Table Of ContentJurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134 113
MODEL PENGELOLAAN AGROFORESTRI KAKAO
(THEOBROMA CACAO L.) TERHADAP KONTRIBUSI
PENDAPATAN RUMAH TANGGA
(Suatu Kasus di Kecamatan Anyar Kabupaten Serang Provinsi Banten)
Sri Wahyuningsih1, dan Andjar Astuti2
1)Mahasiswa Jurusan Agribisnis, Faperta, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2)Staf Pengajar Jurusan Agribisnis, Faperta, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
e-mail : 1)[email protected]
ABSTRACT
The research aims to analyze the management of cocoa agroforestry, labor allocation and household income
of farmers in cocoa agroforestry management activities as well as the contribution of agroforestry to
household income of cocoa farmers in the Anyar District Serang Regency Banten Province. The method
used in this research is a survey using two stage cluster sampling method. Samples taken are as many as
60 farmer of 400 populations scattered from cocoa agroforestry farmers in the Anyar District Serang
Regency Banten Province. The results showed that the management of cocoa agroforestry in the Anyar
District during year 1 to year 7 consists of 5 stages, namely : land clearing, planting, maintenance,
harvesting and post-harvest. Average allocation of labor in the cocoa agroforestry management activities
in the Anyar District is at 440,18 HOK/Ha/Year with the following composition : 1,21 HOK/Ha/Year in
the planting stage, 132,5 HOK/Ha/Year in the maintenance stage, 145,22 HOK/Ha/Year in the harvesting
stage and 161,25 HOK/Ha/year in the post-harvest stage. Average household income of cocoa agroforestry
farmers in the Anyar District is Rp. 84.451.377/Year which includes income from cocoa agroforestry is Rp.
26.880.210/Year by contributing to the household income of farmers by 31,83%/Year and income from
non-cocoa agroforestry is Rp. 57.571.167/Year by contributing to the household income of farmers by
68,17%/Year.
Keywords: management, labor allocation, income, contribution income.
PENDAHULUAN Kakao (Theobroma cacao L.) adalah
komoditi perkebunan yang telah berkembang
LATAR BELAKANG
pesat dan mempunyai peranan penting dalam
Indonesia sebagai suatu kepulauan yang perekonomian nasional khususnya sebagai
terletak di daerah tropis sekitar khatulistiwa penyedia lapangan kerja, sumber mata
memiliki beragam jenis tanah yang mampu pencaharian utama bagi sebagian besar
menyuburkan tanaman. Sinar matahari yang
penduduk di beberapa provinsi, juga sebagai
konsisten sepanjang tahun, kondisi alam yang
penghasil devisa terbesar ketiga setelah
memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, komoditi karet dan kelapa sawit. Selain itu
serta curah hujan rata-rata per tahun yang menurut Baharsjah (1995) dalam Dampa
cukup tinggi, semua kondisi itu merupakan (2003), kakao juga merupakan komoditi
faktor-faktor ekologis yang baik untuk andalan Direktorat Jenderal Perkebunan yang
membudidayakan tanaman perkebunan. didasarkan atas pertimbangan: a) secara bio-
Perkebunan merupakan salah satu sub
logis komoditi kakao menghendaki naungan
sektor yang memegang peranan penting sehingga sesuai untuk dikembangkan di
dalam perolehan devisa negara nonmigas. bawah tanaman lain. Hal ini memungkinkan
Komoditi utama perkebunan yang diekspor usaha kakao tersebut sebagai cabang
adalah kopi, teh, kelapa sawit, karet,
usahatani yang baru; b) secara ekonomis,
tembakau, lada dan kakao.
kakao termasuk komoditas yang cepat
menghasilkan dibanding tanaman keras
Model Pengelolaan Agroforestri Kakao… Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti
114 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134
lainnya; c) dari segi harga, komoditas kakao signifikan terjadi pada PR, sedangkan kakao
termasuk yang mempunyai nilai jual yang yang diproduksi oleh PBN dan PBS relatif
relatif tinggi; dan d) tidak menghendaki konstan (Gambar 2).
teknologi yang rumit, sehingga sesuai di-
kembangkan untuk masyarakat banyak.
Produksi
Perkebunan kakao di Indonesia di-
1,200,000
kelompokkan menjadi tiga, yaitu Perkebunan
1,000,000
Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)
800,000 PBN
dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Ber- n
To 600,000 PBS
dasarkan Angka Sementara 2013 dari
400,000 PR
Direktorat Jenderal Perkebunan, luas areal
200,000 INDONESIA
kakao di Indonesia mengalami peningkatan
0
pada periode 2006-2012. Perkebunan Rakyat 06 07 08 09 10 11 12
0 0 0 0 0 0 0
2 2 2 2 2 2 2
(PR) mengalami peningkatan secara
signifikan, sementara Perkebunan Besar Gambar 2. Perkembangan Produksi Kakao
Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta di Indonesia (2006-2012)
(PBS) relatif stabil. Pada tahun 2012 luas areal Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013
kakao di Indonesia mampu mencapai 1.638,50
Perkembangan produktivitas kakao di
juta ha. Secara lengkap perkembangan luas
Indonesia selama tahun 2006-2012 pun
areal kakao di Indonesia selama 7 tahun
menunjukkan pola yang cukup berfluktuasi.
terkahir disajikan pada Gambar 1 berikut:
Produktivitas kakao tertinggi terjadi pada
tahun 2006 hingga mencapai 0,57 ton/ha,
Luas Areal sedangkan produktivitas terendah terjadi
2,000,000 pada tahun 2011 hingga mencapai 0,39 ton/ha
(Gambar 3).
1,500,000
PBN
Ha1,000,000 PBS
Produktivitas
500,000 PR 0.6
INDONESIA 0.5
0
6 7 8 9 0 1 2 0.4
0 0 0 0 1 1 1 a
20 20 20 20 20 20 20 n/H0.3
Gambar 1. Perkembangan Luas Areal Kakao To0.2 Produktivitas
di Indonesia (2006-2012) 0.1
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013 0
6 7 8 9 0 1 2
0 0 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0
Produksi kakao di Indonesia dalam 2 2 2 2 2 2 2
bentuk biji kering justru cenderung ber- Gambar 3. Perkembangan Produktivitas
fluktuasi. Peningkatan produksi kakao terjadi Kakao di Indonesia (2006-2012)
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013
selama tahun 2008-2010, sedangkan pada
tahun 2007 dan 2011 produksi menurun. Jika
Pencapain luas areal, produksi dan
tahun 2006 dan 2010 produksi kakao masing-
produktivitas kakao tersebut telah mampu
masing mampu mencapai 702,2 ribu ton dan
menempatkan Indonesia sebagai produsen
772,8 ribu ton, maka pada tahun 2007 dan 2011
kakao terbesar ketiga dunia setelah Pantai
masing-masing hanya mampu mencapai
Gading (Cote d’Ivoire) dan Ghana
671,4 ribu ton dan 644,7 ribu ton. Namun pada
(Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
tahun 2012, produksi kembali meningkat
2013). Mengingat komoditi kakao merupakan
hingga mencapai 867,9 ribu ton. Perubahan
komoditi perkebunan yang berorientasi
produksi kakao Indonesia ini secara
ekspor, permintaan ekspor kakao Indonesia
Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti Model Pengelolaan Agroforestri Kakao…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134 115
pun terus berfluktuasi. Ekspor tertinggi Kabupaten Pandeglang, Lebak dan Serang.
terjadi pada tahun 2010 dengan volume Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan
mencapai 578,3 ribu ton, kemudian pada Provinsi Banten mengungkapkan bahwa
tahun-tahun berikutnya terus mengalami potensi perkebunan kakao terutama di tiga
penurunan. Penurunan kinerja ekspor biji kabupaten tersebut belum tergali dengan
kakao ini terjadi lantaran banyak perusahaan optimal, padahal potensi lahan dan
asing yang membangun pabriknya di masyarakat di tiga daerah di Provinsi Banten
Indonesia serta karena adanya krisis ekonomi tersebut sangat besar untuk mengembangkan
yang melanda Amerika dan Eropa, dimana perkebunan kakao. Pada dasarnya terdapat
Negara tersebut merupakan salah satu tujuan beberapa komoditi unggulan perkebunan di
utama ekspor biji kakao Indonesia selain Provinsi Banten yang termasuk dalam
Malaysia (Handoyo, 2012). Secara lengkap rencana pengembangan, namun untuk
volume ekspor biji kakao Indonesia selama 5 pengembangan secara terpadu baru
tahun terakhir disajikan pada Tabel 1 berikut: dilakukan terhadap komoditi kakao (Pikiran
Rakyat, 2009).
Tabel 1. Volume Ekspor Biji Kakao Saat ini kakao menjadi komoditas
Indonesia (2008-2012)
unggulan perkebunan yang sedang menjadi
Tahun Volume (Ribu Ton)
primadona di Provinsi Banten. Bahkan
2008 531,3
pengembangan kakao mendapat antusias
2009 554,8 tinggi dari masyarakat sebab hasil produksi
2010 578,3 kakao memiliki harga yang cukup stabil dan
2011 436,9 apabila dipelihara dengan baik dapat di
2012* 187,3 lakukan panen sepanjang tahun (Mahardika,
Sumber: BPS diolah Kementerian Perdagangan, 2013 2013). Dengan adanya kondisi tersebut,
Keterangan: *) Januari-Mei 2012
pendapatan masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai petani di Provinsi Banten
Meningkatnya industri olahan biji kakao
pun menunjukkan pola yang relatif
dalam negeri menyebabkan Indonesia juga
berfluktuasi (cenderung meningkat) pada
harus mengimpor biji kakao kering dari
setiap tahunnya sesuai dengan hasil panen
Afrika. Hal ini dilakukan karena untuk
yang diterima serta harga yang berlaku. Pada
memperbaiki cita rasa dan warna tepung
tahun 2012, luas areal komoditi kakao di
kakao yang kemudian akan diolah menjadi
Provinsi Banten telah mencapai 9.183 ha
biskuit dan minuman cokelat, industri olahan
dengan produksi sebanyak 1.911 ton biji
biji kakao nasional mencampur produk kakao
kakao dan produktivitas sebesar 0,21 ton/ha
lokal dengan biji kakao kualitas tinggi yang
yang sebagian kecil tersebar di Kabupaten
diperoleh dari impor tersebut (Hamzah,
Serang dan selebihnya di Kabupaten Lebak
2012). Berdasarkan statistik pertanian, volume
dan Pandeglang.
impor kakao Indonesia pada tahun 2012 telah
Perkembangan luas areal, produksi dan
mencapai 53.000 ton dengan nilai US$194 juta
produktivitas kakao di Provinsi Banten
(Sucofindo, 2013).
selama 5 tahun terakhir (2008-2012) disajikan
Provinsi Banten merupakan salah satu
pada Tabel 2.
daerah penghasil kakao di Indonesia.
Luas areal dan produksi kakao di
Komoditi kakao di Provinsi Banten
Provinsi Banten pada dasarnya didominasi
mempunyai potensi produksi yang baik
oleh Kabupaten Lebak dan Pandeglang, hal
untuk dikembangkan pada masa kini dan
ini dikarenakan kedua Kabupaten tersebut
yang akan datang. Hal ini dapat dilihat dari
merupakan daerah yang telah puluhan tahun
gerakan pemerintah Provinsi Banten yang
mengembangkan tanaman kakao secara turun
mengembangkan sekitar 5.220 ha lahan kakao
temurun dengan pengelolaan secara terpadu.
di tiga Kabupaten di Provinsi Banten, yakni
Selain didukung oleh kondisi alam yang
Model Pengelolaan Agroforestri Kakao… Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti
116 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134
dikehendaki oleh tanaman kakao, perlakukan yang dimiliki serta perkembangan luas areal,
petani terhadap tanaman tersebut dan juga produksi dan produktivitas kakao selama 6
lingkungan sekitar menyebabkan tanaman tahun terakhir menunjukkan pola yang
pun mampu berproduksi dengan baik pula. cenderung meningkat, Kabupaten Serang
Selain itu, dengan banyaknya petani kakao dianggap berpotensi menjadi daerah
yang telah menjulang sukses dari komoditi penghasil kakao selanjutnya setelah
ini, banyak petani yang kemudian beralih Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
untuk mengembangkan tanaman kakao
dengan serius sehingga walaupun produk- Tabel 3. Perkembangan Luas Areal,
Produksi dan Produktivitas Kakao
tivitas terus berfluktuasi, namun produksi
di Kabupaten Serang (2007-2012)
justru mengalami peningkatan seiring dengan
Luas
peningkatan luas areal. Produksi Produktivita
Tahun Areal
(Ton) s (Ton/Ha)
(Ha)
Tabel 2. Perkembangan Luas Areal, 2007 246 19 0,08
Produksi dan Produktivitas Kakao
2008 246 82 0,33
di Provinsi Banten (2008-2012)
2009 1.018 100 0,10
Luas
Produksi Produktivitas 2010 1.142 118 0,10
Tahun Areal
(Ton) (Ton/Ha) 2011 1.193 135 0,11
(Ha)
2012 1.357 175 0,12
2008 6.174 2.371 0,38
Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Serang, 2013
2009 6.400 2.135 0,33
2010 7.248 2.108 0,29 Pengembangan tanaman kakao sebagai
2011 9.128 1.647 0,18 tanaman komoditas unggulan di Kabupaten
2012 9.183 1.911 0,21 Serang dilaksanakan melalui pola klaster
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2013 yang diwujudkan dalam bentuk kampung
kakao dan difokuskan di Kecamatan Anyar
Berbeda dengan Kabupaten Serang, yang merupakan salah satu daerah penghasil
meskipun Kabupaten ini juga sudah puluhan kakao di Kabupaten tersebut. Selain
tahun membudidayakan kakao, namun Kecamatan Anyar, pada dasarnya sebagian
pengelolaan secara terpadu baru dilakukan 7 besar Kecamatan di Kabupaten Serang
tahun terakhir. Provinsi Banten mulai mengusahakan tanaman kakao, namun yang
memfokuskan kakao di daerah tersebut benar-benar serius mengusahakannya hanya
dengan melakukan pergantian tanaman beberapa, diantaranya Ciomas, Cinangka,
kakao yang sudah rusak dengan bibit yang Gunungsari dan Mancak. Hanya saja, karena
baru dan berkualitas tinggi, serta menambah kurangnya pengetahuan dan minat petani
luas areal dan jumlah tanaman. Hal ini terlihat yang setiap tahunnya cenderung menurun
pada total luas areal kakao di Kabupaten untuk mengusahakan lebih lanjut komoditi
Serang pada tahun 2012 yang baru mencapai ini, serta akibat adanya alih fungsi lahan
1.357 ha dengan produksi sebanyak 175,28 ton kakao menjadi perkebunan lain, pemukiman,
dan produktivitas sebesar 0,12 ton/ha. perindustrian, maupun untuk penggunaan
Perkembangan luas areal, produksi dan lainnya, lambat laun luas areal semakin
produktivitas kakao di Kabupaten Serang berkurang. Hal ini juga berdampak pada
selama 6 tahun terakhir (2007-2012) disajikan produksi dan produktivitas kakao itu sendiri
pada Tabel 3. (Dinas Perkebunan Kabupaten Serang, 2014).
Berbagai upaya terus dilakukan Berbeda dengan Kecamatan Anyar, karena
pemerintah Provinsi Banten untuk dapat petani kakao di Kecamatan ini banyak
mengembangkan tanaman kakao secara memperoleh penyuluhan dan pelatihan
terpadu di Kabupaten tersebut. Hal ini mengenai kakao serta bantuan dari berbagai
dilakukan karena dilihat dari kondisi alam pihak termasuk dari Dinas Kehutanan dan
Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti Model Pengelolaan Agroforestri Kakao…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134 117
Perkebunan, serta Assosiasi Petani Kakao kakaonya dengan berbagai jenis tanaman lain
Indonesia (APKAI) Provinsi Banten, luas seperti pisang dan melinjo. Ketiga, karena
areal, produksi dan produktivitas kakao sebagian besar petani menggantungkan
cenderung meningkat meskipun pada tahun hidupnya di kebun mereka sedangkan
2009 produktivitas mengalami penurunan. tanaman kakao baru dapat dipanen minimal
Berikut adalah tabel perkembangan luas areal, 3-4 tahun, maka untuk dapat mencukupi
produksi dan produktivitas kakao di kehidupan sehari-sehari petani dapat mem-
Kecamatan Anyar selama 6 tahun terakhir peroleh penghasilan tambahan dari tanaman
(2007-2012). penaung/sela yang diusahakan tersebut.
Tidak hanya pada saat tanaman kakao belum
Tabel 4. Perkembangan Luas Areal, menghasilkan saja petani dapat memperoleh
Produksi dan Produktivitas Kakao
tambahan pendapatan, setelah tanaman
di Kecamatan Anyar (2007-2012)
kakao sudah dapat dipanen, petani juga tetap
Luas
Produksi Produktivitas dapat menuai hasil dari semua tanaman yang
Tahun Areal
(Ton) (Ton/Ha)
(Ha) berada di kebun mereka tergantung dari jenis
2007 38 3 0,08 tanaman yang diusahakan (diversifikasi
2008 124 15 0,12 sumber pendapatan dari pengelolaan lahan
2009 473 31 0,06 yang sama).
2010 715 82 0,11 Pola tumpangsari yang diterapkan
2011 725 88 0,12 petani di Kecamatan Anyar ini disebut
2012 782 95 0,12 agroforestri dengan sistem kompleks, dimana
Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Serang, 2013
sistem agroforestri kompleks merupakan
suatu sistem pertanian menetap yang berisi
Tabel 4 menunjukkan bahwa meskipun
banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang
peningkatan luas areal, produksi dan
ditanam dan dirawat dengan pola tanam dan
produktivitas kakao di Kecamatan Anyar
ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem
pada 6 tahun terakhir tidak begitu signifikan
ini tercakup beraneka jenis komponen seperti
bahkan terkadang berfluktuasi, namun angka
pepohonan, perdu, tanaman musiman dan
ini masih dikatakan membanggakan karena
rerumputan dalam jumlah banyak. Kenam-
tidak sampai mengalami penurunan yang
pakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip
sangat drastis seperti daerah penghasil kakao
dengan ekosistem hutan alam baik hutan
lainnya di Kabupaten Serang.
primer maupun hutan sekunder.
Perkebunan kakao di Kecamatan Anyar
Penerapan sistem agroforestri memiliki
sebagian besar adalah perkebunan rakyat.
manfaat bagi beberapa pihak/sudut pandang,
Perkebunan ini tersebar di kawasan hutan
baik dari sudut pandang pertanian, petani,
dengan luas areal yang bervariasi.
kehutanan maupun peladang. Ditinjau dari
Pengelolaan kebun kakao oleh petani
sudut pandang pertanian, agroforestri
dilakukan dengan menerapkan pola
merupakan salah satu model pertanian
tumpangsari (intercropping). Pola tumpangsari
berkelanjutan yang tepat guna dan sesuai
yang dilakukan oleh petani ini memiliki
dengan keadaan petani karena tidak
berbagai macam alasan. Pertama, kebun
memerlukan energi, modal dan tenaga kerja
kakao mereka pada awalnya terdiri dari
dari luar yang relatif besar. Sedangkan dari
tanaman perkebunan yang sudah puluhan
sudut pandang petani, keunikan konsep
tahun tumbuh dan berproduksi dengan baik,
pertanian komersial agroforestri ini terletak
sehingga sangat disayangkan jika harus
pada sistem yang tidak terkonsentrasi pada
ditebang. Kedua, tanaman kakao merupakan
satu spesies dan tidak bertumpu pada
jenis tanaman yang membutuhkan tanaman
keragaman struktur dan unsur-unsurnya.
penaung/sela untuk berproduksi optimal,
Usaha memperoleh produksi komersial
sehingga petani mengkombinasikan kebun
ternyata sejalan dengan produksi dan fungsi
Model Pengelolaan Agroforestri Kakao… Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti
118 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134
lain yang lebih luas. Hal ini menimbulkan pengembangan sumber daya yang dapat
beberapa konsekuensi menarik bagi petani, mendukung konservasi hutan karena
yaitu: 1) aneka hasil kebun hutan sebagai mengakibatkan kerusakan yang lebih kecil
“bank” yang sebenarnya; 2) struktur yang dibandingkan dengan pemanenan kayu; dan
tetap dengan diversifikasi tanaman komersil 3) model alternatif produksi kayu. Dengan
menjamin keamanan dan kelenturan pen- memenuhi persyaratan ketersediaan pasokan
dapatan petani; 3) keragaman tanaman yang besar dan lestari, agroforesti merupakan
melindungi petani dari ancaman kegagalan salah satu sumber kayu tropis di masa depan.
panen salah satu jenis tanaman atau resiko Sumber daya ini dapat diperkaya dengan
perkembangan pasar yang sulit diperkirakan. jenis-jenis pohon bernilai tinggi sebab
Jika terjadi kemerosotan harga satu komo- kantung-kantung ekologi agroforestri yang
ditas, spesies ini dapat dengan mudah beragam merupakan lingkungan ideal bagi
ditelantarkan saja, hingga suatu saat pe- pohon berharga yang membutuhkan kondisi
manfaatannya kembali menguntungkan. yang mirip dengan hutan alam. Sedangkan
Proses tersebut tidak menimbulkan gangguan dari sudut pandang peladang, agroforestri
ekologi terhadap sistem kebun. Petak kebun merupakan sistem yang tidak memerlukan
tetap utuh dan produktif serta spesies yang teknik canggih dengan kebutuhan tenaga
ditelantarkan akan tetap hidup dalam kerja yang rendah. Agroforestri sepenuhnya
struktur kebun dan selalu siap untuk kembali bertumpu pada pengetahuan tradisional
dipanen sewaktu-waktu. Sementara itu, peladang mengenai lingkungan hutan mereka
spesies-spesies baru dapat diperkenalkan karena agroforestri merupakan model
tanpa merombak sistem produksi yang ada; 4) peralihan dari perladangan berpindah ke
ciri keluwesan yang lain adalah perubahan pertanian menetap yang berhasil, murah,
nilai ekonomi yang mungkin dialami menguntungkan dan lestari. Pembuatan dan
beberapa spesies. Spesies yang sudah pengelolaan agroforestri hanya mem-
puluhan tahun berada di dalam kebun dapat butuhkan nilai investasi dan alokasi tenaga
tiba-tiba mendapat nilai komersil baru akibat kerja yang kecil.
evolusi pasar atau pembangunan infra- Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan
struktur (misalnya penebangan pohon tua dilakukannya penelitian ini adalah untuk
yang akan dimanfaatkan kayunya); dan 5) menjawab:
melalui diversifikasi hasil-hasil sekunder, 1. Bagaimana pengelolaan agroforestri kakao
agroforestri menyediakan kebutuhan sehari- di Kecamatan Anyar Kabupaten Serang
hari petani. Agroforestri juga berperan Provinsi Banten?
sebagai “kebun dapur” yang memasok bahan 2. Bagaimana alokasi tenaga kerja dan
makanan pelengkap (sayuran, buah, rempah pendapatan rumah tangga petani dalam
dan bumbu) serta dapat menggantikan peran kegiatan pengelolaan agroforestri kakao di
hutan alam dalam menyediakan hasil-hasil Kecamatan Anyar Kabupaten Serang
yang akhir-akhir ini semakin langka dan Provinsi Banten?
mahal seperti kayu bahan bangunan, rotan, 3. Berapa besar kontribusi agroforestri kakao
bahan atap, tanaman obat dan binatang terhadap pendapatan rumah tangga petani
buruan. di Kecamatan Anyar Kabupaten Serang
Ditinjau dari sudut pandang kehutanan, Provinsi Banten?
agroforestri dianggap sebagai: 1) mekanisme
sederhana untuk mengelola keanekaragaman
RUANG LINGKUP DAN BATASAN
karena petani tidak menganggap keberadaan PENELITIAN
tumbuhan perintis alami sebagai gulma yang
Penelitian ini merupakan suatu analisis
mengancam produksi tanaman pokok; 2)
mengenai pengelolaan agroforestri kakao,
pengembangan hasil hutan non-kayu.
alokasi tenaga kerja dan pendapatan rumah
Pemanenan hasil hutan non-kayu merupakan
Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti Model Pengelolaan Agroforestri Kakao…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134 119
tangga petani dalam kegiatan pengelolaan DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN
agroforestri kakao serta besarnya kontribusi
Data yang digunakan dalam penelitian
agroforestri kakao terhadap pendapatan
ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
rumah tangga petani di Kecamatan Anyar
Data primer diperoleh melalui observasi/
Kabupaten Serang Provinsi Banten. Penelitian
pengamatan langsung, wawancara, catatan
ini menggunakan sampel kelompok tani yang
yang dimiliki oleh responden, serta
mendapatkan bantuan dari pemerintah
menggunakan daftar pertanyaan (Kuesioner)
Provinsi Banten melalui Dinas Kehutanan dan
yang telah disediakan dan diberikan kepada
Perkebunan, tetapi difokuskan pada petani
responden, sedangkan data sekunder sebagai
yang melakukan agroforestri kakao ber-
data penunjang diperoleh dari dinas, instansi
dasarkan kriteria yang telah ditentukan.
atau lembaga yang terkait dan berhubungan
Analisis alokasi tenaga kerja, pendapatan
dengan penelitian, serta referensi yang
rumah tangga petani dan kontribusi
relevan seperti penelitian terdahulu,
agroforestri kakao terhadap pendapatan
perpustakaan dan internet.
rumah tangga dibatasi hanya pada musim
panen kakao tahun ke-4 dengan komoditi
METODE PENARIKAN SAMPEL
yang dianalisis adalah kakao dan dua jenis
komoditi lainnya yang dianggap paling Populasi dalam penelitian ini adalah
berpengaruh terhadap total pendapatan dari semua petani agroforestri kakao yang tersebar
lahan yang sama seperti pisang dan melinjo, di Kecamatan Anyar Kabupaten Serang
sedangkan pengelolaan agroforestri kakao Provinsi Banten, dimana jumlah populasi
dianalisis hanya pada aspek teknis dan petani agroforestri kakao yang tercatat adalah
dimulai dari tahun ke-1 sampai dengan tahun 400 petani. Pengambilan sampel mengguna-
ke-7. Selain itu, untuk menganalisis total kan metode two stage cluster sampling. Petani
pendapatan rumah tangga petani diketahui agroforestri kakao yang dijadikan responden
pula sumber pendapatan lain seperti dari adalah sebanyak 60 petani dan ditetapkan
hortikultura, padi, non usahatani dan anggota secara purposive (sengaja) dengan per-
rumah tangga lainnya. timbangan bahwa petani tersebut meng-
usahakan jenis tanaman kakao, pisang dan
melinjo pada 1 lahan yang sama.
METODOLOGI PENELITIAN
METODE PENELITIAN METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS
DATA
Metode yang digunakan dalam peneliti-
an ini adalah metode survei. Daerah Pengelolaan Agroforestri Kakao
penelitian ditentukan secara purposive
Pengelolaan agroforestri kakao diperoleh
(sengaja) di Kecamatan Anyar Kabupaten
dari data-data hasil observasi, wawancara,
Serang Provinsi Banten. Purposive sampling
catatan yang dimiliki oleh responden,
yaitu menentukan sampel dengan
kuesioner serta studi pustaka yang dianalisa
pertimbangan tertentu yang dipandang dapat
dan disajikan secara deskriptif dengan
memberikan data secara maksimal. Pemilihan
pendekatan kualitatif.
lokasi penelitian tersebut didasari oleh:
Kecamatan Anyar merupakan kawasan
klaster agribisnis kakao di Provinsi Banten, Alokasi Tenaga Kerja (HOK/Ha/ Tahun)
sentra produksi kakao di Kabupaten Serang,
Waktu kerja yang digunakan untuk
serta merupakan salah satu daerah yang
usahatani agroforestri kakao adalah semua
menjadi tujuan GERNAS (Gerakan Nasional)
korbanan waktu yang dihitung dalam HOK
peningkatan produksi dan mutu kakao pada
(Hari Orang Kerja), mulai dari penanaman,
tahun 2011.
pemeliharaan, pemanenan, sampai dengan
Model Pengelolaan Agroforestri Kakao… Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti
120 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134
pasca panen selama musim panen kakao Keterangan:
tahun ke-4. Besar alokasi tenaga kerja dalam K = Kontribusi (%)
Pa = Pendapatan dari agroforestri Kakao
usahatani agroforestri kakao ini ditentukan
(Rp/Tahun)
berdasarkan curahan waktu kerja yang
R = Total pendapatan rumah tangga
digunakan petani dalam menyelesaikan
(Rp/Tahun)
kegiatannya. Curahan tenaga kerja petani
merupakan perkalian antara jumlah orang
Asumsi Penelitian
yang berkerja dan lama pekerjaan setiap tahap
1. Tanaman kakao berusia 7 tahun dan mulai
kegiatannya. Selanjutnya Hari Orang Kerja
berproduksi pada tahun ke-3.
(HOK) pada setiap tahap kegiatan
2. Setiap pohon kakao menghasilkan 1 buah
dijumlahkan selama satu tahun dan dibagi
kakao/panen.
luasan kebun yang digarap untuk masing-
3. Varietas kakao dianggap sama.
masing kegiatan tersebut, sehingga
4. Varietas pisang sebagai tanaman
didapatkan jumlah Hari Orang Kerja per
penaung/sela dianggap sama.
hektar per tahun.
5. Tanaman melinjo sebagai tanaman
Pendapatan Rumah Tangga Petani penaung/sela menghasilkan 10 kg biji
Agroforestri Kakao (Rp/Tahun) bersih/pohon/panen.
6. Semua biaya di tanggung oleh pemerintah
Pendapatan rumah tangga petani agro-
(karena merupakan program pemerintah).
forestri kakao merupakan hasil penjumlahan
dari semua sumber-sumber pendapatan
rumah tangga, baik dari agroforestri kakao HASIL DAN PEMBAHASAN
maupun non agroforestri kakao selama
SEJARAH PERKEBUNAN DI
musim panen kakao tahun ke-4. Rumus yang
KECAMATAN ANYAR
digunakan adalah sebagai berikut:
Komoditi perkebunan yang awalnya
banyak tumbuh dan diusahakan oleh petani
R = Pa + Pb
di Kecamatan Anyar adalah kelapa, melinjo
Keterangan: dan durian. Karena pemeliharaannya yang
R = Total pendapatan rumah tangga sangat baik oleh para petani serta umur
(Rp/Tahun) tanaman yang sudah sangat tua, ketiga
Pa = Pendapatan dari agroforestri kakao
komoditi ini setiap tahunnya memiliki rata-
(Rp/Tahun)
rata produksi dan produktivitas yang cukup
Pb = Pendapatan dari non agroforestri kakao
stabil. Namun pada tahun 1970, ketika harga
(Rp/Tahun)
komoditi cengkeh kering dipasaran melonjak
tinggi yaitu rata-rata sekitar Rp. 15.000/kg,
Kontribusi Agroforestri Kakao terhadap
sebagian besar petani berbondong-bondong
Pendapatan Rumah Tangga Petani
(%/Tahun) menanam cengkeh dengan cara menebang
hampir semua jenis tanaman yang ada
Kontribusi agroforestri kakao terhadap
dikebun mereka dan hanya menyisakan
pendapatan rumah tangga petani dilakukan
beberapa saja untuk dijadikan penaung.
dengan menghitung hasil yang diperoleh dari
Tetapi pada tahun 1992, ketika lahan
agroforestri kakao terhadap total pendapatan
perkebunan di Kecamatan Anyar telah di
rumah tangga petani selama musim panen
dominasi oleh tanaman cengkeh, harga
kakao tahun ke-4. Kontribusi agroforestri
cengkeh kering justru menurun sangat drastis
kakao terhadap pendapatan rumah tangga
hingga mencapai Rp. 2.500/kg. Dengan harga
petani ini dihitung dengan menggunakan
yang sangat rendah tersebut petani kemudian
rumus:
banyak yang meninggalkan kebun cengkeh
(cid:2900)(cid:2911)
K = X 100 %
(cid:2902) mereka dan beralih ke pekerjaan lain seperti
Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti Model Pengelolaan Agroforestri Kakao…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134 121
proyek, berwirausaha dan hortikultura. Pada Dari 60 responden petani agroforestri kakao
akhirnya, akibat tidak ada lagi perawatan di Kecamatan Anyar, terdapat 53 responden
terhadap tanaman cengkeh tersebut, 15 tahun (88,33%) memiliki lahan dari warisan dan 7
kemudian tanaman menjadi mati dan kebun responden (11,67%) lainnya dengan cara
hanya menyisakan beberapa tanaman yang membuka hutan, dimana keadaan pertama
dulu dimanfaatkan sebagai penaung, seperti lahan yang akan dibuka atau dimiliki dari 51
melinjo. responden (85%) adalah berupa agroforestri
Melihat permasalahan yang terjadi di cengkeh dan 9 responden (15%) lainnya
Kecamatan Anyar, pemerintah Provinsi berupa hutan.
Banten kemudian mulai mengembangkan Status petani dalam mengelola
komoditi kakao di Kecamatan tersebut. Hal agroforestri kakao di Kecamatan Anyar pun
ini dimaksudkan agar kebun-kebun petani terdiri dari 3 macam, yaitu pemilik,
dapat bermanfaat kembali seperti dahulu. penggarap hutan lindung dan penggarap
Dengan melihat potensi yang dimiliki biasa. Dari 60 responden petani agroforestri
Kecamatan Anyar, pemerintah banyak kakao di Kecamatan Anyar, terdapat 55
memberikan bantuan seperti bibit kakao responden (91,67%) merupakan pemilik, 3
gratis, alat-alat pertanian yang dibutuhkan responden (5%) penggarap hutan lindung dan
untuk budidaya kakao dan diberikan pada 2 responden (3,33%) adalah penggarap biasa.
setiap kelompok tani, serta pelatihan-
pelatihan dan penyuluhan-penyuluhan yang
PENGELOLAAN AGROFORESTRI
rutin dilakukan. KAKAO DI KECAMATAN ANYAR
Program ini dirasa berjalan dengan
Pembukaan Lahan (Land Clearing)
cukup baik karena petani di Kecamatan
Tahap pembukaan lahan merupakan
Anyar banyak yang mengusahakan kakao di
salah satu awal dari pengelolaan kebun kakao
kebun mereka, namun tanaman yang sudah
dengan sistem agroforestri. Dari hasil
ada tetap dipertahankan/tidak ditumbang-
wawancara ke-60 responden, diketahui
kan.
bahwa seluruh responden melakukan
Tahun 2009, pemerintah Provinsi Banten
pembukaan lahan dengan cara menebas
kembali memberikan banyak bantuan kepada
pohon-pohon berdiameter kecil (tidak
petani di Kecamatan Anyar, sehingga luas
menghasilkan) dan semak belukar yang
areal kakao di Kecamatan tersebut pun
umumnya sangat lebat dan tumbuh di sekitar
semakin meningkat. Dua tahun kemudian
kebun.
(2011), komoditi kakao semakin berkembang
hampir disemua wilayah di Kecamatan
Anyar. Hal ini dikarenakan pemerintah Penanaman
Indonesia menjadikan Kecamatan Anyar Asal bibit kakao yang digunakan oleh
sebagai salah satu tujuan GERNAS (Gerakan petani agroforestri kakao di Kecamatan Anyar
Nasional) peningkatan produksi dan mutu adalah dari bantuan pemerintah, sedangkan
kakao. Hingga saat ini, komoditi kakao masih untuk bibit melinjo dan pohon pisang
tetap dipertahankan oleh para petani dengan umumnya petani memperolehnya dari biji liar
sistem agroforestri. dan/cabutan liar yang tumbuh disekitar
kebun.
SISTEM PENGUASAAN LAHAN DI
KECAMATAN ANYAR
1. Pembibitan
Petani di Kecamatan Anyar umumnya
Kakao yang diperoleh dari biji interlokal
memperoleh lahan dari warisan dan/
adalah biji yang berasal dari buah berbentuk
membuka hutan-hutan atau semak belukar,
normal, sehat dan masak di pohon serta
baik hutan lindung maupun hutan rakyat.
berwarna kuning. Jika diguncang akan timbul
Model Pengelolaan Agroforestri Kakao… Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti
122 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 113-134
suara dan jika diketuk dengan tangan akan 1. Penyiraman, dilakukan setiap hari atau
timbul gema. Karena agroforestri kakao di sesuai kondisi cuaca.
Kecamatan Anyar ini merupakan program 2. Pemupukan, dilakukan tiap 2 minggu
pemerintah, maka pembibitan kakao dilaku- sekali dengan urea sebanyak 2 gr/bibit.
kan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pupuk ditebarkan dalam alur di sekeliling
Provinsi Banten dengan melibatkan beberapa bibit (3 cm dari batang), ditutup tanah dan
masyarakat sekitar, sehingga petani tidak disiram.
perlu lagi melakukan pembibitan ataupun 3. Pengendalian hama, penyakit dan gulma
membelinya. Pemeritah umumnya mem- dilakukan secara manual. Hama yang
peroleh buah kakao dari Sulawesi karena sering menyerang bibit adalah ulat kilan,
memiliki buah yang baik untuk dijadikan belalang dan bekicot.
bibit. 4. Pembukaan atap, dilakukan bertahap
Buah kakao yang diperoleh dari Sulawesi seiring dengan umur bibit. Dua minggu
tersebut di pecah menggunakan kayu yang sebelum di pindah ke kebun, naungan
berat, biji yang berada ditengah diambil buatan telah dibuka.
sebanyak 20-25 untuk disemai. Lendir biji 5. Penjarangan, dilakukan apabila daun antar
dibersihkan terlebih dahulu dengan bibit terlalu saling menaungi dan
meremas-remasnya dalam serbuk gergaji lalu pertumbuhan tanaman tidak seragam.
dicuci dengan air, kemudian biji diangin- 3-5 bulan kemudian bibit siap ditanam
anginkan hingga kadar air turun menjadi dengan tinggi mencapai 40-60 cm, jumlah
40%. daun minimum 12 lembar dengan diameter
Biji kakao umumnya disemai dengan dua batang 0,7 – 1,0 cm.
media penyemaian, yaitu karung goni dan/
pasir halus, namun Dinas Kehutanan dan 2. Penentuan pola tanam
Perkebunan Provinsi Banten biasanya
Kakao merupakan jenis tanaman yang
melakukan penyemaian biji kakao ini dengan
membutuhkan pohon penaung selama
karung goni saja karena lebih mudah dan
hidupnya. Umumnya jenis pohon penaung
murah. Biji kakao yang sudah bersih dari
yang banyak diusahakan oleh petani di
daging buah disemaikan di atas karung goni
Kecamatan Anyar adalah pohon pisang dan
yang telah dibasahi dengan air. Penyemaian
melinjo. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan jarak 0,5x0,5 cm lalu
dilakukan, diketahui bahwa jarak tanam
hamparan benih tersebut ditutup kembali
kakao yang diterapkan oleh 58 responden
dengan karung goni yang juga telah dibasahi
(96,67%) adalah 3x3/4x4 cm dan 2 responden
dengan air, kemudian benih disiram satu kali
(1,67%) lainnya menerapkan jarak tanam 5x5
dalam sehari pada pagi hari. Kriteria benih
cm. Sedangkan untuk jarak tanam melinjo dan
telah berkecambah ditandai dengan muncul-
pisang, umumnya responden tidak
nya akar sepanjang 0,5-1,0 cm dengan waktu
menggunakan jarak tanam.
selama 4-5 hari. Setelah berkecambah, benih
dipindahkan ke dalam polybag ukuran 1 kg 3. Penanaman
yang telah diberi media campuran tanah,
Tahap penanaman yang dilakukan oleh
pupuk kandang dan pasir (1:1:1) untuk
ke-60 responden petani agroforestri kakao
dilakukan pembibitan. Benih dibenamkan
umumnya dilakukan dengan cara sisipan.
(mata benih diletakkan di bagian bawah) ke
Tanah yang digunakan untuk menanam
dalam polybag sedalam 1(cid:3415) bagian. Polybag
3 kakao harus cukup lembap selama beberapa
kemudian diberi atap agar terlindung dari
bulan sampai akar tunggangnya berkembang.
terpaan hujan dan angin. Pemeliharaan bibit
Oleh karena itu waktu tanam direncanakan
tersebut meliputi:
tepat pada awal musim hujan yang ditandai
Sri Wahyuningsih, dan Andjar Astuti Model Pengelolaan Agroforestri Kakao…
Description:The research aims to analyze the management of cocoa agroforestry, labor allocation and household . lakukan panen sepanjang tahun (Mahardika,.
