Table Of Contentee
Htf SERI PENERBITAN
1270
MUSEUM NEGERI ACEH
SAIR AS SALIKI
i&*i£&*
*&***
-
m$ê
V
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
MUSEUM NEGERI ACEH
BANDA ACEH
1985/
BIBLIOTHEEK KITLV
0008 5231
J
tt - ^
\T%0
SERI PENERBITAN
14
MUSEUM NEGERI ACEH
SAIR AS-SALIKIN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.
DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
MUSEUM NEGERI ACEH
BANDA ACEH
198E.
KATA PENGANTAR
Di antara naskah-naskah Melayu lama, Sairussalikin yan^,
dikarang oleh Abdus Samad al Palembani ini, telah mendapat per-
setujuan Kepala Museum Negeri Aceh untuk diterbitkan sebagai
Seri Penerbitan Museum Negeri Aceh yang ke 14, dengan pertim-
bangan dapat mewakili naskah lainnya sebagai bahan informasi
tentang koleksi naskah milik Museum Negeri Aceh. Naskah ini be-
risikan tentang tuntunan keagamaan dan etika dalam dunia pendi-
dikan Islam. Transliterasi ke dalam aksara Latin telah dikerjakan
oleh Drs. A. Muin Umar, Rektor IAIN Sunan Kalijaga Jogyakarta.
Mengenai penulisnya sendiri, akan diceritakan secara
panjang lebar oleh DR. Henry Chambert - Loir, seorang ahli ten-
tang naskah lama dari Perancis yang bekerja pada Ecole Française
D'extrême - Orient ( EFDO )-di Paris.
Seri Penerbitan Museum Negeri Aceh yang ke 14 ini dibi-
ayai dengan dana Proyek Pengembangan Permuseuman Daerah
Istimewa Aceh melalui DIP tahun anggaran 1984/1985.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terlaksananya penerbitan Sairussalikin
ini.
Kami menyadari bahwa usaha kami ini masih jauh dari
yang diharapkan dan tegur sapa serta saran - saran untuk per -
baikan dan penyempurnaan penerbitan buku ini dari semua pihak
akan kami terima dengan tangan terbuka.
Semoga buku ini ada mamfaatnya bagi kita semua.—
Banda Aceh, A p r i l 1985.-
Pemimpin Proyek,
Pengembangan Permuseuman
Daerah Istimewa Aceh
T. M. Yunan
NIP. 130214425.-
KATA SAMBUTAN
KEPALA MUSEUM NEGERI ACEH
Pada tanggal 1 September 1980 Museum Aceh yang di di-
rikan sejak tahun 1915 diresmikan menjadi Museum Negeri Aceh.
Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah baru bagi Lembaga Sosial
Budaya ini. Sejak Periode ini pula dimulainya usaha dan kegiatan
yang intensif terhadap fungsi dan tugasnya.
Berbagai kegiatan yang mempunyai kaitan dengan fungsi
dan tugasnya itu telah dilancarkan, seperti kegiatan pengumpulan
koleksi dari berbagai jenis, presentasi, konservasi/preparasi koleksi,
penelitian ( studi koleksi ), publikasi dan lain-lain.
Salah satu jenis koleksi yang sangat penting yang dimiliki
oleh Museum Negeri Aceh ialah Naskah Kuno. Dilihat dari aspek
ini, maka Museum Negeri Aceh menjadi sebuah Museum penting
di Indonesia. Naskah'kuno seperti telah kita ketahui merupakan
salah satu sumber yang dapat memberikan informasi tentang per-
kembangan ilmu dan teknologi, sosial budaya dan sejarah dimasa
lampau.
Di dalam Ketetapan MPR No.II/MPR/1983 tentang Garis-
garis Besar Haluan Negara ( GBHN ) , telah di tetapkan kegiatan
pembangunan kebudayaan yang di fokuskan antara lain pada pem-
binaan dan pengembangan Nilai Budaya Indonesia, pemeliharaan
tradisi dan peninggalan sejarah. Pembinaan dan pengembangan
Kebudayaan Indonesia di maksudkan bahwa nilai budaya Indone-
sia yang mencerminkan nilai luhur bangsa harus di bina dan di
kembangkan guna memperkuat Penghayatan dan Pengamalan Pan-
casila, memperkuat kepribadian bangsa, mampertebal rasa harga
diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa kesatuan.
Bahwa tradisional dan peninggalan sejarah yang mempu -
nyai nilai perjuangan bangsa, kebanggaan serta kemanfaatan nasio-
nal tetap dipeUhara dan dibina untuk memupuk memperkaya dan
memberi corak khas kepada kebudayaan nasional.
Berdasarkan landasan tersebut di atas, Museum Negeri
u
Aceh telah melakukan serangkaian kegiatan publikasi tentang ko -
leksi yang dimilikinya. Seri Penerbitan Museum Negeri Aceh
No. 14 ini dengan judul "SAIRUS SALIKIN ILA IBADATI RAB-
BIL ALAMIN" karya Abdussamad Al Jawi Al Palembani, merupa-
kan salah satu usaha untuk itu. Seri penerbiatan ini sebenarnya
merupakan sebuah transliterasi yang dikerjakan oleh Sdr. Drs. -
A. Muin Umar Rektor IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.
Motifasi yang melatar belakangi kegiatan ini di samping
hal-hal yang telah di sebutkan di atas, didorong pula oleh keingi -
nan agar sedikit demi sedikit koleksi yang ada di Museum Negeri
Aceh dapat diperkenalkan kepada seluruh publik. Harapan lain
yang terkandung didalamnya ialah pemanfaatan yang lebih intensif
terhadap koleksi Museum Negeri Aceh untuk berbagai kepentingan
terutama kepentingan pembangunan nasional seperti yang tertera
di dalam GBHN.
Kalau kita bandingkan dengan jumlah koleksi naskah kuno
yang ada di Museum Negeri Aceh dengan hasil publikasi tersebut,
maka apa yang dicapakai dengan pekerjaan ini adalah sangat sedi-
kit. Hal ini disebabkan oleh karena kekurangan dana yang tersedia
dan kekurangan tenaga ahli dihidang itu. Walaupun demikian Mu-
seum Negeri Aceh merasa sangat beruntung atas partisipasi dan
kerja sama yang diberikan dari berbagai pihak, baik atas nama per-
seorangan, maupun lembaga-lembaga yang secara ikhlas menyedia-
kan tenaga ahli untuk itu.
Kesediaan yang tulus yang diberikan oleh Drs. A. Muin
Umar, atas dasar kerja sama antara Museum Negeri Aceh dengan
IAIN Sunan Kalijaga Jokyakarta untuk mentrasnsliterasi naskah
Sairus Salikin ini, serta hasil yang dicapai sangat membantu proses
penerbiatan ini. Kemudian dari pada itu, sumbanga karangan
Sdr. DR. Henri Chambert - Loir tentang analisa yang berhubungan
dengan Abdussamad Al Palembani berserta karya-karyanya dan
penyebaran/pengaruh ajarannya, telah memperindah seri penerbi-
tan ini. Barangkali nilai dan bobot seri penerbitan yang ke 14
ini tidak akan tercapai sebagaimana yang ada sekarang, andaikata
tulisan tersebut tidak ada.
Seluruh petugas Museum Negeri Aceh telah memberikan
iii
bantuan yang sungguh-sungguh dalam menyiapkan naskah untuk
dicetak dan di dalam kegiatan penerbitannya sampai menjadi buku
untuk disebarkan kepada khalayak yang memerlukannya. Penye-
diaan dana untuk kebutuhan penerbitan buku ini oleh Proyek Pe-
ngembangan Permuseuman Daerah Istimewa Aceh, telah memung-
kinkan buku ini untuk diterbitkan.
Kepada semua pihak baik yang telah kami sebutkan di atas
maupun yang belum, yang telah memberikan bantuan yang sung-
guh-sungguh sehingga terlaksanakan penerbitan ini kami aturkan
terima kasih.
Akhirul kalam kami menyadari bahwa keberhasilan pener-
bitan ini ditandai pula oleh tegur sapa yang diberikan para pemba-
ca, atas segala macam kekurangan yang terdapat didalamnya.-
Banda Aceh, April 1985.
Museum Negeri Aceh
Kepala,
=. Drs. Zakaria Ahmad .=
NIP. 130 427 706.
iv
ABDUSSAMAD AL-FALIMBANI SEBAGAI ULAMA JAWI
oleh : Henri Chamber (—Loir
Abdussamad al -Falimbani adalah salah seorang ulama
Indonesia yang paling terkemuka pada abad XVIII. Karyanya
tidak berjumlah banyak dan riwayat hidupnya seperti diketahui
sekarang ini lebih merupakan legende dari pada fakta nyata.
Meskipun demikian Abdussamad masih tersohor oleh karena
pernah berperanan yang sangat penting dalam proses memperke-
nalkan karya Imam Al-Ghazali kepada alam Melayu serta me-
nyebarkan juga ajaran Muhammad as -Samnian.
Para alim ulama yang terkenal berkat karyanya dalam
bahasa Melayu mula-mula muncul di Aceh pada awal abad XVII.
Pada abad berikut timbul suatu generasi ulama yang berasal dari
berbagai daerah di Nusantara : Abdussamad ternyata sejaman de-
ngan Muhammad Arsyadal - Banjari Abdullah Pangkajene,Muham-
mad Nafis bin Idris bin Hussein al - Banjari Daud bin Abdullah
al Fa tan i dan Abdurrahman al Misri Balikan menurut sementara
penulis keenam ulama tersebut pernah belajar pada waktu yang
sama di Mekka. Namun mereka tidak mempunyai peranan yang
sama di daerah masing-masing : kalau Daud bin Abdullah al-
Fntani misalnya sangat terkenal dan mempunyai pengaruh yang
luas sekali melalui karyanya yang mengalami berbagai cetak
ulang dan tersebar di bagian besar Nusantara, maka Abdurrahman
al Misri sebaliknya hanya tersohor di Batavia dan tidak menyam-
paikan ajarannya secara tertulis.
Tentang riwayat hidup Abdussamad al - Falimbani sebenar -
nya yang diketahui dengan pasti hanyalah keterangan serba singkat
yang dicantumkannya sendiri dalam karya-karyanya. Abdussamad
biasanya menyatakan waktu dan tempat dia menyelesaikan ma-
sing-masing tulisannya. Karangannya yang pertama yang diketahui
waktu penulisannya demikian, ialah sebuah risalat dalam bahasa
Melayu berjudul Zu Ina t ai—murid fi bayan kalimat at—tauhid
yang ditulisnya di Mekka pada tahun 1178 H. yaitu 1765 M.
Risalat itu merupakan sebuah ulasan pendek tentang tauhid
sebagai ringkasan dari ceramah yang diberikan di Mekka oleh
v
semang ulama Mesir yang ternama pada masa itu, yaitu Ahmad
bin Abdil M un'im al-Damhuri.
Berdasarkan fakta itu dan oleh karena tidak mempunyai
keterangan lain tentang pengalaman Abdussamad sebelum tahun
1765 itu, maka Prof. Drewes cenderung menganggap bahwa
Abdussamad "sangat mungkin menetap di Mekka pada awal
lahun 1760-an". [1] Selanjutnya Abdussamad menghasilkan
sejumlah karangan di Mekka dan di Taif sampai tahun 1203 H/
1788 M. Oleh karena itu kadang-kadang dinyatakan bahwa beliau
meninggal sekitar tahun 1788 itu. [2] Sebuah kesimpulan lain
yang telah beberapa kali diutarakan, ialah bahwa beliau mungkin
lidak pernah pulang ke Indonesia.
Sebab itulah menarik pula bahwa di Tanah Suci pun
Abdussamad tidak pernah putus hubungan dengan tanah asalnya.
Znhrat al murid yang ditulisnya pada tahun 1765 itu justeru
bertujuan membeberkan isi ceramah a!-Damliuri demi kepen-
tingan orang-orang yang tidak menguasai bahasa Arab, Abdus-
samad menceriteiakan hal itu sebagai berikut :
"Maka tatkala ada pada Iliirat a) nabi s.a.w. seribu seratus
tujuh puluh delapan tahun, maka ia .-datang dari pada negeri
Mesir kepada negeri Mekka yang masyraf dengan maksud haij
seorang alim yang 'allamat yang mempunyai beberapa ta'alif yakni
karangan kitab, yaitu Syeikh Ahmad ihn Abdil-Mun'im al-Dam-
huri . . ., Maka tatkala itu mengajar ia di dalam bulan Zulhijah
akan ilmu tauhid yang karangannya. Maka hadir di dalam daras-
nya itu kebanyakan ulama Mekka dan ulama Mesir yang ada dalam
negeri Mekka, dan hamba yang fakir kepada Allah ta'ala yaitu
Abdussamad ihn Abdillah al Jawi Falembani pun hadir serta me-
reka itu dari pada awal kitab sehingga akhirnya . . . Dan tatkala
sampai kepada bicara kalimat tauhid, yakni la ilali illa 'llah,maka
menyalakan Syeikh itu seliingga-hingga kenyataan dan adalah aku
mendengar daripada takrirnya itu sehabis-habis sehingga nyata, dan
kemudian daripada mengaji itu maka aku surat takrir Syeikh itu kare-
na hamba takut lupa .... Maka telah menuntut daripada aku sete-
ngah dari pada kekasihku bahwa aku bahasakan yang kusurat ini
dengan bahasa Jawi, maka aku perkenankan akan tuntutnya ka-
VI