Table Of ContentTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hafalan Shalat Delisa
TTTeeerrreee LLLiiiyyyeee
Ebook pdf oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://kang-zusi.info
HafalanShalatDelisa
~tere-liye~
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daftar Isi
(Oo-dwkzoO)
HAFALAN SHALAT DELISA
DAFTAR ISI
1. SHALAT LEBIH BAIK DARI TIDUR
2. KALUNG SEPARUH HARGA
3. JEMBATAN KELEDAI
4. DELISA CINTA UMMI KARENA ALLAH
5. 26 DESEMBER 2004 ITU!
6. BERITA-BERITA DI TEVE
7. BURUNG-BURUNG PEMBAWA BUAH
8. HIDAYAH ITU AKHIRNYA DATANG
9. MEREKA SEMUA PERGI!
10. KALUNG YANG INDAH ITU
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
11. PERTEMUAN
12. PULANG KE LHOK NGA
13. HARI-HARI BERLALU CEPAT
14. DELISA CINTA ABI KARENA ALLAH
15. NEGERI-NEGERI JAUH!
16. IBU KEMBALI!
17. AJARKAN KAMI ARTI IKHLAS!
18. AJARKAN KAMI ARTI MEMAHAMI!
19. HADIAH HAFALAN SHALAT DELISA
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
1. Shalat lebih baik dari tidur
Adzan shubuh dari meunasah terdengar syahdu.
Bersahutan satu sama lain. Menggentarkan langit-langit
Lhok Nga yang masih gelap. Jangan salah, gelap-gelap
begini kehidupan sudah dimulai. Remaja tanggung sambil
menguap menahan kantuk mengambil wudhu. Anak lelaki
bergegas menjamah sarung dan kopiah. Anak gadis
menjumput lipatan mukena putih dari atas meja. Bapak-
bapak membuka pintu rumah menuju meunasah. Ibu-ibu
membimbing anak kecilnya bangun shalat berjamaah.
"Asshalaatu'airummminannaum!"
Delisa menggeliat. Geli. Cut Aisyah nakal menusuk
hidungnya dengan bulu ayam penunjuk batas tadarus.
"Bangun! Bangun pemalas!" Aisyah bertambah jahil
demi melihat wajah polos Delisa. Menarik-narik baju tidur
Delisa yang kebesaran. Yang ditarik malah memukul lemah
tangan Aisyah. Kembali bergelung melanjutkan tidur; tidak
peduli.
"UMMI.... DELISA NGGAK MAU BANGUN!"
Aisyah berteriak kencang-kencang. Mengalahkan suara
adzan dari meunasah. Cut Zahra saudara kembarnya hanya
menyeringai datar dari belakang melihat kelakuan Aisyah.
Zahra baru keluar dari kamar mandi; mukanya basah oleh
wudhu.
"Ais, kamu memangnya nggak bisa bangunin Delisa
nggak pakai teriak-teriak apa?" Cut Fatimah masuk,
langsung melotot dari bawah daun pintu. Fatimah sudah
mengenakan mukena bagian bawah. Tangannya memegang
mukena bagian atas. Muka dan ujung rambutnya juga
basah oleh air wudhu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yeee, Delisa jangankan digerak-gerakan kencang-
kencang, speaker meunasah ditaruh di kupingnya saja, ia
nggak bakal bangun-bangun juga!" Aisyah membela diri.
"Suara kamu tuh juga ngelebihin sepuluh speaker
meunasah, tahu!" Fatimah melotot membesar sambil
melangkah mendekat, duduk di atas ranjang Delisa,
mengambil alih urusan.
Aisyah seperti biasa menyeringai sebal kepada Fatimah,
hidung dan bibir atasnya terangkat. Lucu sekali menatap
Aisyah menyeringai seperti itu. Turun dari atas tempat
tidur, beranjak mendekati Zahra yang berdiri
memperhatikan. Zahra berbalik mengambil mukena tidak
mempedulikan. Ah selalu begini kan setiap pagi? Ribut
membangukan Delisa.
"Delisa bangun, sayang.... Shubuh!" Fatimah, sulung
berumur lima belas tahun membelai lembut pipi Delisa.
Tersenyum berbisik.
"Delisa masih tidur, kak Fatimah...." Delisa men-ceracau
lemah, menggeliat menarik selimutnya.
"Aduh, orang tidur kok masih bisa ngomong:
'Delisa masih tidur, kak Fatimah...1" Fatimah tertawa
menggoda.
"Kak Fatimah ganggu saja.... Delisa masih ngan-tuk!"
Delisa bandel menarik bantal. Ditaruh di atas kepala. Malas
mendengar suara tertawa kak Fatimah.
"Nanti kak Fatimah gelitikin ya! Kalau nggak bangun-
bangun..." Jari-jari Fatimah menjulur mengancam.
"Ya kak.... Gelitikin aja, kak!" Aisyah berseru senang.
Menyemangati. Kembali loncat ke atas ranjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Delisa tak mendengarkan. Juga tak melihat jari-jari yang
mengancam itu (terutama jari-jari tangan Aisyah; mana
kukunya belum dipotong lagi).
"Benar ya...."
Delisa tetap tak bergeming.
"S-a-t-u, d—u—a, t—i—g—a!" Fatimah sambil
tersenyum mulai menggerayangi perut, ketiak, dan telapak
kaki adiknya. Aisyah merangkak mendekat, ikut
membantu; lebih ganas, tertawa lebih bahak.
"Ampun! Ampun!!" Delisa berteriak melempar bantal-
bantal. Badannya bergerak bangun. Tangannya sembarang
menangkis tangan-tangan jahil itu. Fatimah sambil
menahan tawa memegang tangan Aisyah agar
menghentikan gelitikan. Delisa sudah terbangun, sudah
duduk nyengir.
Mata Delisa menatap merah; sayu setengah terpejam.
Mulutnya menguap. Pipinya mengukir ke-pulauan
nusantara. Tangannya mengacak-acak muka.
"Iya Delisa bangun nih!" sebal sekali suara Delisa
terdengar. Ia memandang kakak-kakaknya sirik.
"Kak Fatimah dan kak Aisyah jahat.... Bangunin Delisa
maksa!" gadis berumur enam tahun itu mengalah, beringsut
turun dari ranjangnya.
Fatimah ikut beranjak turun mengambil bantal-bantal
yang jatuh di lantai. Aisyah yang tetap tertawa senang
masih sempat-sempatnya iseng menjawil badan Delisa dari
belakang dengan bulu ayam penunjuk tadarus Ummi.
"Kak Fatimah!" Delisa berseru, tangannya menunjuk
Aisyah, mengadu masygul.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aisyah hanya tertawa, memasang tampang tak berdosa.
Mengangkat bahu. Aisyah memang lagi senang-senangnya
mengganggu orang lain. Umurnya dua belas tahun, hanya
terpisah 23 menit dari kembarannya Zahra; kelas satu
madrasah tsanawi-yah negeri 1 Lhok Nga. Adiknya Delisa
memang terlalu jauh umurnya, berbeda enam tahun, jadi
kenakalan Aisyah terlalu dominan, tanpa perlawanan;
Delisa selama ini hanya bisa mengadu seperti itu.
"Aisyah jangan ganggu Delisa.... Lagian kamu kenapa
pula belum ambil wudhu?" Fatimah melotot. "Yeee, orang
kamar mandinya di pakai Zahra ini!"
"Itu Zahra sudah selesai dari tadi! Kamu kenapa nggak
dari tadi wudhu!" Fatimah menunjuk Zahra yang sudah
rapi, sempurna memakai mukena putihnya.
Aisyah hanya nyengir; kan tadi masih dipakai.
Ummi masuk dari bingkai pintu sudah mengenakan
mukena putih juga.... "Eh kenapa pada belum siap-siap?"
"Delisa lagi-lagi susah bangun...." Aisyah menjawab
sambil menyeringai, menunjuk Delisa.
"Tapi kamu kenapa pula belum ambil wudhu?" Ummi
bertanya. Pertanyaan yang sama dengan Fatimah. Aisyah
buru-buru kabur ke kamar mandi; kan gak mungkin
jawaban yang sama pula, jelas-jelas Zahra sudah selesai dari
tadi.
Sayangnya ia keduluan oleh adiknya. Ia tiba pas Delisa
menutup pintu kamar mandi. Aisyah seketika memasang
tampang sebal. Lagi-lagi meski ia yang bangun paling pagi;
tetap ia yang paling telat datang ke ruang keluarga tempat
shalat berjamaah.
(Oo-dwkz-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lhok Nga menggeliat dalam remang. Cahaya matahari
menyemburat dari balik bukit yang memagari kota. Orang-
orang sudah dari tadi kembali dari meunasah. Orang-orang
beranjak mulai mengukir hari. Yang berdagang pergi ke
pasar, membuka toko-toko. Yang bekerja di kantoran
mandi bersiap diri. Yang sekolah menyiapkan buku-buku
dan peralatan lainnya. Tetapi hari ini hari Ahad. Libur.
Lebih banyak yang menyiapkan aktivitas di rumah saja.
Tidak kemana-mana.
Ummi sedang mengaji; mengajari Cut Aisyah dan Cut
Zahra. Fatimah membaca Al Qur'an sendiri.
Tidak lagi diajari Ummu, Ah, kak Fatimah bahkan
setahun terakhir sudah khatam dua kali. Ini jadwal rutin
mereka setiap habis shubuh. Belajar ngaji dengan Ummi,
meskipun juga belajar ngaji TPA dengan ustadz Rahman di
meunasah.
Delisa sedang memegang Jus'amma-nya. Terbata-bata
mengeja alif-patah-a; Ia masih banyak menguap. Terkantuk-
kantuk menunggu giliran menghadap Ummi. Menyetor
bacaan yang sedang diejanya pelan-pelan.
“Cut Aisyah dan Cut Zahra kenapa pula lama sekali....
Kan sudah mau khatam juga, katanya tinggal dua jus
lagi...." Delisa menguap panjang.
Ah iya, kalau sudah khatam pertama kali, berarti besok
lusa pasti ada syukuran.... Delisa menyeringai senang. Ia
sedikit tersadarkan dari kantuknya. Kalau ada syukuran,
pasti ada uang receh yang dilempar.... Kan lumayan buat
beli manisan di sekolah.... Delisa sama sekali tidak
membaca alif-patah-a lagi; ia sibuk mengkhayal denang
senang.... Menguap lagi....
"Delisa!" Ummi memanggil. Delisa masih sibuk....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Giliran kamu tuh!" Aisyah menjawil lengannya dengan
bulu ayam penunjuk tadarus. Tak sengaja bagian keras bulu
ayam menusuk lengan Delisa. Delisa meringis menahan
sakit, menyeringai marah. Siap mengadu ke siapa saja.
"Delisa!" panggilan Ummi mengekang pengaduannya.
Aisyah tertawa kecil, senang terselamatkan.
Delisa mendekati Ummi, membuka setorannya shubuh
ini. Ummi menunggu. Delisa membaca taawudz dan
bismillah pelan sambil memperbaiki kerudung birunya.
//"Alif-patah-ya-mati-ai, nun tanwin depan nan....
Ainan...."// Delisa memang masih pemula. Ia baru belajar
mengaji enam bulan terakhir, sejak mulai masuk kelas satu
sekolah ibtidaiyah dekat rumah. Kalau di TPA, ustadz
Rahman mengajar pakai Iqra. Di rumah Ummi mengajar
pakai Jus'amma.
Setorannya lancar. Delisa kan anak yang pandai. Tetapi
baru setengah jalan, Delisa mendadak berhenti, mengangkat
kepalanya.
"Ummi, kenapa ya Delisa selalu susah bangun shubuh-
shubuh?" Ia bertanya sambil menguap. Teringat masalah
tadi; juga masalahnya selama ini, susah bangun.
"Yee... kamu nyetor dulu... entar nanyanya!" Aisyah
seperti biasa memotong dari belakang. Aisyah sudah
melipat mukenanya. Juga Zahra. Selesai menghadap
Ummi, berarti selesai pula mengajinya. Hanya Fatimah
yang masih mengaji dengan langgam merdu. Delisa
menoleh Aisyah sebal. Ibu mengabaikan Aisyah.
Tersenyum.
"Karena kamu sering lupa doa sebelum tidur kan?"
"Nggak.... Delisa nggak pernah lupa!" Delisa menjawab
cepat. Ngotot. Ibu tersenyum lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Emangnya kamu baca doa apa?" Aisyah nye-letuk dari
belakang.
"Eh... eh...." Delisa gelagapan.
"Ayo, kamu baca doa apa coba!" Aisyah menyeringai
lucu. Hidung dan bibir atasnya terangkat lebih tinggi.
"Ehh... Delisa bilang, b-i-l-a-n-g.... ya Allah, Delisa mau
bobo, dijaga ya.... B-e-g-i-t-u!" Delisa berkata pelan.
Mulutnya terbuka. Malu-malu.
Bahkan Fatimah ikut tertawa.
"Tuh kan, Ummi.... Delisa tuh paling malas disuruh
ngapal doa-doa...." Aisyah merayakan kemenangannya.
"Tapi... Tapi kata ustad Rahman doanya boleh pakai
bahasa Indonesia kok...." Delisa ngotot, melotot kepada
kakaknya. Aisyah hanya nyengir.
"Bisa kan Ummi? Bisa pakai bahasa Indonesia kan?"
Delisa menoleh, mencari dukungan. Ummi hanya
tersenyum. Mengangguk. Delisa bersorak senang.
"Tetapi doanya tetap nggak seperti itu kan, Delisa...." Ibu
menambahkan. "Kamu kan dikasih tahu artinya oleh ustadz
Rahman.... Nah kamu boleh baca seperti artinya itu.... Itu
lebih pas.... Atau kalau Delisa mau lebih afdal lagi, ya pakai
bahasa Arabnya! Entar bangunnya insya Allah nggak susah
lagi.... Ada malaikat yang membangunkan Delisa."
Delisa seperti biasa mengangguk-angguk cepat. Sok-
paham. Sok-mengerti. Mukanya yang lucu, terlihat
menggemaskan. Mukena bagian atasnya sudah agak lepas
ikatan belakang. Membuat rambutnya terlihat separuh.
Lebih lucu lagi memandangnya.
Description:IBU KEMBALI! 17. AJARKAN KAMI ARTI IKHLAS! 18. AJARKAN KAMI ARTI MEMAHAMI! 19. HADIAH HAFALAN SHALAT DELISA. Tiraikasih Website