Table Of ContentMITOS ASMAT FUMIRIPITS
DALAM KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA
ASMAT MYTH “FUMIRIPITS”
(THE ANTHROPOLOGICAL LITERARY STUDY)
Ummu Fatimah Ria Lestari
Balai Bahasa Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Jalan Yoka Waena, Distrik Heram, Jayapura, Papua 99358
Telepon: 0811481082, Pos-el: [email protected]
Abstract
This research discusses about Asmat myth “Fumiripits” in Anthropological Literary Study. The problem
is how the structure of Asmat myths “Fumiripits” in Anthropological Literary Study is. This research
used descriptive-analytical method. This method is used in social researches to systematically and
accurately describe facts and characteristics of certain population. In its techniques, the researcher
analyzed its intrinsic and extrinsic elements in Asmat myth “Fumiripits” so Anthropological components
in oral and text of Asmat myth “Fumiripits” could be found. The Asmat philosophical concept shows
that the myth “Fumiripits” is the story of their origin. Finally, the researcher concludes that
anthropological literary study can be applied in myths research.
Key words: myth, Fumiripits, and Asmat.
Abstrak
Penelitian ini mengkaji mitos Asmat “Fumiripits” dengan studi Antropologi Sastra. Masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah bagaimana struktur mitos Asmat “Fumiripits” dalam kajian Antopologi Sastra.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik. Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, metode deskriptif
diharapkan mampu melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi tertentu dengan faktual dan
cermat. Dalam pelaksanaannya, peneliti menganalisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik mitos Asmat
“Fumiripits” agar dapat ditemukan sisi antropologi dalam tuturan maupun teks mitos Asmat “Fumiripits”. Sisi
antropologis suku Asmat menjadikan mitos “Fumiripits” sebagai landasan filosofis tentang asal-usul mereka.
Akhirnya, peneliti menyimpulkan bahwa kajian Antropologi Sastra tepat diterapkan dalam analisis salah satu
genre sastra lisan (mitos) ini.
Kata kunci: mitos, Fumiripits, dan Asmat.
Ummu Fatimah Ria Lestari, Mitos Asmat Fumiripits dalam Kajian Antropologi Sastra 17
1. Pendahuluan ini dianggap mendukung proses analisis struktur
Mitos merupakan salah satu istilah yang sangat sulit intrinsik mitos Asmat sebagai sebuah teks sastra dan
didefenisikan sebab istilah tersebut digunakan dalam struktur ekstrinsik sebagai konteks untuk memahami
berbagai bidang ilmu dan dijelaskan dengan menggu- kultur budaya Asmat dari sisi masyarakat pendu-
nakan berbagai konsep yang berbeda. Diduga mitos kungnya.
telah digunakan oleh para filsuf sejak zaman Yunani Wattie (dalam Manmak, 2008: vi) mengemuka-
kuno (Ratna, 2011: 110). kan bahwa Asmat merupakan salah satu kelompok
Mitos ini adalah genre dalam sastra lisan yang etnis yang sudah dikenal secara luas di dunia inter-
juga berarti sekelompok teks yang disebarkan dan nasional. Informasi tentang Asmat banyak dipresen-
diturun-temurunkan secara lisan yang secara intrinsik tasikan oleh seni ukir kayu yang unik yang disajikan
mengandung sarana-sarana kesusastraan dan memi- dalam bentuk pameran seni rupa dan tulisan populer.
liki efek estetik dalam kaitannya dengan konteks mo- Harus diakui bahwa tulisan berbahasa Indonesia yang
ral ataupun kultur dari sekelompok masyarakat ter- ditulis oleh orang Asmat masih sangat langka. Na-
tentu (Taum, 2011: 21—22). mun, tulisan ilmiah tentang Asmat yang membahas
seni ukir kayu, tradisi mengayau, dan ritual pemujaan
Mitos adalah suatu kepercayaan yang tidak ber-
leluhur telah dihasilkan oleh Scneebaum (1988),
dasarkan pada ilmiah dan rasional, tetapi hanya seba-
Smidt (1993), dan Van der Zee (2007).
tas jawaban yang ditujukan untuk kepuasaan. Orang
terdahulu banyak mengembangkan mitos, karena Mitos Asmat belum banyak diperhatikan dan
tidak berdasarkan pada pemikiran yang rasionalistis. diteliti. Padahal, posisi mitos Asmat dari segi kesa-
Zaman dulu banyak pertanyaan yang timbul mengenai kralan isinya menempati posisi lebih tinggi daripada
kejadian-kejadian yang dialami masyarakat dan cerita rakyat, nyanyian rakyat, legenda, atau puisi
muncullah jawaban-jawaban yang hanya bersifat se- rakyat Asmat. Mitos ini menjadi dasar pelaksanaan
mentara (http://www.ilmupengetahuan.net/mitos. ritual-ritual suci di Asmat. Mitos Asmat menjadi per-
html#more-425 diakses tanggal 5 Januari 2013). hatian khusus peneliti karena belum ada penelitian
sastra lisan yang terstruktur dalam suku Asmat, bah-
Alan Dundes (dalam Danandjaja, 2002: 21)
kan untuk seluruh suku bangsa di Papua pada umum-
mengategorikan mitos ke dalam jenis folklor lisan
nya. Idealnya, penelitian mitos harus pertama kali
atau mentifacts, seperti halnya cerita rakyat, lagu,
dilakukan sebelum melakukan penelitian jenis sastra
fabel, legenda, puisi rakyat, peribahasa, pepatah,
lisan yang lain. Selain itu, kandungan pesan dan nilai
pantun, dan humor. Dalam penelitian ini, peneliti
dalam mitos Asmat sudah mulai ditinggalkan karena
menggunakan istilah “sastra lisan” untuk jenis folklor
beberapa faktor. Pendek kata, mitos Asmat sangat
lisan atau mentifacts. Sebagai bagian dari sastra
perlu dan sudah mendesak untuk diteliti kemudian
lisan, penelitian ini membahas mitos Asmat yang ber-
direvitalisasi agar nilai-nilai kearifan yang sudah pudar
judul Fumiripits melalui kajian Antropologi Sastra.
selama ini dapat dimunculkan kembali di suku Asmat
Sebelum membahas mitos Asmat lebih jauh, harus
sendiri khususnya dan masyarakat luas pada umum-
ada persamaan persepsi terlebih dahulu bahwa mitos
nya. Selanjutnya, peneliti berharap akan adanya pe-
Asmat adalah mitos yang berkembang dalam ma-
nelitian lebih lanjut tentang mitos Asmat ini melalui
syarakat Asmat, dituturkan dalam bahasa Asmat atau
sisi pendekatan disiplin ilmu lain.
sudah diterjemahkan penuturnya ke dalam bahasa
Indonesia. Bertolak dari pemahaman bahwa mitos Asmat
merupakan landasan filosofis orang Asmat dalam
Peneliti menggunakan pendekatan antropologi
menjalankan aktivitas hidupnya sehari-hari, peneliti
sastra karena secara teori, konsep, dan metodologi,
akan menganalisis mitos Asmat Fumiripits. Hal yang
pendekatan ini mampu menjelaskan struktur mitos
coba dijawab peneliti adalah bagaimana struktur in-
Asmat yang merupakan cerminan dari keseluruhan
trinsik dan ekstrinsik teks mitos Asmat Fumiripits;
kondisi dan pola pikir antropo (manusia, masyara-
dan bagaimana sisi antropologis masyarakat Asmat
kat) suku Asmat itu sendiri. Singkatnya, pendekatan
Gramatika, Volume II, Nomor 1, Januari—Juni 2014 18
sesuai dengan mitos yang mereka miliki. Kedua hal - melakukan proses pembacaan secara cermat,
tersebut menjadi masalah dalam penelitian ini. reduksi secara detail terhadap objek yang su-
Melalui latar belakang dan masalah yang sudah dah dipilih;
dikemukakan sebelumnya, penelitian ini bertujuan - menelusuri secara cermat apakah proses analisis
untuk menganalisis dan mendeskripsikan tentang mi- sudah cukup dengan didasarkan atas metode
tos Asmat Fumiripits melalui pendekatan antropologi tertentu, dalam hal ini metode hermeneutik;
sastra. Sementara itu, hasil yang diharapkan adalah - menemukan perbandingan dari ilmu yang di-
tersusunnya sebuah tulisan yang memaparkan tentang anggap subordinasi, dalam hal ini antropologi;
mitos Asmat Fumiripits melalui pendekatan antro- dan
pologi sastra. - menyusun hasil penelitian dalam rangka kema-
Penelitian ini dilaksanakan di Jayapura selama juan umat manusia secara keseluruhan.
1 bulan (1 Januari—31 Januari 2013). Metodologi
Hanya saja, peneliti memilih langkah praktis
penelitian dengan pendekatan antropologi sastra
dengan menganalisis secara sistematis objek yang
yang ditawarkan oleh Ratna (2011: 345—347) ada-
diteliti (dalam hal ini mitos Asmat). Seperti diketahui,
lah langkah-langkah berikut.
dengan adanya dominasi strukturalisme, baik psiko-
- Menelusuri periode tertentu. Dalam hal ini mitos
logi sastra maupun sosiologi sastra, yang paling ba-
yang merupakan jenis satra lisan tidak diketahui
nyak dan mudah dilakukan adalah menganalisis ter-
kapan persisnya ia muncul, karena saat itu belum
lebih dahulu unsur-unsur karya sastranya, seperti (1)
ada bukti tertulis yang menjelaskan.
plot; (2) penokohan; (3) tema; (4) setting. Kemudian,
- Menentukan keterlibatan pengarang/ penutur
menganalisis bagian ekstrinsiknya (sisi antropologi).
pada saat proses kreatif mengingat ciri sastra
Hal ini bertujuan untuk mengembalikan karya sastra
lisan adalah adanya variasi. Dalam hal ini, mitos
ke dalam struktur sosial masyarakat sebagai latar
dituturkan oleh orang tertentu kepada orang ter-
belakang yang menghasilkannya. Untuk itu, peneliti
tentu. Variasi cerita mungkin terjadi, tetapi se-
mengemukakan metodologi penelitian ini dengan rinci
cara tematik tidak berubah.
sebagai berikut.
- Menemukan kelompok sosial yang berperan.
Pertama, penelitian ini menggunakan metode
Hal ini menunjukkan siapa yang berhak menu-
kualitatif dan deskriptif-analitik. Pemilihan metode
turkan dan mendengarkan mitos.
kualitatif karena metode ini pada dasarnya sama de-
- Menentukan genre, subgenre, dan seterusnya,
ngan metode hermeneutika. Artinya, baik metode
yang dalam hal ini jenis mitos yang ada dalam
hermeneutika, kualitatif, dan analisis isi, secara kese-
suku Asmat.
luruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan
- Menentukan pesan, amanat, tema, dan pan- menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Objek pene-
dangan dunia dalam mitos sesuai dengan ciri litian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif,
antropologi sastra. melainkan makna-makna yang terkandung di balik
tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala
Selain langkah-langkah di atas, dapat pula dila-
sosial tersebut. Dalam hubungan inilah metode kuali-
kukan langkah lain, baik dalam kaitannya dengan
tatif dianggap persis sama dengan metode pemaham-
metode pengumpulan, analisis, maupun penyajian,
an atau verstehen. Sesuai dengan namanya, peneliti-
termasuk relevansinya terhadap masyarakat secara
an kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai
keseluruhan. Langkah-langkah tersebut antara lain
(Ratna, 2006:46—47).
adalah sebagai berikut:
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan me-
- mengumpulkan data dengan pertimbangan
tode deskriptif-analitik. Metode ini merupakan ga-
sebagai konsekuensi logis yang ditimbulkan;
bungan dua metode yang tidak bertentangan. Meto-
de deskriptif analitik dilakukan dengan cara
Ummu Fatimah Ria Lestari, Mitos Asmat Fumiripits dalam Kajian Antropologi Sastra 19
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul informasi dari dokumen publik yang dijadikan
dengan analisis. Meskipun demikian, analisis yang sebagai rujukan.
berasal dari bahasa Yunani, analyein (’ana’= atas,
’lyein’= lepas, urai), telah diberikan arti tambahan, 2. Kajian Teori
tidak semata-mata menguraikan melainkan juga
2.1 Pengertian Mitos
memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya
Wikipedia memublikasikan dalam www.id.wikipedia/
(Ratna, 2006: 53).
mitos yang diakses tanggal 5 Januari 2013, mitos
Kedua, pengumpulan data dilakukan dengan
(bahasa Yunani: ìæèïò– mythos) adalah cerita prosa
menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumen-
rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lam-
tasi dilakukan dengan mengumpulkan data berupa
pau, mengandung penafsiran tentang alam semesta
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek
dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta diang-
yang dianalisis. Pengumpulan data dilakukan melalui
gap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita
pembacaan secara cermat, detail, dan berulang-
atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas,
ulang. Data yang diperoleh dari hasil bacaan, dicatat
mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional. Pada
dan diseleksi. Penyeleksian dilakukan untuk melihat
umumnya mitos menceritakan terjadinya alam se-
relevansi antara data dan konstruksi penelitian. Data
mesta, dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk
yang tidak televan diberi penekanan (dilingkari) untuk
topografi, kisah para makhluk supranatural, dan
memudahkan peneliti dalam menganalisis. Cara ana-
sebagainya. Mitos dapat timbul sebagai catatan peris-
lisis dimulai dengan memeriksa kembali data-data
tiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan, sebagai
dan kemudian memilah-milahnya berdasarkan jenis
alegori atau personifikasi bagi fenomena alam, atau
dan tipenya. Selanjutnya, data yang sudah terpilih
sebagai suatu penjelasan tentang ritual. Mitos dise-
akan dijadikan bahan analisis. Teknik analisis data
barkan dengan tujuan guna menyampaikan pengalam-
menggunakan teknik analisis konten. Teknik ini ber-
an religius atau ideal, untuk membentuk model sifat-
fokus pada isi atau makna yang terkandung dalam
sifat tertentu, dan sebagai bahan ajaran dalam suatu
teks. Isi dalam analisis konten terdiri atas dua bagian,
komunitas.
yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi
Klasifikasi mitos Yunani berawal dari Euhe-
yang terkandung dalam dokumen atau naskah, se-
merus, Plato (Phaedrus), dan Sallustius dikembang-
dangkan isi komunikasi adalah pesan yang tekandung
kan oleh para neoplatonis dan dikaji kembali oleh
sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2004:
para mitografer zaman Renaisans seperti dalam buku
48). Analisis isi laten akan menghasilkan arti, sedang-
Theologia Mythologica (1532). Mitologi perban-
kan analisis isi komunikasi akan menghasilkan
dingan abad ke-19 menafsirkan kembali mitos seba-
makna.
gai evolusi menuju ilmu oleh E. B. Tylor, istilah “pe-
Analisis konten dalam meneliti mitos Asmat dila-
nyakit bahasa” oleh Max Müller, atau penafsiran ritual
kukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.
magis yang keliru oleh James Frazer. Penafsiran
a. Menganalisis struktur mitos. Struktur mitos di-
selanjutnya menolak pertentangan antara mitos dan
ketahui setelah dilakukan pembacaan yang me-
sains. Lebih lanjut lagi, mitopeia seperti novel fantasi,
nyeluruh dan berulang-ulang terhadap mitos ter-
manga, dan legenda urban, dengan berbagai mitos
sebut.
buatan yang dikenal sebagai fiksi, mendukung ga-
b. Mendeskripsikan relevansi antara struktur teks
gasan mitos sebagai praktik sosial yang terus terjadi.
dan konteks sosial suku Asmat. Analisis struktur
Pelaku utama yang diceritakan dalam mitos
mitos, sebagai teks, diselaraskan dengan pen-
biasanya adalah para dewa, manusia, dan pahlawan
deskripsian relevansi antara teks dan konteks,
supranatural. Sebagai kisah suci, umumnya mitos di-
yakni mitos dan suku Asmat yang menjadi latar
dukung oleh penguasa atau imam/pendeta yang
sosialnya. Kenyataan fiksional dalam teks ke-
sangat erat dengan suatu agama atau ajaran kero-
mudian direlevansikan dengan kenyataan faktual
Gramatika, Volume II, Nomor 1, Januari—Juni 2014 20
hanian. Dalam suatu masyarakat dimana mitos itu Perbedaan antara mitos, legenda, dan cerita rak-
disebarkan, biasanya suatu mitos dianggap sebagai yat merupakan cara yang mudah dalam mengelom-
kisah yang benar-benar terjadi pada zaman purba. pokkan cerita tradisonal. Dalam banyak budaya, sulit
Pada kenyataannya, banyak masyarakat yang me- untuk menarik garis lurus antara mitos dan legenda.
miliki dua kategori kisah tradisional, yaitu kisah nyata Kisah tradisional terdiri atas mitos, legenda, dan
(mitos) dan kisah dongeng (fabel). Umumnya mitos cerita rakyat. Namun, ada pula yang membaginya
penciptaan berlatar pada masa awal dunia, saat dunia menjadi dua kategori, yakni (1) langsung mengacu
belum berbentuk seperti sekarang ini, dan menjelas- kepada cerita rakyat, dan (2) mengombinasikan
kan bagaimana dunia memperoleh bentuk seperti se- mitos dan legenda. Walaupun mitos dan cerita rakyat
karang ini serta bagaimana tradisi, lembaga dan tabu tidak sepenuhnya berbeda. Suatu kisah dapat diang-
ditetapkan. gap nyata (dan menjadi mitos) dalam suatu masyara-
Istilah “mitologi” dapat mengacu kepada kajian kat, namun dianggap tak nyata (dan menjadi cerita
mengenai mitos atau suatu himpunan atau koleksi ber- rakyat) dalam masyarakat lainnya. Pada kenyataan-
bagai mitos. Sebagai contoh, mitologi landskap ada- nya, saat suatu mitos kehilangan statusnya sebagai
lah kajian mengenai pembentukan suatu bentang alam bagian dari suatu sistem religius, mitos seringkali me-
menurut mitos suatu bangsa, sementara mitologi Hittit miliki sifat cerita rakyat yang lebih khas, dengan ka-
adalah himpunan mitos-mitos bangsa Hittit. rakter dewa-dewi terdahulu yang diceritakan kembali
Menurut pandangan kaum Folkloristika, “Suatu sebagai manusia pahlawan, raksasa, dan peri. Mitos,
mitos adalah kisah suci yang biasanya menjelaskan legenda, dan cerita rakyat hanyalah sebagian kategori
bagaimana dunia maupun manusia dapat terbentuk dari cerita tradisional. Kategori lainnya meliputi anek-
seperti sekarang ini, suatu kisah yang menguraikan dot dan semacam kisah jenaka. Sebaliknya, cerita
pandangan fundamental dari suatu kebudayaan de- tradisional adalah suatu kategori dari folklor, meliputi
ngan menjelaskan aspek-aspek dunia alamiah dan beberapa hal seperti sikap tubuh, busana adat, dan
menggambarkan praktek psikologis dan sosial serta musik.
pandangan ideal suatu masyarakat”. Banyak sarjana
Teori tentang Asal Mula Mitos
dalam bidang ilmu lainnya yang menggunakan istilah
Beberapa teori yang menjelaskan tentang asal mula
“mitos” dengan cara yang berbeda. Pengertian yang
adanya mitos, antara lain:
lebih luas, istilah tersebut dapat mengacu kepada ce-
rita tradisional atau dalam percakapan sehari-hari
Teori Euhemerisme
dianggap sebagai suatu hal salah kaprah dalam ma-
Teori Euhemerisme (penafsiran historis) adalah teori
syarakat atau suatu entitas khayalan. Mitos erat
menyatakan bahwa mitos adalah catatan peristiwa
kaitannya dengan legenda dan cerita rakyat. Mitos,
bersejarah yang dilebih-lebihkan. Menurut teori ini,
legenda, dan cerita rakyat adalah cerita tradisional
penutur cerita melebih-lebihkan peristiwa sejarah se-
dalam jenis yang berbeda. Tidak seperti mitos, cerita
cara terus-menerus sampai akhirnya figur dalam seja-
rakyat dapat berlatar kapan pun dan dimana pun,
rah tersebut memperoleh status setara dewa. Misal-
dan tidak harus dianggap nyata atau suci oleh masya-
nya, mitos dewa angin Aeolos yang dianggap sebagai
rakat yang melestarikannya. Sama halnya seperti mi-
sejarah seorang raja yang mengajarkan cara meng-
tos, legenda adalah kisah yang secara tradisional
gunakan layar dan menafsirkan arah angin kepada
dianggap benar-benar terjadi, namun berlatar pada
rakyatnya. Herodotos (abad ke-5 SM) dan Prodikos
masa-masa yang lebih terkini, saat dunia sudah ter-
mengklaim hal semacam ini. Sehingga teori ini disebut
bentuk seperti sekarang ini. Legenda biasanya
euhemerisme yang merujuk pada nama ahli mitologi
menceritakan manusia biasa sebagai pelaku utama-
terkenal, Euhemeros (sekitar 320 SM). Ia berpenda-
nya, sementara mitos biasanya fokus kepada tokoh
pat bahwa dewa-dewi Yunani berkembang dari le-
manusia super.
genda tentang manusia.
Ummu Fatimah Ria Lestari, Mitos Asmat Fumiripits dalam Kajian Antropologi Sastra 21
Teori Alegori (Simbol) Antropolog James Frazer memiliki teori yang
sama. Frazer percaya bahwa manusia primitif mulai
Beberapa teori menyatakan bahwa mitos dimulai se-
percaya pada hukum-hukum gaib. Kemudian, ketika
bagai suatu alegori. Menurut suatu teori, mitos-mitos
manusia mulai kehilangan keyakinannya mengenai
bermunculan sebagai alegori tentang fenomena alam,
sihir, mitos tentang dewa diciptakan dan mengklaim
seperti Apollo yang melambangkan Matahari, Po-
bahwa ritual magis kuno adalah ritual keagamaan
seidon yang melambangkan lautan, dan sebagainya.
yang dilakukan untuk menyenangkan hati para dewa.
Menurut teori lainnya, mitos bermula sebagai alegori
untuk konsep filosofis maupun spiritual, seperti Athe-
Fungsi Mitos
na yang melambangkan keadilan dan kebijaksanaan,
Mircea Eliade berpendapat bahwa salah satu fungsi
Afrodit melambangkan hasrat, dan sebagainya.
penting mitos adalah untuk membangun suatu model
Sanskritis abad ke-19, Max Müller, mendukung teori
perilaku dan mitos dapat memberikan pengalaman
alegoris mitos. Ia menyakini bahwa mitos bermula
religius. Dengan menceritakan atau memperagakan
sebagai deskripsi alegoris mengenai keadaan alam,
mitos, anggota suatu masyarakat tradisional dapat
namun perlahan-lahan diinterpretasikan secara har-
merasa lepas dari masa kini dan kembali lagi ke za-
fiah, misalnya, secara puitis, laut digambarkan seba-
man mitis, sehingga membawa mereka dekat dengan
gai sesuatu yang penuh gejolak, sehingga laut diyakini
ilahi.
sebagai dewa yang pengamuk.
Lauri Honko menegaskan bahwa dalam bebe-
Teori Personifikasi (Perumpamaan)
rapa kasus, suatu masyarakat akan menghidupkan
Dalam mitologi Yunani, malam dan siang hari diper- kembali suatu mitos untuk menciptakan kembali
sonifikasikan sebagai seorang dewi. Beberapa pemi- suasana zaman mitis. Sebagai contoh, akan diperaga-
kir percaya bahwa mitos merupakan hasil personi- kan kembali penyembuhan yang dilakukan dewa pada
fikasi kekuatan dan benda mati. Menurut pemikiran zaman purba dalam upaya penyembuhan seseorang
ini, orang purba memuja fenomena alam seperti api di masa kini. Tak jauh berbeda, Roland Barthes ber-
dan udara, dan perlahan-lahan menggambarkannya pendapat bahwa budaya modern mengeksplorasi
sebagai dewa. Contohnya, menurut teori Pemikiran pengalaman religius. Karena tugas sains bukanlah
Mitopeia, orang purba cenderung memandang “se- menegakkan moral manusia, suatu pengalaman reli-
suatu” sebagai “seseorang”, bukan benda belaka. gius adalah upaya untuk terhubung dengan perasaan
Maka dari itu, mereka menggambarkan kejadian moral di masa lalu, yang kontras dengan dunia
alam sebagai akibat tindakan dewa tertentu, sehingga teknologi di zaman sekarang.
menghasilkan suatu mitos. Joseph Campbell menyatakan bahwa mitos me-
miliki empat fungsi utama, yaitu: fungsi mistis—
Teori Mitos-Ritual
menafsirkan kekaguman atas alam semesta; fungsi
Menurut teori mitos-ritual, keberadaan mitos sangat
kosmologis—menjelaskan bentuk alam semesta;
erat dengan ritual. Teori ini mengklaim bahwa mitos
fungsi sosiologis—mendukung dan mengesahkan tata
muncul untuk menjelaskan ritual. Klaim ini pertama
tertib sosial tertentu; dan fungsi pendagogis—
kali dicetuskan oleh sarjana biblikal, William Ro-
bagaimana menjalani hidup sebagai manusia dalam
bertson Smith. Menurut Smith, “Orang-orang mulai
keadaan apa pun. Bangunanto dalam http://
melaksanakan suatu ritual untuk alasan tertentu yang
bangungunanto.wordpress.com/2012/03/26/
tidak ada hubungannya dengan mitos. Kemudian
pengertian-mitos-legenda-dan cerita- rakyat/ yang
setelah mereka melupakan alasan sebenarnya me-
diakses tanggal 5 Januari 2013, mengemukakan per-
ngenai pelaksanaan ritual tersebut, mereka mencoba
kembangan mitos di Indonesia. Ia mengutip pendapat
melestarikan ritual tersebut dengan menciptakan
Moens-Zoeb yang mengungkapkan bahwa orang
suatu mitos, dan mengklaim bahwa ritual tersebut
Jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari
dilaksanakan untuk mengenang kejadian yang dice-
ritakan dalam mitos.”
Gramatika, Volume II, Nomor 1, Januari—Juni 2014 22
India, melainkan juga telah mengadopsi dewa- landasan filosofis mereka dalam berkreasi atau men-
dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Di Jawa Timur ciptakan karya ukir Asmat.
misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu
2.2 Antropologi Sastra
Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau
sedikitnya sebagai puncak Mahameru yang dipindah- Ratna (2011: 31—37) berpendapat bahwa antropo-
kan dari India ke Pulau Jawa. Mitos di Indonesia logi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitan-
biasanya menceritakan terjadinya alam semesta, nya dengan unsur-unsur kebudayaan, dalam pende-
terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia katan ini karya sastra tetap memiliki posisi dominan.
pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan po- Antropologi sastra juga berarti analisis sastra antarbu-
kok. Ada beberapa pengertian mitos yang juga diung- daya, kebudayaan yang berbeda-beda, semacam
kapkan oleh para sejarawan. Dari beberapa penger- sastra bandingan. Dalam analisis akan berkembang
tian itu dapat disimpulkan bahwa mitos adalah cerita dua cara, yaitu (a) analisis terhadap satu karya, karya
prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk tunggal seorang pengarang dan (b) analisis terhadap
setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) sejumlah karya, baik dari pengarang yang sama mau-
dan dianggap benar-benar terjadi oleh empunya ce- pun berbeda. Antropologi dan sastra juga berbagi
rita atau penganutnya. Mitos pada umumnya masalah yang sama dalam kaitannya dengan sastra
menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, lisan, folklor, dan tradisi lisan pada umumnya.
bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan Fokkema dan Kunne-Ibsch (dalam Ratna,
para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. 2011: 37—38) mengungkapkan bahwa struktur sas-
Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia tra beranalogi dengan struktur mitos, keduanya se-
dan ada juga yang berasal dari luar negeri. Mitos olah-olah berasal dari kategori yang sama. Aspek
yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah antropologis dalam sastra meliputi keseluruhan karya
mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sekaligus menunjukkan bahwa antropologi sastra
sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh merupakan model pendekatan yang sangat penting.
proses adaptasi karena perubahan jaman. Mitos sa- Analisis antropologi dalam karya sastra adalah
ngat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Ada usaha untuk mencoba memberikan identitas terhadap
masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, namun karya tersebut dengan menganggapnya sebagai me-
ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. ngandung aspek tertentu dalam hubungan ini ciri-ciri
Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, masya- kebudayaannya. Ciri-ciri kebudayaan itu berupa ke-
rakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi cenderungan ke masa lalu, citra primordial, dan citra
jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, ma- arketipe. Ratna (2011: 49) mengemukakan beberapa
ka masyarakat bisa dirugikan. hal yang penting dalam penelitian antropologi sastra
Mitos Asmat dalam penelitian ini adalah mitos seperti berikut. Pertama, ciri-ciri antropologi sastra,
yang berkembang dalam masyarakat Asmat, ditutur- antara lain, adalah (1) berkaitan dengan kebudayaan;
kan melalui bahasa Asmat atau bahasa Indonesia, (2) intensitas pada masa lampau; (3) intensitas pada
serta menjadi aset kebudayaan Asmat secara khusus isi/muatan; dan (4) merupakan ilmu yang relatif baru.
dan aset kebudayaan Nusantara secara umum. Mitos Kedua, teori yang mendukung analisis antropologi
yang selama ini dipegang teguh oleh masyarakat sastra, antara lain, adalah (1) strukturalisme Levi-
Asmat adalah mitos Fumiripits. Masyarakat Asmat Strauss; (2) semiotika Saussure dan Pierce; (3) mitos
pada umumnya menggolongkan mitos mereka sama Roland Barthes; (4) arketipe Freud, Jung, dan Frye;
dengan cerita rakyat Karena dituturkan secara turun- (5) teori-teori kearifan lokal; (6) teori-teori multi-
temurun dari generasi ke generasi. Terkait dengan kultur; (7) teori-teori etnisitas; (8) teori-teori religi;
tema dan nilainya, mitos Asmat memiliki tingkatan dan (9) teori transaksi primordial. Ketiga, metode
lebih sakral dan suci karena mitos tersebut menjadi analisis yang bisa digunakan, antara lain, adalah (1)
hermeneutik; (2) kualitatif; dan (3) deskriptif-analitik.
Ummu Fatimah Ria Lestari, Mitos Asmat Fumiripits dalam Kajian Antropologi Sastra 23
Keempat, teknik analisis yang memungkinkan dila- yah Papua otomatis menjadi bagian dari NKRI. Wi-
kukan, antara lain, adalah (1) menguraikan; (2) mem- layah ini terbagi dalam tujuh distrik. Empat puluh ta-
bandingkan; (3) mengklasifikasikan; (4) membagan- hun kemudian, tepatnya tanggal 12 April 2003, Pen-
kan; dan (5) mentabelkan. Kelima, instrumen analisis jabat Bupati Asmat dilantik. Wilayah Asmat resmi
dapat berupa (1) peneliti sendiri; (2) kartu data; (3) menjadi kabupaten dengan tujuh distrik di dalamnya,
kertas, pensil, dsb. yaitu Agats, Akat, Sawa Erma, Atsy, Suator, Fayit,
dan Pantai Kasuari. Dunia Asmat dihuni oleh roh-
3. Pembahasan roh yang tidak terhitung jumlahnya, bahkan benda-
benda mati pun mempunyai kekuatan gaib untuk
3.1 Kondisi Sosial Budaya Suku Asmat
mempengaruhi dan memiliki efek terhadap kehidup-
Nama “Asmat” mulai dikenal oleh khalayak pada
an. Prinsip animisme menyerap semua lapisan. Bu-
tahun 1930 karena serangan mereka di daerah suku
daya zaman batu bahkan belum satu abad berlalu.
Mimika. Pada tahun 1953 daerah suku Asmat
Akan tetapi, generasi Asmat telah meloncat melam-
menjadi bagian dari distrik New Guinea Selatan yang
paui kurun waktu selama ribuan tahun, mencapai era
berkedudukan di Achatsj. Setahun sebelumnya, se-
reformasi untuk terlibat langsung dalam percaturan
orang pastor bernama G. Zegwaard M.S.C. bekerja
politik dan menang. Di atas segala kemenangan, ceri-
sebagai misionaris di antara suku Asmat dan dari dia-
ta rakyat dan mitos pada komunitas Asmat yang men-
lah bisa diketahui suku yang perlu dicatat di sini. Suku
jadi bagian dari khazanah budaya tetap tercatat dan
Asmat mendiami dataran rendah, berawa-rawa,
diyakini secara bersama-sama.
berlumpur, dan ditutup oleh hutan tropis. Sungai yang
Di sisi filosofis orang Asmat, Linggasari
mengalir di daerah ini banyak sekali dan warnanya
(2008:12-13) menyatakan bahwa suku Asmat per-
gelap karena lumpur. Keadaan alam yang demikian
caya bahwa nenek moyang mereka berasal dari
itu disebabkan oleh tingginya curah hujan. Sifat per-
patung. Kepercayaan tersebut memunculkan mitos
kawinan dalam masyarakat Asmat berdasarkan prin-
yang mengakar kuat dalam kehidupan suku Asmat
sip eksogami. Selain itu, perkawinan endogami di-
sampai hari ini, yaitu Fumiripits. Mitos tersebut cu-
mungkinkan bila kedua belah pihak tidak berasal dari
kup membuktikan bahwa suku Asmat dengan “kese-
satu garis keturunan lurus. Suku Asmat menganut sis-
derhanaan” mereka ternyata masih memiliki kesepa-
tem patrilineal. Artinya, sebelum perempuan Asmat
katan atau pegangan yang relatif utuh dalam menjaga
menikah, dia masih masuk dalam klen ayahnya. Akan
identitas mereka. Suatu mitos dapat menjadi indikasi
tetapi, setelah menikah, ia mengikuti klen suaminya.
tentang apa yang menjadi “pandangan hidup” suatu
Hak kepemilikan dalam waris juga ditetapkan menu-
masyarakat. Dengan mitos, paling tidak, suatu ma-
rut garis keturunan ayah. Suku Asmat juga mengikuti
syarakat dapat memiliki semacam pegangan yang se-
pola menetap patrilokal. Artinya, setelah seorang pe-
dikit membuat hidup lebih tenteram. Dengan demiki-
rempuan Asmat menikah, dia menetap bersama
an, mereka dapat melanjutkan kehidupan yang serba
keluarga suaminya. Apabila suaminya meninggal, istri
kontradiktif ini dengan persepsi bersama yang relatif
dan anak-anak tetap tinggal bersama keluarga suami-
tidak terpecah-pecah. Suatu hal yang mengagumkan,
nya. Mereka itu menjadi tanggung jawab keluarga
cerita rakyat atau mitos berkembang di wilayah Asmat
suaminya. Suku Asmat juga menjalankan perkawinan
memiliki struktur yang kuat dan meyakinkan. Suatu
levirat atau perkawinan antaripar (Martosedono,
pertanda, cerita itu bukan suatu dongeng yang muncul
1994: 47—52). Suku Asmat hidup dari hasil berburu,
secara terpaksa. Bagi sementara kaum muda Asmat,
bertani, dan menangkap ikan.
mitos dan segala macam bentuk legenda atau hikayat
Pada tanggal 1 Oktober 1962 Belanda menye-
yang berkembang di lingkungan tempat tinggalnya
rahkan Papua kepada pemerintah sementara PBB
menjadi suatu hal yang amat sakral (pamali) untuk
dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah RI
diceritakan kepada orang lain karena akan mendapat
tanggal 1 Mei 1963. Asmat sebagai bagian dari wila-
Gramatika, Volume II, Nomor 1, Januari—Juni 2014 24
sakit. Beragam dongeng yang melegenda ibarat 3.2 Mitos Asmat Fumiripits
perekat yang menyatukan seluruh kehidupan secara
Seperti yang dikemukakan sebelumnya, mitos yang
kultural. Asmat selalu penuh misteri dan diliputi ra-
mengakar kuat dalam kehidupan suku Asmat adalah
hasia. Di dalam kehidupan yang penuh rahasia itu,
Fumiripits. Mitos tersebut cukup membuktikan bah-
kesatuan dalam komunitas adalah penting. Di samping
wa suku Asmat dengan “kesederhanaan” mereka ter-
menyatukan persepsi, di dalamnya terkandung nilai-
nyata masih memiliki kesepakatan atau pegangan
nilai kehidupan, pembelajaran budi pekerti untuk me-
yang relatif utuh dalam menjaga identitas mereka.
misahkan yang baik dan yang buruk. Sikap moral
Mitos Fumiripits telah dibukukan oleh seorang lelaki
merupakan hal mendasar dalam proses pendewasaan
Asmat yang bernama Kaspar Manmak dalam buku
seorang anak manusia.
Folklore (Pada Komunitas Rumpun Bisman As-
Lebih jauh, Linggasari (2008: 14—15) menje- mat) terbitan Bigraf Yogyakarta (2008). Teks mitos
laskan bahwa orang Asmat percaya kalau dunia ini Fumiripits dari buku inilah yang dianalisis oleh pe-
terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama adalah ada- neliti. Berikut akan disajikan analisis terhadap unsur-
lah dunia hidup atau Asmat ow capinmi. Bagian unsur dalam mitos Asmat Fumiripits.
kedua adalah tempat persinggahan orang-orang yang
sudah meninggal dan belum memasuki tempat istira- 3.2.1 Unsur Intrinsik
hat yang kekal di safar (surga) yang disebut dampu Unsur intrinsik dalam mitos Fumiripits, sebagai salah
ow capinmi. Roh-roh yang tinggal di sana adalah satu genre sastra lisan, dalam penelitian ini disamakan
penyebab penyakit, penderitaan, gempa bumi, dan dengan unsur intrinsik dalam sastra tulisan karena
peperangan. Orang-orang yang masih hidup harus mitos Asmat Fumiripits tersebut sudah disajikan da-
menebus roh-roh ini dengan membuat pesta-pesta lam sebuah teks sastra. Unsur intrinsik itu meliputi
dan ukiran, serta memberinya nama agar mereka da- latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan
pat masuk ke alam safar yang merupakan tujuan tema.
akhir—bagian ketiga—dari kehidupan orang Asmat.
a) Latar
Gerbrand dan Eyde (dalam Koentjaraningrat,
1994: 340; Sianipar, 2008: 76—77) menambahkan Tempat
bahwa orang Asmat menyebut diri mereka Asmat-
1) dalam hutan, terdapat dalam penggalan:
ow ’orang pohon’. Kata asmat diartikan sebagai
Alkisah, hiduplah seorang pemuda bernama
’kami manusia kayu’, ’kami adalah orang kayu po-
Fumiripits di dalam hutan (kalimat pertama).
hon’, atau ’asal-usul kami berasal dari kayu pohon’.
2) di muara Sungai Sirets, terdapat dalam peng-
Sebutan itu merupakan pengakuan kukuh orang As-
galan:
mat yang didasarkan pada kepercayaan religi yang
Di muara sungai pemuda itu bertemu de-
diwariskan melalui dongeng legenda suci mengenai
ngan sekelompok gadis yang semuanya ber-
penciptaan orang Asmat yang pertama. Kecuali itu,
paras cantik (kalimat ke-3).
ada juga kepercayaan suku Asmat bahwa wanita
3) dalam perahu lesung, terdapat dalam penggalan:
diciptakan dari pohon sagu.
Fumiripits dengan selembar tikar daun dan
Selanjutnya, Sianipar (2008: 86) makin mem-
membarinkannya di dalam perahu lesung
pertegas bahwa filosofis ’Asmat-ow’ tersebut mela-
agar dapat menyembunyikannya dari pan-
hirkan berbagai keyakinan inti yang arahnya adalah
dangan saudara perempuan yang lain
penghormatan kepada arwah para leluhur. Pohon
(kalimat ke-7).
dan hutan adalah pemberi dan pemelihara kehidupan,
kesuburan, dan kelimpahan. Demikian juga leluhur 4) di tepi Sungai Momants, terdapat dalam peng-
diyakini sebagai pencipta, pemberi, dan pemelihara galan:
kehidupan, pemberi kesuburan dan kelimpahan.
Ummu Fatimah Ria Lestari, Mitos Asmat Fumiripits dalam Kajian Antropologi Sastra 25
Dalam keadaan terbungkus tikar daun Fu- hidup di pedalaman Papua. Hal ini terdapat dalam
miripits terhanyut ke laut dan terdampar di kutipan berikut.
tepi sungai Momants (kalimat ke-10). Akhirnya patung-patung itu bernapas dan
5) rumah panjang, terdapat dalam penggalan: hidup layaknya manusia. Mereka adalah
Fumiripits membangun rumah panjang se- orang-orang pertama yang mengawali kehi-
bagai tempat tinggal, tetapi ia telah merasa dupan di Asmat hingga hari ini dan untuk
kesepian (kalimat ke-14). selamanya (paragraf terakhir).
Fumiripits mengatur patung-patung itu ber-
Alur atau Plot
jajar di seputar kediamannya (kalimat ke-
Apa pun defenisi yang diberikan tentang alur cerita,
19).
dapatlah dipahami bahwa alur atau plot sebuah cerita
Suasana seharusnya disusun secara teratur dan dinamis sekali-
Latar suasana dalam mitos Fumiripits diungkapkan pun tidak berdasarkan urutan-urutan kronologis pe-
melalui penggambaran suasana alam dan lingkungan ristiwanya. Sangat penting bahwa alur mencakupi
hidup suku Asmat. keseluruhan unsur yang membangun keutuhan mak-
na dan tujuan cerita, sebagaimana yang seharusnya
Dalam kesendiriannya ia berkeinginan un-
dimaksudkan oleh pengarang atau penutur. Unsur
tuk mengukir patung dari kayu. Fumiripits
cerita mencakupi unsur intrinsik dan ekstrinsik yang
menebang pohon, memotongnya, dan mulai
membuat sebuah cerita menjadi penting karena
membentuk kepala, badan, tangan, dan ka-
maknanya jelas tercipta (Sianipar, 2008: 41).
ki, sehingga wujud itu menyerupai betul ma-
nusia. Di antara patung-patung itu ada yang Alur atau plot mitos Fumiripits merupakan alur
berbentuk laki-laki dan ada pula yang ber- maju (forward). Karena penutur mengisahkan mitos
bentuk perempuan. Patung-patung itu sa- ini berdasarkan urutan waktu dan peristiwa yang ada.
ngat halus dan indah. Fumiripits mengatur Hal ini dapat dicermati dari kata demi kata dan setiap
patung-patung itu berjajar di seputar ke- kalimat dalam rentetan beberapa paragraf yang me-
diamannya. Ia merasa sangat senang de- nyusun teks mitos tersebut. Pada umumnya, penutur
ngan hasil ciptaannya, tetapi patung-patung sastra lisan menggunakan alur maju untuk memper-
itu tetaplah benda mati, tak bisa bergerak, mudah proses kreatifnya. Walaupun secara substansi
apa lagi bicara (paragraf ke-4). dan esensinya, cerita dan peristiwa yang dituturkan
merupakan cerita atau peristiwa yang ada di masa lalu.
Waktu
Tokoh dan Penokohan
Latar waktu dalam mitos Fumiripits diungkapkan
melalui penggambaran suasana alam dan lingkungan Tokoh yang terdapat dalam mitos ini sebagai berikut:
hidup suku Asmat pada siang hari. Hal ini terdapat - Fumiripits sebagai tokoh utama yang memiliki
dalam setiap kalimat demi kalimat dalam setiap pa- karakter pemuda yang kuat dan rajin. Gam-
ragraf. Tidak ada kata ’gelap’, ’temaram’, atau ’ti- baran karakter tokoh tersebut terdapat dalam
dur’ yang disimbolkan dengan suasana pada waktu paragraf pertama, ke-4, dan ke-5.
malam hari. Adanya alur penceritaan tentang aktivitas - Gadis Asmat sebagai tokoh pembantu yang me-
perjalanan, mengukir, membangun rumah yang se- miliki karakter pemalu dan cerdas. Gambaran
cara umum menggambarkan suasana siang hari karakter tokoh tersebut terdapat dalam paragraf
secara tidak langsung. pertama dan ke-2.
- Burung elang sebagai tokoh pembantu yang
Sosial Budaya
memiliki karakter sakti dan baik hati. Gambaran
Latar sosial dan budaya yang sangat dominan dalam
karakter tokoh tersebut terdapat dalam paragraf
mitos Fumiripits pastinya budaya suku Asmat yang
ke-3.
Gramatika, Volume II, Nomor 1, Januari—Juni 2014 26
Description:Telepon: 0811481082, Pos-el:
[email protected] analyzed its intrinsic and extrinsic elements in Asmat myth “Fumiripits” so Anthropological