Table Of ContentETNOGRAFI UNTUK ARKEOLOGI :
SUATU UPAYA MEMBANGUN MODEL
PENELITIAN CARA PEMENUHAN DIET
PRASEJARAH (PALEONUTRISI)
Rusyad Adi Suriyanto
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan argumentasi bahwa etnografi dapat memberi
keuntungan dan dukungan interpretasi prasejarah dengan lingkup dan batas yang
memungkinkan ekstrapolasi tertentu.
Penulis menganalisis bagaimana sejarah kehidupan manusia, khususnya dalam mencari
sumber diet dan pemenuhan energi dalam usaha untuk bertahan hidup . Penulis juga
menawarkan penggunaan sebuah model untuk menggambarkan bahwa interpretasi arkeologi
dapat dicari dari model antropologi budaya. Model etnografi dapat memberi nuansa yang
lebih luas dalam membicarakan manusia. Dengan demikian, kita dapat membuka pengkotak-
kotakan disiplin ilmu dan dapat melihat objek penelitian dari sudut pandang yang menyeluruh .
Interpretasi arkeologi dari model atau analogi etnografi dibutuhkan untuk menguji
berulang-ulang terhadap penemuan-penemuan yang bervariasi. Sebuah model atau analogi
etnografi dalam penelitian prasejarah, khususnya paleonutrisi, hanya mungkin untuk
menjangkau Mesolitikum atau sesuah periode itu, Neolitikum sampai sekarang.
Di masa yang akan datang, arkeolog perlu mempertimbangkan catatan etnografi yang
ditulis oleh antropolog, sebagai bahan bacaan atau dipakai sebagai referensi penelitian .
Kata kunci : paleonutrisi - prasejarah - etnografi analogi/model - arkeologi- antropologi
PENGANTAR mata kuliah di kampus masih banyak
yang terkotak-kotak. Maafkanlah.
S eorang ilmuwan dan budayawan, Umar Guru-guru Anda, termasuk yang
Kayam mengatakan sekarang berdiri di hadapan Anda
"... ilmu modern tidak lagi dapat (saya) adalah produk dad kurikulum
berdiri sendiri. Ilmu modern, baik ilmu yang terkotak" (Kayam, 1989:37)
sosial atau humaniora atau ilmu apa
saja, tidak akan mampu maju mana- Pemikiran tradisional yang memasuk-
kala is mengkotakkan dirinya sendiri. kan berbagai hal dalam kotak-kotak tertentu,
Mungkin Anda akan segera mengata- tidak dapat dipakai dalam menghadapi bahan
kan dengan lantang kepada kami kajian, seperti kajian manusia masa lampau
kaum pengajar bahwa kenyataannya (prasejarah, arkeologi, paleoantropologi, dan
Staf Pengajar Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi, Bagian Anatomi, Embriologi
dan Antropologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
177
Humaniora Volume 16, No. 2, Juni 2004: 177-188
lain-lain). Dalam pemikiran pengkotakan, manusia sampai dewasa ini, masyarakat
berbagai hal yang dikotakkan jelas terpisah "sederhana" dalam mengeksploitasi alam
dan yang dimasukkan ke dalam satu kotak dan mengelolanya untuk kehidupan masih
dianggap berbeda dengan apa yang dimasuk- dapat disaksikan pada masa ketika dunia
kan ke dalam kotak yang lain. Diskontinuitas dilingkupi teknologi cyber dan digital.
yang diperoleh secara demikian pada haki- Tujuan paleoantropologi adalah me-
katnya sangat bertentangan dengan apa rekonstruksi biologi manusia masa lampau.
yang sebenarnya ditemukan di alam dan Dalam proses penalaran ini diperlukan
sepanjang sejarah dunia dan umat manusia. berbagai ilmu bantu, di samping teknik ilmu
Pola alamiah yang nyata adalah suatu kon- alam dan hayat. Berbagai data antropologi
tinum (Sukadana, 1987:1). ragawi perlu dipakai untuk rekonstruksi
Untuk ilustrasi, seorang mencapai kede- sampai ke tingkat populasi. Antropologi
wasaan biologis secara berangsur-angsur budaya, di samping memberikan model, juga
dan kiranya sulit ditemukan kapan tepatnya diperlukan dalam rekonstruksi hal-hal yang
dia telah menjadi dewasa. Kepandaian sese- berhubungan dengan aspek biokultural
orang dalam hal membaca dan menulis juga (Jacob, 1983, 2000). Adapun tema sentral
diperoleh secara berangsur-angsur sehingga dalam kajian arkeologi ialah merekonstruksi
proses kepandaian tersebut merupakan kebudayaan masa Iampau. Dengan kebuda-
suatu kontinum dari fase tidak dapat mem- yaan tadi manusia beradaptasi terhadap ling-
baca dan menulis sampai ke fase penguasa- kungan. Dengan perkataan lain, kebudayaan
an kepandaian tersebut. adalah alat adaptasi manusia terhadap
Apa bila memperhatikan pola kontinum lingkungan. Mereka memperoleh makanan
yang terdapat dalam segala hal di sekitar dari lingkungan untuk bertahan hidup dengan
kita, jelaslah bahwa konsep pengkotakan jalan mengubah dan mengeksploitasi
atau kompartementalisasi merupakan suatu lingkungan tersebut (Jacob, 1982).
hambatan apa bila dipakai secara konsekuen Prasejarah adalah studi yang bersifat
untuk mencapai suatu wawasan holistik interdisipliner (Mc Kern & Mc Kern, 1974).
mengenai apa yang sedang dipelajari. Hal Prasejarah memerlukan banyak ilmu bantu,
ini tidak berarti bahwa pengkotakan tersebut baik ilmu alam, ilmu sosial, humaniora, mau-
harus dihindarkan sama sekali. Komparte- pun linguistik. Prasejarah juga menggunakan
mentalisasi tetap berfaedah sebab melalui metode dan model dari bidang ilmu lain
pengkotakan suatu analisis lebih mudah (Bellwood, 2000). Semua itu bertujuan untuk
dibuat asal kemudian dinding pemisah menyingkap kabut yang masih menyelimuti
dihapus. Seperti dalam pembuatan sebuah kehidupan masa lampau manusia dan
gedung, struktur "rancang kayu/penyanggah/ berusaha merekonstruksi,kehidupan pra-
andang" dibongkar setelah gedung:tersebut sejarah tersebut ke arah kajian, metodologi,
selesai dibangun dan kuat konstruksinya. dan teknik yang makin sempurna . Di sini
Maksud tulisan ini kurang lebih demikian, terlihat "benang merah" antara berbagai
yaitu ingin mengetahui aktivitas dan karya disiplin ilmu tersebut dalam kajian prasejarah
manusia masa lampau atau manusia pra- umat manusia, khususnya paleoantropologi,
sejarah dengan memahami dan memanfaat- arkeologi, dan antropologi budaya '(Indriati,
kan, setidaknya melalui studi komparatif, 2001). Mc Kern & Mc Kern (1974) memasuk-
masyarakat "sederhana" yang telah dikaji kan arkeologi dan etnografi sebagai subdivisi
dan dicatat oleh para ahli antropologi dalam dalam antropologi budaya. Tulisan ini
karya-karya etnografinya. Data etnografi yang bertujuan untuk memberikan argumentasi
dihasilkan mereka dapat digunakan untuk bahwa etnografi dapat memberikan manfaat
bahan interpretasi atas temuan arkeologis. dan menunjang dalam interpretasi data
Interpretasi ini dapat memberikan . "warna prasejarah dengan lingkup dan batasannya
yang semarak" dalam analisis arkeologis, sampai memungkinkan suatu ekstrapolasi
bukan sekadar tipologi artefak dan distri- tertentu. Dalam arti sempit, tujuan ini ber-
businya. Sejauh perjalanan sejarah umat upaya membangun suatu model penelitian
178
Rusyad A.S., Etnografi untuk Arkeologi
cara pemenuhan diet prasejarah (paleo- waktu sejarah manusia. Artefak yang paling
nutrisi) dengan suatu referensi etnografi. sederhana serta penemuan fosil Homo
habilis yang umurnya sekitar 2 juta tahun
SUMBER DATA ARKEOLOGIS yang lalu dan beberapa alat batu berbentuk
sederhana seperti kapak penetak dan alat-
Arkeologi diakui sebagai suatu disiplin alat serpih, sampai permulaan tingkatan
ilmu karena memiliki metodologi sendiri. budaya agraris Neolitik sekitar 10 ribu tahun
Arkeologi adalah suatu perangkat metode yang lalu, telah berlalu sekitar 1,99 juts tahun
yang diterapkan untuk kajian kebudayaan- budaya Paleolitik dan Mesolitik atau Epi-
kebudayaan manusia masa lampau (Jurmain paleolitik. Kita hendaknya harus memahami
et. al., 1990). Arkeologi berurusan dengan bahwa ada manusia purba yang belum dapat
kebudayaan, tetapi mereka dapat dibedakan ditentukan tingkat kebudayaannya. Pithecan-
dengan antropologi sosial-budaya dalam hal thropus modjokertensis dan Meganthropus
sumber datanya yang berasal dari masyara- palaeojavanicus hanya ditemukan bagian-
kat yang sudah tidak hidup lagi, yaitu berasal bagian tengkoraknya di dalam endapan-
dari artefak dan sisa-sisa material lain clad endapan gunung api tanpa ada tanda-tanda
kebudayaan yang lebih lampau. Arkeologi lain yang merupakan suatu hasil kebudayaan
tidak berarti harus membatasi kajiannya pada ditemukan bersama-sama (Soejono, 1993a).
masyarakat yang belum mengenal kebuda- Kedua babak antroposere tersebut berlan-
yaan baca-tulis, tetapi lebih dari itu mereka daskan kehidupan mengumpulkan bahan
berkepentingan dalam kajian kebudayaan makanan dari alam, berburu dan mencari
masyarakat yang telah menghasilkan ikan. Dengan demikian, babakan ini merupa-
kebudayaan baca-tulis. kan suatu tingkat kebudayaan yang amat
Berbeda dengan ilmu-ilmu lain, untuk penting dalam prasejarah manusia.
sampai pada tujuan ilmunya, arkeologi Kehidupan masyarakat antroposere sta-
mengandalkan pada data yang berasal dari dium ini relatif terbatas. Kegiatan penghi-
masa lalu yang secara kualitatif dan kuanti- dupan sehari-hari dibatasi oleh daya gerak
tatif sangat terbatas. Kondisi ini menuntut fisik tanpa peralatan transportasi, alat-alat
dikembangkannya metodologi khusus yang berburu dan yang dipakai untuk menangkap
berbeda dengan ilmu-ilmu lain. Kita harus ikan masih sederhana, keterbatasan dalam
mengakui bahwa hasil pengembangan teknik menyimpan dan mengawetkan ma-
metodologi di bidang ilmu-ilmu lain banyak kanan, jumlah tenaga kerja yang kecil,
dimanfaatkan untuk kepentingan-kepenting- ketergantungan pada sumber air lokal yang
an arkeologi, demikian pula sebaliknya. ada, dan keterbatasan pengetahuan menge-
Manusia telah memanfaatkan lingkungan nai cara-cara menguasai dan mengadakan
sejak masa lampau, balk dengan cara me- manipulasi unsur-unsur lingkungan hidup
ngolah, membudidayakan, memelihara, mau- yang penting untuk kelangsungan hidupnya
pun merusaknya untuk kepentingan kehidup- sendiri dan keturunannya.
an manusia itu sendiri. Manusia juga turut Berdasarkan keadaan giginya, Australo-
menciptakan corak dan bentuk lingkungan- pithecus africanussebagian besar tergolong
nya. Kegiatan manusia seperti yang termak- kamivor, sedangkan Australopithecus robus-
tub di atas dapat tercermin dari bukti-bukti tuslebih bersifat herbivor. Perubahan strategi
arkeologis yang diperoleh dalam wujud dalam pemenuhan diet ini mungkin disebab-
artefak, ekofak, dan fitur. kan oleh perubahan dalam lingkungannya.
Balk dari penelitian arkeologis maupun Dengan penemuan cara pembuatan api, yang
dari penelitian paleoantropologis dapat bukti pertamanya terdapat bersama Pithe-
ditentukan bahwa stadium pionir manusia cantropus pekinensis, yaitu 350 ribu tahun
meliputi suatu kehidupan food gatheringdan yang lalu, terjadilah revolusi dalam penyiapan
hunting-fishing (Sukadana, 1983). Kiranya makanan, yang kemudian berpengaruh ter-
tidak mudah untuk menyadari bahwa tingkat hadap gigi-geligi dan kebudayaan. Dengan
antroposere ini telah meliputi lebih dan 99% berlaku sebagai kamivor, pemburu-pemburu
179
Humaniora Volume 16, No. 2, Juni 2004: 177-188
purba lebih mudah untuk bersama-sama kecerdasan manusia. Evolusi fisik bukan
mengumpulkannya, bersama-sama meng- sekdar menyangkut otak, tetapi juga anggota
angkatnya, dan membagi-bagi sesamanya. fisik lain (Aiello & Dean, 1990; Uddin, 1997).
Karena bersifat kamivor, kedudukan manusia Perubahan gigi-geligi dan rahang bawah
khas di antara primates dengan berburu pada gilirannya akan mengubah bentuk
hewan-hewan yang besar dan dalam jumlah muka. Perubahan bipedal dari kuadropedal
yang besar pula. menyebabkan panggul harus menerima
Volume otak manusia purba meningkat beban lebih berat. Kalau semula tulang ilium
drastis. Perubahan komposisi otak dan usus tegak, proses selanjutnya akan berubah
manusia berkaitan dengan aktivitas per- menjadi mendatar dan lebar. Tegaknya
buruan. Fosil manusia purba Homo erectus badan juga akan mengubah bentuk tulang
memperlihatkan rongga usus semakin
belakang, yang semula hanya punya satu
mengecil dan rongga otak membesar. Fosil lengkung, kelak akan berubah menjadi dua
Homo erectus berumur 1,7 juta tahun yang (scoliosis dan kyphosis). Hal ini akan
ditemukan di Turkana memperlihatkan
menyebabkan kapasitas rongga dada dan
volume otaknya sudah relatif lebih besar
perut menjadi lebih luas. Semua ini memung-
dibandingkan leluhurnya, yang berkisar 800
kinkan makhluk tersebut tidak hanya terampil
sampai 1.000 gram. Homo sapiens mem-
berjalan dengan dua kaki, tetapi juga berlari,
punyai volume otak yang mencapai 1 .100
yang diperlukan untuk mengejar mangsa dan
sampai 1 .800 gram. Perbesaran volume otak
menghindar dari kejaran predator. Leakey
menyebabkan kapasitas memori menjadi
(2003) berpendapat bahwa bipedal jelas
lebih besar sehingga pada gilirannya kemam-
memberikan keunggulan-keunggulan yang
puan nalar juga akan makin tinggi. Hal ini
penting untuk bertahan hidup menghadapi
ditunjukkan dengan makin besarnya rongga
keadaan yang berubah-ubah.
tengkorak (Uddin, 1997).
Kemampuan-kemampuan di atas akan
Untuk membunuh mangsa dari jarak
mengubah kemampuan manipulasi anggota
jauh, manusia purba harus mampu melontar-
badan atas. Anggota badan atas menjadi
kan tombak atau batu dengan akurat. Ke-
lebih bebas dan akan mengubah kemampuan
mampuan melontar secara akurat ini memer-
tangan untuk memanipulasi banyak gerakan.
lukan koordinasi saraf amat kompleks dan
Perubahan susunan rangka dan otot anggota
butuh volume otak lebih besar. Pemicu
badan atas terutama tangan diperlukan untuk
meningkatnya kecerdasan ini terkait per-
ubahan pola makan, yaitu menjadi pemakan kemampuan membuat alat dan kelengkapan
hidup.
daging (kamivor). Penambahan diet berupa
daging inilah yang diduga membuat otak Interaksi antarmakhluk hidup makin
berkembang, yang semula hanya dengan
memperoleh makanan lebih banyak. Seperti
diketahui, walaupun volume otaknya hanya bahasa isyarat, kemudian mengembangkan
dua persen dan volume keseluruhan tubuhnya, kemampuan bicara. Hal ini terlihat dengan'
kebutuhan energinya luar biasa. Sekitar 20 terbentuknya laryngeus inferius yang
persen energi yang diperoleh dari makanan bertanggung jawab terhadap terbentuknya
digunakan oleh otak dan sekitar 40 persen suara dan bicara, serta pada otak mulai
kadar gula darah digunakan otak untuk berkembang pusat bicara (area Broca).
menjalankan fungsinya. Kelompok sosial yang semula berdasarkan
Dengan diet daging, fungsi otak untuk kebutuhan untuk berkembang biak dan
terus tumbuh. Secara simultan ukuran usus nepotisme menjadi semakin kompleks.
dan lambung mengecil karena kerjanya lebih Dengan demikian, akan terbentuk kebudaya-
ringan dibandingkan jika harus mengolah an yang lebih luas. Aspek-aspek evolusi
makanan dan tumbuhan. Akibatnya secara manusia dan nasib perjalanan revolusi antro-
evolusi terjadi lompatan kecerdasan manu- pologis (paleoantropologis) digambarkan
sia. Di sisi lain, faktor sosial dan budaya di- secara lebih rinci dan lengkap oleh Leakey
duga merupakan pendorong utama evolusi (2003).
180
Rusyad A.S., Etnografi untuk Arkeologi
Diet yang semula hanya diusahakan yang lebih halus dalam pengasahan dan
sekali habis, dalam perkembangan lebih berbagai fungsi yang lebih spesifik, dan lebih
lanjut diusahakan dapat menimbun makanan menakjubkan lagi mereka telah mengenal
dalam jumlah lebih besar dan tahan lebih pembuatan gerabah dan alat-alat logam. Me-
lama. Upaya ini merupakan perkembangan reka hidup di desa-desa terbuka atau dalam
dari kelompok sosial beserta kompleks desa-desa yang dikelilingi pagar batu atau
interaksinya. kayu dalam rumah yang berbentuk bulat atau
Manusia Peking diduga memanfaatkan persegi. Mereka mulai mengembangkan
dan memakan (berdasarkan pecahan dan organisasi sosial yang lebih kompleks dari
terbakar tulang-tulang) spesies yang seka- kedua masa sebelumnya, yaitu dengan ter-
rang masih bertahan, yaitu bison (Bos bentuknya stratifikasi sosial dan spesialisasi
bonasus), kuda (Equus sp.), badak pekerjaan yang telah berkembang.
(Rhinocerus sp.), rusa besar (Megaceros
eurycerus), beruang (Helarctos sp.), gajah SUMBER DATA ETNOGRAFI
(Elephas sp.), onta (Camelus sp.), ostrich
(Strutio camelus), antelope (Aepyceros sp.), Dalam buku klasiknya An Introduction
kuda sungai(Hexaprotodonsp.), babi liar (Sus to Social Anthropology (1952) Piddington
sp.), dan lainnya (Harrison, 1977). Manusia menunjukkan bahwa ahli antropologi sosial
Mesolitik tidak lagi mengutamakan makanan mempelajari kebudayaan komunitas "seder-
yang berasal dari hewan besar, dan pening- hana" kontemporer. Beals & Hoijer (1959)
galan dari zaman tersebut menunjukkan melanjutkan dengan menambahkan bahwa
populernya diet bahan tumbuh-tumbuhan, antropologi budaya mempelajari asal-usul
ikan, dan moluska (kerang dan siput). dan sejarah kebudayaan manusia, evolusi
Peninggalan sisa kulit kerang dan siput dapat dan perkembangannya, serta struktur dan
berbentuk bukit-bukit sebagai timbunan fungsi kebudayaan tersebut dalam setiap
sampah makanan yang terkumpul berabad- tempat dan waktu. Dengan demikian, ahli
abad lamanya oleh manusia di suatu tempat antropoiogi budaya mendeskripsikan, meng-
tertentu, sekalipun tempat yang bersang- analisis, dan membuat laporan untuk ber-
kutan dihuni secara musiman (Sukadana, bagai kebudayaan dan bentuk-bentuk kehi-
1983). Manusia Mesolitik Eropa di belahan dupan sosial yang luas, khususnya masyara-
utara memburu binatang hutan, seperti rusa kat dengan teknologi "sederhana".
besar (Megaceros eurycerus), kijang (Dama Pada awal perkembangannya antro-
clactonianus), elk (Alces alces), berang- pologi dan arkeologi bergandengan dan
berang (Aony sp.), babi liar (Sus sp.), dan berjalan beriringan. Perkara ini berkaitan
binatang buruan yang lebih kecil (Mc Kern & dengan pandangan beberapa ahli antropologi
Mc Kern, 1974). yang mengatakan bahwa arkeologi adalah
Pertanian dan pastoralisme berakar dari salah satu cabang dari antropologi budaya.
masa Mesolitik dan mengalami revolusi masa Hal ini tampak di beberapa universitas di
Neolitik (Haviland, 1988). Beberapa ahli Amerika Utara (Jurmain et al., 1998). Asumsi
paleobotani dan arkeobiologi menduga bahwa yang mendasarinya adalah bahwa tanpa
pada masa ini tumbuh-tumbuhan liar mulai arkeologi, seorang ahli antropologi tidak akan
dibudidayakan dengan intensif. Domestifikasi bisa mempelajari kebudayaan dalam totali-
binatang juga mulai dilakukan (Sukadana, tas: tanpa antropologi, seorang ahli arkeo-
1983; Haviland, 1988). Flannery (1973) logi akan mengalami kegagalan dalam
dengan cukup lengkap menunjukkan domes- merekonstruksi kebudayaan manusia masa
tivikasi tanaman telah dilakukan di beberapa lampau, khususnya dari tinggalan-tinggalan
belahan bumi oleh masyarakat masa lampau, kebudayaan masa prasejarah.
yang meliputi Asia Barat Daya, Asia Tenggara, Ahli antropologi dalam kerjanya meng-
Meso-Amerika, dan daerah Andes. Masyara- hasilkan etnografi. Etnografi adalah deskripsi
kat Neolitik telah mengembargkan alat-alat tentang suatu kebudayaan, terutama masya-
181
Humaniora Volume 16, No. 2, Juni 2004: 177-188
rakat komunitas kecil. Dalam bagian tulisan Discorea aculeate, Ipomoea batatas,
ini yang akan digunakan sebagai bahan utama Manihot utilissima) dan keladi (Colocasia
adalah masyarakat "sederhana" di Indonesia, esculenta) sebagai tanaman utama, di
di samping beberapa masyarakat dari belah- samping mengumpulkan hasil-hasil alam di
an bumf lain, yang merupakan hasil kerja para sekitarnya, yang dikerjakan dengan teknologi
ahli antropologi atau etnografer. Pertimbang- sederhana (Soejono, 1993b).
an ini diambil karena dalam masyarakat In- Masyarakat Mentawai dan Nias, seperti
donesia masih dapat dilihat kesinambungan yang digambarkan oleh Bellwood (2000), juga
atau suatu kontinum kurun sejarah kebudaya- masih menjalankan kehidupan prasejarah
an manusia yang masih berlangsung di walaupun dengan perbedaan-perbedaan yang
beberapa daerah Indonesia, misalnya Papua, terlihat, tetapi masih memperlihatkan kemi-
Kalimantan, Mentawai, dan Nias. ripan. Mereka masih menggunakan beberapa
Masyarakat-masyarakat itu, terutama alat dari batu, tetapi sudah dikerjakan dengan
yang tinggal di pedalaman-pedalaman, halus dan memperlihatkan fungsi yang mulai
masih melakukan aktivitas hidup seperti
bergeser. Alat-alat juga diproduksi dari kayu
aktivitas hidup masa lampau, yaitu mengum-
dan dari bahan-bahan lain di sekitarnya.
pulkan makanan, berburu, menangkap ikan,
Mereka bertanam utama keladi (Colocasia
dan bercocok tanam secara sangat seder-
esculenta) di rawa-rawa. Mereka hidup dalam
hana. Di samping itu, diperlihatkan adanya
kelompok-kelompok kecil dan masih men-
pola dalam pemenuhan kebutuhan diet atau
jalankan keyakinan religius masa Megalitik.
mata pencarian hidup dalam berbagai set-
Gambaran serupa juga diperlihatkan oleh
ting ekologis. Tujuan ini tidak akan dibicara-
Arifin & Sellato (1999a) atas beberapa
kan secara detail, tetapi garis besamya saja.
masyarakat Dayak di Kalimantan. Kita
Di beberapa daerah di Papua sampai
haruslah memperhatikan bahwa mereka
sekarang masih terdapat beberapa kelompok
hidup dalam setting Iingkungan yang
masyarakat yang hidup dalam tingkat
berbeda.
kebudayaan Neolitik. Kita dapat menetapkan
Kumpulan karya etnografi Papua yang
pernah adanya suatu tingkat kebudayaan
Neolitik di tempat-tempat tersebut dan upaya dihimpun oleh Koentjaraningrat (1993)
penggalian sisa-sisa perkampungan, benda- menunjukkan bahwa masyarakat di Papua
benda alat rumah tangga, alat-alat berburu, dalam pemenuhan dietnya mengandalkan
dan menangkap ikan, dan kadang-kadang pertanian atau bercocok tanam dengan sa-
dijumpai bekas-bekas tanaman dan binatang ngat sederhana dan dengan sistem ber-
peliharaan. Peninggalan-peninggalan tersebut ladang. Berburu binatang kecil dan menang-
menjadi bukti dari tingkat kebudayaan kap ikan hanya dilakukan di musim-musim
Neolitik yang pernah merupakan tingkat tertentu dan bertujuan untuk mengumpulkan
penghidupan manusia yang universal, tetapi tambahan sumber diet yang besar untuk
kini praktis telah lenyap. Dari peninggalan- upacara-upacara komunitas. Gambaran ini
peninggalan tersebut bisa diadakan serupa dengan penelitian Bellwood (2000) dan
rekonstruksi kehidupan masa lampau. Arifin & Sellato (1999a). Deskripsi ini diper-
Kelompok penduduk Papua tersebut kuat oleh dugaan Faizaliskandiar (1989) bah-
merupakan contoh dari masyarakat yang wa masyarakat prasejarah Asia Tenggara di-
masih hidup dalam tingkat kebudayaan dominasi oleh aktivitas pengumpulan makan-
Neolitik. Keadaan serupa ini jarang dijumpai an atau perburuan, atau kedua-duanya.
bandingannya di tempat lain dewasa ini .
Mereka hidup di desa-desa terbuka atau BEBERAPA PENELITIAN ARKEOLOGIS
dalam desa-desa yang dikelilingi pagar batu DENGAN MODEL ETNOGRAFI
atau kayu, dengan rumah-rumah yang ber-
bentuk bulat atau persegi. Sebagai mata Mc Kern & Mc Kern (1974) mengatakan
pencariannya, mereka mengerjakan ladang bahwa seorang ahli arkeologi berkutat dengan
secara teratur dengan ubi (Discorea alata, empat masalah pokok, yaitu
182
RusyadA.S., Etnografi untuk Arkeologi
1 . tipologi dan klasifikasi atas peninggalan- meminta bantuan antropologi budaya (Mc
peninggalan hasil ekskavasi; Kern & Mc Kern, 1974; Jolly & Plog, 1987).
2. distribusi spasial material-material Walaupun masa prasejarah telah ber-
tersebut; akhir secara formal di Indonesia dengan
ditemukannya tulisan-tulisan pertama dari
3. dating, distribusi temporal material-ma-
sekitar abad 4-5 Masehi, banyak tempat di
terial arkeologis;
Indonesia masih memperlihatkan tanda-
4. inferensi atau membuat kesimpulan tanda bertahannya kebudayaan prasejarah
tentang aspek-aspek kebudayaan dan sampai jauh memasuki masa sejarah,
masyarakat tertentu dari peninggalan- bahkan hingga mass kini. Sumber-sumber
peninggalan hasil ekskavasi. etnografi yang melukiskan perikehidupan
beberapa suku bangsa yang agak terisolasi
Berkaitan dengan hal ini, ahli arkeologi dari laju proses modernisasi di negeri ini,
prasejarah menetapkan beberapa tujuan memuat petunjuk-petunjuk masih terdapat-
(Jurmain et.al., 1990). nya unsur-unsur prasejarah yang mengendap
1 . Reconstruction of culture history di dalam kehidupan masyarakat itu.
2. Reconstruction of extinct lifeways Ahli arkeologi Indonesia, R.P. Soejono,
3. Delineation of culture process telah memperkenalkan manfaat etnografi
dalam kajian arkeologi, khususnya arkeologi
Mereka lebih lanjut mengatakan berikut ini. prasejarah Indonesia dalam beberapa
karyanya (1976, 1993a, dan 1993b). Sofion
Archeologists have, in pursuit of their
(1991) menggunakan analogi etnografi dalam
data, developed a variety of ap-
studi arkeologi tentang kehidupan ekonomi
proaches that tend to allow them to
masyarakat Neolitik. Hal serupa digunakan
be categorized into one oftwo groups:
Arifin & Sellato (1999a) dalam survei
(a) those who work exclusively with ma-
arkeologi pada masyarakat Dayak di kawas-
terial remains ofprehistoric societies,
an Kalimantan. Bellwood (2000) dalam
and (b) those who use writtenrecords
karyanya tentang prasejarah Kepulauan Indo-
to supplement their material data
Malaysia, juga menggunakan model etno-
(Jurmain, et.al., 1990:5).
grafi. Dia menggunakan etnografi ini dengan
hati-hati dan kritis. Untuk kajian yang lebih
Ahli arkeologi dalam upaya untuk mere-
canggih bagaimana paradigma antropologi
konstruksi kebudayaan manusia masa
lampau menggunakan ethnographic analogy digunakan dalam arkeologi, dapat dilihat
dengan tujuan untuk membangun ethno- pada penelitian yang dilakukan Ahimsa-
graphic models. Mereka membandingkan Putra (1999). Dia menilai bahwa material-
material arkeologis dapat didekati dengan
artefak-artefak hasil ekskavasi dengan objek-
strukturalisme Levi-Strauss, yang memung-
objek yang telah diketahui fungsinya (umum-
kinkan untuk mengembangkan arkeologi
nya dengan merujuk kepada masyarakat
semiotik.
yang belum mengalami akulturasi) dan
Carlson et al. (1974) melaporkan tentang
berdasarkan keserupaan bentuk dan struktur,
tingginya prevalensi lesi orbitalia (orbital le-
mereka membuat kesimpulan identifikasi
sions) yang mencapal 21,4% untuk periode
fungsional. Prosedur ini juga menggambar-
Meroitic (350BC-AD350), X-group (AD 350-
kan ketidakmampuan untuk melepaskan
550), dan Medieval Christian (AD 550-1400)
ikatan yang terus berlangsung di antara
di Waldi Halfa, Nubia, Lembah Nil . Mereka
arkeologi dan sub-subdisiplin antropologi.
mengatakan lebih jauh sebagai berikut.
Ahli arkeologi menunjukkan ketertarikan
yang tetap terhadap pengetahuan etnografi Reconstruction of the environmental
dalam membuat analogi arkeologi. Jika context based on archaeological, his-
penentuan tentang ini dirasakan kurang torical, and ethnographic evidence in-
mencukupi, mereka tak segan dan ikhlas dicates that several factors probably
183
Humaniora Volume 16, No. 2, Juni 2004: 177-188
contributed to iron deficiency anemia Beberapa ahli arkeologi Indonesia telah
in this setting. Milled cereal grains melakukan penelitian dengan subdisiplin
(millet, wheat), the focus of diet in this etnoarkeologi; Prasetyo (1986) melakukan
setting, contain very little iron and are kajian etnoarkeologi masyarakat tradisi
high in phytate. Additionally, an with Megalitik Sumba Barat; Dwiyanto & Yuwono
population: currently living in the Nile (1999) melakukannya di Jawa Tengah
valley, hookworm disease and schis- terhadap peranan dan fungsi wanita dalam
tosomiasis were probably highly en- industri logam; Arif n (1999)melakukankajian
demic. These factors, combined with etnoarkeologi di pedalaman Kalimantan
chronic diarrhea, wich is also preva- terhadap praktik penguburan; dan Arifin &
lent in the region today, indicate little Sellato (1999b) terhadap teknologi gerabah
doubt that cribra orbiatalia in the masyarakat Dayak.
Nubian remains resulted from (ac-
quired) iron deficiency anemia (Calson UPAYA MEMBANGUN SUATU MODEL
et al., 1974:408). PENELITIAN
Larsen (2000) menyimpulkan bahwa
Catatan-catatan arkeologis dan sumber-
para elit dewasa mempunyai prevalensi
sumber masyarakat "sederhana" hasil kerja
karies gigi Iebih rendah dibandingkan mereka
etnografi mampu memperlihatkan kepada
yang berkedudukan semi-elit pada masya-
kita suatu kontinum kurun sejarah manusia,
rakat dari periode Maya Klasikyang terdapat
terutama untuk mencari sumber dan meme-
di Copan (Honduras) dan Lamanai (Belize).
nuhi kebutuhan dietnya. Hal ini memang
Kedua elit masyarakat tersebut (laki-laki dan
bukan merupakan suatu keharusan untuk
perempuan) tidak ditemukan lesi karies.
suatu model, tetapi setidaknya dengan
Temuan ini mengidentifikasikan bahwa sta-
membuka kotak-kotak bidang ilmu ternyata
tus yang lebih tinggi mengkonsumsi sedikit
hal demikian memberikan jalan dalam
jagung (Zea mays) dan lebih mengutamakan
pemecahan suatu masalah. Contoh menarik
protein hewani dibandingkan status yang
mengenai dua bidang ilmu yang saling
lebih rendah. Argumentasi ini didukung oleh
bekerja sama, di sini antropologi budaya dan
dokumentasi etnografi tentang perbedaan
fisiologi (pendekatan biokultural), di bawah
status dalam kesehatan gigi di kalangan
ini digambarkan mengenai adaptasi nutrisi.
masyarakat pengembara Afrika.
Agar dapat memahami perilaku masya- Both cultural and physiological
rakat dari peninggalan-peninggalan yang mechanisms are called into play in or-
telah diekskavasi, ahli arkeologi prasejarah der to ensure balanced nutrition for
merujuk kepadadata yang dikumpulkan oleh the individual. Cultural mechanisms for
etnografer guna mendeskripsikan perilaku promoting and adequate nutrition in-
analog yang berguna dalam menginter- volve food preparation and storage, as
pretasikan artefak-artefak tersebut. Kadang- well as population control. Physiologi-
kala material etnografik tidak selalu dapat cal adaptations are means of reduc-
membantu sehingga ahli arkeologi mulai ing the food requirements of the indi-
membuat kajiannya sendiri terhadap masya- vidual and consequenitly of the popu-
rakat yang masih hidup sampai kini. Mereka lation. By a combination of these
mengumpulkan berbagai data, meliputi pola- means, people have adapted to peri-
pola pemukiman, ukuran populasi, keter- ods of scarcity and to regions which
kaitan populasi terhadap sistem subsistensi, lack important food resources (Wing
organisasi sosial, migrasi dan lingkungannya. & Brown, 1979:168).
Inilah yang disebut etnoarkeologi (ethno-
archeology) (Jolly & Plog, 1987; Jurmain et. Kebanyakan hal mengenai kehidupan
al, 1990), yaitu kajian arkeologi terhadap manusia prasejarah 'atau manusia masa
masyarakat hidup. lampau belum dapat diketahui melalui
184
Rusyad A.S., Etnografi untuk Arkeologi
penemuan-penemuan yang ada. Sisa-sisa mereka hidup di sekitar gunung api yang
tulang, bekas telapak kaki sebagai cetakan mempunyai kadar fluorid tinggi. Di samping
di tanah yang kemudian membatu, budaya itu, Newesely (1993) juga mengungkap
material yang terdiri dari macam-macam implikasi-implikasi bersama antara kebuda-
artefak, tempat pertambangan bahan baku yaan dan gigi akan mendorong evaluasi,
alat batu dan sisa makanan, semuanya diskusi dan referensi abrasi gigi sebagai
hanya memberikan suatu gambaran mozaik suatu faktor intrinsik dalam paleodiet.
yang kebanyakan mozaiknya masih belum Menurut Clark (1960), model demikian
ada. Jalan keluar dari kesuraman tersebut mampu untuk merekonstruksi kehidupan
adalah melalui penelitian kehidupan sehari- ekonomi prasejarah. Kesuksesan juga diper-
hari suku-suku bangsa "sederhana" yang lihatkan oleh kajian Voigt (1975). Dia mampu
masih ada di dunia ini. Kajian analogi memparalelkan etnografi dan preferensi diet
semacam ini memang berbahaya. Oleh serta merekonstruksi lingkungan dengan
karena itu, interpretasi berbagai gejala harus mengkaji marine mollusca dari suatu situs
dilakukan dengan cermat melalui pencocok- arkeologis daerah pantai Afrika Selatan.
an kembali terhadap fakta arkeologis. Wing Lebih lanjut dikatakan oleh Clark (1960) dan
& Brown (1979:9) memberikan saran untuk Voigt (1975) secara terpisah bahwa data
masalah ini sebagai berikut. etnografi dapat menghasilkan wawasan
dalam mengetahui berbagai usaha suatu
Use of an ethnographic model to de-
masyarakat masa lampau dalam pemenuhan
veloped interpretation ofarcheological
subsistensinya.
data has been critized. The main rea-
Perlu disadan bahwa suku-suku bangsa
son for the criticism is that strict ad-
"sederhana" dewasa ini tidak hidup di suatu
herence to an ethnographic analogy
lingkungan yang serupa lingkungan hidup
in an archeological interpretation
restrics this interpretation to known masa lampau. Di samping itu, kebudayaan
"modern" atau "guar" sudah berinfiltrasi di
ethnographic models. Clearly one
mana-mana. Infiltrasi ini dibantu oleh para
mustbe aware of the pitfalls in th use
pedagang, misionaris, bahkan peneliti
of ethnographicanalogy. Ethnographic
sendiri. Suku bangsa yang betul-betul hidup
data can provide insight into the vari-
terisolasi tampaknya sudah tidak ada lagi.
etyofways people have met their sub-
Macleish (1972) membuat kehebohan dengan
sistence needs. Ethnographic analogy
hasil investigasinya atas masyarakat Tasa-
may be quite valid when certain cul-
day di Mindanao, Filipina, yang dilaporkan
tural adaptation are widely adhered to,
sebagai suatu suku bangsa yang benar-benar
and particularly when they are based
hidup di zaman batu di gua-gua karena isola-
on human biological characteristics.
sinya yang sempurna. Kemudian diketahui
bahwa ternyata mereka sudah mempunyai
Jacob (1989) agak meragukan penerap-
kontak dengan suku bangsa lain di Pulau
an model etnografi untuk kajian manusia
Mindanao walaupun sangat terbatas
purba yang lebih awal. Menurutnya model
(Bellwood, 2000).
etnografis tidak banyak dapat membantu
Manusia hampir sepenuhnya diatur
dengan pasti. Secara tidak langsung, hal ini
keadaan alam pada awal perkembangan
didukung oleh Huffman & Zaim (2003) dengan
kebudayaan materialnya. Mereka, dengan
mendeskripsikan sumber-sumber pangan di
kata lain, serupa makhluk lain di alam .
sekitar lingkungan purba penemuan Pithecan-
Mereka mulai mempengaruhi lingkungan di
thropus modjokertensis, dan pengetahuan
sekitarnya secara nyata berangsur-angsur
tentang ini dapat dilakukan dengan analisis
dalam jangka waktu ratusan ribu tahun.
stable-isotope test. Newesely (1993) meng-
Diperkirakan penggunaan api merupakan
gunakan analisis fisika terhadap pengaruh
faktor utama pada permulaan peradaban
fluorid pada enamel gigi, dan menyimpulkan
mengubah lingkungan alamiah menjadi
bahwa enamel yang tebal pada Australo-
lingkungan buatan manusia. Api tersebut
pithecus Afrika Timur dimungkinkan karena
185
Humaniora Volume 16, No. 2, Juni 2004: 177-188-
digunakan dengan sengaja untuk membakar pencarian sumber diet dan pemenuhannya
padang rumput, semak belukar, dan hutan untuk energi dalam usaha kelangsungan
waktu berburu. Pembakaran tersebut meng- kehidupannya. Penulis menawarkan juga
akibatkan hewan keluar dari tempat persem- dengan penggunaan model untuk menjelas-
bunyiannya atau digiring ke suatu tempat kan bahwa interpretasi-interpretasi arkeologis
yang memungkinkan dibunuh dengan dapat dicari dari model antropologi budaya.
mudah. Cara ini masih digunakan di banyak Model etnografi ini dimaksudkan untuk mem-
tempat di dunia, termasuk Indonesia (Suka- berikan nuansa lebih luas dalam memandang
dana, 1983). manusia. Kita harus mampu membuka kotak-
Dalam penelitian arkeologis, perlu kotak pengetahuan kita, agar mampu melihat
dipisahkan betul apa yang merupakan fakta
dari sudut pandang yang holistik, tetapi tidak
dan apa yang merupakan interpretasi atau
dapat dilakukan dengan gegabah . Dalam
hanya dugaan berdasarkan sejumlah fakta
arkeologi perlu dipisahkan betul apa yang
tertentu. Interpretasi terhadap berbagai
merupakan fakta dan apa yang merupakan
penemuan baru perlu diuji berulang-ulang .
interpretasi.
Menurut penulis, model atau analogi
Kita dapat melihat juga bahwa peme-
etnografi dalam penelitian atau kajian
nuhan diet dan kehidupan manusia masa
prasejarah khususnya paleonutrisi hanya
lampau atau manusia purba temyata masih
bisa dimungkinkan menjangkau sampai
dilakukan oleh sebagian dad kita yang sudah
Mesolitik atau bahkan sesudah masa itu,
hidup dalam teknologi cyber dan digital.
yaitu Neolitik sampai masa kini. Senada
Kearifan mereka pada masa lalu dalam
dengan pendapat Isaac (1971:280) yang
mengeksploitasi dan menjaga sumber-
dikemukakan Iebih awal, yaitu :
sumber pangan dan kelangsungannya
archaeological study ofpleisto-cene merupakan suatu cara hidup yang telah
diet is a little like navigating in the
berhasil mempertahankan manusia di muka
vicinity ofan iceberg: more than four-
bumi untuk waktu yang sangat lama dan
fifths of what is of interest is not
berhasil bertahan sampai sekarang.
visible.
Kiranya sangat perlu dijalin kerja sama
Kita harus senantiasa ingat bahwa ana- di antara ilmuwan dan peneliti dad berbagai
logi (sebagaimana semua model) mempu- bidang ilmu dalam menghadapi kajian seperti
nyai keterbatasan tertentu. Dalam perkara prasejarah ini. Paleonutrisi merupakan ilmu
tertentu analogi itu mungkin penuh daya sa- yang mempelajari bagaimana pencarian,
ran, tetapi dalam perkara lain mungkin justru pembudidayaan, pengelolaan, pengawetan,
menghambat penanganan ihwal dan pokok pemanfaatan, dan pendistribusian sumber-
pembicaraan. Arkeologi perlu menyadari sumber nutrien manusia masa lampau .
betul bahwa catatan dan data etnografi Pengetahuan dan pemahaman tentang ini
bagaimanapun, yang dihasilkan para ahli dapat direfleksikan sepanjang masa men-
antropologi, dapat dibaca dan dimanfaatkan datang. Salah satu keberhasilan dan mampu
sepanjang masa mendatang. Pembacaan bertahannya spesies Homo sapiens sampai
dan pemanfaatannya harus sanggup kini adalah terpenuhinya sumber-sumber
memelihara daya kritis secara kontinu agar nutriennya. Bidang ilmu yang relatif bare ini
arkeologi tidak terjebak dalam perangkat ilmu dapat sating memanfaatkan di antara ber-
suatu bidang tertentu. bagai bidang ilmu, antara lain kedokteran/
kesehatan, paleoantropologi, antropologi,
arkeologi, sejarah, ekologi, nutrisi, dan
SIMPULAN
seterusnya. Suatu bidang ilmu sulit dapat
Penulis telah mengulas bagaimana dikembangkan dengan meniadakan bidang
sejarah kehidupan manusia, juga dalam ilmu lain.
186
Description:dapat dicari dari model antropologi budaya. dan Antropologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta .. Milled cereal grains.