Table Of ContentAt-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
At-Turats
Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam
journal homepage: http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats
MANTRA PESISIR
(PERTEMUAN TRADISI DAN “ILMU” MASYARAKAT ISLAM PESISIR)
Hariansyah
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak
Email: [email protected]
A B S T R A C T
Spells illustrating language power able to influence even to dominate souls. This article shows that human
psychology (traditionally seashore community or cosmopolitan community) basically hard to self release from
spells and supertition world? Is spell and supertition world forms of human psychology primordial characteristic?
Psychology explanation about magic practice cause existence and spells more certainty because the effectiveness
of charms that spells promised. It description towards bibliography study methods and narration analysis. Narrative
analysis making flashback after construction theme, investigating social background and fighting ideas domination
to draw dominant value, giving hidden intention from ideas (text) and reflecting continuity and review ideas on
text, next reconstructing and narating to become complete story until become ideology.
Key words: spells, tradition,islamic and intellectual heritage
PENDAHULUAN imajiner yang sangat menghantui. Dalam
Mantra1 keberadaannya dianggap prakteknya, mantra terindikasi permainan
tradisi lisan tertua di dunia. Sebagai produk metafora. Gagasan bahwa mantra meru-
dari tradisi lisan, sebagaimana disinyalir pakan tradisi lisan tertua didukung oleh riset
oleh Chris Eipper2, mantra sangat mudah yang dilakukan oleh Brian Moeran3 yang
dipahami melalui pendekatan analisis berani mengklaim bahwa magic dan mantra
naratif. Mantra ditafsirkan sebagai objek merupakan salah satu tema diskusi
ekspresif dari [apa yang kemudian dikenal sekaligus teori tertua dalam antropologi.
sebagai] “jimat” yang berakibat memun- Magic tidak hanya berkohorensi secara
culkan efek kekhawatiran dan ketegangan spesifik menunjuk pada masyarakat
1 Mantra diambil dari kata sansekerta yaitu “mantra” atau yang memungkinkan pembacanya mengontrol
“manir” yang merujuk pada kata-kata dalam kitab suci seseorang atau alam.
umat Hindu, Veda. Dalam masyarakat Melayu, mantra 2 Chris Eipper.The Magic in the Magic Pudding. The
atau juga dikenal sebagai jampi, serapah, atau seru Australian Journal of Anthropology. Volume 10, Issue 2
adalah sejenis pengucapan yang terdengar seperti puisi August 1999, Pages 192–212. http://onlinelibrary.
yang mengandung unsur sihir dan ditujukan untuk wiley.com/doi/10.1111/j.1835-
mempengaruhi atau mengontrol sesuatu hal untuk 9310.1999.tb00020.x/full.
memenuhi kenginan penuturnya. Antara lain, mantra 3Brian Moeran Business, Anthropology, and Magical
merupakan ayat yang dibaca untuk melakukan sihir, Systems: The Case of Advertising. Journal Ethnographic
yaitu melakukan sesuatu secara kebatinan, seperti Praxis in Industry Conference. Volume 2014, Issue 1
menundukkan atau melemahkan musuh. Selain itu October 2014, Pages 119–132. http://onlinelibrary.
mantra dianggap memiliki kekuatan gaib yang luar-biasa wiley.com/doi/10.1111/1559-8918.01016/ full.
16
Hariansyah / At-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
“primitif”, tapi telah merambah ke mantra yang dimaknai sebagai ‘keajaiban’
masyarakat kontemporer. Bersandar pada sekaligus serangkaian dikotomi: agama
gagasan ini menghantarkan riset Brian
versus sihir khususnya dengan menyoroti
Moeran pada kesimpulan bahwa magic atau
pentingnya konteks pada satu budaya
mantra bahkan dalam peradaban modern ini
tertentu. Sihir dan mantra hanya dapat
telah merasuki dunia periklanan. Sistem
iklan yang melibatkan magi terlihat jelas dipahami sebagai bagian terpadu dari dua
dalam praktek bisnis sebagai manifestasi dunia yang sangat kontras ini.
dari bentuk-bentuk tertentu yang memaksa Secara genealogi, di abad
untuk memasukkan sistem magis ke dalam pertengahan, mantra telah berkembang
praktek kapitalisme. Dalam perspektif yang
sedemikian rupa di Eropa berikut isi dan
lebih menantang, Mark S. Mosko 4
peredaran teks magisnya. Bahkan hingga
mensinyalir bahwa kebanyakan laporan
merambah ke area lain dari agama dan
penelitian etnografis melaporkan bahwa
sudah ada praktik magis dalam praktik budaya abad pertengahan hingga awal abad
agama dan budaya. modern.8 Begitu pun sebelum Islam masuk
Bahkan seperti disinyalir oleh David Nusantara, mantra dikenal dalam bentuk
J. Collins bahwa dalam sejarah panjang sastra lisan. Namun terjadi perubahan
Barat pun, sejak abad pertengahan juga mendasar ketika Islam masuk ke Nusantara
sudah mengenal praktek magic, sihir, dengan membawa tradisi tulisan maka
mantra dan sejenisnya berikut bagaimana mantra pun lantas ditulis. Mantra jenis ini
mantra itu berkembang dan dipergunakan.5 penggunaannya diikuti dengan gambar-
Penelitian antropologi yang dilakukan gambar atau tulisan yang disebut jimat.
Rachel Morgain 6 membuktikan Dalam perkembangan berikutnya mantra
penggunaan mantra magic justru diambil juga ditulis menggunakan aksara Arab-
dari Alkitab. Tradisi ini juga terjadi pada Melayu. Pada saat itu, teks mantra
penggunaan amulets di kalangan masyara- terkadang memuat teks dengan unsur
kat di Palestina, mangkuk sihir di kalangan tasawuf, fikih, peramalan dan obatan-
masyarakat Babilonia, bermacam teks obatan tradisional. Pada giliran berikutnya,
magis dari Kairo Geniza hingga buku magis mantra juga ditulis demi kepentingan
dari Babilonia dan beberapa lokasi lainnya. ekonomis yang pada umumnya bercirikan
Sehubungan dengan konteks ini, tradisi agraris atau tradisi maritim.
sangat beralasan jika Patric V. Giesler7
mencuatkan definisi tradisional tentang
4Mark S. Mosko. Cards on Kiriwina: Magic, Cosmology, Anthropology. Volume 24, Issue 3 December
and the ‘Divine Dividual’ in Trobriand Gambling. 2013 Pages 290–309. http://onlinelibrary.wiley.com/
Journal Oceania. Volume 84, Issue 3 November doi/10.1111/taja.12052/full
2014 Pages 239–255. 7Patric V. Giesler. Magic, Witchcraft and the Otherworld:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/ An Anthropology. Journal of the American Ethnological
10.1002/ocea.5058/full.
Society. Volume 29, Issue 1 February 2002. Pages 208–
5David J. Collins. Magic in the Middle Ages: History and 209.
Historiography. Journal History Compass. Volume 9,
8 Catherine Rider. Magic and Impotence: Recent
Issue 5 May 2011 Pages 410–422.
Developments in Medieval Historiography. Journal
http://onlinelibrary.wiley. com/ doi/10.1111/j.1478-
History Compass. Volume 5, Issue 3 May 2007 Pages
0542.2011.00776.x/full.
955–962.
6 Rachel Morgain. Special Issue: Anthropological
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1478-
Theologies: Engagements and Encounters. The
Alchemy of Life: Magic, Anthropology and Human 0542.2007.00431.x/full
Nature in a Pagan Theology. The Australian Journal of
17
Hariansyah / At-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
Kini, mantra telah dikenal luas di identitas sekaligus intellectual heritage.
masyarakat. Pada awalnya, mantra Gagasan ini setidaknya mendapat
pembenaran sebagai mana terbukti di
mengacu pada bahan ramuan obat-obatan,
Eropa, mantra membentuk tradisi sosial,
seperti dedaunan, air, akar-akaran dan lain-
politik, agama hingga intelektual pada awal
lain. Mantra juga mengacu pada sesuatu
Eropa modern setidaknya pada periode
yang dibacakan oleh “dukun” atau “orang
antara tahun 1450 dan tahun 1750. Pada
pintar.” 9 Dilemanya, secara diametral titik ini, mantra menjadi tradisi yang
tradisi kontemporer berakar pada pema- diciptakan.13
haman ‘mekanistik’ pengetahuan modern Mantra selalu berciri 14 dalam
bentuk puisi. Isinya merefleksikan
sekaligus penolakannya terhadap pemikiran
kepercayaan yang berkembang pada waktu
magis. Keprihatinan ini beresonansi dengan
tertentu dan dibuat dengan tujuan tertentu
kritik terhadap “pemikiran takhayul” dan
pula. 15 Biasanya, mantra bersifat magis
magis. Fakta ini memperlihatkan hubungan yang bertujuan untuk menciptakan simpati.
yang masih terasa tidak nyaman dalam Agar “jadi“, berkhasiat dan “ampuh”,
tradisi keilmuan hingga lantas menjadi mantra membutuhkan pengamal dengan
keyakinan yang sangat kuat. Jika tidak,
sangat delimitasi sebagai ‘ilmu
mantra akan “tawar”. 16 Namun patut
kemanusiaan’.10
disayangkan, karakter mantra selalu saja
’Berguru’ hingga saat ini dipastikan
anonim karena tidak jelas siapa
sebagai satu-satunya cara memelajari
“penciptanya”. Ditambah lagi dengan
mantra. Ditengarai, kondisi ini lebih
teknis penyebaran yang sangat ketat karena
disebabkan karena mantra bernilai eksklusif
hanya menggunakan tradisi lisan dan
dan hanya dipahami sekaligus diyakini di
mendapatkannya harus dengan cara
kalangan terbatas disertai beberapa
“berguru” secara langsung kepada “orang
pantangan tertentu untuk menjamin
pandai”.
“keampuhan” mantra. 11 Diduga, motif
Mantra dikenal masyarakat
“hasrat ingin berkuasa” juga menjadi
Indonesia sebagai rapalan untuk maksud
motivasi terkuatnya.
tertentu (maksud baik17 maupun maksud
Teks mantra 12 umumnya
kurang baik). Mantra dipastikan
menggunakan bahasa lokal sebagai
9Berdasar orang yang membaca mantra, mantra dibedakan bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-
menjadi dukun dan ’orang berisi’. Dukun atau orang hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme dan
pintar adalah orang yang membaca mantra untuk agama ketimuran.
kepentingan membantu orang lain, mengobati orang dari 13Thomas A. Fudge. Traditions and Trajectories in the
sakit dan mengusir makhluk halus yang mengganggu. Historiography of European Witch Hunting. Journal
Akan tetapi ada juga kalanya dukun membaca mantra History Compass. Volume 4, Issue 3 May 2006 Pages
untuk membuat celaka orang lain. Lain halnya dengan 488–527.
orang berisi, yakni orang yang membaca mantra untuk http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1478-
kepentingan diri sendiri seperti untuk kekebalan atau 0542.2006.00310.x/full
membuat dirinya menarik perhatian lawan jenis. 14Ciri lain dari mantra: pertama, mantra terdiri dari
10Ann Jeffers. Interpreting Magic and Divination in the beberapa rangkaian kata berirama; kedua, isinya
Ancient Near East. Journal Religion Compass. Volume berhubungan dengan kekuasaan gaib; ketiga, mantra
1, Issue 6 November 2007, Pages 684–694 diamalkan dengan memiliki tujuan tertentu dan keempat,
http://onlinelibrary. wiley.com/doi/ 10.1111/j.1749- mantra diwarisi dari perguruan atau melalui cara gaib
8171.2007.00047.x/full seperti melalui keturunan atau mimpi.
11 Menurut responden Rusba, orang [pelaku mantra] 15Mantra berburu rusa Sirih lontar pinang lontar terletak
dilarang berjalan melewati bawah jemuran karena akan diujung muara Hantu buta jembalang buta aku angkat
menyebabkan lunturnya “ilmu” yang sudah dituntut. jembalang rusa
12Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan 16Wancacara dengan responden Rusba, warga Dabong
kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan tanggal 9 November 2016.
perubahan" (misalnya perubahan spiritual). Mantra 17Contoh mantra untuk mengobati orang dari pengaruh
berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi makhluk halus. (Sihir lontar pinang, lontar terletak di
18
Hariansyah / At-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
mengandung daya magis yang begitu kuat. terhadap “kekuatan magis” mantra.20 Di
Setiap daerah di Indonesia umumnya atas semua itu, redaksi dalam mantra
memiliki mantra. Redaksi biasanya mantra memiliki kekhasan tersendiri, karena
menggunakan bahasa daerah masing- mantra bagi pelakunya dianggap suci,
masing. Namun tak jarang, juga memiliki kekuatan magis, tidak
menggunakan bahasa “asing” seperti diperkenankan diucapkan secara
bahasa Arab18 (pengaruh Islam) dan bahasa sembarangan, dijaga kemurniannya, dan
Sanskerta (pengaruh Hindu Budha). Namun diturunkan secara hati-hati dalam mata
adakalanya juga beredaksi bahasa rantai “tertutup”.
Indonesia. Hal ini menandakan bahwa Mantra digali dan dilestarikan
dalam perkembangannya terjadi peleburan sebagai hasil dari imajinasi bawah sadar.
antara mantra dengan unsur-unsur Islam Setidaknya ada kepercayaan tentang
dan tradisi setempat di mana mantra itu “kekuatan” magis dari alam supranatural
hidup. seperti hantu, jin, setan, dan benda-benda
Dari perspektif psikologis, melalui keramat dan sakti. Kesemuanya itu
kata yang berirama, mantra memungkinkan dianggap secara bipolar memiliki pengaruh
seseorang memasuki kondisi rileks, jahat yang bisa mengganggu, tetapi ada pula
membantu bagi perapal mantra untuk yang sebaliknya, justru membawa
melakukan visualisasi untuk kemudian keberuntungan.21 Di titik ini, mantra sarat
memasuki level unconscious (bawah sadar) dengan nilai ambiguitas.
untuk menciptakan sugesti diri. Berikut ini, lihatlah bagaimana Jan
Fidrmuc and J. D. Tena menjelaskan sejauh
mana ambiguitas mantra. Menurut Jan
PEMAKNAAN TERHADAP
MANTRA Fidrmuc and J. D. Tena22 di banyak negara
Eropa, termasuk Inggris, angka 13 dianggap
Mantra selalu berkarakter apostrof.
sial dan sementara itu hari Jumat tanggal 13
Ketika mantra diucapkan baik oleh
dipandang sebagai hari keberuntungan.
dukun/orang pintar atau individu tertentu
Riset ini menemukan bukti bahwa orang
kepada orang tertentu, ucapan mantra itu
yang lahir pada tanggal 13 atau mereka
tidak mengharuskan mendapatkan jawaban
yang lahir pada hari Jumat tanggal 13 secara
verbal melainkan jawaban dalam bentuk
kekuatan magis.19 Mantra yang diucapkan signifikan cenderung untuk menjadi tenaga
kerja level rendah, mendapat upah yang
selalu tertuju pada orang tertentu yang
lebih rendah atau lebih mungkin untuk tetap
menjadi obyek tujuan mantra. Mantra tidak
tidak menikah dibandingkan dengan orang
akan efektif pada orang yang bukan menjadi
yang lahir pada hari-hari lainnya.
tujuan dari mantra. Selain itu, mantra juga
amat ditentukan oleh tingkat “kepercayaan”
ujung bumi, Setan buta jembalang buta, aku sapa tidak 20Jacqueline Van Gent. Current Trends in Historical
berbunyi) Witchcraft Studies. Journal of Religious History.
18Berdasar kajian sejarah, teks mantra memakai frase yang Volume 35, Issue 4 December 2011 Pages 601–613
bercirikan Islam di Indonesia dimulai sejak abad ke-18.
http://onlinelibrary. wiley.com/doi/10.1111/j.1467-
Ciri itu terlihat pada pemakaian kata sapaan atau frase,
9809.2011.01144.x/full
seperti bism illah al-rahman al-rah}im, Allah, malaikat,
Nabi Muhammad, dan ayat-ayat al-Qur’an. 21Laura Watson Benedict. A Study of Bagobo Ceremonial,
19Contoh mantra pengobat sakit perut : “Gelang-gelang si Magic and Myth. Journal of The New York Academy of
gali-gali, malukut kepala padi Air susu keruh asalmu Sciences. Volume 25, December 1916 Pages 1–308.
jadi, aku sapa tidak berbunyi” 22Jan Fidrmuc and J. D. Tena. Friday the 13th: The
Empirics of Bad Luck. Journal Kyklos. Volume 68,
Issue 3 August 2015 Pages 317–334.
http://onlinelibrary. wiley.com/doi/10.1111/
kykl.12085/full
19
Hariansyah / At-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
Takhayul atau keyakinan bahwa membuat keputusan penting, bahkan hingga
satu peristiwa dapat menyebabkan petaka menolak meninggalkan rumah pada hari
adalah fenomena yang sangat umum dan Jumat yang jatuh di tanggal 13. Sebuah
telah ada selama ratusan bahkan ribuan laporan terbaru menemukan bahwa
tahun yang lalu. Hal yang sama juga sangat penerbangan pada hari Jumat 13 Juni 2014
mudah ditemukan dalam pemhamaman harga tiketnya jauh lebih murah daripada
masyarakat Islam di pesisir Dabong, penerbangan pada hari-hari lain di bulan itu
Kecamatan Kubu. Contohnya ada begitu di Austria, Perancis, Inggris dan Swedia.
banyak orang yang percaya bahwa nasib
buruk dapat disebabkan oleh berjalan di MISTERI MANTRA
bawah tangga, melihat seekor kucing hitam Jika dicermati bahasa mantra
melintasi jalan, larangan berjalan di bawah umumnya bernarasi esoterik, sukar
tali di antara tiang jemuran, membuka
dipahami, bahkan mungkin tidak punya arti
payung di dalam ruangan, menumpahkan
secara nominal. Bagian terpenting dari
garam atau melanggar cermin. Di sisi lain,
mantra bukanlah pada dapat atau tidaknya
menemukan tapal kuda atau empat lembar
daun semanggi atau membawa jimat dipahami tetapi lebih pada sisi
tertentu malah diyakini bisa membawa kemanjurannya.23 Selanjutnya, dalam riset
keberuntungan dan menangkal setan. Woolley et.al ditemukan bahwa
Namun, percaya terhadap angka
pengetahuan dan keyakinan akan
keberuntungan atau tidak memiliki
kemanjuran mantra dalam formasi
keberuntungan tampaknya akan dinilai
pengetahuan tentang hubungan jiwa-fisik
sebagai sesuatu yang tidak ada dasar
memunculkan keyakinan dalam pikiran
rasionalnya.
Pemikiran magis dapat muncul tentang berbagai teori mengenai mantra.
bahkan kepada orang yang rasional Sehubungan dengan hal ini, menurut
sekalipun. Pemikiran magis lebih mungkin Rosengren and Hickling24 ketika mantra
bisa dipercaya dengan bobot yang jauh
diucapkan pada saat itu mantra mewakili
lebih tinggi jika kemampuan yang dimiliki
sejumlah mekanisme mental yang
seseorang tak sebanding dengan kenyataan.
dipersepsikan sebagai “yang masuk akal”,
Selain itu akan mudah berkembang jika
namun penjelasan magis tertentu sering kali
terjadi peristiwa pemicu yang terkadang
dikaitkan dengan hasil prediksi yang lebih melanggar harapan kausal mereka.
baik. Karenanya, jika dipetakan mantra
Rasional atau tidak, pemikiran berkarakter: pertama, mantra sama sekali
magis memiliki konsekuensi penting tidak berhubungan dengan pemahaman.
terutama berhubungan dengan keyakinan Karenanya, mantra adalah ucapan yang
tentang keberuntungan atau sebaliknya. Di tidak perlu dipahami, karena mantra
Inggris, 28 persen dari semua jalan tidak dipersepsikan hanya sekedar “permainan”
memiliki nomor 13. Beberapa orang bahasa belaka. Kedua, mantra hanyalah
menolak memulai usaha baru, melakukan mantra: hanya berisi satu tujuan. Tujuannya
pembelian dengan budget besar atau hanya secara efektif memengaruhi siapa
23Jacqueline D. Woolley, Katrina E. Phelps, Debra L. 24Karl S. Rosengren, Anne K. Hickling. Seeing Is
Davis, and Dorothy J. Mandell. Where Theories of Mind Believing: Children's Explanations of Commonplace,
Meet Magic: The Development of Children's Beliefs Magical, and Extraordinary Transformations. Journal
about Wishing. Journal Child Development. Volume 70, Child Development. Volume 65, Issue 6 December
Issue 3 May/June 1999 Pages 571–587. 1994 Pages: 1605–1626. http://onlinelibrary.wiley.com/
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1467- doi/ 10.1111/j.1467-8624.1994.tb00838.x/full
8624.00042/full
20
Hariansyah / At-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
saja yang menjadi sasaran mantra itu. MEMBACA DAN MEMAKNAI
Mantra berkemampuan mengubah pikiran MANTRA
magical suggestive yang menghasilkan efek Pendeskripsian artikel ini mengenai
yang begitu kuat. Mantra dipercayai dapat mantra berikut makna, misteri dan relasinya
memengaruhi masa depan dalam konteks dengan agama dan tradisi ini mengacu pada
mampu mengubah sesuatu menjadi buruk metode studi kepustakaan dan analisis
atau menjadi lebih baik.25 Meski mantra narasi. Studi kepustakaan ditujukan untuk
pada individu adolesen tak berkorelasi sama menganalisa berbagai gagasan dalam
sekali dengan kepuasan hidup bahkan justru berbagai naskah literatur mengenai tema
menstimulasi bereskalasinya peluang tentang mantra sebagai titik fokus analisis.
mengalami mimpi buruk pada saat tidur Sementara itu, analisis naratif membantu
hingga tak jarang menyebabkan individu untuk menganalogikan (teks) sebagai
adolesen menyembunyikan pengaruh sebuah alur cerita dengan langkah
mantra bagi kepuasan kehidupan mereka.26 metodologis: pertama, membuat kilas balik
Dengan demikian, mantra membuat setelah tema dikonstruksi. Kedua,
chemistry sedemikian rupa antara manusia menelusuri latar sosial berikut pertarungan
dengan dunia penuh misteri dengan dominasi antar-gagasan untuk memetakan
nilai dominan. Ketiga, memerikan makna
beragam tujuan. Meski keduanya memiliki
tersembunyi dari gagasan (teks). Keempat,
“dunianya” sendiri. Dunia mantra
merefleksikan kontinuitas dan kajian ulang
menawarkan pengalaman estetis intelektual
gagasan yang termuat dalam teks.29 Detail
yang unik dan khas. Bahkan di tingkat pemerian dan cara mengkonstruksi gagasan
tertentu sarat pengalaman “ajaib” yang untuk bisa dimengerti menjadi sangat
membuka jalan baru untuk menginvestigasi menentukan. Begitu banyak karya
isu-isu estetika kontemporer. 27 Bahkan terdegradasi karena tidak lolos pada tahap
proses seleksi, penekanan dan presentasi.30
dunia mantra memuat ruang fisik bagi
Secara metodologis, narasi besar
tindakan manusia. Ini mengasumsikan
sebuah gagasan kemudian direkonstruksi
ruang fisik itu berarti penting memengaruhi
dan dinarasikan hingga menjadi bagian
perilaku yang terjadi melalui ruang cerita utuh hingga menjadi berideologi.31
kosong.28 Bahkan lebih jauh dari itu, mantra Ideologi yang dimaksudkan dalam tulisan
memberi cara lain melihat hubungan antara ini sebagai rangkaian proses memproduksi
makna dan gagasan mengenai tema tentang
ruang fisik dan perilaku manusia dalam
mantra yang terkadang juga diintervensi
konteks isu-isu kontemporer dalam ilmu
oleh sistem keyakinan yang berada dalam
sosial.
25Eugene Subbotsky. Children’s and Adults’ Reactions to http://onlinelibrary.wiley.
Magical and Ordinary Suggestion: Are Suggestibility com/doi/10.1111/jaac.12290/full
and Magical Thinking Psychologically Close Relatives? 28Robert David Sack. Magic And Space. Journal Annals
British Journal of Psychology. Volume 98, Issue 4 of the Association of American Geographers. Volume
November 2007 Pages 547–574. 66, Issue 2 June 1976 Pages 309–321
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1348/000712606 http://onlinelibrary. wiley.com/doi/10.1111/j.1467-
X166069/full 8306.1976.tb01092.x/full
26Eugene Subbotsky. Can Magical Intervention Affect 29 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan
Subjective Experiences? Adults' Reactions to Magical Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media
Suggestion. British Journal of Psychology. Volume 98, (Jakarta: Kencana, 2013), 10-11.
Issue 4 November 2007. 30Todd Gitlin, The Whole World is Watching: Mass Media
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1348/000712608 in the Making and Unmaking of the New Left (California:
X368270/full University of California Press, 1990), 6.
27Jason Leddington. The Experience of Magic. The 31Eriyanto, Analisis Naratif, 8.
Journal of Aesthetics and Art Criticism. Volume 74,
Issue 3 Summer 2016. Pages 253–264
21
Hariansyah / At-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
area perdebatan antara diterima atau dari ayat al-Qur`an. Menjadi sangat
ditolak.32 menarik jika penggunaan jimat ini
kemudian menjadi tradisi sekaligus mejadi
RELASI ANTARA MANTRA,
representasi dari berkembangnya “ilmu”
AGAMA, “ILMU” DAN TRADISI
berikut bagaimana masyarakat di sana
Ketika riset tentang tema ini
memaknainya. Dari riset yang dilakukan
dilakukan hingga artikel ini dilansir, penulis
menunjukkan bahwa jimat yang digunakan
menemukan fakta bahwa mantra diyakini
oleh masyarakat Dabong bermacam-
membawa berkah. Hingga kini, keyakinan
macam, mulai dari jimat yang ditujukan
itu terus bertahan. Karenanya, mantra
untuk mengusir/melindungi gangguan
sewajarnya lahir dari tradisi sebagai
makhluk halus atau Jin, jimat pagar rumah,
ekspresi kepercayaan. Mantra terintegrasi
jimat kekebalan, jimat untuk memudahkan
dalam kehidupan keseharian. Mantra
usaha yang berlatar ekonomis, jimat
tercipta dan tumbuh di masyarakat. Nyaris
penglaris, hingga jimat penyubur tanaman.
tak dapat dibantah jika mantra berhubungan
Praktik ini dikombinasikan antara
erat dengan adat dan tradisi. Ada kesamaan
penggunaan jimat dengan unsur budaya
antara magic (mantra) dengan interaksi
lokal seperti beberapa ritual tertentu.
sosial dalam kehidupan sehari-hari. Ada
Penggunaan jimat atau mantra bagi
dialektika antara penalaran tentang mantra
masyarakat Islam pesisir Dabong diyakini
dengan penalaran keseharian.33
memiliki kekuatan luar biasa dan hanya
Karenanya, merujuk J.G. Frazer
dapat dilakukan oleh orang tertentu yang
bahwa manusia selalu dihadapkan dengan
memiliki kekuatan supernatural, yang
usaha memecahkan berbagai persoalan
disebut sebagai dukun.
hidup melalui akal dan sistem ilmu
Pembuat jimat atau mantra (dukun)
pengetahuan. Namun dalam kenyataannya
adalah orang yang dianggap memiliki
akal dan sistem pengetahuan itu sangat
kekuatan “ilmu” gaib yang melebihi “orang
terbatas, maka persoalan hidup yang tak
biasa”. Dukun dianggap mengerti berbagai
terpecahkan itu kemudian dipecahkan
hal gaib yang tidak dimengerti masyarakat
melalui magic. Magic diartikan sebagai
awam dan dipercayai memiliki kemampuan
segala tindakan manusia untuk mencapai
khusus untuk berkomunikasi dengan
maksud tertentu melalui perantaraan
makhluk gaib. Karena ketidaktahuan
kekuatan alam untuk memecahkan segala
masyarakat mengenai dunia gaib ini lantas
persoalan hidup yang dimensinya berada di
masyarakat mengekspresikannya dengan
luar batas kemampuan dan pengetahuan
tingkat kepasrahan yang tinggi kepada para
akalnya.
dukun. Hubungan yang diwarnai
Fenomena mantra yang terkadang
kepasrahan itu akan semakin kuat apabila
disertai dengan jimat dalam masyarakat
keajaiban dan semua yang di luar akal dapat
Islam di Dabong sudah dikenal sejak lama.
dibuktikan dan dipenuhi oleh para dukun
Jimat pada umumnya menggunakan teks
yang dipercaya secara fatalis oleh
32John Fiske. Introduction to Communication Studies. Interaction. Volume 7, Issue 1 Spring 1984 Pages 25–42
(London: Sage Publication, 1990), 116. Lihat juga http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1525/si.1984.7.1.
Eriyanto, Analisis Naratif, 221. 25/ full
33 Peter M. Nardi. Toward a Social Psychology of
Entertainment Magic (Conjuring). Journal Symbolic
22
Hariansyah / At-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
masyarakat tersebut. Para dukun itu seolah menggunakan berbagai batasan teoritik dari
tahu persis bahwa para pengguna jimat atau Lucien Levy Bruhl (1857-1939) yang
mantra itu adalah sekelompok masyarakat menegaskan bahwa konsepsi tentang
yang [sedang] menghadapi beragam masyarakat ‘primitif’ telah banyak
persoalan yang secara rasional sulit diatasi. disalahpahami oleh orang Barat modern.
Praktek pembuatan dan penggunaan Term ‘primitif’ selalu mengarah pada
jimat dengan atau tanpa menggunakan ayat dimensi mentalitas saja. Sementara berpikir
al-Qur`an dan sejumlah bacaan lain yang ‘primitif’ dimaknai sebagai pemikirian
diyakini berasal dari ajaran Islam tersebut ‘mistis’ atau ‘pra-logis’. ‘Mistis’ berarti
ditengarai sudah berlangsung secara turun- masyarakat “primitif” memaknai dunia
turun. Di antaranya menjadikan potongan- sebagai identik dengan diri mereka sendiri.
potongan ayat, satu ayat, ataupun beberapa Hubungan mereka dengan dunia terbentuk
ayat tertentu dikutip dan dijadikan sebagai dalam “partisipasi mistik”. Sementara itu,
sarana untuk menjadikan ayat al-Qur’an itu pemikiran “primitif” sebagai suatu bentuk
sebagai ilmu yang dibuat dengan beragam pemikiran acuh tak acuh terhadap
tujuan tertentu. Potongan ayat tertentu dari kontradiksi. Term “primitif” merujuk pada
al-Qur’an dijadikan sebagai “jimat” atau semua hal yang identik dengan satu sama
“ilmu” yang dibawa kemana saja oleh orang lain namun masih menunjukkan “adanya”
yang meyakini jimat dan ilmu tersebut perbedaan. Ada beberapa aspek yang
sebagai perisai diri, tolak balak atau membedakan antara konsepsi Jung dengan
menangkis serangan musuh dan unsur jahat konsepsi Bruhl mengenai mentalitas
lainnya. Di titik ini, ayat al-Qur’an telah ‘primitif’ melalui tiga cara utama. Pertama,
bertransformasi menjadi “ilmu“ yang berpikir “primitif” merupakan gejala
diyakini memiliki kekuatan gaib. Melalui psikologis yang inheren. Sedangkan
mantra atau jimat sejumlah orang yang menurut Bruhl berpikir ‘primitif’ harus
meyakini kekuatan ilmu gaib yang terdapat dijelaskan secara sosiologis: berpikir
“di dalam” mantra dan jimat merasa yakin ‘primitif’ terjadi karena mereka tinggal
akan kekuatan gaib yang mem-backing-i dalam keadaan tidak sadarkan diri. Kedua,
untuk dapat memberikan bantuan hingga bagi Jung, gagasan tentang “primitif”
memuluskan atau meraih semua diuniversalisasi mentalitas. Bagi Bruhl,
keinginannya. gagasan tentang “primitif” justru semakin
Berbagai fakta ini jika dibaca digantikan oleh pemikiran modern. Bagi
menggunakan perspektif psikoanalitik Jung, berpikir “primitif” merupakan kondisi
dapat dijelaskan bahwa mantra seolah psikologis awal dari semua manusia.
menjadi kecirian bagi masyarakat primitif. Ketiga, Jung menghargai pemikiran
Untuk memperjelas perdebatan ini, menarik “primitif” sedangkan Bruhl menganggap
mencermati gagasan yang dikemukakan pemikiran ‘primitif’ sebagai sesuatu yang
Robert A. Segal 34 bahwa untuk palsu. Berbeda dari Bruhl, Jung
mendeskripsikan tentang pengetahuan mengakuinya sebagai ekspresi dari cara
masyarakat ‘primitif’, C. G. Jung kerja alam sadar manusia.
34Robert A. Segal. Jung and Lévy-Bruhl. The Journal of http://onlinelibrary.wiley.com/doi/ 10.1111/j.1468-
Analytical Psychology. Volume 52, Issue 5 November 5922.2007.00690.x/full
2007 Pages 635–658.
23
Hariansyah / At-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
Melanjutkan diskursus yang telah akan “berbagai keajaiban” dunia tak kasat
digulirkannya di atas, Robert A. Segal 35 mata hingga masuk ke dalam sistem
menyatakan bahwa secara umum intermediasi agama yang sudah bisa
diasumsikan bahwa pandangan Jung dipastikan akan begitu kompleks.36
tentang mitos mantra dipahami secara vis-à- Sebagai ilustrasi dapat dilihat
vis dengan Freud. Segal berpendapat bahwa bagaimana Graham M. Jones37 menemukan
bahwa dalam tradisi Kristen Evangelis
gagasan Jung mengenai mitos mantra jauh
menyampaikan pesan agama terkadang
lebih luas. Tak dapat disangkal, teori Jung
menggunakan kekuatan magic dan trik
berbeda jauh dengan teori Freud yang
untuk mengeksplorasi berbagai efek mantra
menganggap bahwa subyek mitos mantra
untuk menghasilkan ekspresi kompleks
menjadi dunia eksternal dari pikiran untuk menggugah iman. Sehubungan
manusia dan fungsi mitos mantra menjadi dengan konteks ini, Chadwick 38
deskripsi dari dunia eksternal daripada berhipotesa bahwa ada hubungan antara
praktek ritual dan upaya memperkuat
ekspresi dari pikiran manusia. Para ahli
pemikiran dualistik modern. Sebaliknya,
yang menantang teori Jung menyatakan
ada kontinum praktik dari ritual melalui
bahwa mitos mantra adalah rekan “primitif”
skala kecil dan tindakan informal yang
ilmu pengetahuan yang seluruhnya modern. dilakukan secara rutin.
Bagi mereka, mitos mantra dan ilmu Dalam skala yang lebih mikro,
pengetahuan tidak kompatibel: ilmu selalu beberapa responden di pesisir Dabong
menyebutkan bahwa mantra terkadang
benar dan mitos mangtra selalu palsu;
[masih] digunakan hingga ke bagian
karena itu mitos mantra harus menjauh dari
terkecil dari tradisi masyarakat pesisir.
ilmu. Penolakan Jung bahwa dunia sebagai
Tradisi sebagai nelayan dan masyarakat
fungsi dari mitos mantra melambangkan
maritim yang telah melekat kuat dalam
respon bahwa mitos mantra dan ilmu batin psikologis masyarakat Dabong. Bagi
pengetahuan tidak semestinya dijadikan mereka, “melaut” terkadang mengharuskan
sebagai saingan, sehingga mitos mantra untuk menggunakan dalam situasi tertentu.
Misalnya ketika terjadi badai angin,
yang tidak perlu pergi ketika ilmu datang.
terkadang “memaksa” untuk menggunakan
Lebih jauh, berkembang pula
mantra ‘memanggil’ hantu laot untuk
kepercayaan akan kekuatan mantra yang
“membantu” selamat dari terpaan badai
berasal dan dikendalikan kekuatan
angin laut yang bisa saja berpotensi
supranatural masih bertahan hingga kini. mengaramkan kapal di tengah laut. Bahkan
Mantra, magic dan ramalan hanya dapat responden Rusba menegaskan mantra juga
dipahami sebagai bagian terpadu dari [terkadang masih] digunakan dalam
kerangka berpikir semacam ini. Kerangka
pikir yang dibangun berdasar kepercayaan
35Robert A. Segal. Jung's Very Twentieth-century View of 37Graham M. Jones. Magic with a Message: The Poetics of
Myth. The Journal of Analytical Psychology. Volume Christian Conjuring. Journal Cultural Anthropology.
48, Issue 5 November 2003 Pages 593–617. Volume 27, Issue 2 May 2012 Pages 193–214
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1548-
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1465-
1360.2012.01140.x/full
5922.00422/full.
38Adrian M. Chadwick. Routine Magic, Mundane Ritual:
36Ann Jeffers. Interpreting Magic and Divination in the Towards a Unified Notion of Depositional Practice.
Ancient Near East. Journal Religion Compass. Volume Oxford Journal of Archaelogy. Volume 1, Issue 3
1, Issue 6 November 2007 Pages 684–694 August 2012, Pages 283–315.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1749- http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1468-
8171.2007.00047.x/full 0092.2012.00390.x/ full.
24
Hariansyah / At-Turats Vol. 11 No.1 (2017) 16 – 30
permainan sepak bola antarkampung dalam PENUTUP
kesempatan perayaan acara tertentu.39 Mantra magic seperti dilansir
Akhirnya, tanpa berpretensi Joseph Angel 41 kerap dianggap sebagai
menyudahi dan menutup rapat ruang pendekatan yang sistematis tetapi tidak
perdebatan tentang mantra ini, penulis biasa untuk pentingnya ruang fisik untuk
mengetengahkan kritik tajam yang tindakan manusia. Ini mengasumsikan
dikemukakan oleh Segal untuk dijadikan ruang fisik itu sendiri memiliki arti penting
sebagai bahan renungan. Dengan narasi dalam memengaruhi perilaku dan tindakan
retorik, Robert A. Segal 40 mengajukan yang seakan terjadi melalui “ruang
beberapa pertanyaan atau malah kritik: kosong”. Pada akhirnya gagasan ini
apakah mungkin bagi seorang psikolog, kemudian memengaruhi perkembangan
menggunakan temuan ilmiah sosial untuk intelektual dan menambahkan dimensi lain
membuat klaim filosofis? Secara khusus, untuk melihat hubungan antara ruang fisik
apakah mungkin juga bagi seorang ilmuwan dan perilaku manusia dalam konteks
sosial untuk menggunakan temuan ilmiah kontemporer.
sosial untuk menentukan keberadaan Bahkan dalam batas terjauhnya,
Tuhan? Apakah Jung mengaku hanya mantra yang tadinya dianggap sebagai sisa-
seorang psikolog atau juga filsuf? Jika dia sisa dari budaya dan tradisi masyarakat
mengaku menjadi keduanya, dia meminta tradisional, tiba-tiba saja merasuk dan
temuan psikologis untuk membuat klaim sekaligus menjadi ciri masyarakat dapat
filosofis? Secara khusus, dia meminta cakupan yang lebih luas. Termasuk
temuan psikologis untuk menentukan masyarakat modern saat ini yang
keberadaan Tuhan? disebutnya sebagai “masyarakat pagan
39Riset Zsuzsanna Dömötör et. al. berhasil mengungkap olahraga terutama pada kasus olahragawan kelas atas
bahwa ada relasi tradisi takhayul dalam olahraga. yang secara khusus berkomitmen untuk membuat ritual
Perilaku takhayul bervariasi dengan jenis olahraga. sebelum pertandingan berlangsung (komitmen ritual).
Prevalensi indeks takhayul terus meningkatkan dengan Riset ini membuktikan komitmen ritual lebih besar
meningkatnya tantangan, pentingnya kompetisi, serta ketika: (a) ketidakpastian akan memenangi pertandingan
dengan tingkat ketidakpastian menjadi juara. Selain itu, lebih tinggi; dan (b) pentingnya pertandingan yang akan
faktor budaya, tingkat pendidikan serta jenis kelamin dijalani. Ketegangan psikologis berpengaruh penting
berpengaruh kuat pada perilaku takhayul dalam pada ketidakpastian komitmen ritual selain locus of
olahraga. Selain itu, faktor kepribadian muncul untuk control eksternal. Lihat Michaéla C. Schippers, Paul A.
menengahi manifestasi dari perilaku. Atlet elit M. Van Lange. The Psychological Benefits of
cenderung lebih superstisi dibanding atlet non-elit Superstitious Rituals in Top Sport: A Study Among Top
menjadi prediktor kuat lain dari takhayul dalam Sportspersons. Journal of Applied Social Psychology.
olahraga. Serangkaian faktor personal dan situasional Volume 36, Issue 10 October 2006, Pages 2532–2553.
kompleks berinteraksi dalam manifestasi perilaku http://onlinelibrary. wiley.com/doi/10.1111/j.0021-
takhayul dalam olahraga yang digunakan untuk 9029.2006.00116.x/full.
pengaturan emosi dalam sebuah pencarian untuk kinerja 40Robert A. Segal. Jung as Psychologist of Religion and
yang lebih optimal. Lebih jelas lihat Zsuzsanna Jung as Philosopher of Religion. The Journal of
Analytical Psychology. Volume 55, Issue 3 June
Dömötör, Roberto Ruíz-Barquín, and Attila Szabo.
2010 Pages 361–384.
Superstitious Behavior in Sport: A literature Review.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/
Personality and Social Psychology. Scandinavian
j.14685922.2010.01848.x/full
Journal of Psychology. Volume 57, Issue 4 August 41Joseph Angel. The Use of the Hebrew Bible in Early
2016 Pages 368–382. Jewish Magic. Journal Religion Compass. Volume 3,
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/sjop.12301/f Issue 5 September 2009 Pages 785–798
ull. Lihat pula Riset Michaéla C. Schippers dkk. juga http://onlinelibrary .wiley.com/doi/10.1111/j.1749-
8171.2009.00167.x/full
membahas aspek psikologis ritual takhayul dalam
25
Description:6 membuktikan penggunaan mantra magic justru diambil dari Alkitab. Tradisi ini juga terjadi pada penggunaan amulets di kalangan masyara- .. dari ayat al-Qur`an. Menjadi sangat menarik jika penggunaan jimat ini kemudian menjadi tradisi sekaligus mejadi representasi dari berkembangnya “ilmu”.