Table Of ContentZaisika Khairunnisak|1 
 
PERCERAIAN KARENA /,¶$1(cid:3)DAN AKIBAT HUKUM DALAM 
PERSPEKTIF FIQIH ISLAM DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM 
 
 
ZAISIKA KHAIRUNNISAK 
ABSTRACT 
  /L¶DQ(cid:3)LV(cid:3)D(cid:3)VSHFLILF(cid:3)VWDWHPHQW(cid:3)XVHG(cid:3)E\(cid:3)D(cid:3)KXVEDQG(cid:3)IRU(cid:3)DFFXVLQJ(cid:3)KLV(cid:3)ZLIH(cid:3)RI(cid:3)
committing adultery so that he has the reason to reject the child who is delivered 
by her. WKDW(cid:3)WKH(cid:3)SURFHGXUH(cid:3)RI(cid:3)GLYRUFH(cid:3)EHFDXVH(cid:3)RI(cid:3)OL¶DQ(cid:15)(cid:3)DFFRUGLQJ(cid:3)WR(cid:3)WKH(cid:3),VODPLF(cid:3)
Fiqh, was when a husband swore on oath four times, saying that he said the truth 
in his accusation. In his fifth oath, he said that he would be cursed by Allah if he 
told a lie. His wife also swore on oath four times, saying that she did not commit 
any adultery. In her fifth oath, she said that she would be cursed by Allah if her 
KXVEDQG(cid:3)ZDV(cid:3)ULJKW(cid:17)(cid:3)%RWK(cid:3)RI(cid:3)WKHP(cid:3)WKHQ(cid:3)GLG(cid:3)OL¶DQ(cid:3)LQ(cid:3)IURQW(cid:3)RI(cid:3)WKH(cid:3)SHople who had the 
VDPH(cid:3)IDLWK(cid:17)(cid:3)$UWLFOH(cid:3)(cid:20)(cid:21)(cid:26)(cid:3)RI(cid:3).+,(cid:3)SRLQWV(cid:3)RXW(cid:3)WKDW(cid:3)OL¶DQ(cid:3)ZLOO(cid:3)EH(cid:3)YDOLG(cid:3)ZKHQ(cid:3)LW(cid:3)LV(cid:3)GRQH(cid:3)
EHIRUH(cid:3)WKH(cid:3)5HOLJLRXV(cid:3)&RXUW(cid:17)(cid:3)7KH(cid:3)OHJDO(cid:3)FRQVHTXHQFH(cid:3)RI(cid:3)OL¶DQ(cid:3)LQ(cid:3)WKH(cid:3),VODPLF(cid:3))LTK(cid:3)DQG(cid:3)
in KHI has one similarity, that is, third and final divorce, while in the Islamic 
Fiqh it still has some other legal consequences. Legal protection for a woman 
ZKR(cid:3)LV(cid:3)GRQH(cid:3)WKH(cid:3)OL¶DQ(cid:3)E\(cid:3)KHU(cid:3)KXVEDQG(cid:15)(cid:3)DFFRUGLQJ(cid:3)WR(cid:3)WKH(cid:3),VODPLF(cid:3)ODZ(cid:15)(cid:3)ZLOO(cid:3)JHW(cid:3)WKH(cid:3)
right to have the whole dowry from him, and in KHI she has the right on the joint 
property and she restores her good name by swearing on oath for response. A 
PXOD¶DQDK(cid:3)FKLOG(cid:3)KDV(cid:3)WKH(cid:3)VDPH(cid:3)SRVLWLRQ(cid:3)DV(cid:3)DQ(cid:3)LOOHJLWLPDWH(cid:3)FKLOG(cid:3)LQ(cid:3)ZKLFK(cid:3)KH(cid:3)GLG(cid:3)QRW(cid:3)
KDYH(cid:3)DQ\(cid:3)ULJKW(cid:3)WR(cid:3)LQKHULW(cid:3)IURP(cid:3)KLV(cid:3)IDWKHU(cid:3)ZKR(cid:3)KDV(cid:3)GRQH(cid:3)WKH(cid:3)OL¶DQ(cid:3)WR(cid:3)KLV(cid:3)PRWKHU(cid:17)(cid:3).+,(cid:3)
points out that theUH(cid:3)LV(cid:3)QR(cid:3)SURKLELWLRQ(cid:3)IRU(cid:3)PXOD¶DQDK(cid:3)FKLOG(cid:3)WR(cid:3)UHFHLYH(cid:3)D(cid:3)JLIW(cid:3)RU(cid:3)D(cid:3)
ZLOO(cid:3)IURP(cid:3)KLV(cid:3)IDWKHU(cid:3)ZKR(cid:3)KDV(cid:3)GRQH(cid:3)D(cid:3)OL¶DQ(cid:3)WR(cid:3)KLV(cid:3)PRWKHU(cid:17)(cid:3)$(cid:3)PXOD¶DQDK(cid:3)FKLOG(cid:3)KDV(cid:3)WKH(cid:3)
right to get protection, based on Article 23 of Law No. 23/2002 and receives his 
rights as a child.  
 
KeywordV(cid:29)(cid:3)/L¶DQ(cid:15)(cid:3)3URFHGXUH(cid:3)RI(cid:3)/L¶DQ(cid:3)’LYRUFH(cid:15)(cid:3)0XOD¶DQDK(cid:3)&KLOG(cid:3)(cid:3)(cid:3)(cid:3)(cid:3)(cid:3)(cid:3) 
   
I.  Pendahuluan 
  Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan manusia yang 
menimbulkan akibat hukum baik terhadap hubungan antara calon suami istri yang 
melangsungkan perkawinan itu sendiri, maupun dengan pihak keluarga dan anak 
yang lahir dari perkawinan tersebut.Apabila dari perkawinan tersebut dilahirkan 
anak–anak,  maka  timbul  hubungan  hukum  antara  anak  dengan  orang 
tuanya.Dengan  demikian,  lahirnya  anak  dalam  perkawinan  menimbulkan 
kewajiban orang tua, antara tanggung jawab untuk memelihara dan mendidik anak 
– anaknya sampai mereka dewasa dan mandiri. Beragamnya kepentingan antar 
manusia dapat terpenuhi secara damai, tetapi juga menimbulkan konflik jika tata
Zaisika Khairunnisak|2 
 
cara  pemenuhan  kepentingan  tersebut  dilakukan  tanpa  ada  keseimbangan 
sehingga akan melanggar hak – hak orang lain.1 
  Kuat lemahnya perkawinan yang ditegakkan dan dibina oleh suami istri 
tersebut sangat tergantung pada kehendak dan niat suami istri yang melaksanakan 
perkawinan tersebut.Apabila perkawinan sudah berakhir dengan suatu perceraian 
maka yang menanggung akibatnya adalah seluruh keluarga yang biasanya sangat 
memprihatinkan. 2 Perceraian  adalah  melepaskan  ikatan  perkawinan  dengan 
putusan  hakim,  atau  tuntutan  salah  satu  pihak  dalam  perkawinan 
itu.Perselingkuhan  atau  adanya  orang  ketiga  merupakan  salah  satu  penyebab 
terjadinya  perceraian  antara  suami  istri,  dimana  perselingkuhan  sering  terjadi 
karena berbagai alasan yang dapat dibenarkan oleh pasangan yang berselingkuh 
dan berakhir dengan perceraian, namun tuduhan perselingkuhan yang dilakukan 
oleh suami terhadap istri dan keragu – raguan suami terhadap anak yang berada 
didalam kandungan istrinya tersebut merupakan suatu tindakan yang kejam dan 
sangat  berbahaya  bagi  masa  depan  ibu  dan  anak  yang  berada  didalam 
kandungannya. Dengan keragu – raguan bahwa istrinya tersebut berbuat tidak 
jujur  dan  anak  yang  dilahirkan  oleh  istrinya  bukan  berasal  dari  benihnya 
melainkan berasal dari hubungannya dengan laki  – laki lain, maka tidak ada 
sebuah tanggung jawab moral maupun materiil yang dibebankan kepada suami 
atas  istrinya  tersebut  dan  kepada  anak  yang  berada  didalam  kandungannya. 
Sehingga  perceraian  yang  terjadi  diantara  suami  dan  istri  tersebut  membawa 
kepada OL¶DQ(cid:3)dan anak OL¶DQ(cid:3)tidak memiliki hak atas harta ayahnya.3 
  Dalam  sejarah  dicatat  sahabat  Rasulullah  SAW,  Hilal  bin  Umayyah 
melakukan  OL¶DQ(cid:3) dengan  istrinya  dan  Uwaimarah  al-Ujlani  dengan  istrinya, 
melakukan  perceraian  dengan  caraOL¶DQ  berdasarkan  petunjuk  dari  Rasulullah 
yang bersumber dari ayat – ayat Al-4XU¶DQ(cid:3)\Dng dilakukan dihadapan beberapa 
orang- orang yang beriman.Tentang kapan terjadi OL¶DQ, sebagai mana para ahli 
Fiqih Islam mengatakan sejak selesainya pengucapan OL¶DQ antara suami dan istri, 
maka sejak itu pula suami dan istri tersebut harus dipisahkan. Dalam Kompilasi 
                                                           
  1SP. Wasis, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan ke – 1,(Malang : UMM Press, 2002), hal.7. 
2Ibid, hal. 2. 
3 Iman Jauhari, Hak-Hak Anak dalam Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Bangsa), hal.14.
Zaisika Khairunnisak|3 
 
Hukum  Islam  pasal  128  menyebutkan  OL¶DQ(cid:3) hanya  sah  apabila  dilakukan 
dihadapan sidang Pengadilan Agama.4 
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:. 
1.  Bagaimana prosedur perceraian karena OL¶DQ menurut Fiqih Islam dan 
Kompilasi Hukum Islam ? 
2.  Bagaimana akibat hukum dari perceraian yang disebabkan OL¶DQ dalam 
perspektif Fiqih Islam dan Kompilasi Hukum Islam? 
3.  Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan kepada istri dan anak   
akibat perceraian yang disebabkan oleh OL¶DQ? 
Berdasarkan  permasalahan  yang  telah  dipaparkan  maka  yang  menjadi 
tujuan penelitian ini adalah: 
1.  Untuk  mengetahui  dan  menganalisis  prosedur  percerian  karena  OL¶DQ 
menurut Fiqih Islam dan Kompulasi Hukum Islam. 
2.  Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum dari perceraian yang 
disebabkan  karena  OL¶DQ  dalam  prespektif  Fiqih  Islam  dan  Kompilasi 
Hukum Islam.  
3.  Untuk  mengetahui  dan  menganalisis  bagaimana  perlindungan  hukum 
yang diberikan kepada istri dan anak akibat perceraian yang disebabkan 
oleh OL¶DQ(cid:17) 
II.   Metode Penelitian 
1.  Spesifikasi Penelitian 
    Agar  tercapai  penelitian  ini,  sangat  ditentukan  dengan  metode  yang 
dipergunakan  dalam  memberi  gambaran  dan  jawaban  atas  masalah  yang 
dibahas.Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analiti.5 Sifat 
penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan 
saran–saran  mengenai  apa  yang  harus  dilakukan  untuk  menghadapi  masalah 
tertentuPenelitian ini ditujukan untuk mendapatkan petunjuk atau saran terhadap 
                                                           
4Ibid, hal., 41 
5 Bambang  Sunggono,  Metode  Penelitian  Hukum  :  Suatu  Pengantar,  (Jakarta  : 
RajaGrafindo  Persada,  2001),  hal.  36  :  Penelitian  Deskriptif  pada  umunya  bertujuan  untuk 
mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, 
mengenai sifat – sifat , karakteristik – karakteristik atau faktor – faktor tertentu.
Zaisika Khairunnisak|4 
 
hal-hal yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah – masalah perkawinan 
yang berkaitan dengan perceraian akibat OL¶DQ.Metode pendekatan yang digunakan 
didalam penelitian ini adalah yuridis normatif 6, dimana dilakukan pendekatan 
terhadap permasalahan. 
2.  Sumber Data 
Penelitian  dilakukan  dengan  melakukan  penelaahan  terhadap  bahan 
pustaka atau data sekunder berasal dari penelitian kepustakaan (Library Research) 
sebagai berikut : 
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan yang terdiri dari : 
1.  Al-4XU¶DQ(cid:3)GDQ(cid:3)+DGLWV 
2.  Fiqih Islam 
3.  Kompilasi Hukum Islam 
b. Bahan hukum  sekunder, yaitu bahan hukum sekunder yang digunakan  
berupa bahan – bahan hukum seperti bacaan hukum, yang berhubungan 
dengan  perkawinan  dan  perceraian,  sumber  data  elektronik  berupa 
internet. 
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang erat hubungannya dengan 
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, 
ensiklopedia  hukum  atau  bahan  –  bahan  yang  dapat  memberikan 
sejumlah    informasi  tentang  bahan  hukum  primer  dan  bahan  hukum 
sekunder.7 
3.  Teknik dan Alat Pengumpulan Data 
Data  dalam  penelitian  adalah  data  sekunder  yang  diperoleh  dengan 
melakukan  penelitian  kepustakaan  (library  research).Penelitian  kepustakaan 
(library research) yakni upaya untuk memperoleh data dari penelusuran literatur 
kepustakaan, peraturan perundang – undangan, artikel, jurnal, dan sumber lainnya 
                                                           
6Ronny Hamitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, (Jakarta : 
Ghalia Indonesia, 1990), hal. 12 : Menyebutkan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum 
doktrinal  dibedkan atas:  a) Penelitian inventarisasi hukum positif, b) Penelitian terhadap asas – 
asas hukum , c) Penelitian untuk menemukan hukum in concreto, d) Penelitian terhadap sistematik 
hukum, e)Penelitian terhadap sinkronisasi vertical dan horizontal. 
7Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,  Op cit, hal., 14-15.
Zaisika Khairunnisak|5 
 
yang  relevan  dengan  penelitian.8Dengan  penelitian  kepustakaan  dikumpulkan 
data, dengan membaca dan mempelajari bahan – bahan kepustakaan yang terkait 
dengan judul yang saya teliti. 
4.  Analisis Data 
Alat-alat  pengumpulan  data  diawali  dengan  kegiatan  penelusuran 
peraturan perundang-undangan dan sumber hukum positif lain dari sistem hukum 
yang dianggap relevan dengan pokok persoalan hukum yang sedang dihadapi9. 
Dalam proses pengolahan, analisis dan pemanfaatan data dalam penelitian ini 
menggunakan metode kualitataif  yaitu prosedur penelitian  yang menghasilkan 
data yang deskriptif, yang bersumber dari tulisan atau ungkapan dan tingkah laku 
yang dapat diobservasi dari manusia. 
Data yang terkumpul dipilih-pilih dan diolah, kemudia dianalisis dengan 
menggunakan  cara  kualitatif,  yaitu  dengan  cara  data  yang  telah  terkumpul 
dipisah-  pisah  menurut  kategori  masing-masing  dan  selanjutnya  dilakukan 
penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif,yaitu cara berfikir 
yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang 
khusus, dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti 
teori-teori, dalil-dalil atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk 
menarik kesimpulan terhadap fakta – fakta yang bersifat  khusus.10 . 
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan 
 Kajian OL¶DQ(cid:3)didalam perspektif Fiqh Islam merujuk kepada pengertian OL¶DQ(cid:3)yang 
terdapat didalam Al-Quran dan juga Al-Hadist, karena perluasan penafsiran yang lebih 
lanjut terhadap defenisi OL¶DQ yang terdapat di dalam sumber Hukum Islam tersebut, 
maka kitab Fiqih adalah sebuah alternatif untuk menghubungkan pemahamanmengenai 
masalah  OL¶DQ.  Didalam  Al-4XU¶DQ(cid:15)(cid:3) $OODK(cid:3) 6:7(cid:3) WHODK(cid:3) PHQHWDSNDQ(cid:3) NHWHQWXDQ-
ketentuan  tentang  OL¶DQ  yang  menjadi  acuan  sebagai  dasar  atau  asas  dalam 
menentukan hukum OL¶DQ.Ada beberapa ayat didalam Al-4XU¶DQ(cid:3)\DQJ(cid:3)EHUNDLWDQ(cid:3)
                                                           
8Sumandi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1998), hal., 
43. 
9 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) hal 109 
10Mukti Fajar, dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan 
Empiris,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 109
Zaisika Khairunnisak|6 
 
dengan  OL¶DQ(cid:3) dan  pada  Hadist  Rasullah  SAW  juga  menerangkan  tentang 
OL¶DQ.Firman Allah SWT  surah An – Nuur ayat 6-9: 
‡’DQ(cid:3)RUDQJ(cid:3) –orang yang menuduh istrinya  (berzina), padahal 
mereka  mempunyai  saksi-saksi  selain  diri  mereka  sendiri,  Maka 
persaksian  orang  itu  ialah  empat  kali  bersumpah  dengannama  Allah, 
sesungguhnya  dia  adalah  termasuk  orang-orang  yang  benar.  Dan 
(sumpah) yang kelima :Bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk 
orang-RUDQJ(cid:3)\DQJ(cid:3)EHUGXVWD(cid:17)‡’DQ(cid:3)LVWULQ\D(cid:3)LWX(cid:3)GLKLQGDUNDQ(cid:3)GDUL(cid:3)KXNXPDQ(cid:3)
oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu 
benar-benar ternasuk orang-orang yang yang dusta, dan (sumpah) yang 
kelima : Bahwa lanat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-
RUDQJ(cid:3)\DQJ(cid:3)EHQDU(cid:17)·(cid:3)(An-Nuur : 6-9)11 
  Didalam Hadist yang diriwayatkan sahabat Rasulullah saw yang berisikan 
sunnah  Rasul  dalam  menyelesaikan  masalah  perceraian  karena  tuduhan  yang 
dituduhkan suami terhadap istrinya tanpa dapat menghadirkan saksi-saksi, namun 
hanya  memiliki  keyakinan  atas  dirinya  dan  bukti-bukti  yang  nyata.  Maka 
Rasulullah saw bersabda sesuai dengan wahyu yang diturunkan kepada beliau, 
dan beliau menganjurkan kepada pasangan suami istri tersebut untuk mengangat 
sumpah  OL¶DQ(cid:17)Seorang  suami  jangan  begitu  mudah  menuduh  istrinya  berzina, 
hanya  dengan  melihat  laki-laki  lain  keluar  dari  tempat  istrinya  atau  duduk 
bersama,  sebab  tuduhan  itu  haruslah  disertai  dengan  bukti-bukti  yang 
nyata.Seorang  suami  yang  melihat  istrinya  mengandung  jangan  cepat-cepat 
menuduh berzina.Sebab anak yang di kandung bisa saja hasil hubungan dengan 
dirinya, kecuali sudah benar-benar yakin bahwa istrinya berbuat zina. Menurut 
6\DIL¶L\DK(cid:15)(cid:3)DSDELOD(cid:3)VXDPL(cid:3)VXGDK(cid:3)PHQJXFDSNDQ(cid:3)VXPSDK(cid:3) OL¶DQ(cid:15)(cid:3)maka perceraian 
sudah jatuh tanpa menunggu OL¶DQ(cid:3)dari iatri.12 8ODPD(cid:3)PD]KDE(cid:3)6\DIL¶L(cid:3)GDQ(cid:3)PD]KDE(cid:3)
Hanbali mengemukakan tiga syarat dalam OL¶DQ(cid:3)yaitu :13 
1.  Status mereka masih suami istri, sekalipun belum bergaul. 
2.  Adanya tuduhan berbuat zina dari suami terhadap istri. 
                                                           
11Departement Agama RI ,Al-4XU¶DQ(cid:3)7DMZLG(cid:3)GDQ(cid:3)7HUMHPDKDQ(cid:15)(cid:3)(Bandung: CV.Penerbit 
Diponegoro, 2010), hal.,  350. 
 
12Abdul Wahab al-Bagdadi, al-Maunah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), hal., 908. 
13Ibid
Zaisika Khairunnisak|7 
 
3.  Istri mengingkari tuduhan tersebut sampai berakhirnya proses dan hukum 
OL¶DQ 
  Tentang  kapan  terjadi  OL¶DQ(cid:15)(cid:3) sebagaimana  para  ahli  hukum  Islam 
mengatakan sejak selesainya pengucapan OL¶DQ(cid:15)(cid:3)maka sejak itu pula suami dan istri 
tersebut  harus  dipisahkan.  Sebagian  ulama  lain  mengatakan  bahwa  terjainya 
pemisahan  suami  istri  itu  sejak  putusan  pengadilan  diucapkan  oleh  hakim. 
Pendapat tentang sahnya terjadi OL¶DQ(cid:3)sejak putusnya pengadilan ini dikemukakan 
oleh Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan as Tsauri, dan pendapat terakhir ini 
pula yang diikuti oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.14 
  Pengertian  OL¶DQ(cid:3) didalam  Kompilasi  Hukum  Islam  bersumber  dari 
pengertian OL¶DQ berdasarkan firman Allah SWT surah An-Nuur ayat 6-9 yang 
diturunkan  berdasarkan  peristiwa  yang  dialami  oleh  para  sahabat  Rasulullah 
Saw.Bahwa terjadinya OL¶DQ(cid:3)karena adanya tuduhan perzinaan yang dituduhkan 
suami  kepada  istrinya,  tanpa  dapat  menghadirkan  empat  orang  saksi  namun 
memiliki keyakinan atas tuduhannya dan atau mengingkari anak yang ada didalam 
kandungan  istrinya  sebagai  anaknya,  sedangkan  istri  menolak  tuduhan  atau 
pengingkaran  tersebut.Tata  caraOL¶DQ(cid:3) sebagaimana  yang  telah  diatur  di  dalam 
Pasal 127 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia adalah sebagai berikut: 15 
1.  Suami  bersumpah  empat  kali  dengan  kata  tuduhan  zina  dan  atau 
mengingkari  anak  tersebut,  diikuti  sumpah  kelima  dengan  kata-kata 
‡ODNQDW(cid:3)$OODK(cid:3)DWDV(cid:3)GLULQ\D(cid:3)DSDELOD(cid:3)WXGXKDQ(cid:3)GDQ(cid:3)DWDX(cid:3)SHQJLQJNDUDQ(cid:3)WHUVHEXW(cid:3)
GXVWD·(cid:17) 
2.  Istri  menolak  tuduhan  dan  atau  pengingkaran  tersebut  dengan  sumpah 
HPSDW(cid:3)NDOL(cid:3)GHQJDQ(cid:3)NDWD(cid:3)‡WXGXKDQ(cid:3)GDQ(cid:3)DWDX(cid:3)SHQJLQJNDUDQ(cid:3)WHUVHEXW(cid:3)WLGDN(cid:3)
EHQDU·(cid:3)GLLNXWL(cid:3)VXPSDK(cid:3)NHOLPD(cid:3)GHQDJQ(cid:3)NDWD-kata murka Allah atas dirinya 
bila tuduhan dan atau pengingkaran tersebut benar; 
3.  Tata cara pada huruf a dan b tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak 
terpisahkan; 
                                                           
14Abdul Manan,Op. cit. hal., 151. 
15Ibid ,
Zaisika Khairunnisak|8 
 
4.  Apabila tata cara huruf a tidak diikuti dengan tata cara huruf b, maka 
dianggap tidak terjadi OL¶DQ(cid:17) 
  Seorang suami yang menuduh istrinya telah berbuat zina, tidak  boleh 
dipaksa untuk mengucapkan sumpah OL¶DQ(cid:3), demikian juga dalam hal seorang istri 
yang diOL¶DQ(cid:3)oleh suaminya, tidak boleh dipaksa untuk melakukan sumpah balasan 
atas  sumpah  yang  diangkat  oleh  suaminya. 16 Dalam  sebagian  besar  kasus, 
terkadang  terdapat  kesulitan  untuk  mendapatkan  saksi-saksi  yang  diperlukan 
untuk  pembuktian. Dalam  hal  OL¶DQ, apabila suami tidak dapat  mendatangkan 
saksi dan bukti maka ia akan mendapatkan had atau hukuman. Oleh karena itu 
suami harus mengangkat sumpah OL¶DQ(cid:3)didalam pengadilan agama atau pengadilan 
V\DUL¶DK(cid:17)17Pelaksanaan OL¶DQ(cid:3) sebagai mana  yang telah diatur dalam Pasal 127 
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, dan penerapan pelaksanaan perceraian OL¶DQ(cid:3)
di Pengadilan Agama  adalah sebagai berikut:18 
1.  Majelis Hakim memerintahkan kepada pemohon atau pihak suami untuk 
mengucapkan sumpah OL¶DQ(cid:3)dihadapan sidang Pengadilan.Pemohon atau 
pihak suami mengangkat sumpah sebanyak empat kali sebagai berikut 
:‡Wallahi, Demi Allah saya bersumpah bahwa istri saya telah berbuat 
]LQD·(cid:17)Dan  apabila  terjadi  penolakan  terhadap  anak  yang  dikandung 
ataupun yang telah dilahirkan oleh istrinya, maka sumpah yang diucapkan 
oleh pemohon atau pihak suami sebanyak empat kali, sebagai berikut:  
  ‡Wallahi,  Demi  Allah  saya  bersumpah  bahwa  istri  saya  telah 
  berbuat zina dan anak  yang dikandung oleh istri saya adalah bukan 
  DQDN(cid:3)VD\D(cid:17)·Dan pihak suami atau pemohon mengangkat sumpah yang 
  kelima sebanyak satu kali, sebagai berikut :‡6D\D(cid:3)VLDS(cid:3)PHQHULPD(cid:3)ODNQDW(cid:3)
  $OODK(cid:3)DSDELOD(cid:3)VD\D(cid:3)EHUGXVWD(cid:17)· 
2.  Majelis Hakim memerintahkan kepada termohon atau pihak istri untuk 
mengangkat  sumpah  OL¶DQ  dihadapan  sidang  Pengadilan  Agama. 
                                                           
16Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap, Cetakan ke-2, (Jakarta : 
PT.Rineka Cipta, 1994), hal., 245. 
17Abdurrahman I. Doi, ,QLODK(cid:3)6\DUL¶DW(cid:3),VODP(cid:15)(cid:3)alih bahasa Usman Effendi dan Abdul  
Khaliq, cet ke-1, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1991), hal., 326. 
18Putusan Pengadilan Agama Slawi Nomor 0609/Pdt.G/2010/PA.Slawi
Zaisika Khairunnisak|9 
 
Termohon atau pihak istri mengucapkan sumpah balik (nukul) sebanyak 
empat kali, sebagai berikut:  
  ‡Wallahi,  Demi  Allah  saya  bersumpah  bahwa  saya  tidak  berbuat 
  ]LQD(cid:17)·Dan apabila terjadi penolakan terhadap anak yang dikandung atau 
  yang dilahirkan oleh termohon atau pihak istri, maka termohon atau pihak 
  istri  mengangkat  sumpah  balik  (nukul)  sebanyak  empat  kali,  sebagai 
  berikut:‡Wallahi,  Demi  Allah  saya  bersumpah  bahwa  saya  tiak 
  berbuat zina dan anak yang ada didalam kandungan saya adalah 
  DQDN(cid:3) VXDPL(cid:3) VD\D(cid:17)·Dan pihak istri mengucapkan sumpah yang kelima 
  sebanyak satu kali, sebagai berikut:‡6D\D(cid:3)VLDS(cid:3)PHQHULPD(cid:3)PXUND(cid:3)$OODK(cid:3)
  DSDELOD(cid:3)VD\D(cid:3)EHUGXVWD(cid:17)·. 
  Perkara OL¶DQ(cid:3)adalah proses penyelesaian dari perceraian atas alasan zina. 
Berdasarkan Pasal 87 dan 88 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 jo Undang-
Undang  No.3  Tahun  2006  jo  Undang-Undang  No.50  Tahun  2009  tentang 
Peradilan Agama, maka proses OL¶DQ(cid:3)adalah sebagai bukti terakhir dari perkara 
zina, setelah hakim menganggap bahwa alat bukti yang diajukan pemohon itu 
belum mencukupi.19 
  Faktor  penyebab  terjadinya  OL¶DQ(cid:3) karena  adanya  tuduhan  zina  yang 
dilakukan  oleh  pihak  suami  terhadap  pihak  istri  ataupun  penolakan  suami 
terhadap anak yang dikandung maupun yang dilahirkan oleh istrinya, sehingga 
penyebab terjadinya  OL¶DQ(cid:3) apabila pihak istri melakukan sumpah balasan atau 
penolakan terhadap tuduhan pihak suami, kalau ia tidak berzina dan anak yang 
didalam  kandungan  maupun  yang  dilahirkannya  adalah  anak  dari  pihak 
suami.Apabila  suami  bersumpah  dan  istri  melakukan  sumpah  balasan  maka 
terjadilah OL¶DQ(cid:3)diantara suami istri tersebut. 
  Berdasarkan  Hadist  Rasulullah  tersebut  bahwasannya  suami  istri  yang 
saling mengucapkan OL¶DQ(cid:15)(cid:3)PDND(cid:3)KDUDP(cid:3)EDJL(cid:3)NHGXDQ\D(cid:3)XQWXN(cid:3)UXMX¶(cid:3)NHPEDOL(cid:3)XQWXN(cid:3)
selama-lamanya.Dengan terjadinya OL¶DQ, maka seorang istri terkena talak ED¶LQ(cid:3)
tidak boleh rujuk untuk selama-lamanya dan ini sebagai refleksi dari makna OL¶DQ(cid:3)
itu sendiri yaitu laknat dan kemurkaan Allah SWT bagi orang yang berbohong 
                                                           
19Lihat Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang No 50 Tahun 2009.
Zaisika Khairunnisak|10 
 
diantara  mereka  karena  menyebabkan  perceraian  secara  zalim.Wanita  yang 
berPXOD¶DQDK(cid:3) atau  yang  berOL¶DQ(cid:3) berhak  menerima  mahar  dari  suami  yang 
meOL¶DQnya.Didalam hal ini anak yang lahir dari istri yang berPXOD¶DQDK harus 
diserahkan kepada istrinya, karena adanya penolakan yang dilakukan oleh pihak 
suami terhadap pihak istri maka anak tersebut hanya memiliki nasab atau garis 
keturun  terhadap  ibunya  bukan  ayahnya,  sehingga  tidak  ada  sedikitun  hak 
ayahnya  terhadap  anak  yang  dinafikannya.  Istri  yang  berPXOD¶DQDK(cid:3) (cid:3) berhak 
menjadi ahli waris terhadap anak yang dinafikan oleh suaminya dan begitu juga 
anak tersebut berhak menjadi ahli waris atas ibunya.  
  Perlindungan wanita (istri) atau ibu bagi anaknya terhadap harta , diatur 
dalam  Bab  VII  dalam  Pasal  35  Undang-Undang    No1  Tahun  1974  tentang 
Perkawinan yaitu :20 
1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. 
2. Harta bawaaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda 
yang  diperoleh  masing-masing  sebagai  hadiah  atau  warisan,  adalah 
dibawah  penguasaan  masing-masing  sepanjang  para  pihak  tidak 
menentukan lain. 
  Dalam  Pasal  23  Undang-Undang  No.  23  Tahun  2002  Tentang 
Perlindungan Anak menerangkan bahwa: 21 
1. Negara dan Pemerintah menjamin perlindungan dan pemeliharaan, dan 
kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang 
tua,  wali  atau  orang  lain  yang  secara  hukum  bertanggung  jawab 
terhadap anak. 
2. Negara  dan  pemerintah  mengawasi  penyelenggaraan  perlindungan 
anak. 
  Hak-hak istri setelah terjadi perceraian selain masalah pembagian harta 
bersama dan kembalinya harta bawaan, terdapat hak-hak tertentu yang berbeda 
dari  perceraian  talak.Istri  yang  diOL¶DQ(cid:3) oleh  suaminya  memiliki  hak  atas 
maharnya.Dengan adanya penolakan yang dilakukan oleh istri terhadap tuduhan 
                                                           
20Lihat Pasal 35 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan  
21 Lihat Pasal  23 Undang-Undang  No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Description:committing adultery so that he has the reason to reject the child who is . disebabkan karena li'an dalam prespektif Fiqih Islam dan Kompilasi. Hukum