Table Of ContentJurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 3 Desember 2011: 191 - 202
Simulasi aliran bahan rombakan
di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan
Sumaryono dan Yunara Dasa Triyana
Badan Geologi
Jln. Diponegoro 57 Bandung 40122
SARI
Aliran bahan rombakan (debris flow) adalah fenomena di mana percampuran air, lumpur, dan kerikil me
ngalir dengan kecepatan tinggi. Karena aliran debris flow memiliki viskositas dan kecepatan yang tinggi,
maka bersifat sangat merusak karena mengangkut material yang dilalui di sepanjang sungai sehingga
volume dan energinya semakin meningkat dan dapat merusak rumah, jembatan, dan infrastruktur, dan
meng akibatkan korban jiwa. Simulasi numerik penting untuk memastikan bahwa bangunan penahan be
kerja secara efisien sebelum dilaksanakan pekerjaan konstruksi seperti dam sabo. Makalah ini menyajikan
simulasi numerik dua dimensi dengan menggunakan Kanako, GUI dilengkapi simulator aliran debris,
yang memungkinkan visualisasi dengan baik dan mudah. Kanako (ver. 2.0) diterapkan pada studi kasus
di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, Indonesia. Simulasi diuji dalam berbagai kondisi termasuk
kasus tanpa dam sabo dan dengan dam sabo seri. Hasil simulasi menunjukkan jika tidak ada dam sabo di
Kampung Paragang, Lengkese, dan Raulo berpotensi terlanda debris flow. Over flow dan debris flow dapat
ditanggulangi dengan 4 seri dam sabo tipe celah.
Kata kunci: aliran bahan rombakan, pencegahan efektif, simulasi numerik, dam sabo
ABSTRACT
Debris flow is a phenomenon in which a mixture of large quantities of water, mud, and gravel flows down
stream in high speed. Due to its high density and velocity, debris flow is very devastating, it carries along
every things on its path that increases its volume and energy, hence it can destroy settlements, bridges, in-
frastructures as well as loss of lives. Numerical simulation is important to ensure that retaining construc-
tion works efficiently before sabo dam is built. This paper presents two-dimensional numerical simulations
of a debris flow using Kanako, a user-friendly GUI-equipped with debris flow simulator that allows good
visualization and easy explanation. Kanako (Ver. 2.0) was applied as to a case study at Bawakaraeng
Mountain, south Sulawesi, Indonesia. Simulations were tested in various conditions with and without
sabo dams including sabo dam series. The simulation results showed that without sabo dams, Paragang,
Lengkese and Raulo are potentially affected by debris flow. Slit sabo dam of 4 series type is the most ap-
propriate construction from being affected by over flow and debris flow.
Keywords: debris flow, effective countermeasure, numerical simulation, sabo dam
Naskah diterima 9 September 2011, selesai direvisi 18 November 2011
Korespondensi, email: [email protected]
191
192 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 3 Desember 2011: 191 - 202
PENDAHULUAN Lokasi Penelitian
Gunung Bawakaraeng memiliki ketinggian
Kipas aluvial adalah kerucut yang berbentuk
sekitar 2.830 m di atas permukaan laut terle
kipas dengan lereng landai terbentuk mulai
tak sekitar 75 km dari Kota Makasar. Secara
dari ribuan sampai jutaan tahun yang lalu
administratif termasuk wilayah Kabupaten
oleh pengendapan sedimen terkikis di pe-
Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, (Gambar
gunungan. Kipas aluvial mempunyai kondisi
1). Daerah lereng barat Gunung Bawakaraeng
yang sangat aktif terutama terhadap banjir
ini hulu Sungai Jeneberang yang bagian
dan debris flow yang dapat terjadi secara epi-
hilirnya terdapat waduk BiliBili yang meru
sodik. Bencana alam yang utama di daerah
pakan daerah tangkapan air untuk Kabupaten
kipas aluvial adalah banjir dan debris flow
Gowa dan Makasar.
yang disebabkan oleh intensitas curah hujan
yang tinggi dan berlangsung lama. Banjir dan
Pemodelan Debris Flow
debris flow di kipas aluvial umumnya terjadi
tanpa peringatan dini karena memiliki kece- Model simulasi ini menggunakan model
patan dan kemampuan mengangkut sedimen integ rasi antara simulasi numerik 1Dimensi
yang tinggi. Debris flow juga dapat terjadi dan 2Dimensi. Simulasi 1Dimensi digu
karena penumpukan sedimen di hulu sungai nakan pada sungai/selokan dengan masukan
atau terjadinya bendungan alam di hulu su riverbed material dan akumulasi material di
ngai. Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Se- hulu Sungai Bawakaraeng dengan variasi be
latan pernah terjadi keruntuhan dinding berapa tipe dam, antara lain adalah dam ter
Gunung Bawakaraeng yang mengakibatkan tutup dan dam celah atau grid (Satofuka dan
33 orang meninggal, 10 rumah dan 1 sekolah Mizuyama, 2005). Perhitungan pada daerah
hancur tertimbun, puluhan hektar sawah ter landaan seperti kipas aluvial menggunakan
timbun, puluhan rumah terancam, dan ribuan simulasi 2Dimensi. Perhitungan atau ru
orang mengungsi. Material runtuhan banyak mus debris flow untuk 2Dimensi berdasar
ter akumulasi di hulu sungai Jeneberang se kan pada persamaan momentum, persamaan
hingga mengakibatkan sering terjadi debris kontinu (continuation equation), persamaan
flow atau mud flow di daerah ini. Oleh kare- river bed deformation, persamaan erosi/depo
na itu diperlukan usaha mengurangi potensi sisi, dan riverbed shearing stress (Takahashi
bahaya aliran debris yang sewaktu-waktu and Nakagawa, 1991).
dapat terjadi. Simulasi 2-Dimensi Kanako,
persamaan kontinu (continuation equation)
dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi
untuk volume total debris flow adalah:
pencegahan sebelum perencanaan konstruksi
dan mudah memperoleh visualisasi maupun
penjelasan yang baik dan mudah dipahami ∂h ∂uuhh ∂vhvh
+ + =iizz
tentang efek debris flow. ∂t ∂x ∂y (1)
Simulasi aliran bahan rombakan di Gunung Bawakaraeng, 193
Sulawesi Selatan - Sumaryono dan Yunara Dasa Triyana
Lokasi Peneliti an
Gambar 1. Lokasi penyelidikan gerakan tanah di Gunung Bawakaraeng,
Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
persamaan kontinu (continuation equation) Persamaan untuk menentukan perubahan
untuk menentukan partikel k adalah: elevasi permukaan dasar sungai sebagai beri-
kut:
∂z
∂C∂tkh + ∂C∂kxhuhu + ∂C∂kyhvhv =ikC∗ (2) ∂t +i =0 (5)
Untuk persamaan (1) sampai persamaan (5),
Dalam penentuan partikel digunakan ratarata
h adalah kedalaman aliran, u adalah kecepat
ukuran butir material sedimen. Fenomena
an alir an arah sumbux, v adalah kecepatan
arah aliran dalam sumbux menggunakan per
aliran arah sumbu y, C adalah konsentrasi
samaan momentum, sebagai berikut: k
sedimen di dalam volume aliran debris flow, z
∂u ∂u ∂u τ adalah ketinggian dasar sungai, t adalah wak
+u +v = gsi nθ − x (3)
∂t ∂x ∂y wwxx ρh tu, i adalah kecepatan erosi/deposisi, ik adalah
kecepatan erosi/deposisi sedimen/partikel k,
g adalah percepatan gravitasi, ρ adalah den
Fenomena arah aliran sumbuy (arah aliran
sitas cairan, θ dan θ adalah gradien aliran
memotong) menggunakan persamaan mo- wx wy
permukaan pada sumbu x dan sumbu y, C*
mentum, sebagai berikut:
adalah konsentrasi sedimen dengan volume
∂v ∂v ∂v τ pada lapisan dasar yang bergerak (moveable
+u +v = gsinθ − y
∂t ∂ x ∂ y wwyy ρ h (4) bed layer), τ adalah tegangan geser dasar
x y
sungai pada arah sumbu x dan sumbu y.
194 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 3 Desember 2011: 191 - 202
Dalam pemodelan ini digunakan dua ske flow diperkirakan lebih kurang 30 sampai
nario, skenario pertama kondisi sungai tanpa 60 menit. Masing-masing kasus disimulasi
dam sabo, sedangkan skenario ke dua kondisi kan dengan kondisi nyata Sungai Jeneberang
dengan dam sabo. Supply material dari debris (Gambar 2).
Start
Input;
- Model variabel yang disimulasikan
- parameter bentuk sungai
- Supply Hydrograph dari upstream
Running Simulasi
Output;
Display dan hasil dari proses simulasi
End
Gambar 2. Prosedur simulasi debris flow.
Simulasi aliran bahan rombakan di Gunung Bawakaraeng, 195
Sulawesi Selatan - Sumaryono dan Yunara Dasa Triyana
Variabel yang dimasukan
Parameter yang digunakan dalam simulasi ini ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Variabel Pemodelan Debris Flow
Parameter/Variabel Nilai Satuan
Waktu simulasi 1800 detik
Interval perhitungan 0,01 detik
Diameter butir 0,1 m
Densitas bed material 2550 kg/m3
Densitas fluida (water and mud, silt) 1180 kg/m3
Konsentrasi material yang bergerak 0,6
Gravity 9,8 m/s2
Koefisien rata-rata erosi 0,0007
Koefisien rata-rata akumulasi 0,05
Koefisien akumulasi rata-rata berkaitan inertial force 0,9
Kedalaman minimum muka of debris flow 0,05 m
Minimum flow depth 0,01 m
Koefisien Manning's roughness 0,03
Pai 3,14159265358
Parameter parameter yang digunakan di area 2D; Nilai Satuan
Arah inflow 0
Sumbu pusat inflow pada area 2D [jc] 10
Interval 2Dx titik perhitungan 5 m
Interval 2Dy titik perhitungan 5 m
Kedalaman minimum muka debris flow di 2D 0,01 m
Jumlah titik perhitungan pada arah sumbu x 60
Jumlah titik perhitungan pada arah sumbu y 60
Parameterparameter yang digunakan di area 1D; Nilai Satuan
Jumlah titik perhitungan di area 1D 49
Interval titik perhitungan di area 1D 20 m
Kedalaman minimum muka debris flow di area 1D 0,05 m
196 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 3 Desember 2011: 191 - 202
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Keairan
Daerah penyelidikan banyak terdapat alur
Morfologi dan tingkat erosi
sungai salah satunya Sungai Jeneberang yang
Daerah penyelidikan merupakan lereng ba mempunyai tingkat erosi yang tinggi. Be
ratlaut dan selatan Gunung Bawakaraeng berapa kolam kecil muncul akibat longsoran/
de ngan relief yang terjal mempunyai kemi slope collapse pada tahun 2004 (Gambar 3
ringan lereng antara 30° hingga hampir tegak, dan 4). Curah Hujan di daerah Sulawesi Se
dan ketinggian tempat antara 1000 – 2830 m latan umumnya untuk bulan Januari - Maret
di atas permukaan laut. Material longsoran ta berada di atas normal, sifat hujan seperti ini
hun 2004 yang menutupi lembah sungai yang kadangkadang akan berlangsung sampai bu
merupakan salah satu hulu Sungai Jeneberang lan April, sedangkan curah hujan ratarata ta
berpotensi terjadi debris flow atau mud flow. hunan daerah ini cukup tinggi, yaitu di kisar
Morfologi sungai akibat longsoran memben an curah hujan antara 2500 3500 mm/tahun.
tuk Sungai yang sangat curam dan mempu Sedangkan curah hujan dipuncak Gunung Ba
nyai tingkat erosi samping yang tinggi. wakaraeng berkisar antara 3500 – 4500 mm/
tahun
Kondisi Geologi
Kondisi Kebencanaan Geologi
Geologi di sekitar Gunung Bawakaraeng
dibangun oleh Endapan Vulkanik Gunung Di sekitar Gunung Bawakaraeng sering ter
Lompobatang yang terdiri dari lava, tufa la jadi bencana terutama debris flow atau mud
har dan breksi vulkanik yang telah mengalami flow karena masih banyak volume material
pelapukan pada bagian permukaannya men longsoran di atas Gunung Bawakaraeng. Ber
jadi lempung lanauan hingga pasir lanauan dasarkan citra landsat material longsoran me
berwarna kuning kecoklatan hingga coklat nyebar sejauh 7 km dari gawir longsoran de
kehitaman, bersifat gembur, dengan ketebal ngan lebar antara 100 – 300 m. Pada kejadian
an antara 0,5 – 3 m. Batuan lainnya yang ter pertama, Maret 2004, ada yang menyebutkan
dapat di sekitar lokasi penelitian antara lain bahwa peristiwa ini di sebut runtuhnya lereng
Endapan Aluvium, Endapan Sumbat, Endap (Slope Collapse), yaitu longsornya sebagian
an Erupsi Parasitik, Anggota Breksi, Endapan atau seluruh lereng suatu bukit atau dinding
Vulkanik Baturepe, dan Formasi Camba. Pe bukit runtuh ke bawah akibat jenuh air hu
nyebaran struktur geologi di puncak Gunung jan. Runtuhnya/guguran lereng termas uk ke
Bawakaraeng sangat intensif berupa sesar dalam gerakan tanah berbeda dengan guguran
normal dengan arah sesar utara – selatan dan material gunung api karena guguran lereng ini
baratlaut – tenggara. Dengan keberadaan tidak ada kaitannya dengan aktivitas gunung
struktur geologi ini menyebabkan kekuatan api.
batuan menjadi berkurang dan cenderung mu
Bencana debris flow atau mud flow di Gunung
dah runtuh jika dipicu curah hujan yang tinggi
Bawakaraeng ini bisa kembali men gancam
atau getaran yang intensif.
Simulasi aliran bahan rombakan di Gunung Bawakaraeng, 197
Sulawesi Selatan - Sumaryono dan Yunara Dasa Triyana
Banyak retakan-retakan di tebing G.
Bawakara eng
Gawir longsoran lama
Collapse Area
Caldera Wall
CRACK
Endapan longsoran
lama
E ndapan debris flow
Te rbentuknya erosi gully
Dengan tinggi 70 –1 20 m
Endapan runtuhan dinding G.
Bawakaraeng y ang berkembang dari
kerakal sampai bongkah
Einrtoesnis sifa msephiinngg gteab binergp seunnggaarui hy ang
pada kelangsun gansedimentasi di
Bili-Bili Da m.
Gambar 3. Kondisi endapan debris flow Gunung Bawakaraeng di aliran Sungai Jeneberang (Departemen Pekerjaan
Umum, 2008)
wilayah yang berada di sekitarnya pada masa Potensi Debris Flow di Lereng Timurlaut
yang akan datang. Ancaman itu bertambah Gunung Bawakaraeng
besar dengan volume air yang tertampung
Berdasarkan simulasi numerik 2D di sungai
di sejumlah gawir longsoran lama Gunung
Jeneberang tanpa seri dam sabo dengan debit
Bawakaraeng dan banyaknya material long
tertinggi 530 m3/detik dan volume endapan
soran di Sungai Jeneberang. Data menun
sebanyak 530.000 m3 di daerah ini masih ber
jukkan banyak retakan di beberapa tempat
potensi terjadi debris flow ke area perkam
di Gunung Bawakaraeng (Tabel 2). Retakan
pungan. Daerah yang berpotensi terlanda de-
itu makin lebar akibat pengikisan oleh aliran
bris flow, yaitu Kampung Paragang dan Raulo
anakanak Sungai Jeneberang dan curah hu
(Gambar 5). Potensi limpasan aliran akan ter
jan yang tinggi.
jadi di Lengkese bagian bawah.
198 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 3 Desember 2011: 191 - 202
Gawir
longsoran lama
a
b
Gambar 4. a. Penyebaran endapan longsoran di bagian barat daya Gunung Bawakaraeng (Departemen
Pekerjaan Umum, 2008). dan b. endapan Sungai Jeneberang yang telah menghanyutkan Jembatan
Daraha (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2007).
Pembuatan dam sabo yang ada di Gunung banding dengan Screen dam sabo. Hasil Si
Bawakaraeng sangat efektif untuk menam mulasi dengan 4 seri sabo dam tipe slit de
pung material longsoran dan mencegah dan ngan tinggi 15 m (Gambar 6) menunjukkan
atau memperlambat potensi debris flow. Pem tidak terjadi over flow dan debris flow (Gam
buatan dam sabo ini menyebabkan lereng bar 7). Dam sabo dapat mengatasi masalah
su ngai menjadi lebih landai sehingga akan sedimentasi di Dam BiliBili karena mate
memperlambat aliran sungai. Dam sabo tipe rial longsoran dapat ditampung di dam sabo
slit atau celah sangat cocok didaerah ini di tersebut, tetapi perlu di analisis lebih lanjut
Simulasi aliran bahan rombakan di Gunung Bawakaraeng, 199
Sulawesi Selatan - Sumaryono dan Yunara Dasa Triyana
Departemen Pekerjaan Umum) 32th33th34th35thJudgement17.03.200924.04.20918.05.20919.06.210 LDisplacementLDisplacementLDisplacementLDisplacement 78,53,578,511,878,511,878,511,885,03,0853,0853,0853,087,520,967,5 14,567,50,967,50,9267,013,0184,026713,026713,0266,0 Range of displacement: Horizontal: 233,0128,9164,0 82,017267,9237132,93.0~184.3 cm. Vertical :50.2~80.8 cm. 157,080,8Displacement of cracks No. ,13, 18 are 97,0 46,0 97,621,4155,379,1progressing. In this zone, crack 1-3 101,250,288,5 85,0 88,537,58938,0have a big possibility for collapse Collapse out Collapse out Collapse out Collapse out198,08,5198,0 56,0 1988,51988,5277,023,0272,5 272,5 27622,027622,0182,5 73,9 184184,0184,3184,3184,3184,3135,0 93,0 135,526,9135,526,9135,026,489,0 42,0 8947,08947,089,047,0Range of displacement: Horizontal: 26.9cm. Vertical: 47 cm. In this crack zone, Collapse out Collapse out Collapse out Collapse outdestabilization of slope has observed, especially crack 21. Displacement of Collapse out Collapse out Collapse out Collapse outcracks No 2-1aren't progressing from previous monitoring point and new crack development has obs Collapse out Collapse out Collapse out Collapse out134,0 21,0 134,66,91357,3135,07,3Range of displacement: Horizontal: 7.3~20.7 133,7 98,2 133,720,7133,720,7133,720,7cm. Vertical: 5.5 cm. No displacement from 40,0 57,2 404,5415,541,05,5previous monitoring point. Small collapsed has occurred in outer of crack 3-1 (March 107,0 106,0 1079,81079,8107,09,814, 2009, 09.30))Collapse outCollapse outCollapse outcollapse outCollapse outCollapse outCollapse outCollapse outRange of displacement: 117.0~288.0 327,0 327,0 327243,3327243,3327,0243,3cm. No displacement from previous 117,0 117,0 117117,0117117,0117,0117,0monitoring point.288,0 288,0 288288,0288288,0288,0288,0 255,5 255,5 256256,0256256,0256,0256,0 296,0 296,0 296296,0296296,0296,0296,0526,0 526,0 526526,0526526,0526,0526,01.930,0 1.930,0 19301.930,019301.930,01.930,01.930,0Range of displacement: 125.0~1,930.0 170,0 170,0 170170,0170170,0170,0170,0cm. No displacement from previous 188,0 188,0 188188,0188188,0188,0188,0monitoring point. 125,0 125,0 125125,0125125,0125,0125,0153,0 153,0 153,5153,5153,5153,5153,5153,5164,5 164,5 164,5164,5165165,0165,0165,0185,0 185,0 186186,0186186,0186,0186,0No displacement from previous monitoring point161,0 161,0 161161,0161161,0161,0161,0 Range of displacement: 267.0~315.0 cm. 260,0 260,0 265,5265,5265,5265,5267,0267,0Displacement of crack 71 and 72 are progressing. Crack 72 have a big possibility 292,0 292,0 295,5295,5297297,0315,0315,0for collapse 1.168,0 1.168,0 11681.168,011681.168,01.168,01.168,0Range displacement: 99.6 1,353.0 cm. In 1.184,0 1.184,0 11841.184,011841.184,01.184,01.184,0this zone, crack S1, S2 and S3, have a big 1.354,0 1.354,0 13541.354,013541.354,01.354,01.354,0possibility for collapse.101,0 101,0 101101,0101101,0101,0101,099,699,699,699,699,699,699,699,6 In this period, crack In this period, crack In this period, crack In this period, crack Since August 2007, many cracks has displacement and displacement has displacement has displacement has occured, and some of them occured with a small collapse has occurred in zone1, occurred in zone1, 3. occurred in zone1 big displacement . Nothing collapsed has occurred in outer of 2, 3. 4, an zone 7.5, and zone 7.and zone 7.occurred in this month. Crack 72, 13 have cracks 31.a big possibility for collapse
g (sumber: Measuring date 31th 18.02.2009 LDisplacement 78,53,582,515,967,5 186,5 264,0 159,9 145,0 68,8 97,0 46,0 79,0 94,5 Collapse out198,0 56,0 272,5 272,5 181,0 72,4 134,0 92,0 80,0 51,0 Collapse out Collapse out Collapse out134,0 21,0 133,7 98,2 40,0 57,2 105,0 108,0 Collapse outCollapse out325,0 325,0 117,0 117,0 287,2 287,2 255,3 255,3 296,0 296,0 526,0 526,0 1.930,0 1.930,0 170,0 170,0 188,0 188,0 125,0 125,0 152,0 152,0 164,5 164,5 185,0 185,0 161,0 161,0 252,0 252,0 271,0 271,0 1.168,0 1.168,0 1.184,0 1.184,0 1.354,0 1.354,0 101,0 101,0 99,699,6 In this period, crack displacement and collapse has occurred in cracks 24 step by step.
Bawakaraen 30th 18.01.2009 LDisplacement 78,53,582,515,967,5 186,5 259,0 154,9 145,0 68,8 97,0 46,0 79,0 94,5 Collapse out198,0 56,0 268,0 268,0 179,3 70,7 128,0 86,0 62,0 69,0 Collapse out Collapse out 2500,0 2372,3 132,0 19,0 133,7 98,2 35,5 61,7 103,5 109,5 Collapse outCollapse out325,0 325,0 117,0 117,0 286,2 286,2 253,0 253,0 296,0 296,0 526,0 526,0 1.928,6 1.928,6 169,0 169,0 188,0 188,0 125,0 125,0 152,0 152,0 164,5 164,5 185,0 185,0 159,5 159,5 239,0 239,0 271,0 271,0 1.168,0 1.168,0 1.184,0 1.184,0 1.353,0 1.353,0 101,0 101,0 99,699,6 In this period, crack displacement and collapse has occurred in cracks 22 and 23.
Monitoring retakan di Puncak Gunung Horizontal/Ist28th29thVertical Displacement 17.11.200619.11.200818.12.2008(cm)LLDisplacementLDisplacement H66,7 77,0 5,0 775,0H82,0 82.5 0,5 82,515,9H66,6 67.5 0,9 67,5 186,5 154,9 H254,0152,9 259,0 257,0 H104,163,8 142,0 65,8 140,0 V176,240,5 92,0 41,0 91,5 V251,0109,5 67,0 106,5 64,0 H173,5 Collapse out Collapse outH189,5 198,0 56,0 198,0 56,0 H254,0 265,0 265,0 268,0 268,0 H0,0 179,0 70,4 179,3 70,7 H108,6 119,5 77,5 120,0 78,0 V42,0 61,6 69,4 62,0 69,0 H131,0 420,2 219,9 446,0 245,7 H200,3more than wide more than wide 5 mdisplacement5 mdisplacementV60,0V0,0 445,0 317,3 445,5 317,8 H127,7 132,0 19,0 132,0 19,0 H113,0 133,7 98,2 133,7 98,2 V35,5 35,5 61,7 35,5 61,7 H97,2 103,5 109,5 103,5 109,5 H213,0 Collapse outCollapse outCollapse outH240,0 H83,7 322,0 322,0 323,2 323,2 H0,0 116,9 116,9 116,9 116,9 H0,0 286,2 286,2 286,2 286,2 H0,0 253,0 253,0 253,0 253,0 H0,0 296,0 296,0 296,0 296,0 H0,0 526,0 526,0 526,0 526,0 H0,0 1.928,6 1.928,6 1.928,6 1.928,6 H0,0 169,0 169,0 169,0 169,0 H0,0 187,8 187,8 187,8 187,8 H0,0 125,0 125,0 125,0 125,0 H0,0 151,5 151,5 152,0 152,0 H0,0 164,5 164,5 164,5 164,5 H0,0184,6 184,6 185,0 185,0 H0,0 159,5 159,5 159,5 159,5 H230,3 230,3 230,6 230,6 H265,0 265,0 268,0 268,0 H0,01.168,0 1.168,0 1.168,0 1.168,0 H0,01.184,0 1.184,0 1.184,0 1.184,0 H0,01.353,0 1.353,0 1.353,0 1.353,0 H0,0101,0 101,0 101,0 101,0 H0,099,6 99,699,699,6 1st mesurement In this period, small In this period, small some crack and large(cracks and large(cracks already have wide (22,23,24) (22,23,24) dispalcement.displacement has displacement has occurred.occurred.
el 1. Name of Crack Crack 11Crack 12Crack 13Crack 14 Crack 15 Crack 16Crack 17Crack 18Crack 19Crack 21 Crack 22 Crack 23 Crack 24Crack 31Crack 32 Crack 33 Crack 41Crack 42Crack 43Crack 44Crack 45 Crack 46 Crack 51Crack 52Crack 53Crack 54Crack 55Crack 56Crack 57Crack 58Crack 61Crack 62 Crack 71 Crack 72 Crack S1Crack S2Crack S3Crack S41Crack S42
Tab Zone 1 2 3 4 5 6 7 S
200 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 3 Desember 2011: 191 - 202
h: flow depthlmj
:0<=h<=0.01
depthS/hseifdt i2mDe ndtisaptiloayn( ftlhoiwckness) :0.01<h<0.04
:0.04<=h<=0.07
:0.07<=h<=0.10
:0.10<=h<=0.13
:0.13<=h<=0.16
:0.16<=h<=0.19
:0.19<=h<=0.22
:0.22<=h<=0.25
:0.25<=h
Lengkese
Bagian baw ah
Bor ongpulo
Paragang
Raulo
Gambar 5. Simulasi Numerik 2D Sungai Jeneberang tanpa dam sabo, terjadi debris flow pada
volume endapan 530.000 m3 dan debit tertinggi 530 m3/detik terjadi setelah 730 detik.
450m Altitude scale Distance scale debris flow
343500000mmm Sabo Dam :dmuroivnagb sliem bueldation Save result
250m :initial movable
200m bed
115000mm No. 3
50m
0mm 80m 160m 240m 320m 400m 480m 560m 640m 720m 800m 880m 960m 1040m 1120m 1200m
h: flow depth(m)
:0<=h<=0.01 :0.13<=h<=0.16
Switch plain figure :0.01<h<0.04 :0.16<=h<=0.19
(h/zzs) :0.04<=h<=0.07 :0.19<=h<=0.22
:0.07<=h<=0.10 :0.22<=h<=0.25 150
:0.10<=h<=0.13 :0.25<=h 9160200
300
-30
-60
---91102500
960 990 1020 1050108011101140117012001230 1260
distance from 1D upstream end(m)
Gambar 6. Simulasi Numerik 2D Sungai Jeneberang dengan 4 seri dam Sabo tipe Slit dengan
volume endapan 530.000 m3 dan debit tertinggi 530 m3/detik.
Description:Aliran bahan rombakan (debris flow) adalah fenomena di mana .. Displace ment. (cm). Measuring date. Judgement. Ist. 28th. 29th. 30th. 31th. 32th.