Table Of ContentJurnal Dinamika, September 2013, halaman 1- 18 Vol. 04. No. 2
ISSN 2087 - 7889
IDENTIFIKASI SENYAWA BAHAN AKTIF ALKALOID
PADA TANAMAN LAHUNA (Eupatorium odoratum)
Nururrahmah Hammado, Ilmiati Illing
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA
Universitas Cokroaminoto Palopo
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Balai Besar Kesehatan Makassar
pada bulan Februari hingga April 2013 yang bertujuan untuk mengekstraksi, mengisolasi,
dan mengidentifikasi senyawa bahan aktif alkaloid daun, batang, dan akar tanaman lahuna
(Eupatorium Odoratum). Penelitian ini dilaksanakan mulai persiapan sampel, ekstraksi,
identifikasi dengan pereaksi warna Mayer, Wagner, dan Dragendroff, kemudian
diidentifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan dilanjutkan dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200 – 800 nm. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa daun, batang, dan akar tanaman lahuna mengandung senyawa bioaktif
alkaloid dengan memberikan endapan pada pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendroff.
Selain itu, isolat yang diperoleh dari KLT positif mengandung senyawa alkaloid setelah
diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 203 –
226 nm.
Kata Kunci: Alkaloid, tanaman lahuna, pereaksi warna, spektrofotometer UV-Vi
pengetahuan masyarakat akan manfaat
PENDAHULUAN
dari tanaman ini. Beberapa manfaat lain
Lahuna merupakan salah satu jenis
yang dimiliki oleh tanaman lahuna adalah
tanaman gulma yang telah dikenal sebagai
digunakan sebagai pupuk organik,
tanaman pesaing yang sangat mengganggu
biopestisida, obat, dan herbisida.
tanaman budidaya disekitarnya karena
Manfaat lahuna sebagai obat
merupakan kompetitor dalam penyerapan
alternatif telah banyak diketahui oleh
air dan unsur hara sehingga dapat
masyarakat, salah satunya adalah
menyebabkan penurunan hasil panen pada
digunakan untuk pengobatan luka luar.
tanaman perkebunan. Tanaman lahunah
Kandungan senyawa bahan aktif yang
dikenal dengan nama daerah Lahuna dan
dapat digunakan sebagai obat salah
banyak tersebar di seluruhdaerah
satunya adalah senyawa alkaloid. Di
pertanian dan perkebunan sehingga petani
dalam tanaman yang mengandung
cenderung membasmi tanaman ini.
alkaloid, senyawa alkaloid mungkin
Keberadaannya sebagai tanaman
terkonsentrasi dalam jumlah yang tinggi
pengganggu menyebabkan tanaman ini
pada beberapa bagian tanaman tertentu.
cenderung punah karena lebih sering
Berdasarkan pemaparan diatas penulis
dibasmi, selain itu juga kurangnya
ingin mengetahui jenis kandungan
1
Nururrahmah Hammado, Ilmiati Illing (2013)
senyawa aktif alkaloid yang terdapat pada adalah: Sabana, rawa, batas hutan, daerah
bagian daun, akar, dan batang tanaman terganggu, daerah perkebunan dan
lahuna (Eupatorium odoratum) sehingga tanaman tahunan, dan di pinggir jalan.
nantinya tanaman ini dapat digunakan Tanaman ini lebih menyukai daerah
sebagai salah satu obat alternatif untuk dengan kondisi lembab, yang beradadekat
mengobati luka luar yang sangat efektif, permukaan laut sampai 2000 m
sehingga masyarakat dapat terdorong ketinggian.
untuk menjaga kelestarian tanaman ini Tanaman ini merupakan perdu yang pahit,
dan sekaligus membudidayakannya. tumbuh tegak, berbau, bercabang banyak,
ranting bulat, dan memiliki daun
Rumusan Masalah
berbentuk bulat telur memanjang dengan
pangkal menyempit sepanjang tangkai dan
Penggunaan bahan-bahan alami
ujung yang cukup runcing, umumnya
sebagai salah satu pengobatan alternatif
bergerigi kasar, berambut, sisi bawah
saat ini menjadi program pemerintah.
berbintik seperti kelenjar. (Steenis, 1997)
Salah satu bahan yang telah digunakan
oleh masyarakat sebagai obat alternatif di
Klasifikasi tanaman lahuna sebagai
daerah-daerah adalah tanaman lahuna
berikut:
(Eupatorium odoratum) yang digunakan
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
sebagai obat luka luar. Karena
Super Divisi :Spermatophyta
penggunaannya sebagai obat, maka
(Menghasilkan biji)
tanaman ini dalam hal ini daun, akar, dan
Divisi :Magnoliophyta
batangnya diduga mengandung senyawa
(Tumbuhan berbunga)
bioaktif alkaloid. Berdasarkan latar
Kelas : Magnoliopsida (berkeping
belakang tersebut, maka masalah yang
dua / dikotil)
diangkat dalam penelitian ini adalah:
Sub Kelas : Asteridae
1. Apakah daun, batang, dan akar
Ordo : Asterales
tanaman lahuna mengandung
Famili : Asteraceae
senyawa bioaktif alkaloid?
Genus : Eupatorium
2. Jenis senyawa alkaloid apakah yang
Spesies : Eupatorium odoratum
terkandung dalam daun, batang, dan
akar tanaman lahuna? Dalam dunia medis dan kimia
organik, istilah alkaloid telah lama
menjadi bagian penting dan tak
TINJAUAN PUSTAKA
terpisahkan dalam penelitian yang telah
Tanaman lahuna yang dikenal sebagai dilakukan selama ini, baik untuk mencari
gulma merupakan tanaman tahunan yang senyawa alkaloid baru ataupun untuk
berbentuk semak belukar dengan tinggi penelusuran senyawa bioaktifit. Senyawa
dapat mencapai 1 – 8 m. Tanaman ini alkaloid merupakan senyawa organik
dapat dijumpai pada beberapa daerah, terbanyak ditemukan di alam. Hampir
antara lain: daerah pertanian, daerah hutan seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan
alam, hutan tanaman, padang rumput, dan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
daerah lahan basah. Habitat tanaman ini tumbuhan. Secara organoleptik, daun-
2
Identifikasi Senyawa Bahan Aktif Alkaloid Pada Tanaman Lahuna
daunan yang berasa sepat dan pahit, polar (n-heksan) lalu pelarut yang
biasanya teridentifikasi mengandung kepolarannya menengah (diklorometan
alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa atau etil asetat) kemudian pelarut yang
alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, bersifat polar (metanol atau etanol).
ranting, dan kulit kayu. Ekstraksi digolongkan ke dalam dua
Berdasarkan literatur, diketahui bagian besar berdasarkan bentuk fase
bahwa hampir semua alkaloid di alam yang diekstraksi yaitu ekstraksi cair-cair
mempunyai keaktifan biologis dan dan ekstraksi cair padat (Sa'adah, 2010).
memberikan efek fisiologis tertentu pada Faktor-faktor yang mempengaruhi
mahluk hidup. Sehingga tidaklah laju ekstraksi adalah:
mengherankan jika manusia dari dulu
1. Tahap persiapan sampel
sampai sekarang selalu mencari obat-
Untuk memudahkan proses ekstraksi
obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan.
perlu dilakukan penyiapan bahan sampel
Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan
yang meliputi pengeringan bahan dan
sejauh ini belum diketahui secara pasti,
penggilingan. Sebelum diekstraksi bahan
beberapa ahli pernah mengungkapkan
harus dikeringkan dahulu untuk
bahwa alkaloid diperkirakan sebagai
mengurangi kadar airnya dan disimpan
pelindung tumbuhan dari serangan hama
pada tempat yang kering agar terjaga
dan penyakit, pengatur tumbuh, atau
kelembabannya. Dengan pengeringan
sebagai basa mineral untuk
yang sempurna akan dihasilkan ekstrak
mempertahankan keseimbangan ion.
yang memiliki kemurnian yang tinggi.
Alkaloid secara umum mengandung
Ekstraksi akan berlangsung dengan baik
paling sedikit satu buah atom nitrogen
bila diameter partikel diperkecil.
yang bersifat basa dan merupakan bagian
Pengecilan ukuran ini akan memperluas
dari cincin heterosiklik. Kebanyakan
bidang kontak antara sampel dengan
alkaloid berbentuk padatan kristal dengan
pelarut, sehingga jumlah ekstrak yang
titik lebur tertentu atau mempunyai
diperoleh pun akan semakin besar.
kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga
Sebaliknya ukuran padatan yang terlalu
berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini
halus dinilai tidak ekonomis karena biaya
telah ribuan senyawa alkaloid yang
proses penghalusannya mahal dan
ditemukan dan dengan berbagai variasi
semakin sulit dalam pemisahannya dari
struktur yang unik, mulai dari yang paling
larutan.
sederhana sampai yang paling sulit.
Ekstraksi adalah proses pemisahan 2. Jenis pelarut
suatu zat berdasarkan perbedaan Pemilihan jenis pelarut didasarkan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak pada jenis sampelnya dan pertimbangan
saling larut yang berbeda. Prinsip harga pelarut yang digunakan. Faktor
ekstraksi adalah melarutkan senyawa yang perlu diperhatikan dalam memilih
polar dalam pelarut polar dan senyawa jenis pelarut antara lain: daya melarutkan,
non polar dalam senyawa non polar. titik didih, sifat racun, mudah tidaknya
Secara umum ekstraksi dilakukan secara terbakar, dan pengaruhnya terhadap
berturut-turut mulai dengan pelarut non peralatan ekstraksi.
3
Nururrahmah Hammado, Ilmiati Illing (2013)
3. Kuantitas pelarut permukaan plat yang menyerap (cair-
Semakin banyak jumlah pelarut padat) cairan, walaupun dapat pula
semakin banyak pula jumlah ekstrak yang dipakai sebagai penyangga zat cair.
akan diperoleh, hal ini dikarenakan Campuran yang akan dipisahkan
distribusi partikel dalam pelarut semakin dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dan
menyebar, sehingga memperluas ditotolkan berupa bercak pada lapisan
permukaan kontak dan perbedaan dekat salah satu ujung. Penotolan
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut dan dilakukan memakai pipa kapiler yang
padatan semakin besar (Ramadhan, 2010). terbuat dari kaca kemudian lapisan
dimasukkan ke dalam bejana pengembang
4. Suhu pelarut
yang berisi pelarut yang dalamnya sekitar
Suhu pelarut menentukan kecepatan
1 cm yang bertindak sebagai fasa gerak.
ekstraksi. Pelarut yang dipanaskan akan
Ini dilakukan sedemikian rupa sehingga
melarut lebih baik daripada pelarut dingin.
pelarut kontak dengan ujung plat yang
Semakin rendah suhu ekstraksi, waktu
diberi bercak totolan. Nilai Rf (rate of
yang dibutuhkan untuk larut akan semakin
flow) diperoleh dengan membagi jarak
lama. Meningkatnya suhu menyebabkan
yang ditempuh oleh bercak noda dengan
daya larut bahan yang di ekstraksi makin
jarak yang ditempuh garis depan pelarut.
meningkat.
Rumus untuk menentukan nilai Rf adalah
Teknik Kromatografi Lapis Tipis
sebagai berikut:
mulai dikembangkan pada tahun 1939
Jarak yang ditempuh zat terlarut
oleh Ismail Off dan Schraiber. Sistem
Rf =
kerjanya adalah adsorben dilapiskan pada
Jarak yang ditempuh pelarut
lempeng kaca yang bertindak sebagai
penunjang fasa diam. Fasa bergerak akan Metode Spekktrofotometri Ultraviolet
terserap sepanjang fasa diam dan Visible (UV-Vis)memanfaatkan cahaya di
terbentuklah kromatogram. Metode ini daerah ultraviolet dan terlihat dalam
sederhana, cepat dalam pemisahan dan bentuk spektrum elektromagnetik yang
sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan digunakan untuk menganalisa sampel
mudah memperoleh kembali senyawa- secara kualitatif dalam bentuk senyawa
senyawa yang terpisahkan (Khopkar, molekul dan ion kompleks. Untuk analisis
2003). kuantitatif dilakukan dengan
Pada kromatografi lapis tipis, fase menggunakan hukum Beer (Kenkel,
air berupa lapisan tipis (tebal 0,1-2 mm) 2003). Spektrum cahaya di daerah sinar
yang terdiri atas bahan padat yang visible (tampak bagi mata manusia)
dilapiskan pada permukaan penyangga berada pada gelombang cahaya 400-800 x
datar yang terbuat dari kaca tetapi dapat 10-9 m. Spektrum cahaya di daerah
pula terbuat dari plat polimer atau logam. ultraviolet mempunyai panjang
Lapisan melekat pada permukaan dengan gelombang yang lebih pendek, yaitu 200-
bantuan bahan pengikat, antara lain: 400 x 10-9 m (Hart, 1983).
kalium sulfat dan amilum (pati). Pada Ketika cahaya putih (cahaya dari
KLT lapisan tersebut berfungsi sebagai semua panjang gelombang) dilewatkan
4
Identifikasi Senyawa Bahan Aktif Alkaloid Pada Tanaman Lahuna
melalui suatu larutan senyawa yang 680-800 Ungu Hijau
menyerap di daerah visible, senyawa kemerah-
merahan
tersebut menyerap cahaya dari panjang
Sumber : Sitorus, 2009.
gelombang yang sesuai untuk
mempromosikan elektron dan
Spektrofotometermerupakan
mencerminkan cahaya yang tersisa.
instrumen gabungan dari spektrometer dan
Warna yang diterima adalah cahaya yang
fotometer, keduanya digunakan sebagai
dipantulkan, dan merupakan
gabungan untuk menghasilkan suatu
komplementer dari warna pada cahaya
isyarat yang berpadanan dengan selisih
yang diserap (Anderson et al, 2004). Pada
antara radiasi yang diteruskan oleh bahan
tabel 2. disajikan klasifikasi panjang
pembanding dan radiasi yang diteruskan
gelombang sinar tampak (visible)beserta
oleh contoh pada panjang gelombang
warna komplementernya (bila
yang terpilih.
dicampurkan jadi tidak berwarna)
Bagian penting spektrofotometer
(Sitorus, 2009).
adalah (1) suatu sumber energi cahaya, (2)
Spektrofotometer UV-Vis merupakan
sebuah monokromator, yaitu suatu bagian
instrument yang menggabungkan antara
untuk menampakkan cahaya
panjang gelombang dengan frekuensi
monokromatik, atau pita-pita sempit
intensitas serapan zat (transmisi atau
energi cahaya dari sumbernya, (3) kuvet
absorbansi) dan dinyatakan dalam bentuk
kaca atau silika untuk wadah pelarut dan
spectrum berupa garis atau pita serapan.
larutan yang diuji, dan (4) sebuah alat
Terbentuknya pita serapan disebabkan
untuk menerima atau mengukur berkas
oleh terjadinya eksitasi lebih dari satu
atau berkas-berkas energi cahaya yang
macam elektron pada gugus molekul yang
melewati pelarut atau larutan (Khopkar,
sangat kompleks (Gandjar, 2010)
2003).
Tabel 1. Klasifikasi sinar tampak dengan
TUJUAN DAN MANFAAT
warna komplementernya
PENELITIAN
Panjang Warna Warna
gelombang komplementer Secara keseluruhan penelitian ini
(nm)
bertujuan untuk:
400-435 Violet/ungu/ Hijau kekuningan
1. Mengambil ekstrak senyawa bahan
lembayung
aktif alkaloid pada tanaman lahuna
435-480 Biru Kuning
(Eupatorium odoratum) dengan cara
480-490 Biru Jingga
mengisolasi daun, akar, dan batang
kehijauan
2. Mengidentifikasi senyawa bahan aktif
490-500 Hijau Merah
kebiruan alkaloid yang terdapat pada daun, akar,
500-560 Hijau Ungu kemerahan dan batang tanaman lahuna
(Eupatorium odoratum) untuk
560-585 Hijau Ungu
kekuningan mengetahui jenis senyawa alkaloid
595-610 Jingga Biru kehijauan yang terkandung.
610-680 Merah Hijau kebiruan
5
Nururrahmah Hammado, Ilmiati Illing (2013)
METODE PENELITIAN akar, batang, dan daun dibersihkan
(dicuci), disortasi (memisahkan bahan dari
Jenis penelitian ini adalah penelitian
bahan asing), dikeringkan (diangin-
deskriptif dimana hasil penelitian yang
anginkan dibawah sinar matahari pagi).
diperoleh selanjutnya digunakan untuk
Selanjutnya sampel siap untuk pengujian
menggambarkan kandungan senyawa
kimia. Pengujian kimia dilakukan dengan
bahan aktif dalam tanaman lahuna yang
beberapa tahap:
dapat digunakan sebagai obat luka luar.
a. Isolasi alkaloid
Waktu pelaksanaan penelitian
Akar, batang dan daun lahuna yang
dimulai dari bulan Februari sampai April
telah kering kemudian diblender sampai
2013 di laboratorium Kimia Balai Besar
halus secara terpisah. Selanjutnya masing-
Kesehatan Makassar Propinsi Sulawesi
masing 100 gram sampel dimaserasi
Selatan. Sampel tanaman lahuna diambil
dengan aquadest selama 3 hari (3 x 24
pada pagi hari di Desa Bonelemo
jam) kemudian disaring dengan
Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu.
menggunakan corong Buchner. Ampas
Sampel terdiri dari daun, akar, dan batang
yang diperoleh dimaserasi kembali dengan
tanaman lahuna.
pelarut asam asetat dan etanoldengan
Alat yang digunakan dalam
perbandingan (450 : 150) v/v selama 24
penelitian ini adalah: neraca analitik,
jam. Filtrat dipisahkan dengan
pisau, blender, rotary evaporator, corong
menggunakan corong Buchner. Filtrat
Buchner, gelas kimia, labu takar, batang
(ekstrak) yang diperoleh dipekatkan
pengaduk, tabung reaksi, kaca arloji,
dengan menggunakan rotary evaporator
corong biasa, botol semprot, corong pisah,
sampai kira-kira volume yang tersisa
pipet volum, gelas ukur, gelas kimia,
tinggal 50 ml, kemudian disaring.
Chamber, Pipet kapiler, 1 set
Filtrat yang diperoleh selanjutnya
spektrofotometer UV-VIS.
dilakukan uji kelarutan. Residu yang
Bahan yang digunakan dalam
diperoleh kemudian ditambahkan
penelitian ini adalah akar, batang, dan
ammonium hidroksida 1 % sehingga
daun lahuna (Eupatorium odoratum),
diperoleh ekstrak cair ammonium
kertas saring whatmann, senyawa murni
hidroksida. Ekstrak tersebut ditambahkan
alkaloid, Ammoniak, ammonium
dengan etanol 50 ml dan kloroform
hidroksida 1 %, Kloroform, Methanol,
kemudian diekstraksiselama 24 jam.
Asam sulfat 0,5 N, benzena, asam asetat,
Campuran larutan dikocok hingga
dietil eter, dietilamin, 1-butanol, pereaksi-
membentuk dua lapisan. Lapisan bawah
pereaksi alkaloid seperti Dragendorff,
atau fasa kloroform dipisahkan dan
Mayer, dan Wagner, aquades, kertas
dievaporasi, selanjutnya diuji pereaksi
saring, aseton, aluminium foil, Plat KLT
warna dan kelarutan. Lapisan atas atau
silika gel.
fasa asam ditambahkan ammonium
Prosedur kerja hidroksida pekat.
Campuran larutan tersebut
Sampel yang digunakan terlebih
dibagimenjadi dua bagian. Satu bagian
dahulu diberi perlakuan pendahuluan yaitu
diuji kelarutan dan pereaksi warna yang
6
Identifikasi Senyawa Bahan Aktif Alkaloid Pada Tanaman Lahuna
sebelumnya ditambahkan dengan NaCl. menghasilkan endapan putih hingga putih
Satu bagian lainnya digunakan untuk kabut.
pengujian dengan menggunakan KLT.
Kromatografi lapis tipis (KLT)
Metode ini menggunakan plat
b. Identifikasi senyawa alkaloid
kromatografi lapis tipis yang terbuat dari
Uji kelarutan silika gel F 254 ukuran 20 x 20 cm.
Setiap hasil yang diperoleh dari Ekstrak ditotolkan dengan menggunakan
prosedur pengerjaan dilakukan pengujian penotol berupa pipa kapiler dan diperoleh
sifat kelarutan dalam pelarut-pelarut non bercak bundar, kemudian dikeringkan.
polar dan polar diantaranya adalah Selanjutnya dielusi dalam chamber yang
kloroform, etanol, ammonium hidroksida telah dijenuhkan dengan kertas saring
dan air. Positif alkaloid menunjukkan jika terlebih dahulu dengan
larut baik dalam etanol dan kloroform dan menggunakanlarutan pengembang
tidak larut dalam ammonium hidroksida campuran metanol : NH OHpekat dengan
4
dan air. perbandingan (100: 3) v/v. Setelah
pengembang yang digunakan sampai pada
Uji pereaksi warna batas yang ditentukan, plat kromatografi
Hasil yang diperoleh yang telah dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan
mengalami pengujian sifat kelarutan juga di lemari asam. Hasil kromatografi dapat
dilakukan pengujian terhadap perubahan diidentifikasi berdasarkan warna yang ada
warna dengan menggunakan pereaksi- pada sinar tampak dan dibawah sinar UV
pereaksi alkaloid yaitu pereaksi Mayer, 254 nm.
Wagner, dan Dragendroff. Sampel
Identifikasi dengan spektrofotometer UV-
sebanyak 3 ml diletakkan dalam gelas
Vis
piala kemudian ditambahkan dengan NaCl
Jika sampel yang dianalisis positif
0,5 gr lalu diaduk dan disaring. Filtrat
mengandung alkaloid, maka sampel
yang diperoleh selanjutnya ditambahkan
selanjutnya diidentifikasi dengan
HCl 2 M sebanyak 3 tetes. Positif alkaloid
menggunakan spektrofotometer UV-Vis
menunjukkan jika ditambahkan pereaksi
pada panjang gelombang standar 200 –
Mayer terjadi perubahan warna menjadi
800 nm untuk memperoleh panjang
warna kuning dan disertai endapan putih
gelombang maksimum untuk senyawa
hingga putih kabut. Sedangkan jika
alkaloid. Menurut Harborne, (1996),
ditambahkan pereaksi Dragendroff terjadi
panjang gelombang maksimum untuk
perubahan warna menjadi warna merah
senyawa alkaloid adalah 203 – 230 nm.
jingga dan membentuk endapan orange
hingga endapan kuning kecoklatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Positif alkaloid jika ditambahkan pereaksi
Mayer dan menghasilkan endapan kuning Hasil Penelitian
hingga coklat. Perubahan yang terjadi
Berdasarkan hasil penelitian yang
untuk pereaksi Wagner adalah
dilakukan di Balai Besar Laboratorim
Kesehatan (BBLK) Makassar Sulawesi
7
Nururrahmah Hammado, Ilmiati Illing (2013)
Selatan tentang isolasi dan identifikasi Mayer, Wagner, dan Dragendroff
senyawa alkaloid pada daun, akar, dan menunjukkan bahwa ekstrak daun dan
batang tanamanlahuna, diperoleh dengan batang lahuna positif mengandung
cara melakukan isolasi dengan proses alkaloid, sedangkan ekstrak akar lahuna
ekstraksi kemudian diidentifikasi dengan terdapat sampel yang negatif alkaloid
menggunakan pereaksi warna, setelah ditambahkan pereaksi Wagner.
kromatografi lapis tipis dan Tetapi dari ketiga sampel yang diuji
spektrofotometer UV-Vis. Maka diperoleh dengan pereaksi warna, dua diantaranya
data hasil penelitian seperti dalam tabel 2 menunjukkan positif alkaloid sehingga
dan tabel 3 berikut ini. isolasi dilanjutkan dengan menggunakan
Untuk mengetahui adanya alkaloid KLT.
dalam hasil maserasi, ekstrak maserasi Setelah uji pereaksi warna alkaloid
tersebut dibagi menjadi dua bagian. dilakukan, selanjutnya dilakukan isolasi
Bagian pertama digunakan untuk senyawa alkaloid pada daun, akar, dan
identifikasi dengan pereaksi Wagner, batanglahuna dengan metode
Mayer, dan Dragendroff, sedangkan kromatografi lapis tipis (KLT). KLT yang
bagian kedua digunakan untuk identifikasi digunakan terbuat dari silika gel dengan
dengan KLT. ukuran 20 cm x 20 cm, dengan larutan
Tabel 2. Hasil uji pereaksi warna pada ekstrak pengembang campuran metanol : NH OH
4
daun, batang, dan akar lahuna
pekatdengan perbandingan volume 100 :
Sampel Pereaksi Perubahan Keterangan 3 v/v dengan menggunakan chamber
warna
sebagai wadah.
Endapan Positif
Wagner Ekstrak ditotolkan sepanjang plat
putih alkaloid
Endapan Positif dengan menggunakan pipet mikro pada
Daun Mayer
coklat alkaloid
jarak 2 cm dari garis bawah dan 3 cm dari
Endapan Positif
Dragendroff orange alkaloid garis atas sebagai tanda batas. Ekstrak
Endapan Positif yang telah ditotolkan pada plat KLT
Wagner
putih alkaloid
dimasukkan ke dalam chamber. Hasil
Batan Endapan Positif
Mayer
g kecoklatan alkaloid KLT kemudian diangin-anginkan dan
Endapan Positif diperiksa dibawah sinar UV dengan
Dragendroff
kuning alkaloid
panjang gelombang 200 - 800 nm. Noda
Tidak
Negatif
Wagner terbentuk yang terbentuk sebanyak 8 noda, noda-
alkaloid
endapan noda tersebut dilingkari menggunakan
Endapan Positif
Akar Mayer pensil dan kemudian dihitung nilai Rfnya.
kuning alkaloid
Endapan Data yang diperoleh dari
Positif
Dragendroff kuning
alkaloid kromatografi lapis tipis adalah nilai Rf
kecoklatan
yang bertujuan untuk identifikasi
senyawa. Nilai Rf yang berguna untuk
Bagian pertama yang berisi sebagian
senyawa murni dapat dibandingkan
dari hasil ekstraksi kemudian dibagi
dengan nilai Rf dari senyawa standar.
menjadi tiga bagian, masing-masing
Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak
dengan tiga pereaksi tersebut. Hasil yang
yang ditempuh senyawa dari titik asal
didapatkan dari uji alkaloid pada pereaksi
8
Identifikasi Senyawa Bahan Aktif Alkaloid Pada Tanaman Lahuna
dibagi dengan jarak yang ditempuh, oleh Noda-noda tersebut hasil KLT
karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil selanjutnya dikeruk dan dilarutkan dalam
dari 1 (satu) (Sathl dalam Winirifmawaty, pelarut metanol sebanyak 4 ml. Kemudian
2010). diaduk dengan menggunakan pipakapiler
Pemisahan dengan KLT untuk daun dan didiamkan selama ±30 menit, yang
lahuna menghasilkan 5 isolatdengan harga selanjutnya diidentifikasi menggunakan
Rf masing-masing pada noda pertama spektrofotometer UV-Vis pada kisaran
sebesar 0,67; noda kedua sebesar 0,73; panjang gelombang antara 200-800
noda ketiga sebesar 0,81; noda keempat
Hasil identifikasi alkaloid pada ekstrak
sebesar 0,86; dan noda kelima sebesar
daun, batang, dan akar lahuna
0,88. Pemisahan batang lahuna
menghasilkan 4 isolat dengan harga Rf Metode yang digunakan untuk
masing-masing pada noda pertama sebesar identifikasi alkaloid ialah metode
0,47; noda kedua sebesar 0,82; noda spektrofotometer UV-Vis. Seluruh isolat
ketiga sebesar 0,89; dan noda keempat hasil KLT yang telah dikerok dan
sebesar 0,96. Sedangkan pemisahan akar disentrifuge kemudian dibaca pada alat
lahuna hanya menghasilkan 2 isolat spektrofotometer UV-Vis menggunakan
karena noda yang menghasilkan negatif pelarut baku metanol. Dari kesebelas
alkaloid tidak dilanjutkan dengan isolat tersebut, isolat yang memiliki hasil
pemisahan. Harga Rf noda pertama spektrum senyawa alkaloid yaitu pada
sebesar 0,82 dan noda kedua sebesar 0,93. isolat 1 - 5, dan isolat 8 – 11, dapat
dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Hasil KLT dan spektrofotometer UV-Vis ekstrak daun, batang, akar lahuna
Spektrofotometer UV-Vis
KLT
Sampel Isolat Rf
662 nm, 285 nm, 203 nm
1 0,67
662 nm, 287 nm, 205 nm
2 0,73
662 nm, 285 nm, 203 nm
Daun 3 0,81
661 nm, 286 nm, 211 nm, 204 nm, 202 nm
4 0,86
662 nm, 288 nm, 212 nm, 205 nm, 202 nm
5 0,88
650 nm, 430 nm
6 0,47
659 nm, 415 nm
7 0,82
Batang
657 nm, 427 nm, 274 nm, 201 nm
8 0,89
655 nm, 206 nm, 203 nm
9 0,96
663 nm, 226 nm, 222 nm, 221 nm, 216 nm, 204 nm
10 0,82
Akar
661 nm, 204 nm
11 0,93
9
Nururrahmah Hammado, Ilmiati Illing (2013)
Sedangkan spektrum UV-Vis masing-masing isolat pada daun lahuna dapat dilihat seperti
yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Hasil spektrum UV-Vis daun lahuna pada isolat 1
Dari hasil spektrum yang tampak, 285 nm pada absorbansi 0,535. Ini
terdapat dua pita pada isolat keempat. Pita menandakan bahwa isolat pertama yang
pertama mempunyai panjang gelombang dibaca pada pita kedua positif
662 nm pada absorbansi 0,093. Pita kedua mengandung alkaloid.
Gambar 2. Hasil spektrum UV-Vis daun lahuna pada isolat 2
Dari hasil spektrum yang tampak, 287 nm pada absorbansi 0,889. Ini
terdapat dua pita pada isolat kedua. Pita menandakan bahwa isolat kedua yang
pertama mempunyai panjang gelombang dibaca pada pita kedua positif mengandun
662 nm pada absorbansi 0,087. Pita kedua alkaloid.
Gambar 3. Hasil spektrum UV-Vis daun lahuna pada isolat 3
10
Description:ABSTRAK. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Balai Besar Kesehatan Makassar pada bulan Februari hingga April 2013 yang