naganya hal itu tidak terjadi, bahkan di 
kalangan muslim sendiri, karena perang itu membawa tendensi 
perang saudara, sesama kaum muslimin.
Di belahan bumi yang lain, negara-negara non Muslim 
telah mengalami kemaujuan luar biasa, baik di China, Rusia, 
Amerika, ataupun Eropa. Fenomena ini mesti menjadi refleksi 
serius bagi mereka yang mencintai Islam dan dunia muslim, 
bahwa kekerasan dan pola kejadian seperti di Suriah, Irak, 
dan beberapa wilayah tetangganya, justru akan memundurkan 
peradaban Islam. Membutuhkan bergenerasi-generasi bagi
viii  |  Gerakan Kultural Islam Nusantara
negara-negara muslim itu bisa pulih dan maju. Dengan perang 
saudara berlarut-larut itu, mereka akan kehilangan generasi 
baru dan kemunduran generasi. Anak-anak yang harusnya 
membangun negeri mereka, dipaksa memanggul senjata dan 
menyaksikan saudara-saudara mereka saling bunuh.
Wajah Islam seperti ini, memberikan pandangan kepada 
muslim di mana-mana tempat, terutama di Indonesia, bahwa 
kejadian seperti itu mestilah: tidak bisa dan tidak boleh 
dianggap mewakili tradisi Islam dan karakter Islam di belahan 
dunia lain; dan kejadian serupa sebisa mungkin dicegah agar 
tidak terjadi di Indonesia. Hal demikian membutuhkan upaya 
bahu membahu dari segenap eleman umat Islam, utamnya dari 
kelompok yang terbesar di dalam masyarakat untuk  bisa secara 
kritis melihat sejarah di Timur Tengah, bukan hanya tidak patut 
ditiru, tetapi justru patut disesali. Penyesalan itu membutuhkan 
tilikan kritis terhadap upaya-upaya membangun peradaban 
dunia muslim ke depan, yang berpijak dan mengambil fondasi 
justru dari Timur Tengah, tanpa harus terjebak pada sikap anti 
dari dimensi yang baik di sana.
Dalam upaya demikian, refleksi kritis diperlukan, dan 
peradaban Islam sudah semestinya mengambil bentuk ikut 
terlibat dalam proses-proses kebangsaan, kemasyarakatan, 
dan kerakyatan; dan pada saat yang sama perlu upaya serius 
memenangkan tafsir dan pemaknaan Islam yang berakar dan 
menjadi tradisi dari bangsa Indonesia sendiri. Di Indonesia, 
peran Islam yang demikian mesti diperkuat oleh berbagai 
eleman untuk menjadikan Islam bukan kontra produktif bagi 
kemajuan, tetapi juga tidak meninggalkan akar masyarakatnya.
Islam yang hadir dan dihadirkan dengan cara kekerasan, 
yang  membabat-babat  tradisi  rakyat  dan  keinginan 
menghancurkan umat manusia, bahkan sesama saudara muslim 
sendiri adalah preseden, dan tidak sepatutnya didukung untuk 
menjadi basis di Indonesia. Alhamdulillah, dengan izin Gusti 
Allah, umat Islam di Indonesia memiliki tradisi kuat dalam
Kata Pengantar  |  ix
merajut perdamaian, kebersamaan, dan kerjasama dengan 
semua elemen bangsa. Nilai-nilai ini dibentuk oleh watak dan 
kultur masyarakat Nusantara yang diairi oleh nilai-nilai Islam 
rahamtan lil ‘alamin, yang dianut masyarakat kebanyakan Islam 
di Nusantara.
Kebanyakan dari masyarakat Islam di Nusantara, utamanya 
yang tinggal di Indonesia, terbiasa akrab dengan ekspresi 
budaya Islam yang berbeda-beda, di antara pulau-pulau, suku-
suku, dan bahasa, yang membentuk karakter masyarakat Islam 
Nusantara (Isnus). Memang ada saat-saat tertentu terjadi yang 
tidak diinginkan, tetapi biasanya itu memiliki motif politik 
atau kepentingan tertentu. Setelah itu, segera saja pembelokan 
itu dikembalikan ke relnya, yang menempatkan Islam supaya 
menjadi rahmat dan bermanfaat, untuk memperbaiki hidup 
dan kehidupan manusia di Indoensia.
Kami selaku panitia Muktamar NU ke-33 di Jombang 
tahun 2015, menghargai sebesar-besarnya, upaya para generasi 
baru masyarakat Isnus yang tergabung dalam JNM (Jamaah 
Nahdliyin Mataram), dalam upaya mereka menghadirkan Islam 
yang mampu menjadi pembentuk kultur dan watak masyarakat 
Indonesia yang demikian. Buku ini, merupakan sumbangsih 
yang patut diapresiasi, dan bisa dijadikan pertimbangan 
untuk membangun peradaban dunia muslim. Semoga Allah 
meridhai dan terus memberikan pertolongan dalam upaya-
upaya memperbaiki umat Islam ini. Wallahul Musta`an. 
Jakarta, 18 Juli 2015
Description:Penulis, Tim Editor, dan semua yang terlibat dalam pengerjaan buku ini, khususnya  akhlak masyarakat, yang itu hanya mungkin dilakukan dengan  tasawwuf, dan tradisi lainnya menjadi etika sosial (social ethics) yang dapat .. dilihat pada Daqâ'iq al-Hurûf, Risalah Adab Murid akan Syaikh,.