Table Of ContentTRADISI PERNIKAHAN DI MASYARAKAT DESA PAYUDAN
KARANGSOKON GULUK-GULUK SUMENEP
(KAJIAN LIVING HADIS)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh:
Ahmad Mahfudz
1112034000032
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ABSTRAK
Ahmad Mahfudz
Tradisi Pernikahan di Masyarakat Payudan Karangsokon Guluk-Guluk
Sumenep (Kajian Living Hadis)
Pernikahan merupakan suatu cara yang dipilih dalam menyatukan dua
pasangan yang berbeda jenis, sehingga kemudian akan menjadi media terhadap
perkembangan manusia serta menghindari dari hawa nafsu. Sedangkan hadis
merupakan suatu bagian yang penting bagi masyarakat karena didalamnya
terungkap tentang berbagai tradisi pada masa Nabi. Salah satu tradisi pernikahan
yang mengakar di Masyarakat Karangsokon adalah tentang persetujuan
pernikahan yang kemudian seakan-akan mengambil hak berbicara dari seoarang
anak dalam menentukan pasangannya. Serta adanya sebuah upaya untuk
menentukan hari baik (Nyareh Dhinah Begus) setiap akan melangsungkan
pernikahan putrinya bahkan Masjid/Mushalla yang diyakini sebagai tempat suci
juga menjadi bagian untuk tempat berlangsunya pernikahan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Living Hadis yang
menggunakan pendekatan sosiologi karena yang menjadi obyek kajiannya adalah
masyarakat, kemudian untuk lebih mendukung penelitian ini maka penulis
menggunakan metode pengumpulan data yaitu dengan metode interview, metode
observasi dan metode dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian
dideskripsikan secara alami dan dianalisis.
Setelah penulis melakukan penelitian, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pernikahan masyarakat Karangsokon
Guluk-Guluk Sumenep masih berdasar pada kepercayaan leluhur yang kemudian
diimbangai dengan dasar Islam. Seperti halnya dalam persetujuan pernikahan,
masyarakat merujuk terhadap hadis Nabi. Walaupun dalam hal tersebut tidak
sesuai dengan yang dianjurkan dalam pengamalannya untuk meminta persetujuan.
Sebab yang terjadi di Masyarakat adalah tidak meminta persetujuan, melainkan
hanya memberitahukan saja (formalitas) tanpa mengindahkan pada jawaban.
Sedangkan pada acara yang lain tidak demikian seperti halnya penentuan hari baik
(Nyareh Dhinah Begus) dalam pelaksanaan pernikahan, dimana acara akad nikah
dengan resepsi pernikahan dilakukan pada waktu yang sama. Kebiasaan
masyarakat Karangsokon ini dimaknai sebagai upaya menghilangkan rasa cemas
dan dapat memberikan keberkahan kepada kedua mempelai. Begitu pula dengan
mushalla yang biasa dijadikan sebagai tempat pernikahan, didasari hadis nabi
yang menganjurkan untuk mengumumkan pernikahan di Masjid/Mushalla.
Berdasar hal itu pula diharapkana kedua menpelai akan mendapatkan keberkahan
dari tempat yang oleh umat Islam dianggap sebagai tempat yang suci, sehingga
kemudian akan menjadikan keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah.
Kata Kunci: Living Hadis, Pernikahan, Masjid/Mushalla
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan yang maha membolak
balikkan hati. Dialah yang maha pengasih dan penyayang kepada seluruh
makhluk yang ada di muka bumi. Hanya Dialah yang maha pemberi rahmat dan
maha menentukan atas segala seuatu yang terjadi di alam semesta termasuk
dengan selesainya penulisan skripsi ini. Salawatullah wa salamuhu saya haturkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Karena berkat beliaulah saya masih bisa
menikmati adanya agama Islam.
Dalam penyelesaian tulisan ini tentunya juga disertai dengan peran serta
orang lain, seperti halnya keluarga, dosen, kerabat serta beberapa teman yang
selalu membantu baik dengan menyumbangkan ide dan memberikan motivasi
kepada saya. Oleh karenanya, saya mengucapkan terimakasih yang setinggi-
tingginya terhadap segala pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini,
diantaranya:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.
3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
Serta Terimakasih pula kepada Dra. Banun Binaningrum, M.Pd selaku
Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
4. Terimakasih kepada segenap dosen serta seluruh civitas akademika yang
berada di lingkungan Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan dukungan
dengan beberapa fasilitas yang disiapkan sehingga memudahkan penulis
ketika sedang membutuhkan sesuatu.
5. Dr. Muhammad Zuhdi Zaini, M, Ag. Beliau yang telah memberikan waktu
luangnya untuk bimbingan, memberikan saran dan kritikan pada penelitian
saya secara teliti demi maksimalnya penulisan skripsi ini. Semua bimbingan
yang telah beliau berikan sangat membantu bagi saya dalam penulisan ini.
6. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Eva Nugraha, MA, selaku
dosen pembimbing akademik yang juga ikut berpartisipasi menyumbangkan
ide dan saran demi kelancaran skripsi ini.
v
7. Abah Ahmad Syafi’i, Lc dan Umik Thayyibah S.Pd.I serta kakak (Ahmad
Mas Udi, S.Si) dan adik-adik (Alfiyaturrahmaniyah dan Zahraa Zumaikaa)
yang telah memberikan support kepada saya, baik secara materi ataupun
nonmateri yang terkadang membuat saya menjadi terpacu untuk segera
menyelesaikan kuliah. Serta, merekalah yang selalu mengasuh, mendidik dan
juga selalu mendoakan dengan ikhlas dan penuh dengan kasih sayang kepada
saya.
8. Terimakasih juga kepada istri saya (Nailatur Riska Amaliya) yang sudah
menemani dan membatnu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Serta tak
luput juga teruntuk anak saya (Fathimah Naura Qanita) yang juga membantu
dengan tingkah mungilnya.
9. Seluruh teman seperjuangan Prodi Tafsir Hadis angkatan 2012 baik dari kelas
A samapai dengan E yang terkadang juga menjadi teman diskusi,
memberikan saran serta mendengarkan keluh kesah dan kegalauan dalam
pembuatan skripsi ini mulai dari awal hingga sampai selesai.
10. Seluruh teman-teman kelompok KKN KREASI 2015, Fadhil, Atang, Anas,
Irfan, Riska, Harti, Mala, Ina, Dian, Ajip, Salma, dan Nuzroh yang telah
memanas-manasi saya dengan foto wisuda sering dipajang menandakan
bahwa mereka sudah lebih dulu lulus.
11. Tan-Taretan IMABA DPW Jabodetabek yang sebelumnya telah menampung
saya dan juga selalu menjadi teman diskusi pada setiap waktu ketika penulis
sudah mulai kebingunan untuk melanjutkan penelitian ini.
Tidak semua nama yang sudah berjasa dapat saya sebutkan disini, disebabkan
keterbatasan ruang. Oleh karenanya, saya ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini . Semoga Allah Swt.
membalas dan mencatat segala bantuannya sebagai Amal perbuatan yang baik.
Amin.
Ciputat, 30 Maret 2017
Ahmad Mahfudz
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman
pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman
Akademik Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
a. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan
ا
b be
ب
t te
ت
ts te dan es
ث
j je
ج
h ha dengan garis di bawah
ح
kh ka dan ha
خ
d de
د
dz de dan zet
ذ
r er
ر
z zet
ز
s es
س
sy es dan ye
ش
s es dengan garis di bawah
ص
d de dengan garis di bawah
ض
t te dengan garis di bawah
ط
z zet dengan garis di bawah
ظ
´ koma terbalik di atas hadap kanan
ع
gh ge dan ha
غ
f ef
ف
q ki
ق
k ka
ك
l el
ل
m em
م
vii
ن n en
و w we
ه h ha
ء apostrof
ي y ye
b. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia,
terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong. Untuk vocal tunggal, ketentuan alihaksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a fathah
َ
i kasrah
َ
u dammah
َ
Ada pun untuk vokal rangkap, ketentuan alihaksaranya adalah
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i
ي َ
au a dan u
و َ
Vokal Panjang
Ketentuan alihaksara vokal panjang ( madd), yang dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan
â a dengantopi di atas
اى
î i dengantopi di atas
يى
viii
û u dengantopi di atas
وى
ُ
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu لا, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti
huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-
rijâl, al-diwân bukan ad-diwân.
Syaddah(Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda (ّ ), dalam alihaksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang
diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang
menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ةرورض لا tidak ditulis ad-darûrah
melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku
jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menja dihuruf /t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
No TandaVokal Latin Keterangan
1 tarîqah
ةقيرط
ix