Table Of ContentP e n c e r a h a n 
S u f i
Syekh Abdul Qadir Jaelani
P e n c e r a h a n 
S u f i
FORUM
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Perpustakaan Nasional RI
PENCERAHAN SUFI
Syekh Abdul Qadir Jaelani
Editor : Abdul Kholiq
Desain Cover & Lay-out : Relasi Creativa
           Cetakan, 2016
xii, 830 halaman, 11 x 17 cm
ISBN : 978-602-310-300-3
Penerbit Forum
Jalan Permadi No. 1606 Nyutran RT.61, RW.19
MGII No. 1606 Wirogunan Mergangsan Yogyakarta
PENGANTAR PENERBIT
MEMAHAMI  pemikiran  seseorang  yang  terpaut  jauh 
melampaui  jarak,  ruang,  dan  waktu  adalah  sesuatu  yang 
sangat tidak mudah, terlebih bila seseorang itu mempunyai 
pemikiran, latar belakang kehidupan dan pengalaman yang 
sangat berbeda dengan pemikiran dan pengalaman hidup 
yang kita alami. Sungguh pun demikian, literatur klasik tentang 
ceramah tasawuf Syekh ‘Abd Qadir al-Jilani (1077/78-1166 M) 
yang ada di hadapan pembaca ini akan mengantarkan pada 
suatu hal yang berbeda. la bahkan dapat menyentuh relung-
relung esensial pembaca dan menggugah gejolak keruhanian, 
saat  ia  melambungkan  pikiran  pembaca,  memasuki  dunia 
yang tampaknya sangat asing dan berbeda sama sekali.
Dalam  konteks  ini,  ada  satu  benang  lurus  yang 
menghubungkan  antara  masa  lalu,  masa  kini  dan  masa 
depan. Bagaimana pembaca masa kini dapat bertemu dengan
Pencerahan Sufi 
pengarang  masa  lalu?  Pembaca  seolah-olah  melangkah 
ke belakang, jauh ke masa-masa Syekh Abd Qadir al Jilani, 
sementara  al  Jilani  melangkah  ke  masa  sekarang,  bahkan 
ke masa depan. Dalam rangka menjembatani hal tersebut, 
maka perlu kiranya untuk menghadirkan kembali sekaligus 
memaknai setiap ceramah yang dilontarkan Syekh `Abd Qadir 
al-Jilani. Masa lalu bukanlah lewatnya zaman an sich, tetapi 
ia  lebih  dari  ‘ibrah,  bahkan  tempat  bermuaranya  hikmah 
sekaligus cermin dan wahana introspeksi untuk melangkah ke 
masa depan. Demikian pula halnya dengan ceramah al-Jilani 
yang akan dipaparkan dalam buku ini. la tidak hanya menjadi 
salah  satu  bukti  sejarah  masa  lalu  dalam  dunia  tasawuf, 
namun  dapat  pula  menjangkau  masa  kini,  bahkan  masa 
depan dengan pemaknaan, penghayatan dan pengamalan 
dari ceramah-ceramahnya.
Dalam  blantika  kajian  tasawuf,  al-Jilani  merupakan 
tokoh yang tidak asing lagi, bahkan bisa dikatakan kiblat 
para pecinta kajian tasawuf. Hal ini barangkali disebabkan 
adanya anggapan bahwa al-Jilani merupakan pendiri Tarekat 
Sufi  pertama yang kemudian populer dengan nama Tarekat 
Qadiriyyah. Barangkali juga, dialah pelopor pertama dalam 
kaitannya  dengan  pelembagaan  tarekat  secara  formal 
sebelum Syihab ad-Din as-Suhrawardi (1145-1234 M) yang 
populer dengan nama Tarekat Suhrawardiyyah.
Sebagaimana kebanyakan Sufi  sebelumnya, al-Jilani pun 
dikelilingi oleh kehidupan mistis, kisah-kisah dan legenda-
legenda ajaib. Sebagian kehidupan ajaib inilah yang di satu 
sisi  membuat  seseorang  di  zamannya  merasa  penasaran, 
meskipun dalam era modern di sisi yang lain, hal tersebut 
vi
Syekh Abdul Qadir Jaelani
kadang  sulit  untuk  dimengerti,  namun  keduanya  tetap 
memungkinkan munculnya ketergugahan untuk menyelami 
pengalaman mistis al-Jilani. Tampaknya inilah yang menarik 
dari sisi al-Jilani. Apalagi dalam bukunya yang berisi ceramah-
ceramah  ini,  al-Jilani  kadang  muncul  sebagai  sosok  yang 
keras, lembut bahkan kadang sebagai sosok manusia yang 
apa adanya. Semua terkondisikan sesuai dengan para audien 
yang di hadapinya. Dari ceramah-ceramahnya yang dihadirkan 
dalam buku ini, menunjukkan bahwa ia dapat menjadi sosok 
kepercayaan, yang tidak membuat para pendengarnya silau 
akan gagasan-gagasan agung dan tidak pula membuatnya 
terperangah  atau  bingung  oleh  ketinggian  teosofi s  para 
Sufi ; ia menjadi seorang yang tidak memaksakan pemikiran-
pemikirannya  pada  diri  pendengarnya,  namun  justru 
menunggu sampai mereka datang sendiri di hadapannya dan 
mendengarkan tutur katanya. Dengan demikian dapat pula 
dipahami bahwa ia merupakan tokoh tasawuf yang memiliki 
tanggung jawab tinggi atas kehidupan spiritual pendengarnya, 
bahkan kita sebagai pembaca.
Secara garis besar ke-62 ceramah beliau secara rutin 
diadakan pada setiap hari ahad, selasa dan jumat yang dimuat 
dalam buku ini menyajikan tema-tema sentral dan konsep-
konsep spiritualitas al-Jilani. Pertama, makrifat Allah. Makrifat 
menurut al-Jilani merupakan pokok dari segala kebaikan. la 
hanya dapat dicapai apabila seseorang hanya menyandarkan 
sesuatu kepada Allah; bahwa Allah-lah sumber segalanya; Dia 
Maha Pencipta, Pemberi Rezeki, Maha awal, Maha akhir, Maha 
qadim, Maha kekal dan Maha Pelaksana atas semua perkara 
yang dikehendaki-Nya.
vii
Pencerahan Sufi 
Oleh  karena  itu,  hendaknya  manusia  hanya  menaati 
segala perintah Allah dan meridhai segala qadha dan qadar 
yang telah ditetapkan dalam preseden (ketetapan terdahulu-
Nya) dan sesuai dengan Ilmu-Nya. Kedua, syariat sebagai 
jalan utama. Untuk mencapai makrifat Allah, maka seseorang 
harus menempuh jalan syariat, yaitu melaksanakan apa yang 
diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Seseorang 
hendaknya  menyucikan  jiwanya  dengan  penuh  kesadaran 
dalam rangka menunaikan tauhid pengesaan yang mutlak. 
la hendaknya bersikap wara’, zuhud terhadap dunia bahkan 
zuhud terhadap diri sendiri, sabar dan ikhlas terhadap qadha 
dan qadar-Nya yang baik atau pun yang buruk, senantiasa 
merasa di awasi Allah, beriman dan bertakwa serta hanya 
menggantungkan segalanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Hal 
ini karena manusia tidak bisa bersandar kepada diri sendiri 
atau pun kepada makhluk lainnya. Satu-satunya Sumber dari 
segala sumber yang dapat memberikan pertolongan atau pun 
menimpakan bala cobaan hanyalah Allah ‘Azza wa Jalla.
Dengan  mengetahui  jalan  syariat,  maka  seseorang 
hendaklah senantiasa berpegang padanya, mengamalkannya 
dan tidak sekali-kali menyimpang darinya. Jika tidak, maka lebih 
lanjut menurut al-Jilani seseorang akan kehilangan agamanya, 
disebabkan  karena  empat  faktor;  tidak  mengamalkan  apa 
yang diketahui, mengamalkan apa yang tidak diketahui, tidak 
mencari tahu apa yang tidak diketahui dan menolak seseorang 
yang hendak mengajari sesuatu yang tidak diketahui.
Selebihnya buku ini menjadi semakin menarik, karena 
dalam  ceramah-ceramahnya,  al  Jilani  menyandarkan  pada 
Al-quran, Sabda Rasul, juga kisah-kisah dari nabi-nabi agung 
viii
Syekh Abdul Qadir Jaelani
yang lain, seperti Nabi Dawud, Ibrahim, Musa, Yusuf, Isa, dan 
lain-lain. Demikian juga perkataan para sahabat, seperti Abu 
Bakr as Siddiq, `Ali Ibn Abi Talib, Siti A`isyah dan lain-lain, juga 
menyitir peristiwa yang dialami oleh para Sufi  sebelumnya, 
seperti al-Hasan al-Basri, Ibrahim Ibn Adham, Abu Yazid al-
Bistami, Ibrahim al-Khawwas, Sufyan as-Sawil, dan kaum saleh 
yang lain. Dengan demikian buku ini pun menjadi semakin 
penting  untuk  dibaca,  karena  di  dalamnya  berisi  tentang 
petuah-petuah yang dapat mengantarkan seseorang kepada 
makrifat Allah; menyingkap rahasia Ilahi dan selanjutnya luruh 
dalam kecintaan hanya pada-Nya. Jika hati telah makrifat 
mengenal Allah, mencintai-Nya dan dekat kepada-Nya, maka 
dia tidak akan terikat oleh apa pun kecuali perintah syariat. 
Seseorang yang mencintai Allah dan benar dalam mencintai-
Nya,  maka  dia  akan  menyerahkan  diri,  harta  dan  segala 
miliknya kepada Allah. Berbagai arah akan tertutup dan hanya 
tinggal tersisa satu arah saja dalam dirinya, yaitu Allah ‘Azza 
wa Jalla. 
Ceramah-ceramah dalam buku al-Jilani edisi terjemahan 
ini, tidak di susun berdasarkan urutan ceramah dalam naskah 
aslinya  yang  berbahasa  Arab,  namun  berdasarkan  pada 
susunan  waktu  hari,  tanggal,  dan  tahun  ceramah  beliau 
secara kronologis, yang juga tercantum dalam naskah aslinya 
tersebut.  Hal  ini  karena  untuk  mempermudah  pembaca 
dalam rangka memahami dan menelusuri ceramah-ceramah 
beliau. Ada beberapa hari, tanggal dan tahun ceramah yang 
sengaja diganti dalam edisi terjemahan ini, karena menurut 
hemat penerjemah maupun penyunting setelah melakukan 
analisa perhitungan kalender mengenai hari, tanggal, dan 
ix
Pencerahan Sufi 
tahun  beliau  ceramah  dalam  naskah  berbahasa  Arabnya 
dirasa  ada  kerancuan  dan  kekeliruan  tulisan.  Demikianlah 
ceramah-ceramah al Jilani. Selanjutnya dapat dibaca, dihayati 
dan direnungkan secara mendetail dalam buku ini. Semoga 
bermanfaat!
Yogyakarta, Juni 2015
Penerbit FORUM
x