Table Of ContentSikap Mempengaruhi Niat Berhenti... (Dzul Akmal, Bagoes W, Priyadi N)
Sikap Mempengaruhi Niat Berhenti Merokok pada Remaja SMA di Kota Bima
Dzul Akmal*), Bagoes Widjanarko **), Priyadi Nugraha***).
*) Alumni Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro
Korespondensi : [email protected]
**) Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Perokok dari kalangan remaja Indonesia terdiri dari 24,1% remaja pria dan 4,0% remaja
wanita. Dari data WHO terhadap perokok di Indonesia memperlihatkan bahwa prevalensi
perokok laki-laki jauh lebih tinggi dari pada perokok wanita. Angka perokok semakin
meningkat, tetapi tanpa disadari bahwa banyak perokok memiliki keinginan untuk berhenti
merokok. Intensi merupakan prediktor utama terjadinya perilaku. Intensi berhenti
merokok merupakan penentu keberhasilan berhenti merokok pada siswa SMA.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi niat berhenti
merokok pada siswa SMA di Kota Bima. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross
sectional study dengan jumlah populasi 2147 siswa didapatkan sampel penelitian 326
siswa. Penentuan sampel dengan teknik Proportional Random Sampling. Analisis statistik
yang digunakan yaitu analisis univariat, analisis bivariate dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan hanya 16% responden yang memiliki niat yang kuat untuk
berhenti merokok. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap niat berhenti
merokok yaitu sikap (OR=3,516). Variabel yang berhubungan niat berhenti merokok
adalah pengetahuan (p-value=0,043), sikap (p-value=0,002), norma subjektif (p-
value=0,002), persepsi kontrol perilaku (p-value=0,002). Sekolah diharapkan mampu
mendidik siswanya yang merokok dan memberi perhatian ekstra kepada siswa agar
mampu memunculkan niat berhenti merokok dari dalam dirinya sendiri tanpa ada paksaan
orang lain untuk berhenti merokok.
Kata Kunci : Intensi, Berhenti Merokok, Remaja SMA
ABSTRACT
Attitude affects the intention to stop smoking in adolescents in Bima City; Teen smokers
from Indonesia ie 24.1% of boys and 4.0% of young women. Of the WHO data on smokers
in Indonesia showed that the prevalence of male smokers is much higher than in female
smokers. Smoking rates is growing, but without realizing that many smokers have a desire
to quitting smoking. Intention is a major predictor of the behavior. Intention to quit
smoking is the determinant of the success of quitting high school students.
The purpose of this study is to analyze the factors that influence the intention to stop
smoking in high school students in Kota Bima. This quantitative research using the croos
sectional approach study with the population as much as the 2147 people and samples 326
respondents. Technique sampling is Proportional Random Sampling. The analysis used
univariat, bivariat, multivariat analysis.
The results showed only 16% of respondents who have a strong intention to quit smoking.
The most dominant variable influenced to stop smoking intention is attitude (OR=3,516).
The variables related to the intention to stop smoking were knowledge (p-value=0,043),
attitude (p-value=0,002), subjective norm (p-value=0,002), perception of behavior control
(p-value=0,002). School is expected to educate their students who smoke and give extra
attention to the students to be able to create the intention to stop smoking from within
himself without any coercion others to quit smoking.
Keywords : Attention, stop smoking, high school teens
78
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
PENDAHULUAN sesuatu secara logis, tetapi di sisi lain
Perilaku dan cara hidup manusia dapat
mendapat tekanan kelompok sebayanya
merupakan penyebab bermacam-macam
(peer-pressure) yang membawa kepada
penyakit baik di zaman primitif maupun di
perilaku yang kurang rasional. Merokok
masyarakat yang sudah sangat maju
merupakan salah satu bentuk perilaku yang
peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau
ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan
dari segi biologis penyakit merupakan
dapat dijumpai di berbagai tempat umum.
kelainan berbagai organ tubuh manusia,
Meskipun sudah ada larangan untuk
sedangkan dari segi kemasyarakatan
merokok di tempat umum, namun perokok
keadaan sakit dianggap sebagai
tetap saja menghiraukan larangan tersebut.
penyimpangan perilaku dari keadaan sosial
(Ekowarni 2001)
yang normatif. Penyimpangan itu dapat
Konsumsi rokok merupakan salah satu
disebabkan oleh kelainan biomedis organ
penyebab masalah kesehatan yang
tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga
berkembang sangat cepat di dunia, serta
dapat disebabkan oleh kelainan emosional
masalah rokok saat ini telah menjadi
dan psikososial individu bersangkutan.
permasalahan global karena dampaknya
Faktor emosional dan psikososial ini pada
yang sangat kompleks dan merugikan,
dasarnya merupakan akibat dari lingkungan
terutama dampaknya terhadap kesehatan.
hidup atau ekosistem manusia dan adat
Menurut World Health Organization
kebiasaan manusia atau kebudayaan.
(WHO), pada tahun 2006-2008,
Dalam kehidupan manusia kesehatan
diperkirakan sebanyak 5,4 juta orang di
merupakan sesuatu yang berharga bahkan
dunia meninggal akibat rokok. Ada
tidak ternilai. Kesehatan bukan hanya
kecenderungan prevalensi perokok ini
berkaitan dengan penyakit tetapi
selalu meningkat dari waktu ke waktu. Pada
mempunyai dimensi yang lebih
tahun 2003 diperkirakan ada 1,26 miliar
luas.(Ekowarni 2001) Di era modern seperti
perokok di dunia, dan jika tidak ada
saat ini remaja sebagai kelompok yang
penanganan yang memadai, diperkirakan
mempunyai banyak risiko yang berkaitan
pada tahun 2030 akan ada 1,6 miliar
dengan kualitas kesehatannya. Kondisi
perokok, dengan kematian 20% – 25%
tersebut disebabkan adanya karakteristik
diakibatkan oleh konsumsi rokok.(Bekti
yang spesifik dalam proses
2010)
perkembangannya yaitu dengan tingkat
Perokok di masyarakat Indonesia
kemampuan kognitif dan penalarannya
ternyata tidak hanya di kalangan dewasa
telah mampu memahami dan memutuskan
saja, namun sudah merambat ke kalangan
79
Sikap Mempengaruhi Niat Berhenti... (Dzul Akmal, Bagoes W, Priyadi N)
remaja dan anak-anak. Data WHO tahun validitas dan reabilitas data. Uji validitas
2008 menyebutkan bahwa 63% pria adalah dengan menggunakan rumus Pearson
perokok dan 4,5% wanita adalah Product Moment dengan cara melakukan
perokok.(Amalia 2014) Berhenti merokok korelasi antar skor pertanyaan dengan total
merupakan perubahan perilaku yang skor konstruk atau variabel. Uji signifikansi
radikal. Intensi merupakan prediktor utama dengan membandingkan nilai r hitung
terjadinya perilaku. Intensi berhenti dengan r tabel. Jika nikai r hitung lebih
merokok merupakan penentu keberhasilan besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan
berhenti merokok pada siswa SMA di Kota dikatakan valid-total correction lebih besar
Bima. Untuk dapat mengetahui dan >0,361 dengan derajat kemaknaan 5%
memprediksi bagaimana kecenderungan (0,05). Uji reabilitas menggunakan uji
individu untuk melakukan suatu hal, maka statistik Cronbach Alpha (α) apabila suatu
salah satunya dengan melihat intensinya. konstruk atau variabel dikatakan reliable
Salah satu konsep dan model yang dapat jika memberikan nilai α >0,70. Analisis
menjelaskan dan kerap digunakan untuk data dilakukan secara bertahap mencakup
memprediksi intensi untuk menampilkan analisis univariat, analisis bivariat
suatu perilaku tertentu adalah The Theory of menggunakan uji chi square, dan analisis
Planned Behavior .(Kumalasari 2013) multivariat menggunakan uji regresi
logistik berganda.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
HASIL DAN PEMBAHASAN
kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah Gambaran Penelitian
populasi siswa SMA kelas 2 yang memiliki Penelitian ini dilakukan pada siswa
kriteria inklusi yaitu siswa SMA perokok SMA di Kota Bima yang telah dipilih
aktif dan sedang merokok dalam 6 bulan sesuai kriteria sampel penelitian. Penelitian
terakhir yang berjumlah 326 orang. dilakukan pada bulan Oktober- November
Instrumen penelitian yang dipakai adalah 2016. Penelitian dilakukan di seluruh SMA
kuesioner yang digunakan sebagai alat negeri dan SMA swasta di Kota Bima.
utama yang disusun menurut variabel yang Penelitian dilakukan pada saat jam sekolah
akan diteliti. dengan membagikan kuesioner kepada
Bentuk pertanyaan yang dipakai adalah responden dan responden mengisi kuesioner
bentuk pertanyaan tertutup. Instrumen ini dengan mandiri.
sudah sesuai standar karena telah diuji
80
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Niat Berhenti Merokok Responden
Niat Berhenti Merokok SMA Negeri SMA Swasta
f % f %
Kurang Kuat 183 66.8 91 33.2
Kuat 29 55.8 23 44.2
Niat Berhenti Merokok karangan Stephen P Robbins tentang
Meningkatnya prevalensi merokok di
perilaku organisasi (2015), menyatakan
negara-negara berkembang termasuk
intensi adalah satu kebulatan tekad untuk
Indonesia menyebabkan masalah rokok
melakukan aktivitas tertentu atau
menjadi semakin serius. Sebagian perokok
menghasilkan suatu keadaan tertentu
di Indonesia telah menganggap bahwa
dimasa yang akan datang.(Stephen P
merokok adalah suatu kebutuhan yang tidak
Robbins 2015)
bisa dielakkan, sehingga merokok adalah
Intensi berhenti merokok diartikan
hal biasa bagi kaum muda. Penampilan bagi
sebagai keinginan yang kuat dari individu
kaum muda menjadi modal utama dalam
untuk menghentikan kebiasaan merokok
bergaul tidak saja dengan sesama jenis,
dan dilakukan secara sadar. Intensi perilaku
tetapi juga dengan lawan jenis.
seperti ini sangat berkaitan dengan
Menghentikan perilaku merokok bukanlah
keinginan konsumen rokok untuk
usaha mudah, terlebih lagi bagi perokok di
berperilaku menurut cara tertentu guna
Indonesia.(Fawzani et al. 2005)
untuk tetap mengkonsumsi atau
Menurut Ajzen (2005) Niat atau
menghentikan kebiasaan merokok.
Intensi itu sendiri diartikan sebagai niat
individu untuk melakukan perilaku didasari Pada penelitian ini Mayoritas
oleh sikap terhadap perilaku, norma responden memiliki niat berhenti merokok
subyektif, dan persepsi kontrol perilaku. yang kurang kuat. Hasil penelitian
Selain itu Angka perokok semakin hari menunjukkan mayoritas responden
semakin meningkat, tapi di sisi lain para memiliki niat berhenti merokok yang
remaja yang sudah menjadi seorang kurang kuat dengan persentase 84%. Hal ini
merokok memiliki niat yang baik yaitu niat dikarenakan niat yang muncul bukan dari
berhenti mrerokok walaupun masih banyak dalam diri responden tapi niat muncul
faktor yang menghambat serta mendorong karena pengaruh dan dukungan lingkungan
terjadinya niat ini.(Ajzen 2005) Disisi lain sekitar. Sedangkan 16% responden
menurut Albert Bandura dalam buku memiliki niat berhenti merokok yang kuat.
81
Sikap Mempengaruhi Niat Berhenti... (Dzul Akmal, Bagoes W, Priyadi N)
Sikap terhadap label kemasan peringatan bahaya
Ajzen (2005) mengatakan sikap merokok dengan intensi berhenti merokok,
merupakan suatu disposisi untuk merespon sig = 0,034 dan nilai partial = 0,277.(Utara
secara positif atau negatif suatu perilaku. 2014) Disimpulkan bahwa penelitian yang
Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh di lakukan oleh penulis hasilnya sama
belief tentang konsekuensi dari sebuah dengan penelitian terdahulu dengan variabel
perilaku, yang disebut sebagai behavioral dan judul yang berkaitan. Dengan hasil
beliefs.(Ajzen 2005) Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara sikap terhadap
menunjukkan bahwa jumlah responden niat berhenti merokok.
memiliki sikap yang mendukung untuk Disisi lain dapat disimpulkan bahwa
berhenti merokok yaitu 154 responden dan Peranan sikap di dalam kehidupan manusia
responden yang di SMA negeri yang sangat besar. Pembentukan sikap tidak
memiliki sikap yang mendukung niat terjadi dengan sendirinya atau dengan
berhenti merokok berjumlah 154 atau sembarangan saja. Pembentukannya
62,6% sedangkan responden yang di SMA senantiasa berlangsung dalam interaksi
swasta yang memiliki sikap yang manusia, dan berkenaan dengan objek
mendukung niat berhenti merokok tertentu. Interaksi sosial di dalam kelompok
berjumlah 92 atau 37,4%. Sedangkan maupun di luar kelompok dapat mengubah
responden yang memiliki sikap tidak sikap atau membentuk sikap yang baru.
mendukung yaitu 80 responden yang Yang dimaksudkan dengan interaksi di luar
tersebar di SMA Negeri dan SMA Swasta. kelompok ialah interaksi dengan buah
Dari uji statistik Chi Square antara variabel kebuduyaan manusia yang sampai
sikap dengan niat berhenti merokok kepadanya melalui alat-alat komunikasi
didapatkan p value 0,002. Sehingga Ha di seperti surat kabar, radio, televisi, buku,
terima dan Ho ditolak. Itu menunjukkan ada risalah, dan lain-lainnya. Tetapi pengaruh
hubungan antara sikap terhadap niat dari luar diri manusia karena interaksi di
berhenti merokok pada siswa SMA di Kota luar kelompoknya itu sendiri belum cukup
Bima. untuk menyebabkan berubahnya sikap atau
Sherly Natasha Indrawani dkk (2014) terbentuknya sikap baru.
tentang Intensi berhenti merokok: Peran Faktor-faktor yang lain turut
sikap terhadap peringatan bungkus rokok memegang peranannya ialah faktor-faktor
dan perceived behavior control. Sherly dkk intern di dalam diri pribadi manusia itu,
(2014) mengemukakan hasil penelitiannya yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihnya
yaitu Ada hubungan positif antara sikap sendiri, atau minat-perhatiannya untuk
82
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
menerima dan mengolah pengaruh- responden yang tersebar di SMA Negeri
pengaruh yang datang dari luar dirinya itu. dan SMA Swasta.
Dan faktor-faktor intern itu turut ditentukan Dari uji statistik Chi Square antara
pula oleh motif-motif dan sikap lainnya variabel pengetahuan dengan niat berhenti
yang sudah terdapat dalam diri pribadi merokok didapatkan p-value 0,043.
orang itu. Jadi dalam pembentukan dan Sehingga Ha di terima dan Ho ditolak. Itu
perubahan sikap itu terdapat faktor-faktor menunjukkan ada hubungan antara
intern dan faktor-faktor ex-tern pribadi pengetahuan terhadap niat berhenti
individu yang memegang peranannya.(DR. merokok pada siswa SMA di Kota Bima.
W.A. Gerungan DIPL. PSYCH 2010),(DR. Disisi lain Elham (2015) menyatakan
W.A. Gerungan DIPL. PSYCH 1991) Sebanyak 45 siswa (44,1%) memiliki
persepsi rendah terhadap bahaya merokok
Pengetahuan
dan 30 siswa (29,4%) memiliki persepsi
Ajzen (2005) menyadari ada faktor lain
sangat rendah terhadap bahaya merokok,
yang mempengaruhi faktor utama tersebut.
selebihnya 25 siswa (24,5%) memiliki
Dan dalam teorinya Ajzen (2005)
persepsi tinggi terhadap bahaya merokok
menyebutnya dengan “background
dan 2% dalam kategori sangat tinggi
factors”. Di dalam bagian background
terhadap bahaya merokok. Hal ini
factors tersebut ada faktor
menunjukkan bahwa, Sebagian besar siswa
pengetahuan.(Ajzen 2005) Pengetahuan
telah mengetahui dampak bahaya merokok
salah satu faktor yang akan memicu
bagi kesehatan. Siswa memperoleh
terciptanya niat atau intensi.
pengetahuan bahaya merokok bagi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesehatan melalui penyuluhan kesehatan
jumlah responden yang memiliki
yang diadakan oleh pihak sekolah dengan
pengetahuan yang baik tentang merokok
bekerjasama dengan dinas kesehatan
sehingga bisa menimbulkan niat untuk
setempat, siswa diberikan pengetahuan-
berhenti merokok yaitu 204 responden dan
pengetahuan yang berkaitan dengan bahaya
responden yang di SMA negeri yang
merokok bagi kesehatan baik dampak
memiliki pengetahuan yang baik berjumlah
merokok bagi kesehatan jantung, kesehatan
122 atau 59,8% sedangkan responden di
paru-paru dan organ tubuh yang lainya di
SMA Swasta berjumlah 82 atau 40,2%.
samping materi penyuluhan kesehatan yang
Sedangkan responden yang memiliki
lainya. Sebagian besar siswa mengetahui
pengetahuan yang kurang baik yaitu 122
bahaya merokok bagi kesehatan, namun
pengetahuan ini tidak berbanding lurus
83
Sikap Mempengaruhi Niat Berhenti... (Dzul Akmal, Bagoes W, Priyadi N)
dengan perilaku untuk menghentikan untuk melakukan suatu perilaku maka
merokok. Sebagian besar siswa mengetahui individu tersebut akan cenderung
ada hubungan antara perokok dengan merasakan tekanan sosial untuk
kesehatannya. memunculkan perilaku tersebut. Dan
Dengan demikian dapat disimpulkan sebaliknya semakin individu
bahwa penelitian yang di lakukan oleh mempersepsikan bahwa social referent
penulis hasilnya berbeda dengan penelitian yang mereka miliki tidak menyetujui suatu
terdahulu dengan variabel dan judul yang perilaku maka individu cenderung
berkaitan. Hasil penelitian yang dilakukan Jmuernraasla Pkaronm otseik Kaneasneh astaonsi Ianl dounnetsuiak Votild. a1k2 / No. 1 / Januari 2017
oleh penulis menunjukkan hasil yaitu melakukan perilaku tersebut.(Ajzen 2005)
semakin baik pengetahuan responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tentang niat berhenti merokok, maka akan jumlah responden memiliki norma subjektif
semakin besar niat responden untuk yang mendukung yaitu 169 responden dan
berhenti merokok.(Yulianto 2015) responden yang di SMA negeri yang
memiliki norma subjektif yang mendukung
Norma Subjektif
niat berhenti merokok berjumlah 105 atau
Ajzen (2005) mengatakan norma
62,1% sedangkan responden yang di SMA
subjektif merupakan fungsi yang didasarkan
swasta yang memiliki norma subjektif yang
oleh belief yang disebut normative belief,
mendukung niat berhenti merokok
yaitu belief mengenai kesetujuan dan atau
berjumlah 64 atau 37,9%. Sedangkan
ketidaksetujuan yang berasal dari referent
responden yang memiliki norma subjektif
atau orang dan kelompok yang berpengaruh
tidak mendukung yaitu 157 responden yang
bagi individu (significant others) seperti
tersebar di SMA Negeri dan SMA Swasta.
orang tua, pasangan, teman dekat, rekan
Dari uji statistik Chi Square antara variabel
kerja atau lainnya terhadap suatu perilaku.
norma subjektif dengan niat berhenti
Norma subjektif didefinisikan sebagai
merokok didapatkan p value 0,002.
persepsi individu tentang tekanan sosial
Sehingga Ha di terima dan Ho ditolak. Itu
untuk melakukan atau tidak melakukan
menunjukkan ada hubungan antara norma
suatu perilaku. Norma subjektif ditentukan
subjektif terhadap niat berhenti merokok
oleh kombinasi antara normative belief
pada siswa SMA di Kota Bima.
individu dan motivation to comply.
Pada penelitian lainnya yang berkaitan
Biasanya semakin individu
yang dilakukan oleh Isti (2014) tentang
mempersepsikan bahwa social referent
Faktor – faktor yang mempengaruhi intensi
yang mereka miliki mendukung mereka
berhenti merokok pada santri putra di
84
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
kabupaten Kudus. Isti (2005) menyatakan untuk melakukan perilaku tersebut.(Ajzen
bahwa norma subjektif memiliki pengaruh 2005)
terhadap intensi berhenti merokok sebesar Hasil penelitian menunjukkan bahwa
51,18%.(Kumalasari 2013) jumlah responden memiliki persepsi kontrol
perilaku yang baik yaitu 195 responden dan
Persepsi Kontrol Perilaku
responden yang di SMA negeri yang
Ajzen (2005) menjelaskan perceived
memiliki persepsi kontrol perilaku yang
behavioral control sebagai fungsi yang
baik terhadap niat berhenti merokok
didasarkan oleh belief yang disebut sebagai
berjumlah 117 atau 60,0%, sedangkan
control beliefs, yaitu belief individu
responden yang di SMA swasta yang
mengenai ada atau tidak adanya faktor yang
memiliki persepsi kontrol perilaku yang
mendukung atau menghalangi individu
baik terhadap niat berhenti merokok
untuk memunculkan sebuah perilaku. Belief
berjumlah 78 atau 40,0%. Sedangkan
ini didasarkan pada pengalaman terdahulu
jumlah responden memiliki persepsi kontrol
individu tentang suatu perilaku, informasi
perilaku yang kurang baik yaitu 131
yang dimiliki individu tentang suatu
responden yang tersebar di SMA Negeri
perilaku yang diperoleh dengan melakukan
dan SMA Swasta. Dari uji statistik Chi
observasi pada pengetahuan yang dimiliki
Square antara variabel persepsi kontrol
diri maupun orang lain yang dikenal
perilaku dengan niat berhenti merokok
individu, dan juga oleh berbagai faktor lain
didapatkan p value 0,002. Sehingga Ha di
yang dapat meningkatkan ataupun
terima dan Ho ditolak. Itu menunjukkan ada
menurunkan perasaan individu mengenai
hubungan antara persepsi kontrol perilaku
tingkat kesulitan dalam melakukan suatu
terhadap niat berhenti merokok pada siswa
perilaku.
SMA di Kota Bima.
Semakin individu merasakan banyak
Pada penelitian lainnya yang berkaitan
faktor pendukung dan sedikit faktor
yang dilakukan oleh Sherly Natasha
penghambat untuk dapat melakukan suatu
Indrawani dkk (2014) yaitu tentang Intensi
perilaku, maka lebih besar kontrol yang
berhenti merokok: Peran sikap terhadap
mereka rasakan atas perilaku tersebut dan
peringatan bungkus rokok dan perceived
begitu juga sebaliknya, semakin sedikit
behavior control. Sherly dkk (2014)
individu merasakan faktor pendukung dan
mengemukakan hasil penelitiannya yaitu
banyak faktor penghambat untuk dapat
Ada hubungan positif antara persepsi
melakukan suatu perilaku, maka individu
kontrol perilaku dengan intensi berhenti
akan cenderung mempersepsikan diri sulit
merokok, nilai sig=0,024 dan nilai
85
Sikap Mempengaruhi Niat Berhenti... (Dzul Akmal, Bagoes W, Priyadi N)
partial=0,294. Hal ini menunjukkan bahwa berhenti merokok pada siswa SMA di Kota
hipotesa diterima, dimana persepsi kontrol Bima.
perilaku merupakan prediktor positif Pada penelitian lain yang di teliti oleh
terhadap intensi berhenti merokok, artinya Guoze Feng dkk (2010) yaitu Hasil
semakin positif persepsi kontrol perilaku penelitian menunjukkan dari 4815 perokok
individu maka semakin tinggi intensi diwawancarai, 4574 adalah laki-laki
berhenti merokok.(Utara 2014) (95,0%) dan 241 perempuan (5.0%) dan
Dengan demikian dapat disimpulkan dari jumlah total sampel hanya seperempat
bahwa penelitian yang di lakukan oleh sampel yang berencana untuk berhenti
penulis hasilnya sama dengan penelitian merokok yaitu sebesar (23,6%).(Feng et al.
terdahulu dengan variabel dan judul yang 2010)
berkaitan. Dengan hasil yaitu ada hubungan Dengan demikian dapat disimpulkan
antara persepsi mengontrol perilaku bahwa penelitian yang di lakukan oleh
terhadap niat berhenti merokok. penulis hasilnya sama dengan penelitian
terdahulu dengan variabel dan judul yang
Jenis Kelamin
berkaitan. Dengan hasil yaitu tidak ada
Jenis kelamin responden mayoritas
hubungan antara jenis kelamin terhadap niat
laki–laki sebanyak 306 responden atau
berhenti merokok.
93.9% dan jenis kelamin perempuan
Usia Mulai Merokok
sebanyak 20 responden atau 6.1%
Umur responden saat mulai merokok
Sedangkan berdasarkan data hasil penelitian
di urutan tertinggi yaitu saat SMP. Saat
dengan uji statistik diketahui bahwa niat
SMP ada 170 responden yang mulai
berhenti merokok pada siswa SMA di Kota
merokok atau 52.1%. Sedangkan Saat SMA
Bima yang masih kurang kuat niat berhenti
ada 110 responden atau 33.7% yang mulai
merokok dijumpai pada kelompok
merokok. Sedangkan saat SD ada 46
responden dengan jenis kelamin perempuan
responden atau 14.1%. Berdasarkan data
sebesar 90,0% dibandingkan dengan
hasil penelitian dapat diketahui juga bahwa
kelompok responden dengan jenis kelamin
niat berhenti merokok pada siswa SMA di
laki-laki sebesar 83,7%. Dari uji statistik
Kota Bima yang masih kurang kuat niat
Chi Square antara variabel jenis kelamin
berhenti merokok dijumpai pada kelompok
dengan niat berhenti merokok didapatkan p
responden dengan umur mulai merokok
value 0,453. Sehingga Ha di tolak dan Ho
waktu SD sebesar 87,0% dibandingkan
diterima. Itu menunjukkan tidak ada
dengan kelompok responden dengan umur
hubungan antara jenis kelamin terhadap niat
mulai merokok waktu SMP sebesar 84,7%
86
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 1 / Januari 2017
dan kelompok responden dengan umur niat berhenti merokok dijumpai pada
mulai merokok waktu SMA sebesar 81,8%. kelompok responden yang menempuh
Dari uji statistik Chi Square antara pendidikan di SMA Negeri sebesar 86,3%
variabel umur mulai merokok dengan niat dibandingkan dengan kelompok responden
berhenti merokok didapatkan p value 0,686. yang menempuh pendidikan di SMA
Sehingga Ha di tolak dan Ho diterima. Itu Swasta sebesar 79,8%. Dari uji statistik Chi
menunjukkan tidak ada hubungan antara Square antara variabel status SMA dengan
umur mulai merokok terhadap niat berhenti niat berhenti merokok didapatkan p value
merokok pada siswa SMA di Kota Bima. 0,127. Sehingga Ha di tolak dan Ho
Semakin tinggi umur seseorang akan diterima.
semakin kuat niat untuk berhenti merokok, Hal ini menunjukkan tidak ada
akan tetapi tidak semua orang seperti ini hubungan antara status SMA terhadap niat
karenakan ada banyak hal yang bisa berhenti merokok pada siswa SMA di Kota
membuat seseorang memiliki niat yang kuat Bima. Akan tetapi menurut peneliti hal ini
untuk berhenti merokok. Pada penelitian tidak sangat kecil berpengaruh terhadap niat
yang di teliti oleh penulis, umur mulai berhenti merokok. Karena sebenarnya SMA
merokok yang masih kurang kuat adalah itu SMA aja, akan tetapi kenapa SMA
umur mulai merokok saat SD. Hal ini di swasta di kota Bima lebih memiliki niat
karenakan responden yang mulai merokok berhenti merokok hal ini di karenakan
saat SD akan sangat sulit untuk berhenti setiap SMA swasta di Bima memasukkan
merokok yaitu karena kecanduan dan ajaran Agama islam yang lebih di
kebiasaan. bandingkan SMA negeri. SMA swasta di
Bima itu lebih mendidik siswa nya sediki
Status SMA
mengarah ke ajaran islam. Hal ini di
Berdasarkan penentuan sampel
karenakan Bima adalah kota dengan
penelitian, 14 SMA Negeri dan Swasta
mayoritas beragama muslim. Hal inilah
memiliki peluang yang sama untuk di
yang sedikit membedakan SMA swasta dan
jadikan sampel penelitian. Sehingga Pada
negeri di Bima akan tetapi hal ini tidak
tabel 4.4 status SMA adalah SMA Negeri
banyak berpengaruh terhadap niat berhenti
berjumlah 212 responden atau 65.0%
merokok. Pembentukan karakter responden
sedangkan SMA Swasta 35.0%. Sedangkan
itu sedikit berpengaruh di dalam kawasan
berdasarkan hasil uji statistik diketahui
sekolah, perbedaan Sekolah tidak terlalu
bahwa niat berhenti merokok pada siswa
signifikan. Pembentukan karakter
SMA di Kota Bima yang masih kurang kuat
responden itu lebih banyak terjadi di luar
87
Description:78. Sikap Mempengaruhi Niat Berhenti Merokok pada Remaja SMA di Kota Bima. Dzul Akmal*), Bagoes Widjanarko**), Priyadi Nugraha***). *).