Penyerapan Hukum Islam PENYERAPAN HUKUM ISLAM PADA KOMUNITAS ADAT

42 Pages·2015·1.14 MB·Indonesian

AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
PENYERAPAN HUKUM ISLAM PADA KOMUNITAS ADAT
(STUDI ANTROPOLOGI HUKUM DI BADUY, KAMPUNG NAGA
DAN MARUNDA PULO)
Oleh: Misno*

Abstrak
The first community to accept Islam was the tenant at the coastal areas of Sumatra,
Java, Sulawesi, Kalimantan, Maluku and Nusa Tenggara. After that Islam
disseminated to rural areas throughout the country as the consequence of their
reception of Islamic law. However, the fact was not all Islamic law accepted and
implemented, because they already have customs practiced continuously by
hereditary generations long before the arrival of Islam. Some custom in Indonesia,
which still survive was practiced by indigenous community such as Baduy, Kampung
Naga and Marunda Pulo. Research shows that the reception of Islamic law by the
community of Baduy in the implementation of Islamic law marriage that is reading
the creed of the Prophet Muhammad Pbuh, the presence of dowry and marriage
records by KUA, especially on the community of Outer Baduy. Meanwhile the
community of Inner Baduy has not been accept the Islamic law a lot in the field of
marriage. Reception in the field of inheritance was limited to the mention of the
terms in Islamic inheritance, while the division still follow their customs that divide
the estate equally both boys and girls. While the community of Kampung Naga
reception occurs in the majority of law and worship in particular muamalah
espescially in wedding. At issue still retain their inheritance patterns of inheritance
according to their customs that divide the inheritance with equal parts between boys
and girls. Kampung Marunda Pulo reception of Islamic law in worship and
muamalah. Islamic law reception process occurs due to internal factors (custom
character and creed) and external (social interaction and the power of the state).

Keywords: Reception of Law, Indigenous Community, Adat, Baduy, Kampung
Naga, Marunda Pulo and Theory Reception through Selection-modification.

A. Latar Belakang Masalah (terutama kalangan orientalis Belanda)
Islam masuk ke Nusantara dalam berpendapat pada abad ke-13 M.2
rentang waktu yang panjang, dimulai dari
datangnya para pedagang Muslim untuk
berniaga, hingga beberapa abad kemudian pada tahun 675 M. Kedua, Harry W. Hazard dalam
Atlas of Islamic History (1954). Ketiga, catatan
umat Islam telah mendirikan kekuasaan
Gerini dalam bukunya Futher India and Indo-Malay
Islam di pesisir Sumatera dan Jawa. Para Archipelago. Keempat, Sayed Naguib al-Attas
ahli sejarah berbeda pendapat mengenai dalam Preliminary State mate on General Theory of
Islamization of Malay-Indonesian Archipelago
waktu pertama masuknya Islam ke
(1969). Kelima, Sayed Qodratullah Fatimy dalam
Nusantara. Sebagian mereka berpendapat Islam comes to Malaysia. Keenam, W.P.
Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia
bahwa Islam masuk ke Nusantara pada
and Malaya Compiled From Chinese Sources.
abad ke-7 M,1 sedangkan yang lain
Ketujuh, T.W. Arnold dalam buku The Preching of
Islam a History of The Propagation of The Moslem
Faith.
* Dosen tetap Sekolah Tinggi Agama Islam 2 Tokoh-tokoh yang mendukung pendapat ini
Al-Hidayah Bogor Jurusan Hukum Islam Program adalah Snouck Hurgonje, J.P. Moquetta (1912),
Studi Ahwal As-Syakhsiyah W.F. Stutterheim, Moquette dan beberapa sarjana
1 Argumentasi teori ini berdasarkan beberapa Belanda lainnya. Bukti yang menguatkan pendapat
sumber: Pertama, catatan perjalanan Al-Mas’udi ini adalah batu nisan makam Sultan Malik al-Shaleh

Penyerapan Hukum Islam ... 47
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
Penelaahan lebih lanjut menyimpul- orang-orang Arab penganut mazhab Imam
kan bahwa Islam masuk ke Nusantara sejak Syafii yang melakukan migrasi ke Gujarat
abad pertama Hijriyah atau pada abad ke-7 dan Malabar. Ia menawarkan logika
M, akan tetapi Islam baru dianut oleh para terbalik dari pernyatannya, walaupun Islam
pedagang dari India dan Timur Tengah masuk ke Nusantara dibawa oleh orang-
yang bermukim di wilayah pesisir dekat orang Arab, namun tidak langsung datang
pelabuhan laut. Selanjutnya Islam dari Arab melainkan dari India, terutama
berkembang secara besar-besaran hingga dari pesisir barat India yaitu Gujarat dan
mempunyai kekuatan politik pada abad ke- Malabar.5
13 M dengan berdirinya kesultanan Pendapat lain dari Teori Jalur India
Samudera Pasai di Sumatera dan adalah yang dikemukakan oleh Christian
kesultanan Demak di Jawa.3 Snouck Hurgronje. Ia berpendapat bahwa
Jalur masuknya Islam ke Nusantara ketika Islam telah berkembang dan cukup
juga diperselisihkan oleh para ahli sejarah, kuat di berbagai kota dan pelabuhan di
ada empat teori yang menyebutkan tentang anak benua India, sebagian kaum muslim
hal ini yaitu; Teori India, Teori Persia, Deccan yang tinggal di sana menjadi
Teori Arab dan Teori China. Keempat teori pedagang perantara dalam perdagangan
ini adalah hasil interpretasi para Timur Tengah dengan Nusantara. Orang-
pendukungnya berdasarkan bukti-bukti orang muslim Deccan inilah yang datang ke
yang mereka peroleh dari penelitian yang Nusantara sebagai penyebar Islam pertama.
telah dilakukan. Interpretasi atas bukti Sementara W. F. Stutterheim, sebagai
sejarah yang berbeda-beda dan kepentingan pendukung teori ini dengan jelas
para pendukungnya sangat memengaruhi menyatakan bahwa wilayah Gujarat sebagai
muncul dan berkembangnya teori-teori negeri asal Islam yang masuk ke Nusantara.
tersebut. Mengenai aspek waktunya, W. F.
Pertama, Teori Jalur India. Para Stutterheim berpendapat bahwa Islam
pendukungnya berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M.6
masuk ke Nusantara melalui jalur India. Kesimpulan ini didasarkan pada
Teori ini terbagi menjadi dua yaitu Teori penelitiannya terhadap kesamaan batu nisan
India Utara dan Teori India Selatan. Teori
India Utara menyebutkan bahwa Islam

yang masuk ke Nusantara berasal dari
5 Alwi Ibnu Thahir al-Haddad, Sejarah
Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh
Masuknya Islam di Timur Jauh, (Jakarta: Lentera,
Pinjapel, Snouck Hurgonje, dan 2001), hlm. 160.
Stutterheim.4 Pinjapel berpendapat bahwa 6 Pendapat Stuterheim didasarkan pada
argumen bahwa Islam disebar melalui jalur
Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari
perdagangan antara Nusantara-Cambay/Gujarat-
Timur Tengah-Eropa. Argument tersebut diperkuat
dengan hasil membandingkan berbagai batu nisan
Raja Samudera Pasai yang serupa dengan nisan di yang ada di pemakaman Nusantara dengan berbagai
Gujarat India pada abad ke-13 M. macam batu Nisan yang ada di pemakaman Gujarat.
3 Taufik Abdullah (ed.), Sejarah Umat Islam Menurut Stuterheim, relief nisan sultan pertama dari
Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, kerajaan Samudera Pasai yaitu Al Malik Al-Shaleh
1991), hlm. 39. yang Wafat pada 1297 Masehi bersifat Hinduistis
4 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur dan mempunyai kesamaan dengan batu nisan yang
Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan ada di Gujarat. Sementara dari aspek waktu,
XVIII, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Stuterheim berpendapat bahwa Islam masuk ke
2013), hlm. 2-3. Nusantara pada abad ke-13 M.

48 Penyerapan Hukum Islam ...
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
yang ada di Nusantara dan India khususnya meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi
di wilayah Gujarat.7 Muhammad Saw yang sangat dijunjung
Teori India Selatan menyatakan tinggi oleh orang Syiah Iran. Masyarakat
bahwa asal mula Islam Nusantara adalah Sumatera Barat menyebut peringatan
dari wilayah Bengali (Bangladesh). Teori tersebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
ini dikemukakan oleh Sayed Qodratullah Sedangkan di Pulau Jawa ditandai dengan
Fatimy, menurutnya Islam pertama kali pembuatan bubur pada bulan Syuro
muncul di Semenanjung Melayu dari arah (Muharam). Kedua, kesamaan ajaran Sufi
timur pantai, bukan dari sebelah barat yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan
Semenanjung Malaka, melainkan dari seorang sufi dari Iran yaitu al-Hallaj.
Canton, Pharang, Leran, dan Trengganu.8 Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran
Proses awal Islamisasi ini terjadi pada abad dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
ke-11 M, dibuktikan dengan penemuan tanda-tanda bunyi harakat. Keempat,
batu nisan seorang muslimah bernama ditemukannya makam Maulana Malik
Fatimah binti Maimun yang wafat pada Ibrahim tahun 1419 M di Gresik yang
tahun 475 H/1082 M di Leran, Gresik. berasal dari Gujarat. Kelima, pengakuan
Ricklefs berpendapat bahwa nisan tersebut umat Islam Indonesia terhadap mazhab
adalah batu nisan tertua milik seorang Syafii sebagai mazhab yang paling utama
muslimah yang masih dapat ditemukan di di Malabar yang pada masa lalu merupakan
wilayah tersebut. Fatimy berpendapat wilayah Persia.
bahwa batu nisan yang ditemukan di Leran, Teori Jalur Persia disebutkan oleh
Gresik tersebut yang disinyalir oleh Hoesein Djajadiningrat, ia berpendapat
Stutterheim berasal dari Gujarat atau India bahwa tradisi dan kebudayaan Islam yang
sekarang, sebenarnya berasal dari Bengali ada di Nusantara memiliki persamaan
(Bangladesh) bukan dari Gujarat (India).9 dengan tradisi dan kebudayaan di Persia.
Kedua, Teori Persia. Teori ini Alasan lain yang dikemukakan Hoesein
menyatakan bahwa Islam masuk ke yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu
Nusantara pada abad ke-13 M dan ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada
pembawanya berasal dari Persia. batu-batu nisan yang dipakai pada kuburan
Argumentasi teori ini adalah kesamaan Islam awal di Nusantara. Kesamaan lain
budaya Persia dengan budaya masyarakat adalah bahwa umat Islam Indonesia
Islam Indonesia seperti: Pertama, menganut mazhab Syafii, sama seperti
peringatan 10 Muharam atau ‘Asyura atas kebanyakan muslim di Malabar (Persia)
pada waktu itu.10

Ketiga, Teori Jalur Arab atau Teori
7 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban
Jalur Mekah yaitu Islam masuk ke
Islam di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2010), hlm. 8. Nusantara secara langsung dari Jazirah
8 M.C. Ricklefs, A History of Modern
Arab (khususnya Mekkah, Yaman dan
Indonesia Since C. 1300, (California: Stanford
University Press, 1993), hlm. 3 Mesir). Pendapat ini dikemukakan oleh
9 Teori ini juga dibantah oleh G.E. Marrison Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka), dan
dalam “The Coming of Islam in the East Indies”
yang berargumen bahwa pada masa Islamisasi di
Samudera Pasai dengan raja pertamanya yang wafat
698 H./1297 M. Gujarat masih merupakan kerajaan
Hindu hingga tahun 699 H./1298 M. Lihat Azra, 10 Jaih Mubarak, Sejarah Peradaban Islam,
ibid. hlm. 5. (Bandung: Pustaka Islamika, 2008), cet. 1 hlm. 255.

Penyerapan Hukum Islam ... 49
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
al-Attas.11 Argumentasi mereka adalah jauh dari wilayah asalnya. Teori ini
bahwa pada abad ke-7 M terdapat membantah pendapat para orientalis Barat
sekelompok orang yang disebut Ta Shih yang menyatakan bahwa Islam masuk ke
yang bermukim di Canton (China) dan Fo- Nusantara melalui India dan Persia.
lo-an sebagai bagian dari kekuasaan Keempat, Teori Jalur China. Ini
Kerajaan Sriwijaya.12 Selain itu adanya adalah teori terakhir yang muncul,
utusan dari Raja Ta Shih kepada Ratu Sima pencetusnya adalah Slamet Mulyono yang
di Kalingga yang berkedudukan di Pulau didukung Nurcholis Madjid. Ia berpendapat
Jawa pada tahun 654/655 M. Menurut bahwa ada beberapa indikasi yang
Hamka Raja Ta Shih ini adalah Muawiyah mengarah pada pembenaran bahwa Islam
bin Abi Sufyan yang waktu itu menjabat masuk ke Nusantara dari wilayah China,
sebagai Khalifah Bani Umayyah di yaitu: Pertama, ada kesamaan mazhab fiqh
Damaskus.13 yang dianut oleh Muslim di Tiongkok dan
Teori ini disebutkan pula oleh Azra di Indonesia, yaitu sama-sama menganut
yang berpendapat bahwa Islam pertama mazhab Syafii. Kedua, segi kebudayaan
kali hadir di Nusantara dibawa oleh para dan kebahasaan, teori ini memiliki
pedagang. Hal ini dibuktikan oleh tulisan kecocokan yaitu bangsa-bangsa Muslim
seorang agamawan dan pengembara dari Asia Tengah dan China berada dalam
China bernama I-Tsing pada tahun 51 H/ kawasan pengaruh budaya dan bahasa
671 M. Ia menumpang kapal Arab dan Muslim Persia. Ketiga, banyak bukti
Persia dari Canton, kemudian berlabuh di sejarah yang menunjukan bahwa Islam di
pelabuhan sungai Bhoga, disebut pula Nusantara berasal dari China, seperti situs-
dengan nama Sribogha atau Sribuza yang situs sejarah dan naskah-naskah sejarah
sekarang lebih dikenal dengan nama sungai yang menunjukan kebenaran itu, seperti
Musi. Para Ahli sejarah modern situs sejarah Laksamana Cheng Ho,
mengidentifikasikan Sribuza sebagai Kelenteng Gedung Batu, dan Masjid
Palembang, Ibukota Kerajaan Sriwijaya.14 Mantingan.15
Para pendukung Teori Jalur Arab Berdasarkan keempat Teori Jalur
berpendapat bahwa Islam dibawa langsung masuknya Islam, maka dapat disimpulkan
oleh para musafir dari Jazirah Arab bahwa Islam masuk ke Nusantara tidak
khususnya Mekkah, Yaman dan Mesir. hanya melalui satu jalur kedatangan,
Dorongan menyebarkan agama Islam melainkan melalui beberapa jalur yaitu dari
(dakwah) sambil berdagang membawa India, Persia, Arab dan China.
mereka sampai ke wilayah Nusantara yang Sebagaimana diungkapkan oleh Azra
bahwa sesungguhnya kedatangan Islam ke

11 Naquib al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Nusantara dalam kompleksitas, artinya
Kebudayaan Melayu, (Bandung: Mizan, 1997). Cet. tidak berasal dari satu tempat, peran
II, hlm. 29-54.
kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu
12 Uka Tjandrasasmita (ed.), Sejarah
Nasional Indonesia III, (Jakarta: Depdikbud, 1975),
hlm. 110-112.
13 Haji Abdul Karim Amrullah, Dari
Perbendaharaan Lama, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 15 Sumanto al-Qurtuby, Arus China-Islam-
1994), hlm. 5. Jawa: Bongkar Sejarah atas Peranan Tionghoa
14 Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara Abad
Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII, hlm. XV dan XVI, (Yogyakarta: Inspeal Ahimsa karya
23. Press, 2003).

50 Penyerapan Hukum Islam ...
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
yang bersamaan.16 Sehingga karakter tersebut dalam rangka menyebarkan Islam.
masing-masing daerah asal para penyebar Kerja dewan ini berhasil dengan
Islam mewarnai karakteristik keislaman di menyebarnya Islam dengan cepat ke
Indonesia saat ini. seluruh penjuru Nusantara hingga
Orang-orang yang menyebarkan gelombang masuknya penduduk Nusantara
Islam ke Nusantara terbagi menjadi tiga ke dalam Islam mengalami peningkatan
golongan yaitu para pedagang, juru dakwah signifikan.
dan utusan kerajaan.17 Para pedagang yang Golongan ketiga yaitu utusan
mengenalkan Islam ke Nusantara berasal kerajaan yang melakukan muhibah ke
dari Arab, Persia dan India. Mereka pada Nusantara. Mereka adalah utusan kerajaan
awalnya singgah di Nusantara menunggu China dengan pimpinan Laksamana Cheng
waktu angin muson untuk kemudian Ho yang muslim, kedatangannya dilakukan
melanjutkan perdagangannya ke China atau beberapa kali dan meninggalkan jejak
sebaliknya. Namun sebagian lainnya Islam di Nusantara khususnya di pesisir
sengaja berdagang ke Nusantara dengan utara pulau Jawa seperti Cirebon, Semarang
terlebih dahulu singgah di India, setelah itu dan Surabaya.21 Selain pengenalan Islam
mereka menuju Nusantara.18 Sebagian dari kepada para penguasa lokal, kunjungan
mereka menikahi wanita-wanita setempat, muhibah ini juga telah berperan dalam
kemudian keturunan mereka membentuk penyebaran Islam di masyarakat khususnya
komunitas Muslim awal di Nusantara. di wilayah pesisir. Terbukti dengan adanya
Selanjutnya Islam disebarkan oleh beberapa pengikut Cheng Ho yang menetap
para dai, sebagian dari mereka adalah di Nusantara yang menikah dengan
keturunan dari masyarakat Nusantara yang penduduk lokal dan menyebarkan Islam
menuntut ilmu di Timur Tengah. Sebagian kepada penduduk di sekitarnya.
lainnya berasal dari Arab yang sengaja Karakteristik keislaman para
datang ke Nusantara untuk mendakwahkan penyebar Islam memberikan pengaruh
Islam.19 Selain tujuan berdakwah mereka terhadap corak keislaman masyarakat
juga melakukan perdagangan dan pekerjaan Nusantara. Pada tahap awal Islam
lainnya sebagai sumber pendapatan.20 Para disebarkan oleh para pedagang yang
dai menyebarkan Islam ke seluruh penjuru berasal dari India, Persia dan Arab.22
Nusantara dengan berbagai pendekatan,
dari mulai pendekatan kultural hingga 21 Yuanzhi Kong, Muslim Tionghoa Cheng
Ho: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara,
politik dan kekuasaan. Dewan Wali Sanga
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), hlm. 230.
merupakan hasil dari kesepakatan para dai 22 Kedua wilayah tersebut mengamalkan
Islam yang telah berakulturasi dengan kebudayaan
lokal, sehingga ketika dibawa masuk ke Nusantara,
16 Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Islam dengan corak India dan Persia diterima oleh
Kepulauan Nusantara…, hlm. 45. masyarakat Nusantara dan menganggap bahwa hal
17 TW Arnold, The Preaching of Islam, A tersebut adalah Islam. Efek dari adanya akulturasi
History of the Propogation of the Muslim Faith, Islam dan budaya India dan Persia ada yang bersifat
(London: Luzac & Company, 1935). hlm. 363. positif dan negative. Efek positifnya adalah
18 Malise Ruthven, Azim Nanji, Historical masyarakat Nusantara lebih mudah menerima Islam
Atlas of Islam, (USA: Harvard University Press, dengan corak India karena sudah sejak lama mereka
2004), hlm. 106-107 berinteraksi dengan orang-orang dari India termasuk
19 Mubarak, Sejarah Peradaban Islam, hlm. agama Hindu dan Budha. Efek negatifnya adalah
275. mereka menganggap bahwa kultur India yang
20 J. C. Van Leur, Indonesian Trade and masuk ke dalam Islam dianggap sebagai bagian dari
Society, (Bandung: Sumur Bandung, 1960), hlm. 91. Islam sehingga mereka tidak bisa memisahkan

Penyerapan Hukum Islam ... 51
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
Karakteristik keislaman mereka diwarnai yang lebih dominan adalah corak
oleh aspek mistik Islam (tasawuf), terutama tradisional yang banyak dilaksanakan
para pedagang dari India dan Persia. masyarakat karena dianggap selaras dengan
Karakteristik Islam India dan Persia nilai-nilai budaya lokal.
menjadi salah satu sebab diterimanya Islam Memasuki abad ke-19 corak reformis
dengan mudah, terutama karena semakin berkembang di Nusantara, salah
kebudayaan di Nusantara banyak satu yang memengaruhinya adalah
dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Budha. dinamika pemikiran dan pergerakan Islam
Tahap ini berlangsung hingga kerajaan di Timur Tengah khususnya yang terjadi di
Majapahit runtuh pada abad ke-15 M dan Arab Saudi dan Mesir.26 Gelombang
beberapa abad setelahnya.23 pembaharuan yang dipelopori oleh
Selanjutnya setelah umat Islam Muhammad bin Abdul Wahab, Muhammad
memiliki kekuasaan politik di Sumatera, Abduh dan Rasyid Ridha pada abad ke-18
Jawa dan beberapa wilayah Nusantara M sampai ke Nusantara dengan munculnya
lainnya, corak keislaman masyarakatnya gerakan Padri di Sumatera Barat pada awal
lebih bervariasi sesuai dengan corak abad ke-19 M.27
keislaman para pendakwahnya.24 Berdasarkan corak keislaman
Berdasarkan responnya terhadap local masyarakat Nusantara yang dipengaruhi
wisdom maka terdapat dua corak besar oleh para pembawanya, maka terdapat tiga
keislaman yang berkembang yaitu; corak corak keislaman yaitu corak India, Persia
tradisional dan reformis. Corak tradisional dan Arab.28 Corak keislaman India
adalah melaksanakan ajaran Islam dengan memiliki karakter Islam yang berakulturasi
mengharmonikannya dengan adat lokal, dengan budaya India, sehingga nilai-nilai
sementara corak reformis adalah upaya spiritual dan tasawuf sangat mendominasi.
pembaharuan dan pemurnian Islam dari Hal ini terlihat dari para penyebar Islam
berbagai ajaran yang tidak berasal dari yang menggunakan pendekatan tasawuf
Islam.25 Kedua corak tersebut mewarnai dalam dakwahnya.29
pola keagamaan di Nusantara, secara umum
26 Taufik Abdullah, Adat dan Islam: an
examination of conflict in Minangkabau, Indonesia,
antara unsur agama Islam dan unsur budaya Persia No.2, 1-24. Lihat pula Taufik Abdullah (editor),
dan India. Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor
23 Azyumardi Azra, “Islam di Asia Indonesia, 1987), hlm. 117.
Tenggara: Pengantar Pemikiran” dalam Azyumardi 27 Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah
Azra (peny.) Perspektif Islam di Asia Tenggara, Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emperium Sampai
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989), hlm. xiv. Imperium, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
24 Hal ini bisa dilihat dari pola-pola dakwah 1988), hlm. 377. Corak reformis semakin
yang dilakukan oleh Dewan Wali Sanga di Jawa. berkembang pada abad-abad berikutnya dengan
Terdapat dua pola yang muncul dalam corak muncul organisasi keagamaan seperti Jami’atul
keislaman di masyarakat yaitu pola-pola tradisonal Khair (1905 M.), Muhammadiyah (1912 M.), Persis
dan pola pembaharuan. Pola tradisional dan (1923 M.), dan al-Irsyad (1914 M.).
harmonisasi antara Islam dan adat lokal dilakukan 28 Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di
oleh Sunan Bonang, Sunan Kalijaga dan tokoh Wali Indonesia, hlm. 275.
Sanga yang lebih tua. Sementara pola pembaharuan 29 Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia
dilakukan oleh Sunan Ampel, Sunan Drajat dan Tenggara, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
Sunan Giri. hlm. 33. Tasawuf yang berkembang di Nusantara
25 Fazlur Rahman dan Ebrahim Moosa, adalah tasawuf sunni dan tasawuf falsafi. Tasawuf
Gelombang Perubahan dalam Islam: Studi tentang Sunni adalah jenis tasawuf dengan poros ajaran
Fundamentalise Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Imam al-Ghazali, kitab yang dirujuk adalah Ihya
Persada, 2000), hlm. 5. Ulumuddin, Minhaj al-Abidin, dan Bidayah al-

52 Penyerapan Hukum Islam ...
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
Corak kedua adalah Persia, corak adalah Islam Sunni.32 Hal ini terbukti sejak
keagamaan ini dibawa oleh para pedagang awal masuknya yaitu adanya hubungan
dari Persia yang bermazhab Syiah. Ia diplomatik antara kerajaan Sriwijaya
berkembang di Indonesia menancapkan dengan kekhalifahan Bani Umayyah di
pengaruhnya dalam bentuk budaya yang Damaskus yang Sunni.33 Selain itu realitas
masuk ke beberapa wilayah Nusantara. yang ada di masyarakat Indonesia sekarang
Sebagai contoh adanya perayaan Tabuik di ini menunjukan hal tersebut. Artinya bahwa
wilayah Sumatera Barat dan Tabot di walaupun umat Islam di Nusantara
Bengkulu adalah pengaruh dari para memiliki berbagai corak keislamaan namun
pembawa Islam dari Persia dengan mazhab tidak keluar dari pemahaman Islam Sunni
Syiah. Demikian pula penghormatan yaitu Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
terhadap bulan Syuro (Muharam) adalah Sebagaimana disepakati oleh golongan
bentuk keislaman lokal yang ada di wilayah terbesar umat Islam dunia.
Persia sebagai penghormatan terhadap Berdasarkan corak keagamaan yang
terbunuhnya Husain bin Ali bin Abu Thalib masuk ke Nusantara maka masing-masing
di Karbala.30 wilayah memiliki corak keagamaan yang
Sementara corak keagamaan Arab berbeda-beda. Pada wilayah pesisir corak
tampak dari pola keagamaan masyarakat di keislamannya lebih inklusif dibandingkan
wilayah Sumatera, sebagian Jawa dan wilayah pedalaman. Salah satu
Sulawesi. Corak ini tampak pada pola penyebabnya adalah intensitas interaksi
keagamaan kaum Paderi di Sumatera Barat mereka dengan para pedagang dan
yang lebih eksklusif dibanding komunitas mubaligh yang singgah dan menetap di
lainnya karena banyak dipengaruhi oleh sekitar mereka. Kondisi pesisir yang
gerakan pembaharuan di Timur Tengah menjadi pusat perdagangan antar bangsa
khususnya Mesir.31 Corak ini terus turut mendorong masyarakatnya bersikap
berkembang ke beberapa wilayah lebih terbuka dan kosmopolit.34
bersamaan dengan gelombang perubahan Pesisir adalah wilayah awal yang
yang terjadi di dunia Islam. Selain itu peran dimasuki oleh dakwah Islam berdasarkan
organisasi keagamaan yang bersifat argumentasi bahwa satu-satunya jalur
reformis turut andil dalam penyebarannya. perjalanan yang memungkinkan untuk
Walaupun terdapat berbagai corak menghubungkan antara satu wilayah
keislaman, namun secara umum Islam yang dengan wilayah lainnya pada waktu itu
masuk dan berkembang di Nusantara adalah laut. Argumentasi berikutnya adalah
bahwa kekuasaan Islam dalam bentuk
Hidayah. Tasawuf Sunni banyak diikuti oleh para
ulama dan fuqaha yang tersebar di berbagai wilayah
Nusantara. Salah satu penyebabnya adalah ajaran ini 32 Sunni adalah kelompok umat Islam yang
dikembangkan oleh Wali Songo ketika berpegang teguh dengan ajaran Nabi dan para
menyebarkan Islam di bumi Nusantara. Adapun shahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka
tasawuf falsafi hanya berkembang pada beberapa dan meniti jalan mereka baik dalam permasalahan
wilayah misalnya di Sumatera dengan tokohnya akidah, ibadah dan muamalah.
Hamzah Fansuri. Corak tasawuf ini tidak 33 Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan
berkembang lebih lanjut karena mendapatkan Kepulauan Nusantara pada Abad ke-XVII dan
pertentangan dari kalangan fuqaha pada waktu itu. XVIII, hlm. 25-29. Ajid Thahir, Studi Kawasan
30 Zulkifi, The Struggle of the Shi’is in Dunia Islam. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
Indonesia, (Belanda: Leiden University, 2009). 2009), hlm. 396.
31 Mubarak, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 34 Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta:
277. LKIS, 2005), hlm. 10.

Penyerapan Hukum Islam ... 53
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
kerajaan pertama berada di wilayah pesisir, tipe masyarakat Nusantara dalam menerima
seperti kerajaan Samudera Pasai, Aceh, Islam; Pertama, tipe Resepsi Simbolis-
Demak, Cirebon, Banten, Banjar, Gowa, substanstif yaitu tipe masyarakat yang
Ternate, Bima, Buton dan yang lainnya. menerima Islam sebagai agamanya dan
Sehingga merupakan keniscayaan ketika meninggalkan adat-istiadat yang selama ini
Islam menggunakan jalur laut sebagai jalan mereka laksanakan. Kedua, tipe Resepsi
masuk ke Nusantara.35 Selektif-modifikatif yaitu tipe masyarakat
Berawal dari wilayah pesisir, yang menerima Islam dengan disesuaikan
kemudian Islam berkembang memasuki dengan adat-istiadatnya. Apabila terjadi
setiap jengkal wilayah Nusantara. Ia pertentangan makan hukum Islam tersebut
memasuki pedalaman Sumatera, Jawa, akan dimodifikasi agar selaras dengan
Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Maluku, nilai-nilai lokal. Ketiga, tipe Resepsi
Nusa Tenggara dan Papua. Perkembangan Simbolis yaitu tipe masyarakat yang
Islam di wilayah pedalaman Nusantara menerima Islam sebatas simbol dan istilah
ditandai dengan berdirinya kerajaan saja. Mereka menggunakan istilah-istilah
Mataram di Jawa Tengah dengan wilayah Islam namun masih memegang teguh
kekuasaannya hingga ke Jawa Timur dan kepercayaan sebelumnya sehingga belum
Jawa Barat.36 Penyebaran Islam ke menerima Islam sebagai agamanya.38
pedalaman dilakukan secara lebih Tipe pertama terlihat pada komunitas
sistematis dan terarah, sebagai contoh di yang tinggal di pesisir pantai, mereka
Jawa dikenal istilah Wali Sanga yaitu menerima Islam dengan menjadi Muslim
sebuah lembaga dakwah yang dan menggunakan simbol-simbol Islam
beranggotakan sembilan wali sebagai secara formal dan melaksanakannya dalam
penyebar Islam di Jawa Tengah, Jawa Barat kehidupan sehari-hari. Tipe kedua dan
dan Jawa Timur.37 Pendekatan dakwah ketiga umumnya adalah masyarakat yang
yang dilakukan oleh dewan Wali Sanga berada di pedalaman, mereka menerima
lebih kepada dakwah kultural di mana Islam dengan disesuaikan dan dimodifikasi
budaya lokal yang ada tidak dihilangkan berdasarkan karakter adatnya masing-
sekaligus namun diwarnai dengan ajaran masing. Hingga saat ini tiga tipe tersebut
Islam. mewarnai karakteristik keislaman
Berkembangnya Islam di Nusantara masyarakat di Indonesia.
disambut beragam oleh masyarakatnya. Penyebab munculnya berbagai tipe
Berdasarkan penerimaannya terdapat tiga penyerapan ini adalah karena sebelum
Islam masuk, masyarakat Nusantara telah
35 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, memiliki kepercayaan (religion) yang
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001), hlm. 193.
36 Sisa-sisa pengaruh Mataram di Jawa Barat diwariskan dari nenek moyangnya.
diantaranya adalah di Kampung Pulo Garut dan Sehingga ketika Islam datang, ia tidak
Kampung Dukuh dimana nenek moyang mereka
masuk ke dalam masyarakat yang hampa
berasal dari para prajurit Mataram yang dahulu ikut
menyerang Batavia. Selain itu kerajaan Sumedang
larang yang pernah menjadi wilayah kekuasaan
Mataram turut mengembangkan budaya Jawa di 38 Sebagai pembanding lihat Teori
Tatar Sunda dalam berbagai bidang seperti bahasa, Akomodasi Hukum Islam oleh Adil, Simboer
seni, politik dan sosial. Tjahaya: Studi tentang Pergumulan Hukum Islam
37 Agus Sunyoto, Wali Songo: Rekonstruksi dan Hukum Adat dalam Kesultanan Palembang
Sejarah yang Disingkirkan, (Jakarta: Trans Pustaka, Darussalam (Jakarta: Puslitbang Lektur Khazanah
2011). Keagamaan Kemenag RI, 2011), hlm. 89.

54 Penyerapan Hukum Islam ...
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
agama. Islam berhadapan dengan Hasil dari proses penyerapan dalam
masyarakat yang telah mendapat bimbingan berbagai bentuknya tidak mesti dipandang
moral dari berbagai agama dan negatif, sebaliknya ia adalah satu proses
kepercayaan yang telah ada sebelumnya yang harus dilalui oleh Islam agar bisa
yaitu kepercayaan lokal Nusantara,39 Hindu diterima secara baik oleh masyarakat
dan Budha. Mereka menerima Islam Nusantara. Selain itu, upaya untuk
dengan tetap mempertahankan adat dan menjadikan Islam yang bersifat universal
kepercayaannya hingga terjadilah akan menemukan wilayahnya dalam proses
hubungan timbal balik antara keduanya.40 Indonesianisasi Islam. Islam dengan
Hubungan timbal balik antara Islam citarasa lokal menjadi hal yang tidak
dan adat lokal tercermin dari pola-pola terelakan dalam proses dialog ini, termasuk
keagamaan yang dilaksanakan oleh dalam ranah hukum Islam.
masyarakat Nusantara khususnya yang Hukum Islam44 sebagai bagian tidak
berada di pedalaman. Mereka menerima terpisahkan dari syariat Islam telah diserap
syariat Islam dengan syarat tidak pula oleh masyarakat Nusantara sejak
mengganggu stabilitas adat-istiadat mereka berinteraksi dengan umat Islam dan
sebelumnya. Syariat Islam yang sesuai menerima Islam. Ketika hukum Islam
dengan adat akan diterima, sedangkan yang masuk, ia diserap oleh masyarakatnya
bertentangan akan ditolak atau dimodifikasi dengan beragam. Tingkat penyerapan
dalam pelaksanaannya.41 Proses hukum Islam pada masyarakat Nusantara
penyerapan ini memunculkan asimilasi,42 berbeda-beda sesuai dengan tingkat
harmonisasi dan akulturasi43 antara Islam pemahamannya. Selain itu ada pula
dan adat lokal. pengaruh dari faktor sosial, ekonomi,
politik, dan budaya yang ada pada

masyarakat tersebut.
39 Agama asli Nusantara adalah kepercayaan
terhadap Sang Hyang yang diyakini sebagai sumber Pada beberapa wilayah di Nusantara
dan awal dari kehidupan alam semesta. Rahmat seperti Sumatera Barat dan Aceh,
Subagya, Agama Asli Indonesia, (Jakarta: Yayasan
penyerapan hukum Islam sangat dominan
Cipta Loka Caraka, 1981), hlm. 66.
40 Redfield, Robert. 1956. Peasant Society sehingga ia menggantikan posisi adat yang
and Culture: An Anthropological Approach to
berlaku sebelumnya. Sementara di wilayah
Civilization. Chicago and London: The University
lainnya seperti Jawa, Bali dan Nusa
of Chicago Press.
41 Daniel S. Lev. Islamic Courts in Indonesia Tenggara terlihat lebih lemah sehingga
terjemah oleh Zaini Ahmad Noeh Peradilan Agama
Islam diselaraskan dengan adat lokal. Pada
Islam di Indonesia (Jakarta: Penerbit Intermasa,
1986) cet. II, hlm. 20-21.
42 Asimilasi adalah pembauran dua
kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri kebudayaan lainnya. Lihat Leonard Broom dan
khas kebudayaan asli sehingga membentuk Philip Selznick, Sociology: A Text with adaptive
kebudayaan baru. Menurut Koentjaraningrat, proses reading, (Evenston, Illionis: Row Peterson and
asimilasi akan timbul apabila ada kelompok- Company, 1961) hlm. 70.
kelompok yang berbeda kebudayaan saling 44 Hukum Islam adalah seperangkat peraturan
berinteraksi secara langsung dan terusmenerus yang bersumber dari dan menjadi bagian agama
dalam jangka waktu yang lama, sehingga Islam. Ia berasal dari wahyu Allah Swt dan sunnah
kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan Rasulullah Saw dalam bentuk syariah (nilai-nilai
saling menyesuaikan diri. Koentjaraningrat, dasar) dan fiqh (pemahaman ahli hukum Islam).
Pengantar Ilmu Anthropologi, (Jakarta: Rineka Lihat Muhammad Daud Ali, Hukum Islam:
Cipta, 2002) cet. Ke delapan, hlm. 255. Pengantar Ilmu Hukum dan Hukum Tata Islam di
43 Akulturasi adalah penyerapan unsur Indonesia (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
budaya oleh suatu masyarakat yang berasal dari 2006), hlm. 42.

Penyerapan Hukum Islam ... 55
AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM
komunitas yang lebih tertutup di wilayah Ketiga suku ini mendiami pulau Jawa
pedalaman hukum Islam diserap hanya bagian barat. Mereka menyerap hukum
sebatas istilah-istilah yang menggantikan Islam dengan beragam, dari sekadar
istilah adat yang ada sebelumnya. Ini penggunaan istilah-istilah dalam Islam
terjadi karena intensitas interaksi mereka hingga melaksanakannya secara konsisten.
dengan komunitas Muslim yang kurang. Secara umum mereka menyandingkan
Penelitian mengenai komunitas hukum Islam dengan adat lokal, hingga
pesisir menunjukan bahwa keberagamaan memunculkan hukum Islam dengan warna
mereka lebih genuine dibandingkan dengan adat Betawi, Sunda dan Banten. Bukti
komunitas yang ada di pedalaman. konkritnya adalah pelaksanaan hukum
Walaupun secara konstruk sosial mereka Islam oleh mereka yang selalu
juga membangun dialektika antara Islam disandingkan dengan adat lokal misalnya
dan adat lokal. Komunitas di pesisir dalam pelaksanaan aqiqah, khitanan,
memiliki kekhasan bila dibandingkan pernikahan, kematian dan perayaan lainnya.
dengan komunitas pedalaman, mereka lebih Selain itu muncul pula istilah-istilah yang
melegitimasi teks-teks Islam dibandingkan menggabungkan hukum Islam dengan adat
adat lokal. Faktanya dapat dilihat pada lokal seperti Sunda teh Islam dan Islam teh
komunitas di pesisir pulau Jawa seperti Sunda48 serta Tatali Kumawula ti Agama
Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Tuban sareng Darigama.49
dan Gresik. Beberapa komunitas dari suku
Berdasarkan pemaparan tersebut Betawi, Sunda dan Banten yang tinggal di
maka masyarakat Nusantara yang berada di

pesisir pantai menyerap hukum Islam lebih
penyerapan mereka terhadap Islam dan sistem
dominan dibandingkan wilayah yang hukumnya
46 Sementara suku Sunda adalah salah satu
berada di pedalaman. Sementara
suku besar di Indonesia yang memiliki sistem
masyarakat yang tinggal di pedalaman hukum tersendiri yang bersumber dari adat-istiadat
masih memegang teguh adat-istiadatnya yang telah diwariskan secara turun-temurun dari
nenek moyangnya. Adat-istiadat tersebut dipegang
masing-masing, mereka lebih selektif
teguh sebagai pedoman hidup dan mengatur
dalam menyerap hukum Islam. Beberapa interaksi antara mereka, pelanggaran yang terjadi
akan mendapatkan sanksi berupa hukuman fisik atau
komunitas adat di pedalaman hingga kini
hukuman sosial.
ada yang belum menerima Islam sebagai 47 Menurut sensus penduduk tahun 2000
agama, walaupun pada beberapa bagian Banten merupakan etnis tersendiri yang tidak
termasuk suku Sunda. Suku Banten adalah mereka
adatnya menyerap unsur-unsur hukum
yang berada di wilayah Provinsi Banten saat ini,
Islam. sejak ia memisahkan diri dari provinsi Jawa Barat
Masyarakat Nusantara yang masyarakat Banten merasa dirinya berbeda dengan
orang Sunda sehingga mereka menyebut dirinya
menyerap hukum Islam diantaranya adalah
adalah wong Banten atau suku Banten. Walaupun
suku Betawi,45 Sunda46 dan Banten.47 pada dasarnya mereka memiliki nenek moyang yang
sama dengan suku Sunda lainnya. Adanya pengaruh
dari Cirebon menjadikan suku Banten saat ini
berdiri sendiri berdampingan dengan suku-suku di
45 Suku Betawi adalah suku yang mendiami Indonesia lainya.
wilayah DKI Jakarta saat ini, wilayahnya yang 48 Ajip Rosjidi, Mencari Sosok Manusia
berada di pesisir menjadikannya lebih dulu Sunda, (Jakarta: Pustaka Jaya. 2010), hlm. 50.
berinteraksi dengan Islam. Sementara 49 Maksud dari istilah ini adalah bagi
perkembangan wilayahnya sebagai ibu kota komunitas adat mereka memiliki kewajiban untuk
Indonesia juga menciptakan lingkungan sosial yang mengabdi dan melaksanakan seluruh perintah agama
kosmopolitan. Hal ini berpengaruh kepada pola dan darigama (pemerintah).

56 Penyerapan Hukum Islam ...