Table Of ContentHHHUUUBBBUUUNNNGGGAAANNN LLLOOOCCCUUUSSS   OOOFFF   CCCOOONNNTTTRRROOOLLL DDDAAANNN
KKKEEETTTAAAKKKUUUTTTAAANNN   AAAKKKAAANNN   KKKEEEGGGAAAGGGAAALLLAAANNN   DDDEEENNNGGGAAANNN
PPPEEERRRIIILLLAAAKKKUUU   MMMEEENNNYYYOOONNNTTTEEEKKK   PPPAAADDDAAA   SSSIIISSSWWWAAA
NNNAAASSSKKKAAAHHH   PPPUUUBBBLLLIIIKKKAAASSSIII
DDDiii   sssuuusssuuunnn   OOOllleeehhh   :::
MMMAAAOOOLLLAAANNNAAA   MMMOOOHHHAAAMMMMMMAAADDD   SSSAAAHHH
SSS   333000000   111111000   000333222
MMMAAAGGGIIISSSTTTEEERRR SSSAAAIIINNNSSS   PPPSSSIIIKKKOOOLLLOOOGGGIII
PPPRRROOOGGGRRRAAAMMM   PPPAAASSSCCCAAA   SSSAAARRRJJJAAANNNAAA
UUUNNNIIIVVVEEERRRSSSIIITTTAAASSS   MMMUUUHHHAAAMMMMMMAAADDDIIIYYYAAAHHH   SSSUUURRRAAAKKKAAARRRTTTAAA
222000111444
HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL DAN
KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN
PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA
Maolana Mohammad Sah
(S 300 110 032)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara locus of
control dan ketakutan akan kegagalan dengan perilaku menyontek pada siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1 Miri Kab.
Sragen yang berjumlah 353 siswa. Peneliti menggunakan teknik cluster random
sampling untuk mencari sampel 187 siswa dan untuk mempermuda penelitian,
peneliti menggunakan skala perilaku menyontek, skala locus of control dan skala
ketakutan  akan  kegagalan. Hasil  penelitian  menunjukkan  ada  hubungan  yang
signifikan antara locus of control dan ketakutan akan kegagalan dengan perilaku
menyontek. Dimana perilaku menyontek dan ketakutan akan kegagalan memiliki
kategori sedang, serta locus of control memiliki kategorik sangat rendah. Hasil
analisis  diketahui  terdapat  hubungan  yang  positif  signifikan  antara locus  of
control dan ketakutan akan kegagalan dengan perilaku menyontek. Sumbangan
efektif locus of control terhadap perilaku menyontek sebesar = 2,94 %, dengan
aspek chance lebih dominan mempengaruhi dan sumbangan efektif ketakutan
akan kegagalan terhadap perilaku menyontek sebesar = 10,76 %, dengan aspek
perfectionist lebih  dominan  mempengaruhi.  Total  sumbangan  efektif locus  of
control dan ketakutan akan kegagalan adalah 13,7 %. Walaupun itu, pengaruh
locus  of  control dan  ketakutan  akan  kegagalan  terhadap  perilaku  menyontek
antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda secara signifikan.
Kata kunci : Perilaku menyontek, Locus of  control dan Ketakutan akan kegagalan
RELATIONSHIP BETWEEN LOCUS OF CONTROL AND
FEAR OF FAILURE WITH
CHEATING BEHAVIOR OF STUDENTS
Maolana Mohammad Sah
(S 300 110 032)
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the relationship between locus
of control and fear of failure with cheating behavior of students. The population in
this study was a class XI student of SMK Negeri 1 Miri in Sragen = 353 students.
Researchers using cluster random sampling technique to sample 187 students and
seek to rejuvenate the study, researchers used a scale of cheating behavior, locus
of  control  scale  and  the  scale  of  the  fear  of  failure.  The  results  showed  no
significant relationship between locus of control and fear of failure with cheating
behavior. Where cheating and the fear of failure has a medium category, and locus
of control has a very low categorical. The results of analysis show that there is a
significant positive relationship between locus of control and fear of failure with
cheating behavior. Effective contribution of locus of control on cheating at =
2.94%, with the chance aspect more dominant and effective contribution to the
fear of failure cheating at = 10.76 %, with the more dominant aspect perfectionist.
The total contribution of the effective locus of control and fear of failure is 13.7%.
Despite that, the influence of locus of control and fear of failure against cheating
behaviorbetween men and women did not differ significantly.
Keywords : Cheating Behavior, Locus of control and Fear of failure
PENDAHULUAN (Hendra, 2012), Evans dkk (Sartelee,
1. Latar Belakang 2002)  dan  Alhadza  (Jahja  2007),
menyebutkan  salah  satu  yang
Setiap  tahun  banyak  media mempengaruhi  perilaku  menyontek
masa  mengungkapkan  perilaku adalah  ketakutan  akan  kegagalan.
menyontek  terjadi  hampir  disetiap Sedangkan, Anderman  dkk, (2007),
wilayah.  Selain  itu  perilaku Rotter (Stone dkk, 2010), Wideman
menyontek  bisa  dijumpai  disetiap (2008), menyebutkan bahwa salah
jenjang pendidikan.  Hal  ini satu yang mempengaruhi perilaku
memberikan  efek  yang  negatif menyontek  adalah locus  of
terhadap  tujuan  pendidikan  yang control.
ingin  membentuk  siswa  yang Berdasrkan  uraian  diatas,
memiliki  karakter  dan  kecerdasan peneliti ingin  membuktikan  secara
(Sari dkk, 2013). empiris  hubungan  antara locus  of
Selama  30  tahun  terakhir control dan  ketakutan  akan
perilaku  menyontek  mengalami kegagalan  dengan  perilaku
peningkatan  yang  signifikan, menyontek  pada  siswa SMKN  1
peningkatan  ini  disebabkan  oleh Miri,  sehingga  dapat  diketahui
kepercayaan  siswa  bahwa  perilaku apakah  perilaku  menyontek  yang
menyontek  bisa  dibenarkan terjadi di SMKN 1 Miri berhubungan
dibeberapa  situasi  (Cizek,  dalam dengan locus  of  control dan
Murdock  dkk,  2006)  dan  dianggap ketakutan akan kegagalan.
sesuatu yang biasa (Jahja, 2007). Hal .
ini dipertegas oleh Etter dkk (2006) TINJAUAN PUSTAKA
yang  menyatakan  bahwa  siswa 1. Perilaku Menyontek
melihat perilaku menyontek sebagai
suatu  cara  yang  layak  dilakukan Strom,  dkk  (2007)
untuk mencapai kesuksesan. mengatakan  perilaku  menyontek
Hasil kuesioner terbuka yang merupakan perilaku yang tidak jujur
dilakukan  peneliti  kepada  37  siswa dengan cara menyalin bahan materi
(29  laki-laki  dan  8  perempuan)  di dari  buku,  jurnal,  atau  sumber  di
kelas XI SMK Negeri 1 Miri Kab. Internet dan membuat suatu catatan
Sragen, diperoleh 100% siswa telah materi yang dipersiapkan dari rumah.
melakukan  perilaku  menyontek. Menurut  Hard,  dkk  (2006),
Walaupun  dilatar  belakangi  dengan perilaku  menyontek  adalah
alasan-alasan yang berbeda. 64,86% menyelesaikan tugas yang diberikan
disebabkan  karena  soalnya  sulit, oleh guru dengan  cara memberi atau
13,51%  disebabkan  mendapatkan menerima  bantuan  yang  tidak
nilai bagus, 13,51% disebabkan tidak diperbolehkan.  Dalam  menjelaskan
belajar,  5,4%  disebabkan  takut dimensi  memberi  atau  menerima.
remedial dan 2,7% disebabkan tidak Calabrese,  dkk  (Lestari,  2013)
percaya diri. membagi  2  macam  perilaku
Beberapa  penelitian  tentang menyontek,  yakni  perilaku
perilaku  menyontek,  terdapat menyontek  pasif  adalah  membantu
beberapa faktor yang mempengaruhi siswa  lain  dalam  menyelesaikan
variabel tersebut. Misalnya, Mobarok tugas  dan  periaku  menyontek  aktif
1
adalah menyelesaikan tugas dengan orang lain (eksternalitas), yang biasa
tidak  jujur  dengan  tujuan dikaitan  dengan komitmen tinggi
meningkatkan nilainya sendiri. serta berkelanjutan untuk mengubah
Anderman  dkk  (2007) (Munir  dkk,  2010). Sementara
mengkategorikan  faktor  yang Lantara (2012) mengatakan locus of
menyebabkan  perilaku  menyontek control dapat  didefinisikan  sebagai
yakni:  (1)  Demografi  (usia,  jenis sikap siswa yang menunjukkan suatu
kelamin, perbedaan kebudayaan), (2) peristiwa yang dialami oleh mereka
Kepribadian  (dorongan  mencari dapat dikendalikan atau tidak.
sensasi, self-control,  perkembangan Menurut  Andriati  (2009),
moral  dan  sikap, locus  of  control), faktor-faktor  yang  dapat
(3)  Motivasi  (tujuan  dan  alasan mempengaruhi locus  of  control
dalam  pembelajaran)  dan  (4) seseorang, anatra lain:
Akademik  meliputi  kemampuan, a. Orangtua.  Perkembangan locus
subjek area, institusi dan organisasi. of  control didukung  oleh  peran
Jahja  (2007)  mengatakan orangtua, dimana orangtua yang
bahwa  faktor-faktor  yang fleksibel  dan  mengajar  siswa
mempengaruh  perilaku  menyontek mandiri  akan  mendorong  siswa
pada siswa, yakni: Adanya pengaruh ke  internal locus  of  control.
dari orang yang melakukan perilaku Sedangkan  orangtua  yang
menyontek,  adanya  peluang  untuk memiliki  sifat  menghukum,
melakukan  perilaku  menyontek, memusuhi  dan  otoriter  akan
ketakutan akan kegagalan, keinginan mendorong  siswa  ke  arah
untuk mendapatkan nilai yang tinggi, external locus of control.
tidak percaya diri, dan siswa terlalu b. Kognitif.  Kesadaran  dalam
cemas dalam menghadapi ujian. berpikir  dan  menggunakan
Menurut  Marsden,  dkk pengetahuan dapat mengarahkan
(2005)  bentuk-bentuk  perilaku dan  mempengaruhi  seberapa
menyontek  terdiri  dari; besar  siswa  memiliki locus  of
menggunakan  catatan  dalam  ujian, control.
mencari jawaban melalui teman saat c. Perbedaan  respon.  Pemberian
ujian,  bekerjasama  dengan  teman respon  yang  sesuai  dengan
dalam ujian, dan bekerjasama dalam perilaku  siswa,  akan
meyelesaikan tugas. menimbulkan  motif  yang
dipelajari  (internal locus  of
2. Locus ofControl control).  Sedangkan  pemberian
respon  yang  tidak  tepat,  akan
Locus  of control juga mengarahkan siswa kepada suatu
didefinisikan sebagai kecenderungan tanggapan  bahwa  perilakunya
siswa  untuk  percaya  bahwa  yang tidak  mempunyai  nilai  positif
mengendalikan  peristiwa  dalam terhadap  lingkungannya.
kehidupannya adalah dirinya sendiri Sehingga  siswa  percaya  bahwa
(internalisasi),  yang  biasa dikaitkan lingkunganlah  yang  dapat
dengan afektif tinggi dan komitmen menentukan kehidupannya.
normatif untuk  mengubah atau d. Lingkungan adalah  faktor
dikontrol  oleh  faktor  luar,  seperti terakhir  disposisi locus  of
2
control.  Lingkungan  yang  tidak 2. Ketakutan Akan Kegagalan
memberikan  kesempatan  dan
selalu  memberikan  hambatan Ketakutan  akan  kegagalan  (fear
kepada  siswa,  akan  membentuk of  failure;  faalangst)  adalah  suatu
external locus  of  control pada perasaan  yang  disertai  kegelisaan
siswa.  Sebaliknya,  lingkungan dan  ketegangan  yang  dihadapi
yang  mendukung  peran  siswa dimana terhadap  suatu  tekanan
dan selalu  memberikan secara terus-menerus baik dari orang
kesempatan,  dapat  membentuk lain  maupun  diri  sendiri  untuk
internal locus  of  control pada mendapatkan  prestasi  yang  baik
siswa. (Winkel, 2009). Elison, dkk (2012)
Sedangkan Levenson (Azwar, mendefinisikan  takut  gagal  sebagai
2008)  mengungkapkan  beberapa disposisi  untuk  menghindari
aspek  yang  mengungkap locus  of kegagalan  atau  menghindari  rasa
control, yakni: malu atau  penghinaan  yang
a. Aspek Internal (I), adalah keyaki merupakan  konsekuensi  dari
nan siswa akan kejadian-kejadian kegagalan.
dalam kehidupannya ditentukan Menurut  Winkel  (2009)
oleh kemampuan dirinya sendiri. terdapat  beberapa  faktor  yang
b. Aspek Powerful Others (P), adala mempengaruhi rasa takut gagal pada
h keyakinan siswa bahwa kejadia siswa:
n dalam hidupnya ditentukan ole a. Suasana dalam kelas
h orang lain yang lebih berkuasa. Hubungan guru dan siswa yang
c. Aspek Chance (C), adalah keyaki kurang  harmonis,  kesukaran
nan siswa bahwa kejadian dalam materi  pelajaran,tingkat
hidupnya ditentukan oleh nasib, p pentingnya  bidang  studi  dalam
eluang, dan keberuntungan. kurikulum,  dan  cara  evaluasi
Dalam  skala  IPC,  aspek belajar.  Hal  ini  dapat
internal (I)  adalah  aspek  yang menyebabkan  timbulnya
mengungkap internal locus  of ketakutan yang bersifat negatif.
control,  sedangkan  aspek powerful b. Suasana dalam keluarga
others (P)  dan chance (C)  adalah Orang tua yang sering menuntut
aspek  yang  mengungkap external prestasi tinggi pada siswa dalam
locus  of  control.  Menurut Halpert, bidang  tertentu  membuat  siswa
dkk  (2011), skala  IPC  milik dikejar-kejar  dengan  harapan
Levenson merupakan perkembangan orang  tua  dan  akan  merasa
dari  skala  Rotter,  dimana  skala khawatir  menngecewakan  orang
tersebut dapat mengungkap dimensi tau serta mengecewakan dirinya
external Locus of control. Maka dari sendiri. Selain itu orang tua juga
itu dapat ditarik kesimpulan bahwa jarang memberikan umpan positif
aspek-aspek locus of control adalah dengan  hasil  yang  didapat  dan
internal, powerful  others,  dan meragukan  kemampuan  anak
chance. dengan menyalahkannya.
c. Alam pikiran siswa
Dampak  dari  tekanan  yang
didapat  dari  sekolah  maupun
3
dirumah  menyebabkan  siswa untuk  mencari  cara  lain  selain
membentuk konsep yang negatif belajar.
mengenai dirinya sendiri. Cara  yang  paling  efektif
Aspek-aspek ketakutan akan untuk  mengurangi  ketegangan  dan
kegagalan menurut Rothblum,  dkk stres dalam kondisi tersebut, adalah
(Damayanti, 2008)antaralain: melalui  aktivitas  motorik  atau
a. Perfectionist.
tindakan fisik (Halleck, dalam Shon,
Seseorang  yang  perfectionis  akan
2006).  Hal  ini  serupa  dengan
menginginkan  hasil  yang  sempurna.
perilaku menyontek yang melibatkan
Dengan  pola  kepribadian  ini  akan
investasi yang signifikan dari waktu
berusaha  mencapai  targetnya  dengan
yang disediakan, energi, dan sumber
berorientasi  pada  prestasi  yang  baik.
daya,  apalagi,  melibatkan  sejumlah
Namun,  apabila  standar  tersebut  tidak
tercapai  maka  siswa  akan  mengalami besar  tindakan  fisik  sebelum  dan
kekhawatiran dan  ketakutan  yang  bisa selama  ujian.  Hal  ini  disebabkan,
menimbulkan suatu kegagalan. perilaku  menyontek  sangatlah
b. Low self-esteem (penghargaan diri bergantung  pada  peluang,
yang rendah). kesempatan  dan  kelebihan  orang
Penghargaan  diri  yang  rendah  akan
lain.  Oleh  karena  itu,  dapat
cenderung  berpikir  negatif.  Pikiran
diasumsikan bahwa locus of control
negatif  ini  mendorong  anak  menjadi
cenderung  mendorong    sisiwa
cemas,  panik,  dan  muncul  perasaan
melakukan perilaku menyontek.
bersalah  yang  mengganggu  kosentrasi.
Sari,  dkk  (2013)  dari  148
Sehingga siswa yang berpikiran negatif
orang  yang  diteliti  juga
akan berfokus pada kegagalan.
c. Evaluation  anxiety (kecemasan mengungkapkan bahwa secara umum
terhadap evaluasi). siswa yang memiliki external locus
Kecemasan  ini  membuat  siswa  akan of  control cenderung  melakukan
takut  dinilai  negatif  oleh  teman,  guru perilaku  menyontek.  Sedangkan
dan  orang  tua.  Hal ini  dapat siswa yang memiliki internal locus of
mengakibatkan siswa merasa takut akan
control memiliki  korelasi  negatif
kegagalan yang akan dihadapi.
terhadap  perilaku  menyontek.
Menurut  Rotter  (Stone  dkk,  2010),
3. Hubungan Locus  of Control
juga menunjukkan konsistensi antara
dan  Ketakutan Akan
pelanggaran akademik dengan siswa
Kegagalan dengan  Perilaku
yang  memiliki  external locus  of
Menyontek
control dibandingkan  siswa  yang
memiliki internal locus of control.
Setiap tahun tuntutan merahi
Perilaku  menyontek  juga
prestasi  menjadi  meningkat,  serta
sangat  dipengaruhi  oleh ketakutan
adanya tuntutan orang tua atau guru
akan  kegagalan.  Sebab,  adanya
yang  memaksa  siswa  untuk
tuntutan  dari  orang  tua  atau  guru
mendapatkan prestasi yang baik. Hal
serta  harga  diri  yang  dipertaruhkan
ini  membuat  siswa  menjadi  jenuh
dari  sebuah  kompetisi  yang
dalam belajar, kehilangan semangat
diskriminasi  membuat  siswa
belajar, dan kemampuan siswa yang
mengkhawatirkan  dirinya  dalam
semakin  menurun  (downshifting)
memperoleh prestasi yang baik. Hal
(Chatib,  2012).  Hal  ini  dapat
ini  ditegaskan  berdasarkan dari
mengakibatkan siswa lebih memilih
4
sebuah  penelitian  awal  yang akan kegagalan disusun berdasarkan
menggunakan  kuesioner  terbuka, aspek perfectionist, low self-esteem,
mencatat  ada  21,62%  yang  takut dan evaluation anxiety .
tidak naik kelas. Metode  analisis  data  yang
Penelitian  yang  telah digunakan  dalam  penelitian  adalah
dilakukan oleh Evans, dkk (Sartelee, analisis  regresi  berganda, stepwise,
2002), menyatakan bahwa salah satu danchow test.
faktor  yang  menetukan  perilaku
menyontek  adalah  ketakutan  akan PEMBAHASAN HASIL
kegagalan. Selain itu Anderman dkk PENELITIAN
(Nora,  2010),  perilaku  menyontek 1. Perilaku Menyontek
berkaitan  dengan  ketakutan  akan
kegagalan  dan  memiliki  hubungan Berdasarkan  kriteria
terbalik  antara  keberhasilan kategorik skala perilaku menyontek
akademik dan kecurangan (Murdock dengan  nilai  mean  hipotetiknya
dkk, dalam Nora 2010). adalah 50  ,  mean  empirik  perilaku
menyontek adalah 46,98 dan berada
METODE pada rentang skor 40 – 60, hal ini
dimaksudkan  bahwa  perilaku
Populasi  pada penelitian  ini menyontek dalam kategorik sedang.
adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1 Namun  menurut  Cizek
Miri  Kab.  Sragen  yang  berjumlah (dalam Murdock dkk, 2006) selama
353  siswa  dengan  Jurusan  Teknik 30  tahun  terakhir  perilaku
Mekanik Otomotif terdiri dari 4 kelas menyontek  mengalami  peningkatan
berjumlah  130  siswa,  Teknik yang  signifikan,  peningkatan  ini
Gambar  Bangunan  (Arsitek)  terdiri disebabkan  oleh  kepercayaan  siswa
dari  1  kelas  berjumlah  32  siswa, bahwa  perilaku  menyontek  bisa
Teknik  Instalasi  Tenaga  Listrik dibenarkan  dibeberapa  situasi  dan
(Listik  Pemakaian)  terdiri  dari  2 dianggap sesuatu yang biasa (Jahja,
kelas berjumlah 63 siswa dan Teknik 2007).
Informatika / Multimedia terdiri dari
4 kelas berjumlah 128 siswa. 2. Locus ofControl
Sampel  dalam  penelitian  ini
sebanyak 187 siswa kelas XI SMK Hasil analisis kategorik juga
Negeri 1 Miri Kab. Sragen. Teknik diketahui  variabel locus  of  control
pengambilan sampel pada penelitian memiliki rerata empirik 11,73 lebih
ini adalah cluster random sampling. kecil dari rerata hipotetik 52,5 yang
Metode  pengumpulan  data berarti locus of control siswa sangat
dalam  penelitian  ini  adalah  dengan rendah.  Sedangkan  peranan  atau
menggunakan skala yang terdiri dari sumbangan  efektif locus  of  control
:  skala  perilaku  menyontek yang terhadap perilaku menyontek sebesar
merupakan  modifikasi  dari  skala =  2,94%. Walaupun  itu,  menurut
perilaku  menyontek  Lestari  (2013), Hume dkk (2006), Keyakinan pada
skala locus of control yang difiltrasi perilaku  menyontek  telah  menjadi
dari skala locus of control Levenson suatu  harapan  siswa  dalam
(Azwar, 2008) serta skala ketakutan memperoleh nilai yang bagus. Sebab
5
siswa mempercayai hasil yang memiliki external locus  of  control
diperoleh berada  di  bawah  kendali cenderung  melakukan  perilaku
keberuntungan, nasib, atau orang lain menyontek.  Sedangkan  siswa  yang
yang lebih kuat dari dirinya. siswa memiliki internal locus  of  control
yang melakukan perilaku menyontek memiliki  korelasi  negatif  terhadap
tidak  memiliki  inisiatif  untuk perilaku menyontek.
berusaha atau belajar lebih giat dan
siswa  lebih cenderung untuk 3. Ketakutan Akan Kegagalan
berpegang  pada integritas  pribadi
untuk memanfaatkan banyak Ketakutan  akan  kegagalan
kesempatan melakukan  perilaku memiliki rerata empirik 39,18 lebih
menyontek. besar dari rerata hipotetik 47,5, hal
Diketahui pula bahwa aspek ini  berarti  bahwa  ketakutan  akan
chance (n  =  47,  rata-rata  =  5,864) kegagalan siswa tergolong sedang.
lebih  mempengaruhi  perilaku Evans, dkk (Sartelee, 2002),
menyontek  daripada  aspek Power menyatakan bahwa salah satu faktor
Others (n  =  71,  rata-rata  =  0,518) yang menetukan perilaku menyontek
dan internal (n  =  56,  rata-rata  = - adalah  ketakutan  akan  kegagalan.
6,382). Keyakinan ini menunjukkan Selain  itu  Anderman  dkk  (Nora,
bahwa  dominan    siswa  memiliki 2010),  mengatakan  perilaku
external locus  of  control akan menyontek  berkaitan  dengan
melakukan  perilaku  menyontek, ketakutan  akan  kegagalan  dan
dibandingkan  dengan  siswa  yang memiliki  hubungan  terbalik  antara
memiliki internal locus  of  control. keberhasilan  akademik  dan
Hal  tersebut  sesuai  dengan  hasil kecurangan  (Murdock  dkk,  dalam
penelitian yang dilakukan oleh stone Nora  2010). Smith  (Shon,  2006)
(2010) menyatakan locus of control mengatakan, siswa memiliki tekanan
memiliki  keterkaitan  yang untuk  mencapai  IPK  tertinggi  dan
konsistensi  terhadap  perilaku mendapatkan  ancaman  dengan
menyontek  dengan  eksternalitas penghapusan  beasiswa  serta
lebih  mungkin  untuk  menipu mendapatkan tekanan dari orang tua,
daripada internal. memungkinkan  untuk  melakukan
Rotter (Stone dkk, 2010) juga perilaku menyontek dari pada yang
mengatakan bahwa locus of control tidak mengalami hal tersebut. karena
menunjukkan  konsistensi  antara siswa  dengan  kemampuan  rendah
pelanggaran akademik dengan siswa merasa tidak mampu untuk bersaing
yang memiliki external dibandingkan dengan  siswa-siswa  yang  memiliki
siswa yang  memiliki  internal.  Hal kemapuan yang tinggi. Hal ini akan
yang senada diungkapkan oleh Davis mendorong  siswa  untuk  mencari
dkk  (2007)  & Underwood  dkk suatu  cara  untuk  membantu  siswa
(2003) bahwa ada hubungan negatif tersbut  untuk  dapat  berkompetisi
antara internal locus  of  control dengan siswa-siwa yang lain.
dengan  perilaku  menyontek.  Selain Sedangkan  sumbangan
itu Sari, dkk (2013) dari 148 orang efektif  ketakutan  akan  kegagalan
yang  diteliti  juga  mengungkapkan terhadap perilaku menyontek sebesar
bahwa  secara  umum  siswa  yang =  10,76  %. Dimana  aspek
6
Description:Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara locus of control dan ketakutan akan kegagalan dengan perilaku menyontek