Table Of Contentp-ISSN: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
e-ISSN: 2548-8376 Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016 (23-43)
November 2016
PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING;
DESIGN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH
Muqarramah
Dosen Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
IAIN Antasari Banjarmasin
[email protected]
ABSTRACT
Elementary School is a operational concrete time for young learners. Primary school curriculum
exposing students to study Islamic education. In the Islamic primary school, students will study
Islamic education and develop basic skills. Experience of students studying the Quran Hadith,
Fiqh, Aqidah Akhlak, History and Practice of Islam and Arabic in schools should will build
itself. Especially for Aqidah Akhlak are generally taught to the whole class, and it is the basis of
the students in expressing religiosity. Learning Aqidah Akhlak have a great responsibility for the
lives of students. Sometimes teachers teach Aqidah Akhlak using conventional method. This
causes students to lose meaning in Islamic learning so that students just accept without critical
dogma in it. The teacher becomes a source of knowledge and passive students in learning. The
background of this analysis is Student Centered Learning approach; Aqidah Akhlak design
learning for elementary Islam. Based Problems and paradigms in Aqidah Akhlak classes, Student
Centered Learning approach can be developed that Cooperative Learning, Group Discussion,
PBL, Connecting methods and Learning Differ can help teachers improve learning in primary
school moral creed of Islam.
Keywords: aqidah akhlak, islamic elementary school , student centered, learning approach
ABSTRAK
Sekolah Dasar adalah waktu operasional yang konkrit untuk pelajar muda. Kurikulum sekolah
dasar mengekspos siswa untuk belajar Pendidikan Agama Islam. Di Sekolah Dasar Islam, siswa
akan belajar Pendidikan Agama Islam dan mengembangkan keterampilan dasar. Pengalaman
siswa belajar Al-Quran Hadits, Fiqh, Aqidah akhlak, Sejarah dan Islam Practice, dan Arab di
sekolah seharusnya yang akan membangun dirinya sendiri. Khususnya untuk Aqidah akhlak
umumnya diajarkan untuk seluruh kelas, dan itu adalah dasar dari siswa di mengekspresikan
religiusitasnya. Pembelajaran Aqidah Akhlak memiliki tanggung jawab besar bagi kehidupan
siswa. Kadang-kadang guru mengajar secara konvensional pada materi Aqidah akhlak. Hal ini
menyebabkan siswa kehilangan makna dalam belajar Islam sehingga siswa hanya menerima
dogma tanpa kritis di dalamnya. Guru menjadi sumber pengetahuan dan siswa pasif dalam
pembelajaran. Latar belakang dari analisis ini yaitu pendekatan Student Centered Learning;
desain Aqidah Akhlak belajar untuk SD Islam. Berdasarkan Masalah dan paradigma dalam
Aqidah Akhlak Kelas, pendekatan Student Centered Learning yang dapat dikembangkan yaitu
Pembelajaran Kooperatif, Group Discussion, PBL, Connecting methods dan Learning differ
dapat membantu guru dalam memperbaiki cara belajar Aqidah akhlak di Sekolah Dasar Islam.
,
Kata Kunci : aqidah akhlak, SD Islam, student centered, pendekatan pembelajaran
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam pada pendidikan dipahami bahwa pemerintahan
esensinya adalah sebuah proses transformasi pusat melalui Departemen Pendidikan
pengetahuan menuju ke arah potensi Nasional mengatur semua kebijakan yang
manusia. Pendidikan Agama Islam menyangkut pendidikan dan
khususnya pelajaran Aqidah Akhlak memberlakukannya ke seluruh Indonesia.
diharapkan menjadi salah satu motor Pemerintah pula yang mengatur anggaran
penggerak menghadirkan sosok insan kamil belanja untuk pendidikan, kurikulum,
dalam generasi bangsa. Dengan adanya membuat buku ajar, dan kebijakan-kebijakan
sistem dan proses pendidikan yang visioner lainnya (Idi, 1999). Kurikulum merupakan
misalnya dengan adanya pengembangan salah satu komponen utama pendidikan dan
dalam materi ajar Pendidikan Agama Islam posisi kurikulum dalam sisem pendidikan
maka harapannya mampu mensinergikan menempati salah satu posisi penentu dari
realitas peserta didik menjadi manusia output peserta didik dan merupakan alat
paripurna yang memiliki kecerdasan utama untuk proses pembelajaran. Hal
intelektual, emotional dan spiritual. Dalam tersebut seperti bagan berikut:
tulisan ini dibahas mengenai esensi dan
Instrumental Inputs:
substansi pendekatan Student Centered
Curriculum
Learning pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Facilitators (capacity & Integrity)
untuk Madrasah Ibtidaiyah yang dilihat dari Audiovisual Aids
Facilities
persektif epistemologi, metodologi dan
Aksiologi Pendekatan Student Centered
Learning tersebut Ra w
mate rials Learning Process OUTPUTS
Participant
1. PARADIGMA PEMBELAJARAN
AQIDAH AKHLAK DALAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Environmental Inputs: OUT
Kurikulum merupakan unsur penting
Regulation and Policy COMES
dalam setiap bentuk dan model pendidikan
Demography
yang manapun. Tanpa adanya kurikulum, P olitical, Economic, Social Changes
Sains and technology development,
sulit rasanya bagi para perencana pendidikan
etc
untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan. Pentingnya kurikulum dalam
pelaksanaan pendidikan diakui oleh banyak Gambar 1. Proses Pembelajaran oleh Gufhron
pakar pendidikan. Nasib suatu bangsa sangat
ditentukan oleh penguasaan terhadap Berdasarkan gambar tersebut menjadi
kurikulum, karena kurikulum merupakan alat ultimatum bagi stakeholder khususnya
yang begitu vital bagi perkembangan bangsa sekolah/ Madrasah untuk melaksanakan
(Nasution, 2003). Saylor dan Alexander kurikulum sebaik – baiknya karena proses
menyatakan kurikulum bukanlah sekedar pembelajaran/ Learning Process merupakan
memuat mata pelajaran, melainkan termasuk jalur yang dapat mencetak seperti apa yang
pula didalamnya segala usaha sekolah untuk dikehendaki output dari sekolah tersebut.
mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha Intinya, proses pembelajaran merupakan
tersebut dilakukan di lingkungan sekolah wadah penerapan kurikulum. Pembelajaran
maupun di luar sekolah (Nasution, 1990). pada dasarnya merupakan upaya untuk
Di Indonesia pada masa pemerintahan mengarahkan peserta didik ke dalam proses
orde baru, terdapat dua buah departemen belajar sehingga mereka dapat memperoleh
yang mengatur permasalahan kurikulum, tujuan belajar sesuai dengan apa yang
seperti yang diketahui pada masa diharapkan (Hartono, 2011). Pada intinya
pemerintahan pada masa sebelumnya bahwa pembelajaran sebagai proses kegiatan
menganut sistem sentralisasi. Sentralisasi bersifat sistemik dan sistematis yang
24
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016
mengarah pada pencapaian sejumlah peradaban sejak zaman Nabi Muhammad
kompetensi tertentu, yang mana SAW sampai sekarang.
pembelajaran memiliki peran penting bagi Beberapa definisi tersebut, maka
peningkatan kualitas peserta didik sehingga dapat diambil pengertian bahwa yang
diperoleh performan akademik, skill dan dimaksud Pendidikan Agama Islam adalah
perilaku yang baik. suatu aktivitas atau usaha-usaha tindakan dan
Kualitas peserta didik kadang kala bimbingan yang dilakukan secara sadar dan
cenderung dikaitkan dengan pembelajaran sengaja serta terencana yang mengarah pada
Pendidikan agamanya di sekolah. Pendidikan terbentuknya kepribadian peserta didik yang
Agama Islam yang terdiri dari mata sesuai dengan norma-norma yang ditentukan
pelajaran Al-Qur’an Hadits, Fiqh, Aqidah oleh ajaran agama. Pendidikan Agama Islam
Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam serta juga merupakan upaya sadar dan terencana
Bahasa Arab merupakan beberapa mata dalam menyiapkan peserta didik untuk
pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah. mengenal, memahami, menghayati, hingga
Seyogyanya hal itu merupakan tanggung mengimani, bertaqwa, dan ber akhlak mulia
jawab bersama bagaimana menjadikan dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari
pembelajaran itu meraih hasil seperti sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran
tujuannya. Oleh sebab itu, usaha yang secara dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan
sadar dilakukan oleh guru mempengaruhi pengajaran, latihan, serta penggunaan
peserta didik dalam rangka pembentukan pengalaman.
manusia beragama (yang diperlukan dalam Berdasarkan pengertian di atas
pengembangan kehidupan beragama dan terbentuknya Pendidikan Agama Islam
sebagai salah satu sarana pendidikan nasional adalah pendidikan yang diarahkan pada
dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terbentuknya kepribadian Muslim.
terhadap Tuhan Yang Maha Esa). Secara Kepribadian Muslim adalah pribadi yang
sederhana, istilah Pendidikan Agama Islam menjadikan Islam sebagai sebuah pandangan
menurut Muhaimin (2004) dapat dipahami hidup, sehingga cara berpikir, merasa, dan
dalam beberapa pengertian yaitu: bersikap sesuai dengan ajaran Islam. Dengan
1) Pendidikan menurut Islam atau demikian menurut hemat penulis, Pendidikan
Pendidikan Islami, yakni pendidikan Agama Islam itu adalah usaha berupa
yang dipahami dan dikembangkan dari bimbingan, baik jasmani maupun rohani
ajaran dan nilai-nilai fundamental yang kepada peserta didik didik menurut ajaran
terkandung dalam sumber dasar Islam, Islam, agar kelak dapat berguna menjadi
yaitu al-Quran dan Sunnah. Dalam pedoman hidupnya untuk mencapai
pengertian yang pertama ini, pendidikan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Islam dapat berwujud pemikiran dan Jika ditarik ke ranah Aqidah Akhlak,
teori pendidikan yang mendasarkan diri pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah
atau dibangun dan dikembangkan dari satu bagian dari Pelajaran Pendidikan agama
sumber-sumber dasar tersebut. Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah, yang
2) Pendidikan ke-islam-an atau Pendidikan mana sebagaimana yang telah diketahui
Agama Islam, yakni upaya mendidikan dalam PAI MI secara umum terdiri atas
agama Islam atau ajaran Islam atau nilai- beberapa mata pelajaran yang memiliki
nilai Islam agar menjadi way of life karakteristik sendiri-sendiri seperti Al-
(pandangan dan sikap hidup) seseorang. Qur’an-Hadits, menekankan pada
3) Pendidikan dalam Islam atau proses dan kemampuan baca tulis yang baik dan benar,
praktik penyelenggaraan pendidikan memahami makna secara tekstual dan
yang berlangsung dan berkembang kontekstual, serta mengamalkan
dalam sejarah umat Islam. dalam arti kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
proses bertumbuhkembangnya Islam dan Aspek Fiqh menekankan pada kemampuan
umatnya, baik Islam sebagai agama, cara melaksanakan ibadah dan muamalah
ajaran, meupun sistem budaya dan yang benar dan baik. Aspek Tarikh &
25
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016
kebudayaan Islam menekankan pada mencakup pengamalan, pemahaman, dan
kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa- penanaman nilai-nilai keagamaan, serta
peristiwa bersejarah (Islam), meneladani pengamalan nilai-nilai tersebut dalam
tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya kehidupan individual ataupun kolektif
dengan fenomena sosial, budaya, politik, kemasyarakatan. Peningkatan potensi
ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan
mengembangkan kebudayaan dan peradaban pada optimalisasi berbagai potensi yang
Islam. Aspek Bahasa Arab yang menekankan dimiliki manusia yang aktualisasinya
kosakata dan pemahamana kata dalam bahasa mencerminkan harkat dan martabatnya
Arab secara sederhana, Sedangkan Aspek sebagai makhluk Tuhan. Berdasarkan hal
Aqidah- Akhlak yakni aspek Aqidah tersebut, dapat dipahami bahwa Aqidah dan
menekankan pada kemampuan memahami Akhlak untuk Madrasah Ibtidaiyah diberikan
dan mempertahankan keyakinan/keimanan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama
yang benar serta menghayati dan diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna mewujudkan manusia yang bertakwa kepada
dan aspek Akhlak menekankan pada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta
pembiasaan untuk melaksanakan akhlak bertujuan untuk menghasilkan manusia yang
terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling
kehidupan sehari-hari (Muhaimin, 2004). menghargai, disiplin, harmonis dan produktif,
Menurut Standar Kompetensi dan baik personal maupun sosial. Namun secara
Kompetensi Dasar PAI SD/MI, Aqidah- umum, berdasarkan SK dan KD PAI SD/MI,
akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan aqidah akhlak bertujuan untuk:
salah satu mata pelajaran PAI yang a) menumbuhkembangkan Aqidah melalui
mempelajari tentang rukun iman yang pemberian, pemupukan, dan
dikaitkan dengan pengenalan dan pengembangan pengetahuan,
penghayatan terhadap al-asma’ al-husna, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta penciptaan suasana keteladanan dan serta pengalaman peserta didik tentang
pembiasaan dalam mengamalkan akhlak Agama Islam sehingga menjadi manusia
terpuji dan adab Islami melalui pemberian muslim yang terus berkembang
contoh-contoh perilaku dan cara keimanan dan ketakwaannya kepada
mengamalkannya dalam kehidupan sehari- Allah SWT;
hari. Secara substansial mata pelajaran b) Mewujudkan manusia Indonesia yang
Aqidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam berakhlak mulia dan menghindari akhlak
memberikan motivasi kepada peserta didik tercela dalam kehidupan sehari-hari baik
untuk mempraktikkan al-akhlaqul karimah dalam kehidupan individu maupun
dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sosial, sebagai manifestasi dari ajaran
sebagai manifestasi dari keimanannya kepada dan nilai-nilai aqidah Islam.
Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Berdasarkan tujuan itu maka sejatinya
rasul-rasulNya, hari akhir, serta Qadla dan pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah
Qadar. Ibtidaiyah menghendaki siswa untuk taat
Maka dapat difahami bahwa beragama dan berakhlak mulia yaitu
pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah manusia yang berpengetahuan, rajin
Ibtidaiyah yakni Pendidikan tentang Aqidah beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
dan Akhlak yang dimaksudkan untuk berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga
peningkatan potensi spiritual dan membetuk keharmonisan secara personal dan sosial serta
peserta didik agar menjadi manusia yang mengembangkan budaya agama dalam
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang komunitas sekolah di tingkat dasar.
Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak Dilihat dari tujuan Pembelajaran
mulia mencakup etika, budi pekerti, dan tersebut diatas dapat dipahami secara
moral sebagai perwujudan dari pendidikan struktural bahwa Aqqidah Akhlak tidak dapat
agama. Peningkatan potensi spiritual dihayati dan diamalkan kalau hanya diajarkan
26
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016
saja, tetapi harus dididik melalui proses mempraktekkan pengalaman yang diperoleh
pendidikan. Dan dari tujuannya tersebut dalam konteks kehidupan. Pengalaman
menurut analisa penulis, Pembelajaran belajar peserta didik dapat diperoleh dari
Aqidah Akhlak dalam Pendidikan Agama hasil interaksi dengan sosialnya baik yang di
Islam mempunyai tujuan secara umum dalam kelas maupun di luar kelas.
menyiapkan generasi muda untuk memegang Namun dalam menyikapi suatu proses
peranan tertentu dalam masyarakat pada masa pembelajaran, pembelajaran hendaknya
yang akan datang, peranan ini berkaitan memperhatikan kondisi individu peserta didik
dengan kelanjutan hidup masyarakat sendiri, karena merekalah yang akan belajar. Peserta
memindahkan ilmu pengetahuan yang didik merupakan individu yang berbeda satu
bersangkutan dengan peranan tersebut dari sama lain, memiliki keunikan masing-masing
generasi tua ke generasi muda, memindahkan yang tidak sama dengan orang lain. Oleh
nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara karena itu pembelajaran Aqidah Akhlak
keutuhan dan kesatuan masyarakat yang tingkat Madrasah Ibtidaiyah haruslah benar-
menjadi syarat mutlak bagi kelangsungan benar dapat mengubah kondisi peserta didik
hidup suatu masyarakat dan peradaban, dari yang tidak tahu menjadi tahu,dari yang
dengan kata lain, nilai-nilai keutuhan dan tidak paham menjadi paham serta dari yang
kesatuan suatu masyarakat, tidak akan berperilaku kurang baik menjadi baik, karena
terpelihara yang akhirnya menyebabkan pada usia Madrasah Ibtidaiyah merupakan
kehancuran masyarakat itu sendiri. Namun usia yang sepatutnya mulai sensitif dengan
intinya bahwa esensi pembelajaran Aqidah problematika sosial. Kondisi riil peserta didik
Ahlak Madrasah Ibtidaiyah sendiri itu seperti peserta didik seperti ini, selama ini
bertujuan untuk mendidik peserta didik agar kurang. mendapat perhatian dikalangan
beramal di dunia untuk memetik hasilnya di pendidik, terlebih – lebih ketika dalam
akhirat. pembelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini terlihat
Melihat pengertian dan tujuan dari perhatian sebagian guru/ pendidik yang
Pembelajaran Aqidah Akhlak diatas, tersirat cenderung memperhatikan kelas secara
adanya suatu tanggung jawab besar yang keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok
harus dicapai dalam pembelajarannya agar peserta didik, sehingga perbedaan individu
berkesesuaian dengan output peserta didik kurang mendapat perhatian. Gejala lain yang
seperti apa yang di kehendaki dari terlihat pada kenyataan banyak guru yang
pembelajaran tersebut, seperti yang dikutip menggunakan metode pengajaran yang
zurqoni dari Djemari Mardapi bahwa cenderung sama setiap kali pertemuan di
Keberhasilan pembelajaran Agama kelas berlangsung, yang padahal
dipengaruhi oleh sejumlah aspek, diantaranya pembelajaran Aqidah Akhlak haruslah
pengalaman belajar yang dibangun melalui menjadi pembelajaran di garda depan dalam
pendekatan pembelajaran . Pengalaman mengakomodir kognitif, afektif, dan
belajar pada diri peserta didik diperoleh psikomotorik.
melalui kegiatan mengerjakan sesuatu, Pembelajaran Aqidah Akhlak yang
melakukan pemecahan masalah, mengamati kurang memperhatikan perbedaan individual
suatu gejala, peristiwa, percobaan dan peserta didik dan didasarkan pada keinginan
sejenisnya (Zurqoni, 2009). Pengalaman guru akan sulit untuk dapat mengantarkan
belajar tersebut dapat dilakukan atau peserta didik didik ke arah pencapaian tujuan
diperoleh di dalam maupun di luar kelas. pembelajaran. kondisi seperti inilah yang
Pengalaman belajar menurut faham pada umumnya terjadi pada pembelajaran
construktivism diperoleh oleh peserta didik konvensional Aqidah Akhlak khususnya di
agar yang bersangkutan dapat membangun tingkat Madrasah Ibtidaiyah. konskuensi dari
pemahamannya sendiri melalui kegiatan pendekatan pembelajaran seperti ini adalah
belajar yang terpusat pada peserta didik, terjadinya kesenjangan yang nyata antara
sehingga peserta didik nantinya akan peserta didik yang cerdas dan peserta didik
memiliki kemampuan untyuk yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan
27
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016
pembelajaran, serta kurang ada internalisasi proses transformasi dan eksplorasi ilmu, guru
dari nilai-nilai ajaran agama itu sendiri. menjadi sumber informasi utama, materi
Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak tidak bersifat kontekstual, dan soft skills
diperolehnya ketuntasan dalam belajar, peserta didik tidak berkembang. Akibatnya
sehingga sistem belajar tuntas terabaikan, kelas menjadi tidak hidup. Peserta didik tidak
selain itu Pembelajaran Aqidah Akhlak yang memiliki pengalaman belajar yang berkesan,
seyogyanya dapat menghadirkan sosok yang tidak ada pengalaman internalisasi, tidak ada
mengerti dan mengamalkan nilai agama ilmu yang benar – benar masuk ke hati dan
akhirnya terabaikan. Hal ini merupakan fikiran, implementasi ilmu yang semu pun
salah satu faktor yang membuktikan akhirnya tak mampu diterapkan dalam
terjadinya ada yang “miss” dalam proses kehidupan sehari – hari, karena ilmu yang
pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah didapat kurang merasuk ke jiwa. Itulah
Ibtidaiyah paradigma pembelajaran Aqidah Akhlak di
Dalam konteks 'pembelajaran' Aqidah beberapa Madrasah Ibtidaiyah di Indonesia.
Akhlak tingkat Madrasah Ibtidaiyah secara Memang jika menengok proses
umum telah memuat konsep belajar pembelajaran Aqidah Akhlak pada umumnya
mengajar serta interaksi belajar dan kurang memberi ruang bagi peserta didik
mengajar. Ada 4 dimensi yang cukup untuk belajar lebih berdaya dan peka
mendasar dalam proses belajar mengajar, terhadap lingkungan sosialnya sehingga
yaitu konsep pengajaran dan kurikulum, terwujud kecerdasan intelektual, emosional
konponen-komponen pembelajaran, dan spiritual (Zurqoni, 2009). Namun jika
implementasi pembelajaran dan strategi mengacu pada pentingnya proses
pembelajaran yang berpusat pada peserta pembelajaran, maka pendekatan Student
didik (Hamalik, 2007). Dalam paradigma Centered Learning dapat menjadi variabel
selama ini penyelenggaraan pendidikan di bagi upaya peningkatan proses pembelajaran
Indonesia, dan terkhusus dalam cakupan di Madrasah Ibtidaiyah. Pendekatan
Pembelajaran Aqidah Akhlak tingkat pembelajaran Student Centered Learning
Madrasah Ibtidaiyah secara mayoritas belum tersebut diterapkan pada mata pelajaran
menggunakan strategi yang efektif dan tertentu termasuk mata pelajaran Aqidah
efisien secara optimal. Pola pendidikan masih Akhlak. Dengan proses pembelajaran yang
bersifat doktriner dan non humanis yang efektif diharapkan dapat meningkatkan
menempatkan peserta didik sebagai obyek kompetensi peserta didik baik dalam domain
pembelajaran di kelas. Komunikasi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Oleh
pembelajaran Aqidah Akhlak antar guru sebab itu semua paradigma pembelajaran
dengan peserta didik berjalan scara Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
monologis dan statis, kemampuan peserta tersebut bisa terjawab dengan penerapan
didik dalam berfikir kritis atau pendekatan Student Centered Learning di
mengemukakan pendapat sehingga dalam proses belajar mengajar. Penerapan
menjadikan pribadi beragama yang sehat pendekatan Student Centered Learning bagi
termarjinalkan karena peserta didik kurang komunitas pendidikan, khususnya guru
diberi waktu untuk mengemukakan pendapat menjadikan keniscayaan untuk menjembatani
dan malahan dituntut untuk nrimo terhadap praktek pembelajaran Aqidah Akhlak secara
ilmu agama yang di dapat. Guru berprinsip, " dinamis dengan memfokuskan pembelajaran
I lecture, you listen" , guru dianggap sebagai pada peserta didik.
“source of knowledge” yang mutlak. Selama Pendekatan Student Centered
80% waktu pembelajaran, aktivitas peserta Learning dalam implementasinya akan
didik minimal, peserta didik cenderung memberikan pengalaman belajar kepada
bersikap pasif (receiver), peserta didik tidak peserta didik dengan melakukan sebagian
dapat "think outside the box", prior besar pekerjaan yang harus dilakukan
knowledge, peserta didik tidak diaktifkan, berpusat pada peserta didik dengan aktif,
transfer pengetahuan satu arah, tidak ada cepat, yang tentu saja sesuai faktor usia.
28
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016
Pembelajaran Aqidah Akhlak yang berpusat ekonomi yang berprestasi tinggi yang
pada peserta didik juga merupakan sebuah ditunjang oleh ketrampilan tinggi tenaga
kesatuan sumber kumpulan strategi - strategi kerja dan gaji yang tinggi. Laporan komisi
pembelajaran yang komprehensip dan ini diterbitkan pada tahun 1991 dan dapat
holistik. Student Centered Learning meliputi dilihat dalam lampiran. Dalam laporan itu
berbagai cara untuk membuat peserta didik disebutkan bahwa tempat kerja (perusahaan)
lebih berperan aktif sejak awal melalui yang ingin menghasilkan produk (jasa atau
aktivitas - aktivitas yang membangun seperti barang) berkualitas tinggi memerlukan tenaga
cooperative learning dan dalam waktu kerja yang memiliki ketrampilan dasar dan
singkat membuat mereka berpikir kritis komptensi kerja tertentu. Ketrampilan itu
tentang materi pelajaran. Juga terdapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh 1) Ketrampilan dasar: membaca, menulis,
kelas, bagi kelompok kecil, merangsang berhitung, mendengarkan dan berbicara.
diskusi dan debat, mempraktkkan 2) Ketrampilan berfikir: berfikir kreatif,
keterampilan-keterampilan, mendorong mengambil keputusan, memecahkan
adanya pertanyaan - pertanyaan bahkan masalah
membuat peserta didik dapat saling mengajar 3) Berfikir abstrak (menggambarkan
satu sama lain. Dengan begitu dengan sesuatu dalam fikiran), mengetahui
pendekatan Student Centered Learning yang bagaimana cara belajar, dan menalar.
implikatif yang berkesesuaian dengan peserta 4) Sifat kepribadian: menunjukkan rasa
didik. diharapkan dapat mensinergikan tanggung jawab, harga-diri, kemampuan
pembelajaran yang terpusat pada peserta berinteraksi sosial, mengelola dirinya
didik dengan guru sebagai fasilitator. sendiri, integritas, dan kejujuran.
Walaupun laporan itu dibuat
berdasarkan konteks Amerika pada tahun
1991, mengingat pesatnya globalisasi, kita di
Indonesia perlu juga mengantisipasi
2. ESENSI DAN SUBSTANSI datangnya masa itu di negeri kita ini.
PENDEKATAN STUDENT Apalagi kita semua tahu bahwa pada tahun
CENTERED LEARNING SEBAGAI 2003 diberlakukan Pasar Bebas ASEAN dan
DESAIN PEMBELAJARAN AQIDAH pada tahun 2020 akan diberlakukan Pasar
AKHLAK UNTUK MADRASAH Bebas Asia Pasifik. Dalam kaitannya
IBTIDAIYAH terhadap kurikulum KTSP yang menekankan
a. Metodologi Pendekatan Student kompetensi (Skill/ Kemampuan) adalah
Centered Learning bahwa dengan pendekatan Student Centered
Sebelum mengarah kedalam pemahaman Learning dapat menjawab dan
pendekatan Student Centered Learning mengaktualisasikan semua keterampilan yang
sebagai desain pembelajaran Aqidah Akhlak dimiliki peserta didik dan secara tidak
di Madrasah Ibtidaiyah, penulis memetakan langsung telah ikut memberi kontribusi untk
dulu keterkaitannya dengan rekonstruksi kemajuan Indonesia dan telah ikut aktif dan
kurikulum. kurikulum Dalam kaitannya andil bagian bersaing secara terbuka dengan
dengan kecenderungan arah perubahan negara-negara lain baik di negeri kita sendiri
masyarakat dapat dilihat dari sebuah hasil mapun Internasional.
penelitian The Secretary’s Comission on Berbicara tentang negara Indonesia,
Achieving Necessary Skills yang dibentuk pemerintah mengatur implementasi
oleh the Secretary of Labor (semacam pengajaran kurikulum tentang Standar Proses
Menteri Tenaga Kerja) dengan tugas untuk untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
menetapkan ketrampilan apa yang diperlukan Menengah. Aturan tersebut mengemukakan
oleh generasi muda (di AS) agar mereka bahwa dalam penyusunan perencanaan proses
berhasil dalam dunia kerja. Tujuannya pembelajaran setiap guru pada satuan
adalah untuk merangsang tumbuhnya pendidikan selain dituntut menyusun silabus
29
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016
juga berkewajiban menyusun Rencana Dalam pendekatan Pendekatan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara Student Centered Learning, pembelajar
lengkap dan sistematis agar pembelajaran memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan
berlangsung secara interaktif, inspiratif, belajarnya, terutama dalam bentuk
menyenangkan, menantang, memotivasi keterlibatan aktif dan partisipasi peserta
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta didik. Hubungan antara peserta didik yang
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, satu dengan yang lainnya adalah setara, yang
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan tercermin dalam bentuk kerja sama dalam
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas
psikologis peserta didik (Permendiknas RI belajar. Guru lebih berperan sebagai
No 41, 2007). Hal itu semua hakikatnya fasilitator yang mendorong perkembangan
berkesesuaian dengan esensi pendekatan peserta didik, dan bukan merupakan satu-
Student Centered Learning jika satunya sumber belajar. Keaktifan peserta
diimplementasikan. Maksudnya Student – didik telah dilibatkan sejak awal dalam
Centered Learning adalah sebuah pendekatan bentuk disain belajar yang memperhitungkan
pendidikan yang berfokus pada kebutuhan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
peserta didik, bukan orang lain yang terlibat belajar peserta didik yang telah didapatkan
dalam proses pendidikan, seperti guru dan sebelumnya. Dari pengalaman praktek yang
administrator. Pendekatan ini memiliki ada, diharapkan setelah mengalami
banyak implikasi untuk desain kurikulum, isi pembelajaran dengan pendekatan Pendekatan
kursus, dan interaktivitas program, tambahan Student Centered Learning pembelajar akan
pula pendekatan Student Centered Learning melihat dirinya secara berbeda, dalam arti
disesuaikan dengan psikologi usia peserta lebih memahami manfaat belajar, lebih dapat
didik. menerapkan pengetahuan dan keterampilan
Adapun Menurut Endang yang yang dipelajari, dan lebih percaya diri
mengutip pendapat Hall (2006) yang dikutip (Nugraheni, 2007). Dari pengertian –
dalam blog Exploration on Learning, pengertian tersebut menurut penulis disini
Pendekatan Student Centered Learning tersirat bahwa dalam melakspeserta didikan
adalah tentang membantu peserta didik pendekatan Pendekatan Student Centered
menemukan gaya belajarnya sendiri, Learning berarti guru perlu membantu
memahami motivasi dan menguasai peserta didik untuk menentukan tujuan yang
keterampilan belajar yang paling sesuai bagi dapat dicapai, mendorong peserta didik untuk
mereka. Hal tersebut akan sangat berharga dapat menilai hasil belajarnya sendiri,
dan bermanfaat sepanjang hidup mereka. membantu mereka untuk bekerja sama dalam
Adapun Lea, Stephenson, dan Troy (2003 kelompok, dan memastikan agar mereka
dalam O’Neill & McMahon, 2005) mengetahui bagaimana memanfaatkan semua
mendefinisikan Pendekatan Student Centered sumber belajar yang tersedia. Dan yang
Learning secara lebih luas yaitu bahwa terutama yang dapat penulis ambil intisari
Pendekatan Student Centered Learning dari Pendekatan Student Centered Learning,
mencakup : ketergantungan terhadap belajar pembelajaran lebih merupakan bentuk
aktif, penekanan terhadap belajar secara pengembangan diri dan jikapun ada
mendalam, pemahaman, meningkatnya kesalahan dalam mengekspresikan
tanggungjawab di pihak peserta didik, pengetahuan, tetapi kesalahan peserta didik
meningkatnya perasaan otonomi pada dilihat sebagai bagian konstruktif dari proses
pembelajar, saling ketergantungan antara belajar dan bukan dipandang sebagai hal
guru dan peserta didik (Nugraheni, 2007). yang memalukan.
Pendekatan Student Centered Learning lebih
merupakan suatu pendekatan pembelajaran b. Epistemologi Pendekakan Student
yang refleksif baik bagi pihak peserta didik Centered Learning
maupun guru. Adapun asal usul pendekatan Student
centered learning seperti yang dipaparkan
30
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016
Doddington dan Hilton (2010) dalam buku merupakan salah satu perwujudan dari teori
mereka Pendidikan Berpusat pada Peserta ini.
didik membangkitkan kembali tradisi kreatif ,
bahwa Pendekatan Student Centered 2. Metodologi yang Sesuai dengan
Learning dimulai dari masa Pencerahan Perkembangan
(enlightment) di Inggris dan pengembangan Metodologi ini didasarkan pada
gagasan pendidikan dalam lingkaran liberal pengetahuan mengenai perkembangan peserta
pada akhir abad kedelapan belas . Pada masa didik. Semua peserta didik berkembang
inilah pengaruh pemimpin sebenarnya dari melalui tahapan yang umum, meskipun
revolusi industri, Birmingham Lunar Society demikian pada saat yang sama peserta didik
serta gagasan pendidikan mereka, practical merupakan individu yang bersifat unik.
education pada tahun 1798 oleh Richard Untuk itu, para pengajar diharapkan dapat
Lovell Edgeworth dan Maria Edgeworth, mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
mereka tokoh penggagas sistem pendidikan pada diri peserta didik sehingga dapat
holistik dan bepusat pada peserta didik. memfasilitasi serta melayani kebutuhan
Melihat paradigmanya ada 3 peserta didik yang berbeda. Pendekatan kelas
paradigma dalam Pendekatan Student yang berpusat pada peserta didik merupakan
Centered Learning yaitu: pendekatan yang bernuansa perkembangan
1. Konstruktivisme (Djoehaeni, 2000). Kegiatan-kegiatan
Seperti dijelaskan penulis sebelumnya dirancang sepenuhnya dengan mengacu pada
dari berbagai sumber, konstruktivis karakteristik perkembangan peserta didik.
berlandaskan pada penelitian Piaget yang Keberadaan pusat-pusat kegiatan di kelas,
memperlihatkan bahwa pada dasarnya peserta pada hakekatnya merupakan salah satu upaya
didik secara aktif menginterpretasikan untuk dapat memfasilitasi seluruh aspek
pengalamannya dalam dunia fisik dan sosial perkembangan peserta didik dengan tetap
serta membangun pengetahuan, kecerdasan memperhatikan perbedaan individual.
serta moralitas mereka sendiri. Peserta didik
membangun pengetahuannya sendiri karena 3. Pendidikan Progresif
mereka memiliki begitu banyak gagasan yang Pendidikan progresif menekankan
sesungguhnya tidak pernah diajarkan kepada bahwa pendidikan merupakan proses
mereka (Masitoh, 2003). Seperti sejarahnya sepanjang hidup dan bukan untuk persiapan
para konstruktivis berusaha meyakini bahwa masa datang. Mengutip dari pendapat
pembelajaran terjadi pada saat peserta didik Couglin dalam kutipan Heny, pelaksanaan
berusaha memahami dunia di sekeliling pendidikan progresif dibangun berdasarkan
mereka. Pembelajaran merupakan sebuah prinsip-prinsip perkembangan dan
proses interaktif yang melibatkan teman, konstruktif. Pendidikan yang berpusat pada
orang dewasa dan lingkungan. Dalam peserta didik mendukung lingkungan belajar
pandangan konstruktivistik peserta didik yang dapat meningkatkan keterampilan dan
dipandang sebagai pebelajar yang aktif, yang minat peserta didik serta pembelajaran antar
membangun pemahamannya sendiri. teman sebaya dan kelompok kecil
Pendekatan Student Centered Learning (Djoehaeni, 2000).
merupakan pendekatan yang selaras dengan
teori konstruktivis, karena pendekatan ini c. Aksiologi Pendekatan Student Centered
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya Learning
bagi peserta didik untuk mengkonstruksi Didalam melakspeserta didikan
pengetahuannya melalui pengalaman belajar pendekatan Student Centered Learning harus
yang dirancang oleh guru. Kebebasan peserta memperhatikan lima faktor prinsip
didik dalam memilih kegiatan yang sesuai psikologis yang diperlihatkan dalam
dengan kebutuhan dan minatnya serta implementasinya yang menurut Tina (2004)
keberadaan pusat kegiatan atau area di kelas sebagai berikut:
yang bebas dieksplorasi peserta didik
31
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016
1. Faktor Metakognitif dan Kognitif yang memiliki tingkat kesulitan dan kebaruan
Prinsip 1: Dasar proses pembelajaran; bagi masing-masing peserta didik.
Pembelajaran adalah suatu proses alamiah
untuk mencapai tujuan yang bermakna secara 3. Faktor Perkembangan
pribadi, bersifat aktif, dan melalui mediasi Prinsip 8: Kendala dan peluang
secara internal, merupakan proses pencarian perkembangan. Kemajuan inddividu
dan pembentukan makna terhadap informasi dipengaruhi perkembangan fase-fase fisik,
dan pengalaman yang disaring melalui intelektual, emosional, dan sosial yang
persepsi unik, pemikiran, dan perasaan merupakan fungsi genetis yang unik serta
peserta didik peserta didik. pengaruh faktor lingkungan.
Prinsip 2 : Tujuan proses pembelajaran;
Peserta didik mencari untuk menciptakan 4. Faktor personal dan sosial
makna, representasi pengetahuan melalui Prinsip 9: Keberagaman sosial dan budaya.
kuantitas dan kualitas data yang tersedia. Pembelajaran difasilitasi oleh interaksi sosial
Prinsip 3: Pembentukkan pengetahuan; dan komunikasi dengan orang lain melalui
peserta didik mengkaitkan informasi baru seting yang fleksibel, keberagaman (usia,
dengan pengetahuan sebelumnya yang telah budaya, latar belakang, dsb) dan instruksional
dimiliki melalui cara - cara yang unik dan yang adaptif
penuh makna. Prinip 10: Penerimaan sosial, harga diri, dan
Prinsip 4: Pemikiran tingkat tinggi; Strategi pembelajaran; Pembelajaran dan harga diri
tingkat tinggi untuk "berfikir tentang sanagt terkait ketika individu dihargai dan
berfikir". untuk memantau dan memonitor dalam hubungan yang saling peduli satu
proses mental, memfasilitasi kreativitas dan dengan yang lain sehingga mereka dapat
berpikir kritis. saling mengetahui potensi, menghargai
bakat-bakat unik dengan tulus, dan menerima
2. Faktor Afektif mereka saling dapat menerima sebagai
Prinsip 5: Pengaruh motivasi dalam individu.
pembelajaran; kedalaman dan keluasan
informasi diproses, serta apa daan seberapa 5. Faktor perbedaan individu
banyak hal itu dipelajari dan diingat yang Prinsip 11: Perbedaan indiviual dalam
dipengaruhi oleh: a) kesadaran diri dan pembelajaran. Meskipun prinsip-prinsip dasar
keyakinan kontrol diri, kompetensi, dan pembelajaran, motivasi, dan instruksi afeksi
kemampuan, b) Kejelasan nilai-nilai berpengaruh terhadap semua peserta didik
personal, minat dan tujuan, c) Harapan (termasuk suku, ras, gender, kemmapuan
pribadi terhadap kesuksesan dan kegagalan, fisik, agama dan status sosial), peserta didik
d) afeksi, emosi, dan kondisi pikiran secara memiliki perbedaan kemampuan dan
umum, dan e) tingkat motivasi untuk belajar. preferensi dalam model dan strategi
Prinsip 6: Motivasi intrinsik untuk belajar; pembelajaran. Perbedaan - perbedaan ini
individu pada dasarnya memiliki rasa ingin merupakan pengaruh dari lingkungan (apa
tahu dan menikmati pembelajaran, tetapi yang dipelajari dan dikomunikasikan dalam
pemikiran dan emosi negatif (misalnya budaya dan kelompok sosial yang berbeda)
perasaan tidak aman, takut gagal, malu, dan keturunan (apa yag muncul sebagai
ketakutan mendapat hukuman, atau fungsi genetis).
pelabelan/ stigmatisasi dapat mengancam Prinsip 12: Filter kognitif. Keyakinan
antusiasme mereka. personal, pemikiran, dan pemahamana
Prinsip 7: Karakteristik tugas - tugas berasal dari pembelajaran dan interpretasi
pembelajaran yang dapat meningkatkan sebelumnya, hal ini dapat menjadi dasar
motivasi. Rasa ingin tahu, kreativitas , dan individual dalam pembentukan realitas dan
berpikir tingkat tinggi dapat distimulasi interpretasi pengalaman hidup.
melalui tugas - tugas yang relevan, otentik Di dalam pengimplementasian
pendekatan Student Centered Learning
32
Description:menyebabkan siswa kehilangan makna dalam belajar Islam sehingga siswa hanya Aqidah Akhlak Kelas, pendekatan Student Centered Learning yang dapat dikembangkan yaitu . hidup, sehingga cara berpikir, merasa, dan.
