Table Of ContentBuletin TanDajummaanl iT: eKmarbaakktaeur ,a Sgeroranto m& iM yiannyga kb Ienrpdeunstgrai r3u(h1 )t,e Arhpardil a2p0 1h1a:s1il7 d−a2n9 m utu rajangan kering tembakau temanggung
ISSN: 2085-6717
Karakter Agronomi yang Berpengaruh Terhadap Hasil dan Mutu
Rajangan Kering Tembakau Temanggung
Djumali
Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
Jln. Raya Karangploso, Kotak Pos 199, Malang
E-mail: [email protected]
Diterima: 4 April 2011 disetujui: 29 April 2011
ABSTRAK
Hasil dan mutu tembakau temanggung merupakan hasil interaksi pengaruh genetik tanaman dan kondisi ling-
kungan tumbuh. Pada tembakau virginia, peubah-peubah agronomi tanaman merupakan karakter genetik ta-
naman yang mempengaruhi hasil dan mutu. Pada tembakau temanggung, hal ini belum diketahui. Penelitian
yang bertujuan untuk memperoleh peubah agronomi sebagai karakter genetik tembakau temanggung dan ka-
itannya dengan hasil dan mutu rajangan kering dilakukan di rumah kaca Balittas, Malang sejak Maret–Agus-
tus 2008. Sembilan kultivar tembakau temanggung disusun dalam rancangan acak kelompok yang diulang ti-
ga kali. Pengamatan dilakukan terhadap peubah agronomi yang dimulai pada saat pemangkasan sampai pa-
nen akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah agronomi yang meliputi tinggi tanaman, sudut daun,
luas daun, jumlah daun, bobot spesifik daun, luas daun per helai, bobot kering tanaman, bobot kering tajuk,
bobot kering akar, rasio tajuk/akar, bobot kering batang, bobot kering daun, bobot kering bunga, dan bobot
kering tunas samping merupakan karakter genetik tembakau temanggung. Karakter agronomi tersebut mem-
pengaruhi hasil dan mutu rajangan kering dengan total pengaruh masing-masing sebesar 92,8% dan 76,7%.
Lima karakter agronomi utama yang mempengaruhi hasil rajangan kering adalah luas daun per helai, jumlah
daun, bobot spesifik daun, tinggi tanaman, dan bobot kering daun dengan total pengaruh sebesar 89,4%.
Adapun lima karakter agronomi utama yang mempengaruhi mutu rajangan kering adalah luas daun, rasio
tajuk/akar, bobot kering tanaman, bobot kering bunga, dan tinggi tanaman dengan total pengaruh sebesar
75,7%.
Kata kunci: Tembakau, Nicotiana tabacum, Temanggung, agronomi, karakter, hasil, mutu
Agronomical Characteritics Influence to Dry Sliced Yield and Quality of
Temanggung Tobacco
ABSTRACT
The yield and quality of temanggung tobacco are influenced by plant genetic and growth environmental. In
virginia tobacco, plant agronomic variables were genetical characteristics determining yield and quality. The
effect of agronomical characteristic on yield and quality of temanggung tobacco is not yet well defined. The
research which aim to find plant agronomical variables as genetic characters and its relationship on dry slice
and quality of temanggung tobacco, was conducted in glass house of IToFCRI, Malang from March–August
2008. Nine cultivars of temanggung tobacco were arranged in randomized block design and three replica-
tions. The results showed that agronomic variables i.e. plant height, leaf angle, leaf area, number of leaf, spe-
cific leaf weight, leaf area per strand, plant dry weight, shoot dry weight, root dry weight, shoot/root ratio,
bast dry weight, leaf dry weight, flower dry weight, and sucker dry weight were genetic characters of temang-
gung tobacco, which had effect on yield and quality with total effect of them were 92.8% and 76.7% res-
pectively. Leaf area per strand, number of leaf, specific leaf weight, plant height, and leaf dry weight were
agronomical characteristics which had significant effect on dry slice yield of 89.4%. Leaf area, shoot/ root ra-
tio, plant dry weight, flower dry weight, and plant height were agronomical characteristics which had signi-
ficant effect on quality of 75.7%.
Keywords: Tobacco, Nicotiana tabacum, Temanggung, agronomy, character, yield, quality
17
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 3(1), April 2011:17−29
PENDAHULUAN an yang bertujuan untuk mengetahui peubah
agronomi yang menjadi karakter genetik ta-
T EMBAKAU temanggung merupakan tem- naman serta berpengaruh terhadap hasil dan
bakau lokal dengan kandungan nikotin mutu rajangan kering tembakau temanggung.
yang paling tinggi. Kandungan nikotin yang Dengan diketahui karakter-karakter tersebut
tinggi tersebut menyebabkan tembakau te- diharapkan upaya peningkatan hasil dan mutu
manggung dikenal sebagai tembakau lauk da- rajangan kering tembakau temanggung dapat
lam peracikan rokok keretek (Djajadi dan Mur- dilakukan dengan mudah dan cepat sehingga
diyati, 2000). Dari hasil penelitian Djumali pendapatan petani dapat meningkat.
(2008) diperoleh informasi bahwa terdapat ko-
relasi positif antara kadar nikotin dengan mu-
tu rajangan kering. Rajangan kering yang ti- BAHAN DAN METODE
dak memenuhi standar mutu minimal yang di-
kehendaki konsumen tidak akan laku dijual. Percobaan pot dilakukan di rumah kaca
Oleh karena itu kadar nikotin dalam rajangan Balittas, Malang selama Maret–Agustus 2008
kering sangat menentukan hasil dan mutu ra- dengan menggunakan rancangan acak kelom-
jangan kering tembakau temanggung. pok dan diulang 3 kali. Perlakuan yang dicoba
Pada tanaman tembakau temanggung sebanyak 9 kultivar tembakau yang berkem-
terdapat hubungan negatif antara hasil de- bang di wilayah Kabupaten Temanggung (Go-
ngan mutu rajangan kering. Hasil penelitian ber genjah, Gober kemloko, Gober paijo, Gen-
Djumali (2008) menunjukkan bahwa pening- jah ulir, Ngablak, Kemloko-2, Gober pelus, Man-
katan hasil rajangan kering diikuti oleh penu- tili, dan Dorowati). Tanah yang digunakan ber-
runan mutu rajangan kering dan demikian pu- asal dari Desa Glapansari, Kecamatan Bulu,
la sebaliknya. Adapun pada tembakau virginia, Kabupaten Temanggung. Setiap perlakuan da-
peningkatan hasil diikuti oleh peningkatan mu- lam satu ulangan terdiri atas 3 pot dengan
tu. Hal ini terjadi sebagai akibat telah diketa- ukuran pot bervolume 20 liter.
hui karakter agronomi yang mempengaruhi Dosis pupuk dasar 50 kg P O + 25 ton
2 5
hasil dan mutu tembakau virginia (Song et al., pupuk kandang per ha atau setara dengan
2007). Pada tembakau temanggung belum di- 2,70 g P O + 1,35 kg pupuk kandang per
2 5
ketahui peubah agronomi yang menjadi ka- pot. Pupuk kandang dan pupuk P diberikan
rakter genetik serta berpengaruh terhadap ha- sehari sebelum tanam dengan jalan menga-
sil dan mutu rajangan kering. duk rata dalam tanah, dengan sumber pupuk
Pengetahuan karakter agronomi yang P berasal dari pupuk SP-36. Selanjutnya pot
berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajang- ditata dengan jarak antarpot 90 cm x 60 cm.
an kering merupakan pengetahuan yang sa- Penanaman dilakukan dengan memin-
ngat penting untuk meningkatkan hasil ra- dahkan bibit yang telah berumur 40 hari ke
jangan kering tanpa menurunkan mutu yang dalam pot dimana setiap pot ditanami satu ta-
dihasilkan, meningkatkan mutu tanpa menu- naman. Sebelum tanam, tanah dalam pot ter-
runkan hasil rajangan kering yang diperoleh, lebih dahulu diaplikasi karbofuran untuk meng-
atau meningkatkan hasil dan mutu rajangan antisipasi serangan ulat tanah dan diaplikasi
kering. Hasil rajangan kering tembakau te- pupuk dasar 50 kg P O + 25 ton pupuk kan-
2 5
manggung masih rendah (516 kg/ha) sebagai dang per ha atau setara dengan 2,70 g P O
2 5
akibat banyaknya daun produksi yang meng- + 1,35 kg pupuk kandang per pot. Setelah apli-
hasilkan mutu rajangan kering di bawah stan- kasi pupuk kandang dan pupuk P, pot dipa-
dar mutu minimal yang dikehendaki konsu- sangi gypsum block untuk mengamati kelem-
men (Anonimous, 2006). Untuk mengantisipa- bapan tanah agar diperoleh keseragaman ke-
si penurunan produksi akibat upaya pening- lembapan tanah.
katan mutu tersebut, maka dilakukan peneliti-
18
Djumali: Karakter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajangan kering tembakau temanggung
Pemeliharaan tanaman dilakukan de- sampai pucuk. Sudut daun diamati pada saat
ngan melakukan penyulaman pada bibit yang 7 hari setelah pemangkasan dengan mengu-
mati, melakukan pendangiran bila tanah terli- kur sudut daun untuk daun ke-4, 7, 10, 13,
hat padat, pemupukan N, penyiraman, pe- 16, 19, 22, 25, 28, dan 31 menggunakan bu-
mangkasan, dan pengendalian hama penyakit. sur. Bobot spesifik daun dan luas daun dia-
Pemupukan N diberikan dengan dosis 120 kg mati pada setiap panen dengan menggunakan
N/ha atau setara dengan 6,48 g N/pohon. metode grafimetri. Adapun jumlah daun dihi-
Aplikasi pupuk N diberikan dua kali yaitu lima tung pada saat setelah pemangkasan.
hari dan 25 hari setelah tanam (hst) dengan Pengamatan peubah agronomi lainnya
masing-masing sebesar 1/3 dan 2/3 dosis pu- yang meliputi bobot kering organ tanaman di-
puk N, dimana sumber pupuk N berasal dari lakukan pada saat pemangkasan, setiap pe-
pupuk ZA. Pengairan dilakukan dengan me- wiwilan, setiap panen, dan panen akhir. Pada
nambah sejumlah air sesuai dengan kelem- saat pemangkasan, bunga dan daun yang ter-
bapan tanah masing-masing pot untuk menja- pangkas dipisah-pisahkan dan dikeringkan un-
ga agar tanah dalam kondisi kapasitas lapang- tuk diketahui bobot keringnya. Pada saat pe-
an. Pemangkasan dilakukan pada awal pem- wiwilan, hasil pewiwilan dikumpulkan dan di-
bungaan pada setiap kultivar yang digunakan. keringkan untuk diketahui bobot kering tunas
Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara samping. Pada setiap panen, daun yang ter-
mencabut tanaman yang sakit dan memus- panen diperam, dirajang, dan dikeringkan un-
nahkannya. Sedangkan pengendalian ulat He- tuk diketahui hasil rajangan kering. Hasil ra-
licoverpa spp. dan Spodoptera litura dilakukan jangan kering dikeringkan menggunakan oven
aplikasi tiodikarb berkonsentrasi 2 ml/l air. Pe- pada temperatur 80oC selama 72 jam untuk
ngendalian Aphis spp. dilakukan aplikasi imi- diketahui kadar airnya dan selanjutnya dilaku-
dakloprit berkonsentrasi 0,4 ml/l. Pemangkas- kan analisis kadar nikotin menggunakan meto-
an dilakukan apabila terdapat satu bunga te- de Ether-Petroleumether. Pada saat panen
lah mekar sempurna dengan cara memotong akhir, tanaman dibongkar dan dipisah-pisah-
pucuk tanaman tepat di bawah dua daun ben- kan antara akar dan batang. Akar dan batang
dera. Wiwil dilakukan setiap 7 hari sekali de- dikeringkan dalam oven bertemperatur 80oC
ngan cara memotong tunas samping yang selama 72 jam dan ditimbang untuk memper-
tumbuh di setiap ketiak daun. oleh bobot kering batang dan akar. Bobot ke-
Panen dilakukan secara bertahap dimana ring daun diperoleh dengan mengonversi ha-
setiap daun produksi dipanen bila telah me- sil rajangan kering dengan kadar airnya dan
nunjukkan ketuaan. Ketuaan daun produksi di- menjumlahkan dengan bobot kering daun saat
tandai dengan memudarnya warna hijau men- pemangkasan. Hasil rajangan kering diperoleh
jadi kuning sebanyak 50%. Daun yang telah dengan menjumlah setiap hasil panenan sela-
menunjukkan ketuaan dipetik dan diperam ma masa panen tembakau.
hingga warnanya berubah menjadi kuning. Se-
lanjutnya dilakukan perajangan dan penjemur- Analisis Data
an. Hasil rajangan kering selanjutnya dipisah- Fenotipe merupakan resultan dari pe-
pisahkan berdasarkan urutan pemetikan. ngaruh genetik dan pengaruh lingkungan. Da-
lam kondisi lingkungan tumbuh yang homo-
Pengamatan Peubah Agronomi gen, maka perbedaan fenotipe yang dihasil-
Pengamatan peubah agronomi dilakukan kan antarkultivar tanaman disebabkan oleh
dengan mengukur tinggi tanaman, sudut da- perbedaan genetik kultivar tanaman tersebut.
un, bobot spesifik daun, jumlah daun, luas da- Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah
un per tanaman, luas daun per helai. Tinggi peubah agronomi merupakan karakter genetik
tanaman diamati pada saat panen akhir de- tembakau temanggung, maka data dianalisis
ngan mengukur tinggi batang dari pangkal sidik ragam sesuai dengan rancangan yang di-
19
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 3(1), April 2011:17−29
gunakan. Bila terdapat perbedaan antarkulti- dipengaruhi oleh keberadaan auksin dan GA3
var, maka analisis data dilanjutkan dengan uji dalam pucuk tanaman. Hasil penelitian Kristi-
jarak Duncan pada taraf 5%. Mengingat kon- ana (2009) memperlihatkan bahwa peningkat-
disi lingkungan tumbuh dibuat seseragam an dosis aplikasi auksin dapat meningkatkan
mungkin, maka peubah pengamatan yang tinggi tanaman yang diperoleh. Demikian pula
menunjukkan adanya perbedaan antarkultivar hasil penelitian Panou-Philotheou et al. (2002)
ditetapkan sebagai karakter genetik tembakau dan Mudyantini (2008) yang menunjukkan bah-
temanggung. Adapun untuk mengetahui ka- wa aplikasi GA3 dapat meningkatkan tinggi ta-
rakter agronomi yang mempengaruhi hasil dan naman. Pembentukan auksin dan GA3 dalam
mutu rajangan kering, data dianalisis regresi pucuk tanaman masing-masing dikatalisir oleh
linier berganda langkah mundur antara hasil beberapa enzim tertentu. Pembentukan ma-
dan kadar nikotin dengan karakter agronomi. sing-masing enzim dikendalikan oleh aktivitas
gen tertentu. Masing-masing kultivar tanaman
mempunyai aktivitas gen yang berbeda-beda
HASIL DAN PEMBAHASAN sehingga menghasilkan auksin dan GA3 de-
ngan kadar yang berbeda-beda pula. Oleh ka-
Peubah Agronomi Tanaman rena itu penggunaan kultivar tembakau te-
Dalam kondisi lingkungan tumbuh yang manggung yang berbeda-beda menghasilkan
seragam, setiap kultivar tembakau temang- tinggi tanaman yang berbeda-beda (Tabel 1).
gung yang digunakan menghasilkan peubah Diduga kultivar G. genjah, G. kemloko, dan
agronomi yang meliputi tinggi tanaman, sudut Kemloko-2 mengandung gen pengendali en-
daun, bobot spesifik daun, luas daun per ta- zim pengatalisator pembentukan auksin dan
naman, jumlah daun, dan luas daun per helai GA3 yang paling aktif sehingga menghasilkan
yang berbeda-beda (Tabel 1). Dengan demiki- habitus tanaman yang paling tinggi. Adapun
an, keenam peubah agronomi tersebut meru- kultivar Ngablak dan Dorowati diduga me-
pakan karakter genetik tanaman tembakau te- ngandung gen pengendali yang kurang aktif
manggung. sehingga menghasilkan habitus tanaman yang
Tinggi tanaman bervariasi 102,0–129,3 paling pendek. Hasil yang sama diperoleh Her-
cm, di mana kultivar Gober genjah, Gober kem- wati et al. (2006) pada galur hasil persilangan
loko, dan Kemloko-2 merupakan kultivar yang tembakau temanggung, Djumali dan Swari,
berhabitus paling tinggi sedangkan Ngablak (2005) pada tanaman wijen, Ganefianti et al.
dan Dorowati memiliki habitus paling rendah. (2006) pada tanaman cabai, serta Anwar
Dalam kondisi lingkungan tumbuh yang bukan (2007) pada rumput pakan ternak.
merupakan faktor pembatas, tinggi tanaman
Tabel 1. Morfologi berbagai kultivar tembakau temanggung
Tinggi tanaman Sudut daun Bobot spesifik Jumlah daun Luas daun per Luas daun
Kultivar
(cm) (derajad) daun (mg/cm2) (helai) helai (cm2) (dm2)
G. genjah 123,5 ab 38,57 c 4,04 d 26,67 c 405,5 b 108,2 d
G. kemloko 129,3 a 39,59 c 4,15 cd 29,67 b 431,3 b 128,1 bc
G. paijo 115,0 cd 24,50 e 4,42 ab 29,67 b 345,0 c 102,4 d
Genjah ulir 109,0 de 54,79 a 4,38 ab 29,67 b 419,3 b 124,4 bc
Ngablak 102,0 f 51,06 b 4,23 bc 29,67 b 445,4 b 132,2 b
Kemloko-2 124,5 ab 40,31 c 4,15 cd 23,67 d 443,2 b 102,6 d
G. pelus 117,7 bc 48,56 b 4,11 d 33,00 a 447,0 b 147,5 a
Mantili 110,7 de 39,80 c 4,00 d 32,67 a 404,3 b 132,1 b
Dorowati 106,5 ef 32,68 d 4,57 a 23,67 d 507,5 a 120,2 c
Rata-rata 115,4 41,09 4,23 28,70 426,5 122,0
KK (%) 3,25 3,75 2,62 2,60 4,67 3,96
Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama dalam satu kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan taraf 5%.
20
Djumali: Karakter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajangan kering tembakau temanggung
Sudut daun merupakan upaya suatu ta- ma diperoleh Djumali (2001) pada tembakau
naman untuk menyerap energi cahaya semak- virginia fc, Sholeh dan Djumali (2007) pada
simal mungkin. Pada kondisi ukuran daun yang tembakau virginia rajangan, serta Martono
sama, semakin kecil sudut daun semakin ba- (2009) pada tanaman nilam.
nyak energi yang terserap oleh tanaman ter- Tanaman tembakau merupakan jenis ta-
sebut. Dalam kondisi lingkungan tumbuh yang naman indeterminet dengan pemunculan bu-
bukan merupakan faktor pembatas, sudut da- nga sebagai batas akhir pembentukan daun
un dikendalikan oleh gen tertentu sehingga produksi. Dengan demikian jumlah daun yang
perbedaan genetik suatu tanaman akan meng- terbentuk dibatasi oleh lama waktu dari tanam
hasilkan sudut daun yang berbeda-beda. Hasil sampai muncul bunga dan waktu pemunculan
penelitian Djumali (2001) memperlihatkan bah- setiap posisi daun. Hasil penelitian Djumali
wa setiap varietas tembakau virginia fc mem- (2008) memperlihatkan lama waktu dari ta-
punyai sudut daun yang spesifik. Hasil yang nam−muncul bunga dan waktu muncul setiap
sama diperoleh dalam penelitian ini, dimana posisi daun tembakau temanggung merupa-
sudut daun tembakau temanggung bervariasi kan karakter genetik tanaman. Kedua hal ter-
32,7–54,8o tergantung kultivar yang diguna- sebut menyebabkan jumlah daun yang ter-
kan (Tabel 1). Kultivar Genjah ulir menghasil- bentuk menjadi karakter genetik tanaman tem-
kan sudut daun yang terlebar sedangkan kul- bakau temanggung. Oleh karena itu penggu-
tivar Dorowati menghasilkan sudut daun yang naan kultivar tembakau temanggung yang ber-
tersempit. beda-beda menghasilkan jumlah daun yang
Bobot spesifik daun merupakan salah sa- terbentuk berbeda-beda pula (Tabel 1). Hasil
tu ukuran untuk menyatakan ketebalan daun. yang sama diperoleh Herwati et al. (2006) pa-
Daun makin tebal sebagai akibat adanya da galur persilangan tembakau temanggung,
pembesaran sel-sel parenkima dalam daun. Djumali dan Lestari (2007) pada tanaman
Kandungan klor yang tinggi dalam tanaman rami, Djumali (2001) pada tanaman tembakau
tembakau memicu aktivitas gen yang bertang- virginia fc, serta Martono (2009) pada tanam-
gung jawab terhadap pembesaran sel-sel pali- an nilam.
sade sehingga daun menjadi tebal dan kero- Luas daun per helai ditentukan oleh la-
pos (Bush, 1999). Dalam kondisi lingkungan ma waktu dari muncul daun sampai daun ber-
tumbuh yang sama, ketebalan daun dipenga- henti meluas dan karbohidrat yang tersedia
ruhi oleh aktivitas gen pengendali pembesaran untuk pertumbuhan daun. Hasil penelitian Dju-
mali (2010) memperlihatkan bahwa karbohi-
sel-sel palisade. Semakin aktif gen pengendali
drat yang tersedia untuk pertumbuhan daun
tersebut semakin tebal daun yang dihasilkan,
pada berbagai fase pertumbuhan merupakan
dan demikian pula sebaliknya. Semakin tebal
karakter genetik tanaman. Demikian pula hasil
daun yang dihasilkan semakin besar bobot spe- penelitian Djumali (2008) memperlihatkan bah-
sifik daun yang diperoleh. Oleh karena itu wa lama waktu dari muncul daun sampai daun
penggunaan kultivar tembakau temanggung
berhenti meluas pada tembakau temanggung
yang berbeda-beda menghasilkan bobot spe- merupakan karakter genetik tanaman. Kedua
sifik daun yang berbeda-beda pula (Tabel 1). hal tersebut menyebabkan luas daun per helai
Bobot spesifik daun tembakau temanggung menjadi karakter genetik tanaman tembakau
bervariasi 4,00–4,57 mg/cm2 tergantung dari temanggung. Oleh karena itu penggunaan kul-
kultivar yang digunakan. Kultivar Gober paijo, tivar tembakau temanggung yang berbeda-
Genjah ulir, dan Dorowati merupakan kultivar beda menghasilkan luas daun per helai yang
berbeda-beda pula (Tabel 1). Hasil yang sama
tembakau temanggung yang berbobot spesifik
daun yang paling besar, sedangkan kultivar diperoleh Herwati et al. (2006) pada galur per-
silangan tembakau temanggung serta Martono
Kemloko-2, Gober pelus, dan Mantili yang ber-
(2009) pada tanaman nilam.
bobot spesifik daun paling kecil. Hasil yang sa-
21
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 3(1), April 2011:17−29
Luas daun per tanaman merupakan hasil beda pula (Tabel 2). Hasil yang sama dipero-
penjumlahan luas daun per helai. Dengan de- leh Djumali dan Swari (2005) pada tanaman
mikian luas daun per tanaman dapat dihitung wijen, Sholeh dan Djumali (2007) pada tem-
dengan perkalian jumlah daun yang terbentuk bakau virginia rajangan, serta Djumali dan Les-
dengan luas daun per helai. Sebagaimana di- tari (2007) pada tanaman rami.
jelaskan di atas bahwa jumlah daun yang ter-
bentuk dan luas daun per helai merupakan ka- Tabel 2. Bobot kering tanaman, tajuk, akar, dan ra-
rakter genetik tanaman, sehingga luas daun sio tajuk/akar pada berbagai kultivar tem-
bakau temanggung
per tanaman juga menjadi karakter genetik
tanaman tembakau temanggung. Hal inilah Kultivar Bobot kering (g/tanaman) Rasio
Tajuk/Akar
yang menyebabkan luas daun per tanaman Tanaman Tajuk Akar
yang dihasilkan oleh masing-masing kultivar G. genjah 133,6 d 104,8 d 28,8 e 3,68 ab
G. kemloko 167,7 bc 128,8 b 38,9 bc 3,31 bc
tanaman menjadi berbeda-beda (Tabel 1). Ha-
G. paijo 138,0 d 105,9 d 32,1 de 3,42 bc
sil yang sama diperoleh Sholeh dan Djumali
Genjah ulir 174,0 b 128,4 b 45,6 ab 2,87 de
(2007) pada tembakau virginia rajangan, Dju-
Ngablak 158,6 c 119,7 c 38,9 bc 3,08 cd
mali (2001) pada tembakau virginia fc, Djukri Kemloko-2 132,0 d 104,9 d 27,1 e 3,87 a
(2006) serta Djukri dan Purwoko (2003) pada G. pelus 186,0 a 141,4 a 44,6 ab 3,19 cd
Mantili 176,3 ab 126,9 b 49,4 a 2,58 e
tanaman talas.
Dorowati 161,9 c 124,0 bc 37,9 cd 3,27 cd
Peubah agronomi lainnya yang menca-
Rata-rata 158,7 120,5 38,2 3,25
kup bobot kering tanaman, tajuk, akar, ba-
KK (%) 3,38 2,00 8,92 5,94
tang, daun, bunga, dan tunas samping serta ra-
Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama dalam satu
sio tajuk/akar yang dihasilkan oleh setiap kul-
kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji jarak
tivar tembakau temanggung yang digunakan Duncan taraf 5%.
berbeda-beda meski ditanam pada kondisi ling-
kungan tumbuh yang sama (Tabel 2 dan 3). Karbohidrat yang tersedia untuk pertum-
buhan tanaman dipartisi menjadi yang terse-
Hasil tersebut membuktikan bahwa peubah
dia untuk pertumbuhan tajuk dan yang terse-
agronomi tersebut merupakan karakter gene-
dia untuk pertumbuhan akar. Proporsi partisi
tik tembakau temanggung.
Bobot kering tanaman merupakan hasil karbohidrat untuk pertumbuhan tajuk dan akar
akumulasi karbohidrat yang tersedia bagi per- tembakau temanggung merupakan karakter
genetik tanaman (Djumali, 2010). Dengan de-
tumbuhan tanaman selama masa hidup ta-
mikian bobot kering tajuk dan akar menjadi
naman tersebut. Adapun karbohidrat yang ter-
karakter genetik tanaman tembakau temang-
sedia untuk pertumbuhan tanaman merupa-
gung. Oleh karena itu penggunaan kultivar
kan sisa hasil fotosintesis yang telah dikurangi
tembakau temanggung yang berbeda-beda
dengan laju respirasi. Hasil penelitian Djumali
menghasilkan bobot kering tajuk, bobot kering
(2010) memperlihatkan bahwa laju fotosinte-
akar, dan rasio tajuk/akar yang berbeda-beda
sis dan laju respirasi tanaman tembakau te-
pula (Tabel 2). Hasil yang sama diperoleh Dju-
manggung pada berbagai fase pertumbuhan
tanaman merupakan karakter genetik tanam- mali dan Swari (2005) pada tanaman wijen ser-
an. Demikian pula lama masa hidup tembakau ta Djumali dan Lestari (2007) pada tanaman ra-
mi.
temanggung merupakan karakter genetik ta-
naman (Djumali, 2008). Oleh karenanya bobot Karbohidrat yang tersedia untuk pertum-
buhan tajuk akan dipartisi menjadi karbohi-
kering tanaman juga menjadi karakter gene-
drat tersedia untuk pertumbuhan organ pe-
tik tanaman tembakau temanggung. Hal inilah
nyusun tajuk seperti batang, daun, bunga,
yang menyebabkan penggunaan kultivar tem-
dan tunas samping. Proporsi partisi karbohi-
bakau temanggung yang berbeda-beda meng-
drat yang tersedia untuk pertumbuhan ma-
hasilkan bobot kering tanaman yang berbeda-
sing-masing organ penyusun tajuk tersebut pa-
22
Djumali: Karakter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajangan kering tembakau temanggung
da berbagai fase pertumbuhan tanaman me- rajangan kering tidak hanya ditentukan oleh
rupakan karakter genetik tanaman tembakau bobot kering daun yang dihasilkan saja mela-
temanggung (Djumali, 2010). Mengingat bo- inkan juga oleh laju pembentukan nikotin da-
bot kering masing-masing organ penyusun ta- lam jaringan akar.
juk merupakan akumulasi karbohidrat yang ter- Laju pembentukan nikotin dalam jaring-
sedia untuk masing-masing organ tersebut ma- an akar ditentukan oleh karbohidrat yang ter-
ka bobot kering masing-masing organ menjadi sedia untuk pertumbuhan tanaman, proporsi
karakter genetik tembakau temanggung. Oleh partisi karbohidrat yang tersedia untuk akar
karena itu penggunaan kultivar tembakau te- dan proporsi partisi karbohidrat untuk pem-
manggung yang berbeda-beda menghasilkan bentukan nikotin (Wang et al., 2008). Hasil pe-
bobot kering batang, daun, bunga, dan tunas nelitian Djumali (2010) memperlihatkan bah-
samping yang berbeda-beda pula (Tabel 3). wa ketiga peubah fisiologi tembakau temang-
Hasil yang sama diperoleh Djumali (2001) pa- gung tersebut merupakan karakter genetik ta-
da tanaman tembakau virginia fc serta Sholeh naman. Mengingat bobot kering daun yang di-
dan Djumali (2007) pada tanaman tembakau hasilkan dalam penelitian ini merupakan ka-
virginia rajangan. rakter genetik tanaman, maka hasil rajangan
kering menjadi karakter genetik tanaman. Hal
Tabel 3. Bobot kering organ penyusun tajuk pada inilah yang menyebabkan penggunaan kultivar
berbagai kultivar tembakau temanggung tembakau temanggung yang berbeda-beda
Bobot kering (g/tanaman) memperoleh hasil rajangan kering yang ber-
Kultivar
Tunas beda-beda pula (Tabel 4). Hasil yang sama di-
Batang Daun Bunga
samping
peroleh Sholeh dan Djumali (2007) pada tem-
G. genjah 41,27 e 43,57 de 2,74 de 17,24 a
bakau virginia rajangan, Rochman et al. (2006)
G. kemloko 58,03 b 52,88 c 4,13 bc 13,80 b
pada galur hasil persilangan tembakau te-
G. paijo 40,63 e 45,30 d 2,11 e 17,87 a
manggung, serta Suwarso et al. (2006) pada
Genjah ulir 49,93 c 58,49 ab 3,45 cd 16,51 a
Ngablak 48,11 cd 55,88 b 4,47 b 11,25 c tembakau virginia fc.
Kemloko-2 41,87 e 42,46 e 3,05 d 17,50 a
G. pelus 65,83 a 60,72 a 3,89 bc 11,00 c Tabel 4. Hasil dan kadar nikotin rajangan kering
Mantili 50,80 c 58,04 ab 4,24 bc 13,78 b berbagai kultivar tembakau temanggung
Dorowati 44,51 de 60,17 a 7,14 a 12,16 bc
Hasil rajangan kering Kadar nikotin
Rata-rata 49,00 53,06 3,91 14,57 Kultivar
(g/tanaman) (%)
KK (%) 3,96 2,58 9,61 5,83
G. genjah 47,92 c 8,47 a
Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama dalam satu G. kemloko 57,01 b 7,35 b
kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji jarak
G. paijo 49,83 c 8,56 a
Duncan taraf 5%.
Genjah ulir 58,93 b 8,12 a
Ngablak 61,47 ab 7,24 b
Hasil dan Mutu Rajangan
Kemloko-2 46,70 c 6,98 b
Hasil rajangan kering tembakau temang-
G. pelus 66,79 a 6,11 c
gung berasal dari daun produksi yang dipa- Mantili 59,87 b 7,18 b
nen, diperam, dirajang, dan dikeringkan de- Dorowati 59,82 b 7,31 b
ngan panas matahari. Adapun daun produksi Rata-rata 56,48 7,48
merupakan daun yang jika diproses menjadi KK (%) 4,95 4,20
rajangan kering menghasilkan mutu minimal Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama dalam satu
kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji jarak
kebutuhan konsumen. Untuk tembakau te- Duncan taraf 5%.
manggung, mutu minimal yang dikehendaki
oleh konsumen adalah berkandungan nikotin Mutu rajangan kering tembakau temang-
minimal 3,75% (Djumali, 2008). Dengan de- gung berkorelasi positif dengan kadar nikotin,
mikian tidak semua daun tembakau dapat di- dimana semakin tinggi kadar nikotin semakin
jadikan rajangan kering. Oleh karena itu, hasil tinggi mutu rajangan kering (Djumali, 2008).
23
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 3(1), April 2011:17−29
Kadar nikotin tembakau temanggung ditentu- lai, bobot kering tanaman, bobot kering tajuk,
kan oleh karakter genetik tanaman seperti pro- bobot kering akar, bobot kering batang, bobot
porsi partisi untuk nikotin dan tajuk pada > 60 kering daun, bobot kering bunga, bobot ke-
hst, proporsi partisi untuk tajuk pada 30–45 ring tunas samping, dan rasio tajuk/akar (S/R)
hst, proporsi partisi untuk daun pada 0–30 merupakan karakter genetik tanaman. Karak-
hst, dan proporsi partisi untuk bunga (Djuma- ter-karakter tersebut mempengaruhi hasil ra-
li, 2010) serta lama waktu dari tanam sampai jangan kering dengan total pengaruh sebesar
panen akhir, lama waktu dari muncul daun 92,8% (Tabel 5) dan mutu rajangan kering de-
sampai daun berhenti meluas, lama waktu da- ngan total pengaruh sebesar 76,7% (Tabel 6).
ri daun berhenti meluas sampai daun dipanen, Hasil analisis regresi linier langkah mun-
lama waktu dari tanam sampai pemangkasan, dur memperlihatkan bahwa terdapat lima ka-
dan lama waktu dari panen pertama sampai pa- rakter agronomi yang berpengaruh dominan
nen akhir (Djumali, 2008). Mengingat kadar ni- terhadap hasil rajangan kering dengan total
kotin ditentukan oleh karakter genetik tanam- pengaruh sebesar 89,4%. Karakter-karakter
an, maka kadar nikotin menjadi karakter ge- tersebut secara berturut-turut mulai dari yang
netik tanaman. Hal inilah yang menyebabkan terbesar adalah luas daun per helai, jumlah da-
penggunaan kultivar tembakau temanggung un per tanaman, bobot spesifik daun, tinggi
yang berbeda-beda menghasilkan kadar niko- tanaman, dan bobot kering daun (Tabel 5).
tin rajangan kering yang berbeda-beda pula Adapun lima karakter agronomi yang berpe-
(Tabel 4). Hasil yang sama diperoleh Herwati ngaruh dominan terhadap mutu rajangan ke-
et al. (2006) pada galur persilangan tembakau ring adalah luas daun per tanaman, rasio ta-
temanggung. juk/akar, bobot kering tanaman, bobot kering
bunga, dan tinggi tanaman dengan total pe-
Kaitan Karakter Agronomi dengan Ha- ngaruh sebesar 75,7% (Tabel 6).
sil dan Mutu Rajangan Kering Luas daun per helai merupakan salah sa-
Sebagaimana yang telah dijelaskan di tu ukuran daun yang terkait dengan pema-
atas bahwa peubah agronomi yang mencakup nenan energi cahaya. Semakin luas ukuran da-
tinggi tanaman, sudut daun, luas daun, bobot un semakin banyak energi yang terpanen se-
spesifik daun, jumlah daun, luas daun per he- hingga proses fotosintesis semakin tinggi pula.
Tabel 5. Nilai T-student pada persamaan hubungan antara produksi rajangan kering dengan karakter per-
tumbuhan tanaman tembakau temanggung
Karakter Nilai T-student pada persamaan
tanaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
B. kering:
- Daun 3,799 3,992 4,037 4,211 4,438 3,789 3,225 3,500 - - - -
- Batang -0,015 - - - - - - - - - - -
- Bunga 1,973 1,996 1,989 2,258 - - - - - - - -
- T. samping 0,043 - - - - - - - - - - -
- Tanaman -0,551 -0,564 - - - - - - - - - -
- Tajuk -1,654 -1,694 -3,064 -3,429 -2,833 -2,278 -1,605 - - - - -
- Akar - 0,023 - - - - - - - - - - -
- S/R 2,353 2,385 2,621 2,486 2,164 - - - - - - -
Tinggi 3,562 3,934 3,930 4,235 3,575 4,147 3,554 3,849 2,314 - - -
Luas daun -0,858 -1,034 -0,967 - - - - - - - - -
BSD 3,263 3,761 3,752 4,481 4,045 4,727 4,554 4,000 5,349 5,037 - -
Sudut daun 2,741 3,315 3,301 3,173 2,175 2,186 - - - - - -
Σ daun 1,965 2,302 2,258 6,604 6,604 6,011 5,846 6,036 13,827 13,198 10,326 -
L.daun/helai 1,338 1,547 1,516 3,208 5,463 5,173 5,482 5,203 11,662 11,237 11,074 4,876
R2 0,928** 0,928** 0,928** 0,926** 0,918** 0,909** 0,900** 0,894** 0,867** 0,853** 0,778** 0,314**
Keterangan: **) persamaan pada setiap kolom berpengaruh nyata pada uji F taraf 1%.
B = bobot; T = tunas; S/R = rasio tajuk/akar; BSD = bobot spesifik daun; L = luas; Σ= jumlah; dan R2 = koefisien determinasi.
24
Djumali: Karakter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajangan kering tembakau temanggung
Hasil penelitian Djumali dan Machfud (2009) nidou dan Constantinidou, 1999). Distribusi
memperlihatkan bahwa semakin tinggi energi cahaya yang merata dalam kanopi memung-
cahaya yang diterima semakin besar laju foto- kinkan setiap helaian daun dapat berfotosinte-
sintesisnya. Laju fotosintesis merupakan salah sis secara optimal sehingga laju fotosintesis
satu karakter genetik tembakau temanggung kanopi menjadi tinggi. Dengan laju fotosinte-
yang berpengaruh positif terhadap hasil ra- sis kanopi yang tinggi akan menghasilkan kar-
jangan kering (Djumali, 2010). Oleh karena bohidrat yang tersedia untuk pertumbuhan
itu luas daun per helai menjadi salah satu ka- tanaman menjadi tinggi (Rouhi et al., 2007).
rakter genetik tanaman yang berpengaruh po- Adapun penyediaan ruang tumbuh yang baik
sitif terhadap hasil rajangan kering (Tabel 5). dan didukung dengan ketersediaan karbohi-
Hasil yang sama diperoleh Martono (2009) pa- drat yang cukup menyebabkan pertumbuhan
da tanaman nilam. organ tajuk seperti pembentukan daun dan ba-
Bobot spesifik daun berkorelasi positif tang menjadi tinggi. Hal inilah yang menye-
terhadap laju fotosintesis tanaman (Djumali babkan jumlah daun dan tinggi tanaman men-
dan Lestari, 2007; Sholeh dan Djumali, 2007). jadi karakter genetik tembakau temanggung
Semakin tinggi bobot spesifik daun yang di- yang berpengaruh positif terhadap hasil ra-
peroleh semakin besar laju fotosintesis yang jangan kering (Tabel 5). Hasil yang sama di-
diperoleh. Oleh karena itu bobot spesifik daun peroleh Ganefianti et al. (2006) pada tanaman
menjadi salah satu karakter genetik tembakau cabai. Adapun pertumbuhan organ tajuk yang
temanggung yang berpengaruh positif terha- tinggi akan menghabiskan karbohidrat yang
dap hasil rajangan kering (Tabel 5). Hasil yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman yang
sama diperoleh Martono (2009) pada tanaman tinggi pula sehingga karbohidrat yang tersedia
nilam. untuk pembentukan nikotin menjadi rendah
Habitus tanaman yang tinggi akan me- (Tso, 1999). Oleh karena itu karakter tinggi ta-
nyediakan ruang yang cukup untuk distribusi naman berpengaruh negatif terhadap mutu ra-
cahaya dalam kanopi tanaman dan pertum- jangan kering (Tabel 6).
buhan organ tajuk tanaman tembakau (Ouzou-
Tabel 6. Nilai T-student pada persamaan hubungan antara kandungan nikotin dengan karakter pertumbuhan
tanaman tembakau temanggung
Karakter Nilai T-student pada persamaan
tanaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
B. kering:
- Daun 0,404 0,424 0,419 0,477 - - - - - - - -
- Batang 0,021 - - - - - - - - - - -
- Bunga -1,251 -1,272 -1,284 -1,967 -2,022 -2,238 -2,125 -1,893 -1,470 - - -
- T. samping 0,055 0,091 - - - - - - - - - -
- Tanaman -1,166 -1,179 -1,217 -1,374 -1,306 -1,455 -1,444 -1,509 -1,991 -2,239 - -
- Tajuk 0,801 0,811 0,820 0,816 1,013 1,055 1,005 - - - - -
- Akar 0,058 - - - - - - - - - - -
- S/R -2,930 -3,035 -3,081 -3,140 -3,294 -3,830 -4,054 -3,957 -7,000 -6,968 -6,644 -
Tinggi -0,972 -0,992 -1,054 -1,076 -1,703 -1,639 -1,508 -1,305 - - - -
Luas daun -0,957 -2,637 -2,743 -3,264 -3,363 -3,355 -3,807 -3,893 -3,928 -4,091 -9,794 -6,657
BSD -0,540 -0,546 -0,596 -0,569 -0,510 - - - - - - -
Sudut daun -0,556 -0,723 -0,748 -0,777 -0,782 -0,732 - - - - - -
Σ daun 0,048 - - - - - - - - - - -
L.daun/helai 0,087 0,205 0,198 - - - - - - - - -
R2 0,767** 0,767** 0,767** 0,767** 0,766** 0,765** 0,762** 0,757** 0,748** 0,737** 0,711** 0,460**
Keterangan: **) persamaan pada setiap kolom berpengaruh nyata pada uji F taraf 1%.
B = bobot; T = tunas; S/R = rasio tajuk/akar; BSD = bobot spesifik daun; L = luas; Σ= jumlah; dan R2 = koefisien determinasi.
25
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 3(1), April 2011:17−29
Sebagaimana yang telah dijelaskan di kan. Demikian pula semakin rendah karbohi-
atas bahwa hasil rajangan kering berasal dari drat yang tersedia untuk pertumbuhan akar se-
daun produksi yang telah dipanen, diperam, di- makin sedikit nikotin yang terbentuk dalam ja-
rajang, dan dikeringkan dengan panas mata- ringan akar. Oleh karena itu rasio tajuk/akar
hari. Adapun daun produksi merupakan bagi- dan bobot kering bunga menjadi karakter ge-
an dari daun yang terbentuk selama masa hi- netik tanaman yang berpengaruh negatif ter-
dup tanaman. Dalam kondisi lingkungan tum- hadap kadar nikotin tembakau temanggung
buh yang sama, peningkatan bobot kering da- (Tabel 6).
un yang terbentuk akan diikuti oleh pening- Hasil penelitian Djumali (2010) memper-
katan bobot kering daun produksi. Oleh kare- lihatkan bahwa karbohidrat yang tersedia un-
na itu bobot kering daun menjadi salah satu tuk pertumbuhan tajuk tanaman lebih besar di-
karakter genetik tembakau temanggung yang banding dengan yang tersedia untuk pertum-
berpengaruh positif terhadap hasil rajangan ke- buhan akar selama masa hidup tanaman tem-
ring (Tabel 5). bakau temanggung. Mengingat bobot kering
Luas daun per tanaman yang besar pa- tanaman tersusun atas bobot kering tajuk dan
da suatu pertanaman menunjukkan bahwa la- bobot kering akar dan rasio tajuk/akar berpe-
ju pertumbuhan daun selama proses pertum- ngaruh negatif terhadap kadar nikotin (Tabel
buhan terjadi sangat cepat. Laju pertumbuhan 6), maka bobot kering tanaman menjadi salah
daun yang cepat memerlukan ketersediaan satu karakter tembakau temanggung yang ber-
karbohidrat yang tersedia untuk pertumbuhan pengaruh negatif terhadap kadar nikotin (Ta-
daun dalam jumlah yang banyak. Kondisi yang bel 6).
demikian menyebabkan ketersediaan karbohi- Sebagaimana yang telah dijelaskan di
drat untuk pembentukan nikotin dalam jaring- atas bahwa tinggi tanaman merupakan salah
an akar semakin berkurang dan nikotin yang satu karakter yang berpengaruh positif terha-
dihasilkan semakin sedikit. Laju pertumbuhan dap hasil rajangan kering (Tabel 5). Hasil pe-
daun yang cepat dan laju pembentukan niko- nelitian Djumali (2008) memperlihatkan bah-
tin yang lambat menyebabkan kadar nikotin wa terdapat korelasi negatif antara hasil ra-
dalam jaringan daun menjadi rendah. Oleh ka- jangan kering dengan kadar nikotin tembakau
rena itu luas daun per tanaman menjadi ka- temanggung. Oleh karena itu tinggi tanaman
rakter agronomi tembakau temanggung yang merupakan salah satu karakter tanaman yang
berpengaruh negatif terhadap kadar nikotin ra- berpengaruh negatif terhadap kadar nikotin
jangan kering (Tabel 6). (Tabel 6).
Rasio tajuk/akar yang besar memberi
arti bahwa laju pertumbuhan tajuk tanaman Implikasi Hasil Penelitian
lebih besar dibanding laju pertumbuhan akar. Karakter agronomi yang mempengaruhi
Dengan demikian karbohidrat yang tersedia hasil rajangan kering adalah luas daun per he-
untuk pertumbuhan tajuk tanaman lebih besar lai, jumlah daun, bobot spesifik daun, tinggi ta-
dibanding dengan yang tersedia untuk per- naman, dan bobot kering daun, dimana kese-
tumbuhan akar. Dalam tajuk tanaman, karbo- muanya berpengaruh positif (Tabel 5). Ada-
hidrat yang tersedia untuk pertumbuhan tajuk pun karakter agronomi yang mempengaruhi
dipartisi untuk pertumbuhan batang, daun, bu- mutu rajangan kering adalah luas daun, rasio
nga, dan tunas samping. Adapun dalam jaring- tajuk/akar, bobot kering tanaman, bobot ke-
an akar, karbohidrat yang tersedia dipartisi un- ring bunga, dan tinggi tanaman, dimana kese-
tuk pembentukan nikotin dan jaringan akar. muanya berpengaruh negatif (Tabel 6).
Semakin tinggi karbohidrat yang tersedia un- Dalam budi daya tembakau temang-
tuk pertumbuhan tajuk tanaman semakin ting- gung, hasil dan mutu rajangan kering yang
gi bobot kering daun dan bunga yang dihasil- tinggi merupakan harapan yang diinginkan oleh
petani. Dengan memperhatikan bentuk penga-
26
Description:Nine cultivars of temanggung tobacco were arranged in randomized block design and three replica- rakter genetik serta berpengaruh terhadap ha-.
