Table Of ContentTEOLOGI NEGATIF IBN ‘ARABI
(Sebuah Kritik atas Metafisika Ketuhanan)
S K R I P S I
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Filsafat Islam
Oleh:
Muhammad Al-Fayyadl
NIM: 02510895
Pembimbing:
1. Dr. Fatimah Husein, MA.
2. Dr. Alim Roswantoro, M.Ag.
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009
MOTTO
“Setiap kali kau mengira bahwa engkau tahu siapa dirimu yang sebenarnya,
larilah dari citra-diri itu dan peluklah Dia yang tak bisa dijelaskan oleh apa pun”
— Mawlana Jalal al-Din al-Rumi
“Dan Dia berkata kepadaku: ‘Pengetahuan terbakar dalam makrifat,
dan makrifat terbakar dalam ketertegunan’”
— Al-Niffari, Kita>b al-Mawa>qif
“Aku berdoa kepada Tuhan untuk membebaskan aku dari Tuhan”
— Meister Eckhart
Zidni> fi>ka tah}ayyuran
“[Tuhan …] Buatlah aku semakin kebingungan pada-Mu”
— Nabi Muhammad SAW*
* Sebagaimana dikutip Ibn ‘Arabi, Futu>h}a>t, I:410; VI:53, 281.
viii
PERSEMBAHAN
untuk-Mu
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah azza wa jalla, dan rasa syukur yang tiada terkira,
serta shalawat dan salam atas Utusan-Nya, Nabi Muhammad SAW, penulis
ucapkan. Selesainya skripsi ini sungguh merupakan karunia tak terhingga dari-
Nya.
Setelah melewati sekian banyak fatrah, masa-masa vakum dan keterputusan,
masa-masa yang melelahkan karena harus hidup dalam senyapnya “pengasingan
kata-kata”, masa-masa yang sarat dengan diskontinuitas dan pencarian, akhirnya
skripsi ini rampung juga, dan bisa hadir ke hadapan pembaca. Seorang teman
pernah berkelakar, bahwa menulis tentang teologi negatif ternyata membuat
penulis banyak mengalami langsung pengalaman dan peristiwa-peristiwa negatif.
Sebuah komentar yang cerdas dan “tepat sasaran”.
Barangkali benar, andai tak ada orang-orang yang berjasa bagi proses
penulisan skripsi ini, mungkin penulis akan terperangkap dalam kebuntuan-
kebuntuan itu. Tetapi, orang-orang ini menyadarkan penulis, menghela penulis
untuk keluar dari setiap tikungan kebuntuan, membangunkan penulis dari “tidur
dan kemalasan dogmatis”, dan membuka mata penulis pada kesegaran-kesegaran
baru. Mereka adalah “futu>h}a>t” yang dikirimkan Tuhan untuk penulis. Mereka
yang layak diberi haturan terima kasih, antara lain:
- Kedua orangtua penulis, Aba dan Ummi, yang tak lelah mendukung
penulis selama studi dengan doa dan kasih sayangnya. Penulis tak akan
pernah bisa membalas kebaikan budi Antum berdua.
x
- Pembimbing I skripsi penulis, Dr. Fatimah Husein, MA., yang tak jera
mengingatkan “Sudah sampai mana?” dan selalu memotivasi penulis
untuk cepat menyelesaikan studi. Terima kasih atas bimbingannya.
- Pembimbing II Dr. Alim Roswantoro, M.Ag., yang selalu memberi
kepercayaan kepada penulis untuk bangkit dan melanjutkan riset ini.
Terima kasih atas motivasinya.
- Bapak Fachruddin Faiz M.Ag, selaku Ketua Jurusan Aqidah-Filsafat,
yang selalu menyinggung kelanjutan skripsi ini. Terima kasih atas
perhatiannya.
- Semua guru dan dosen penulis selama penulis menempuh kuliah, terima
kasih atas “berkah” ilmu dan inspirasinya.
- Semua teman kelas penulis di “AF 2002”, terima kasih atas
persahabatan dan kehangatannya.
- Semua teman penulis di “GK I/575”, yang selalu menjadi sahabat baik
dalam suka-duka: Zayyadi, Imron, Rofiq, Dik Miftah, Man Abdur,
Syamsul, Waid, Wawan, Kak Ramdhan, Saiful, Man Mu’tashim, Dik
Faqih Mahfouz dan lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu; juga
teman-teman alumni Annuqayah dan Nurul Jadid, terima kasih atas
persahabatan dan kebersamaannya.
- Semua teman penulis di komunitas kajian filsafat Being Community
(Ridwan, Najib, Chairil, Rif’an, Aal, Bernando, Dimas, Ian, Kekal,
Suluh, Rifqi, dan lain-lain); di Forum Filsafat Kanisius (F2K): Rangga,
Krishna; terima kasih atas dukungan, interaksi ide, dan kebersamaannya.
xi
- Sahabat-sahabat senior penulis: Dr. Carold Poulin dari Université de
Québéc, Montreal (terima kasih atas diskusi dan kebersamaannya
selama di Yogyakarta, dan atas buku-buku Prancis-nya); Nukila Amal
(terima kasih atas kiriman bukunya); Trisno S. Sutanto (terima kasih
atas kebersamaannya selama di Jakarta, dan atas buku-buku teologinya),
Hasan Basri dari CRCS UGM (terima kasih atas inspirasinya), M. Jadul
Maula dari LKiS dan Pondok Pesantren Kaliopak (terima kasih atas
diskusi tasawufnya), M. Mushthafa, M. Ma’mun (terima kasih telah
memperkenalkan Ibn ‘Arabi di usia penulis yang masih dini, nun silam
sewaktu di pesantren dulu), dan pihak-pihak lain yang tak dapat disebut
satu per satu.
- Adik-adik penulis yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan
studi dan menjadi penghibur dalam keluarga.
- Dan terakhir, DH, seseorang di ufuk barat benua, yang selalu, tanpa
kenal waktu, mendukung penulis untuk mencapai setiap ci(n)ta. Terima
kasih atas curahan doa, kebersamaan, dan kesehatiannya.
Yogyakarta, 8 Agustus 2009
Muhammad Al-Fayyadl
xii
ABSTRAKSI
Sebuah tema yang tidak pernah hilang dari pembicaraan manusia adalah
tema “ketuhanan”. Menurut Karen Armstrong, sudah lebih dari 4.000 tahun umat
manusia mengangkat Tuhan jadi persoalan yang selalu diperbincangkan. Mengapa
Tuhan selalu hadir dalam pembicaraan manusia? Jawabannya, karena manusia
memang tidak dapat menghilangkan kerinduan religiusnya—dan kerinduan itu
hanya akan terobati ketika ia percaya dan beriman kepada Tuhan.
Dalam pembicaraan tentang Tuhan, teologi memegang peranan penting.
Dilihat dari akar katanya, theos (Tuhan) dan logos (ilmu), teologi memang sejak
awal merupakan disiplin ilmu yang khusus berbicara tentang Tuhan dan ihwal
ketuhanan. Karena berupa sebuah disiplin ilmu, maka yang menjadi objek formal
dalam pembicaraan teologi adalah Tuhan itu sendiri. Perkembangan teologi di tiga
agama Islam, Kristen, dan Yahudi memperlihatkan bagaimana disiplin ini lambat-
laun kemudian melahirkan suatu pandangan yang sistematik, teoretis, dan filosofis
tentang Tuhan dan ketuhanan.
Semula, teologi hanya sekadar memperkenalkan Tuhan menjadi sebuah
bahan renungan untuk dijadikan refleksi dan upaya memperdalam keimanan.
Dalam hal ini, teologi belum menjadi sebuah disiplin sistematik dan konstruksi
epistemologis tentang Tuhan. Dengan kata lain, teologi belum punya pretensi
untuk menjadi satu-satunya penjelas yang otoritatif tentang Tuhan dan ketuhanan.
Akan tetapi, rupanya lambat laun, sekadar menjadi refleksi dan bahan renungan
tentang Tuhan tidak cukup bagi teologi. Teologi kemudian berkembang pesat
menjadi sebuah disiplin keilmuan yang sistematik, totalistik, dan komprehensif,
yang pada gilirannya ingin menjadikan Tuhan sebagai objek keilmuan
Di sini, teologi kemudian berubah menjadi sebuah metafisika ketuhanan.
Persinggungan antara teologi dan metafisika melahirkan suatu persoalan besar
bagi teologi, karena Tuhan yang ingin diperbincangkan dalam teologi ternyata
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan dengan nalar teologis. Nalar teologis yang ada
memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam mengungkap Tuhan secara transparan,
mengingat Tuhan tetap merupakan Misteri terbesar dalam kehidupan yang tidak
akan terjawab sepenuhnya dengan argumen teologis yang rasional.
Teologi negatif yang menjadi tawaran dalam penelitian ini adalah suatu
pendekatan kritis terhadap metafisika ketuhanan yang menjadi ciri khas teologi
selama ini, khususnya dalam Islam, Kristen, dan Yahudi. Teologi negatif
merupakan kritik terbuka, bahkan subversi, terhadap teologi positif yang
cenderung membakukan Tuhan menjadi sebuah tema atau objek yang sudah
“pasti” dan “final”. Di titik ini, teologi negatif berusaha melampaui metafisika
dengan memperlihatkan keterbatasan-keterbatasan teologi tradisional yang
menjadi acuan dogmatik kaum beriman.
Dengan menelusuri motif-motif teologi negatif dalam pemikiran Ibn ‘Arabi,
yang melakukan eksperimentasi kritis atas teologi Islam (kala>m), penelitian ini
bertujuan menggali kembali relevansi teologi negatif dalam konteks
perkembangan kala>m. dan pemikiran Ibn ‘Arabi. Dengan metode fenomenologi
dan kritik metafisika, penelitian ini menunjukkan kontribusi filosofis teologi
negatif Ibn ‘Arabi bagi diskursus ketuhanan kala>m dan teologi pada umumnya.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i
NOTA DINAS ……………………………………………………………. ii
PENGESAHAN …………………………………………………………… iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………………….. v
MOTTO …………………………………………………………….......... viii
PERSEMBAHAN ……………………………………………………….... ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. x
ABSTRAKSI …………………………………………………………….. xiii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xiv
BAB I: PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 13
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………… 13
D. Telaah Pustaka ………………………………………………… 14
E. Metode Penelitian …………………………………………….. 20
1. Pengumpulan Data ………………………………………... 20
a. Jenis dan Sumber Data …………………………………. 20
b. Teknik Pengumpulan Data …………………………….. 22
2. Pengolahan Data ………………………………………….. 22
a. Langkah-langkah Penyajian …………………………... 22
b. Pendekatan atau Metode Analisis ……………………... 23
F. Sistematika Pembahasan …………………………………….... 30
xiv
BAB II : BIOGRAFI INTELEKTUAL DAN SPIRITUAL IBN ‘ARABI .. 33
A. Kehidupan Ibn ‘Arabi ………………………………………… 33
B. Momen-momen Negatif ………………………………………. 46
C. Hubungan Ibn ‘Arabi dengan Filsuf dan Teolog
pada Zamannya ……………………………………………….. 56
BAB III: MEMAHAMI TEOLOGI NEGATIF ………………………….. 70
A. Memahami “Teologi” secara Umum ……………………. 72
1. Mendefinisikan “Teologi” …………………………… 72
2. Epistemologi Teologi ……………….……………….. 80
a. Sumber Pengetahuan …………………..……....... 80
b. Prosedur Pengetahuan …………………………… 87
c. Tujuan Pengetahuan ………………………........... 93
3. Teologi sebagai Metafisika Ketuhanan ……………… 96
a. Thematization of being …………………………… 100
b. Positivity of being ………………………………… 104
c. Economy of being ………………………………… 107
B. Memahami Teologi Negatif …………….…………………… 110
1. Mendefinisikan “Teologi Negatif” ……………………….. 110
2. Sejarah Teologi Negatif …………………………………… 117
a. Ibrahim ………………………………………………… 117
b. Yahudi ………………………………………………… 119
c. Kristen ………………………………………………… 128
xv
Description:Nabi Muhammad SAW. *. * Sebagaimana dikutip Ibn 'Arabi, Futu>h }a >t, I:410; VI:53, 281. Mereka adalah “futu>h}a>t” yang dikirimkan Tuhan untuk penulis. Mereka yang layak diberi .. lingkungan mistikus dan filsuf Yahudi yang mengembangkan filosofi Kabbalah. Demikian pula dalam agama