Table Of ContentESENSI AJARAN ISLAM TENTANG
KHALIFAH FIL ARDH DALAM IMPLEMENTASI
KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT
Jurnal
Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti
Latihan Kader II HMI Cabang Garut Tahun 2017
Disusun oleh:
MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
CABANG BANDUNG
1438 H / 2017 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada Penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang merupakan salah satu syarat
menikuti Latihan Kader II HmI Cabang Garut Tahun 2017. Adapun tema dari
Makalah yaitu “ESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH
DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT”.
Makalah LK-II ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah SWT
2. Rakanda Beni Eka Putra, S.H.
3. Rakanda M. Sigit Ismail, S.H.
4. Rakanda Firman Nurhakim
5. Rakanda Dendinar Badrusalam
6. Keluarga Besar HmI Komisariat Hukum Unpas
7. Agitha Yolanda Agustine
8. Keluarga Saya di Garut
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah LK II ini. Terlepas dari
semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Penulis dapat
memperbaiki makalah LK-II ini. Akhir kata Penulis berharap semoga makalah
LK-II tentang “ESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH
DALAM IMPLEMENTASI KEHIDUPAN SOSIAL BERMASYARAKAT”
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung, 1 September 2017
Penulis
i
ABSTRAK
Secara konseptual-doktrinal telah diketahui bahwa Islam adalah agama yang
membawa ajaran yang menyeluruh dan paripurna bagi kelangsungan hidup
manusia di dunia. Dari sekian macam ajaran Islam, esensi ajaran Islam terletak
pada penghargaan kepada kemanusiaan secara universal yang berpihak kepada
kebenaran, kebaikan, dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian,
menghindari pertentangan dan perselisian, baik ke dalam intern umat Islam
maupun ke luar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui esensi penciptaan
manusia sebagai khalifah fil ardh, mengetahui kehidupan manusia sebagai
khalifah, dan mengetahui manusia sebagai khalifah fil ardh dalam implementasi
kehidupan sosial bermasyarakat.
Penelitian ini dilakukan dengan cara tinjauan pustaka. Adapun sumber yang
digunakan adalah buku-buku yang menjadi referensi peneliti dalam penelitian ini
serta menggunakan sumber lainnya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam konsepsi Islam Tuhan (Allah)
dipandang sebagai sumber segala kesempurnaan dan kemulian. Tempat
bergantung (tolak ukur) segala sesuatu. Karena itu pula sebagaimana diketahui
dalam konsepsi Islam, manusia ideal (insan kamil) dipandang merupakan
manifestasi Tuhan termulia di muka bumi dan karenanya ditugaskan sebagai
wakil Tuhan yang dikenal sebagai khalifah/nabi atau rasul sebagaimana tercantum
dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 30. Hubungan antara muslim dengan
penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam
persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern
umat Islam yang tidak boleh dicampuri pihak lain, tetapi aspek sosial
kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerjasama yang baik. Tujuan akhir dari
esensi manusia sebagai Khalifah Fil Ardh dan kemasyarakatan adalah untuk
menciptakan manusia muslim yang paripurna dalam konsep al-insan dan al-kamil,
yaitu manusia yang selalu istiqamah dan kontinium terampil dalam memfungsikan
daya jasmani dan rohani mereka untuk selalu tunduk dan patuh kepada Allah
SWT.
Kata kunci: esensi penciptaan, manusia sebagai khalifah, implementasi dalam
kehidupan sosial
ii
ABSTRACT
Conceptually-doctrinal has been known that Islam is a religion that brings a
protective teaching and plenary to human beings in the world. Of the many
teachings of Islam, the essence of Islamic teachings lies in the universal respect
for humanity that stands for truth, goodness and justice by promoting peace,
conflict and persecution, both within the internal and outside Muslims. This
research is intended to know the essence of human creation as khalifah fil ardh, to
know human life as khalifah, and to know man as khalifah fil ardh in social life
form society.
This research is done by detailing the literature. The sources used are the books
that become references in this study and use other sources.
The results show that in the conception of Islam God (God) is seen as the source
of all perfection and glory. Place dependent (benchmark) everything. Hence also
in the conception of Islam, the ideal man (man kamil) is the ultimate manifestation
of God in the earth and the birth as a representative of God known as khalifah /
prophet or apostle in Alquran letter Al Baqarah verse 30. The relationship
between Muslims with followers of other religions is not prohibited by the Shari'a
of Islam, except to cooperate in the content of aqidah and worship. Both of these
are internal rights of Muslims who should not be interfered with other parties,
then social aspects can be united in a good cooperation. The ultimate goal of
human essence as the Caliph of Fil Ardh and society is to create the perfect
Muslim man in the concept of al-insan and al-kamil, the always-istiqamah and
kontinumorial people in the functioning of their physical and spiritual power to be
always and obedient to Allah SWT.
Keywords: essence of creation, man as khalifah, implementation within social life
iii
A. PENDAHULUAN Allah SWT tidak membiarkan
1. Latar Belakang manusia berkata seperti itu begitu
Manusia memiliki saja. Allah SWT akan menguji
keistimewaan dibanding dengan kebenaran janji mereka. Ujian
makhluk lainnya. Allah SWT keimanan itu adalah menjadi
telah menciptakan manusia makhluk penghuni bumi. Lantas
dalam bentuk yang paling Allah SWT juga membekali
sempurna sebagaimana tersirat manusia dengan hati, akal, dan
dalam surat At-Tiin. Meskipun nafsu untuk menjalankan misi
demikian, manusia berpotensi khalifah tersebut. Sisi
atau berpeluang untuk menjadi keunggulan inilah yang
makhluk paling mulia atau paling menempatkan manusia layak
hina. Hanya orang yang beriman menerima amanat “khalifah
dan beramal saleh yang akan Allah SWT di muka bumi ini”.1
menjadi makhluk mulia di sisi Kesadaran akan eksistensi
Allah SWT. diri sebagai langkah awal dalam
Potensi inilah yang melakukan kerja kemanusiaan
menjadikan manusia sangat memuat dimensi penting yaitu
disayang oleh Sang PenciptaNya. dimensi Ilahiyah. Dimensi inilah
Di antara bukti kasih sayangNya yang mendatangkan pencerahan
adalah penciptaan alam semesta dalam gerak langkah setiap
ini. Alam sengaja diciptakan individu, karena hal itu sekaligus
olehNya dengan penuh berperan sebagai sumber energi
keseimbangan dan keteraturan, yang memotivisir dan
bukan tercipta secara kebetulan. menggerakkan langkah. 2 Maka
Penciptaan alam ini terkait tiada gerak dan kerja yang tidak
dengan kepentingan manusia memiliki dimensi Ilahiyah
sebagai khalifah fil ardh tersebut, karena tanpa itu hanya
(pemakmur di muka bumi ini), merupakan sesuatu perjalanan
karenanya alam diciptakan dalam tanpa tujuan, sehingga bagi HmI,
pola-pola tertentu yang teratur semua kerja-kerja di muka bumi
agar manusia dapat dengan merupakan suatu rangkaian
mudah memahami alam dan ibadah kepada Allah SWT yang
memanfaatkannya. senantiasa hanya semata-mata
Manusia, sebagai mengharap ridaNya. Sekaligus
makhluk ciptaan Allah SWT, merupakan satu simbol dari
memiliki sifat fitrah (kesucian) penghambaan diri dan pengakuan
dan hanif (cenderungan kepada terhadap ke Maha Kuasaan Allah
kebenaran). Hal ini ditegaskan SWT. Oleh karena itu, kata
dengan ikrar kesaksian pada
ketauhidan sebagaiman
1 Budhy Rahman Munawar,
tercantum dalam Alquran surat
Membaca Nurcholish Majid, Islam dan
Al-Araf ayat 172. Manusia ketika
Pluralisme, Democary Project, Jakarta,
masih di alam arwah telah
2011, hlm. 17.
berjanji akan senantiasa beriman 2 Nurcholish Majid, Islam Doktrin
kepada Allah SWT. Namun dan Peradaban, Pramadina, Jakarta, hlm.
28.
Page 1
terakhir dari rumusan tujuan HmI 2. Rumusan Masalah
adalah “Terbinanya insan 1. Bagaimana esensi penciptaan
akademis, pencipta, pengabdi manusia sebagai khalifah fil
yang bernafaskan Islam, dan ardh?
bertangung jawab atas 2. Bagaimana kehidupan
terwujudnya masyarakat adil manusia sebagai khalifah?
makmur yang diridai Allah SWT 3. Bagaimana manusia sebagai
”.3 Dengan kecenderungan yang khalifah fil ardh dalam
terjadi pada saat ini, maka implementasi kehidupan
penguatan dimensi Ilahiyah sosial bermasyarakat?
menjadi sesuatu yang mutlak.
Bukan saja terhadap diri 3. Tujuan Pembahasan
individu, tetapi juga dalam 1. Untuk mengetahui esensi
menghadapi tantangan mondial. penciptaan manusia sebagai
Kemajemukan masyarakat khalifah fil ardh.
menimbulkan adanya variasi 2. Untuk mengetahui kehidupan
unsur (yang sering disebut manusia sebagai khalifah.
primordialisme), sehingga untuk 3. Untuk mengetahui manusia
terciptanya suatu harmoni dalam sebagai khalifah fil ardh
kemajemukan itu dituntut adanya dalam implementasi
satu simbol besama berupa kehidupan sosial
consensus. Untuk itu, maka bermasyarakat.
penguatan terhadap jati diri
individu berdasar basis unsur B. Metode Penelitian
kemasyarakatan (bukan Penelitian ini dilakukan dengan
primordalisme) seperti terhadap cara tinjauan pustaka. Adapun
agamanya justru diperlukan bagi sumber yang digunakan adalah
penegasan itu, maka suatu buku-buku yang menjadi
harmoni dapat dieleminir dengan referensi peneliti dalam
munculnya identitas dan prioritas penelitian ini serta menggunakan
masalah yang dihadapi.4 sumber lainnya.
Berdasarkan latar
belakang tersebut maka penulis
bermaksud membahasnya dalam
bentuk makalah yang diberi judul
“ESENSI AJARAN ISLAM
TENTANG KHALIFAH FIL
ARDH DALAM
IMPLEMENTASI KEHIDUPAN
SOSIAL BERMASYARAKAT”.
3 Buku Saku LK I Komisariat
Hukum Unpas, Komisariat Hukum Unpas,
Bandung, 2015, hlm. 5.
4 Syekh Muhammad Abduh,
Risalah Tauhid, Bulan Bintang, Jakarta,
hlm. 36.
Page 2
C. PEMBAHASAN fisik tidaklah dapat dijadikan
1. Esensi Penciptaan Manusia tolok ukur apakah manusia
Sebagai Khalifah Fil Ardh itu hina dan tidak mulia tetapi
Satu hal yang mesti dari aspek insanlah seperti
dilakukan sebelum kita pengetahuan, moral dan
membicarakan hal-hal lain dari mentallah manusia dinilai dan
manusia adalah sebuah dipahami sebagai makhluk mulia
pertanyaan filosofis yang atau hina. Dalam beberapa
senantiasa hadir pada setiap kebudayaan dan agama manusia
manusia itu sendiri, yakni apa dipandang sebagai makhluk
sesungguhnya manusia itu? Dari mulia dengan tolok ukurnya
segi aspek apakah manusia itu bahwa manusia merupakan pusat
mulia atau terhina? Dan apa tolok tata surya. Pandangan ini
ukurnya? Tentu manusia didasarkan pada pandangan
bukanlah makhluk unik dan sulit Plotimius bahwa bumi
untuk dipahami bila yang ingin merupakan pusat seluruh tata
dibicarakan berkenaan dengan surya. Seluruh benda-benda
aspek basyariah (fisiologis)nya. langit ‘berhikmat’ bergerak
Karena cukup dengan mengitari bumi. Mengapa
menpelajari anatomi tubuhnya demikian? Karena di situ
kita dapat mengetahui bentuk makhluk mulia bernama manusia
atau struktur terdalamnya. Tetapi bercokol. 6 Jadi pandangan ini
manusia selain merupakan menjadikan kitaran benda-benda
makhluk basyariah (dimensi langit mengelilingi bumi sebagai
fisiologis) dan Annaas (dimensi tolok ukur kemulian manusia.
sosiologis), ia juga memiliki Namun seiring dengan kemajuan
aspek insan (dimensi psikologis) sains pandangan ini kemudian
sebuah dimensi lain dari diri ditinggalkan dengan tidak
manusia yang paling sublim serta menyisakan nilai mulia pada
memiliki kecenderungan yang manusia. Para ahli astronomi
paling kompleks. Dimensi yang justru membuktikan hal
disebut terakhir ini bersifat sebaliknya bahwa bumi
spritual dan intelektual dan tidak bukanlah pusat tata surya tetapi
bersifat material sebagaimana matahari.
merupakan kecenderungan aspek Manusia tidak lagi
basyarnya.5 dipandang sebagai makhluk
Dari aspek inilah nilai dan mulia bahkan dianggap tak ada
derajat manusia ditentukan bedanya dengan binatang adapun
dengan kata lain manusia dinilai geraknya tak ada bedanya dengan
dan dipandang mulia atau hina mesin yang bergerak secara
tidak berdasarkan aspek basyar mekanistis. Bahkan lebih dari itu
(fisiologis). Sebagai contoh cacat dianggap tak ada bedanya dengan
materi, ada pun jiwa bagaikan
5 Munzir Hatami, Revolusi Sejarah
Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen 6 Syekh Muhammad Abduh,
Perubahan, PT. LKIS Pelangi Aksara Risalah Tauhid, Bulan Bintang, Jakarta,
Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 69. hlm. 67.
Page 3
energi yang di keluarkan oleh tidak ada yang lebih representatif
batu bara.7 Karena itu wajar bila dalam memupuk psikologisnya
manusia dan nilai-nilai kearah yang lebih mulia dari apa
kemanusiaan tak lagi dihargai. yang ditawarkan Islam.
Maka datanglah kaum Dalam konsepsi Islam
humanisme berupaya Tuhan (Allah) dipandang sebagai
mengangkat harkat manusia, sumber segala kesempurnaan dan
dengan memandang bahwa kemulian. Tempat bergantung
kekuatan, kekuasaan, kekayaan, (tolak ukur) segala sesuatu.
pengetahuan ilmiah dan Karena itu pula sebagaimana
kebebasan merupakan hal diketahui dalam konsepsi Islam,
esensial yang membedakan manusia ideal (insan kamil)
manusia dengan selainnya. dipandang merupakan
Tetapi bila itu tolok manifestasi Tuhan termulia di
ukurnya, lantas haruskah orang muka bumi dan karenanya
seperti Fira’un atau Jengis Khan ditugaskan sebagai wakil Tuhan
yang dapat melakukan apa saja yang dikenal sebagai
terhadap bangsa-bangsa yang khalifah/nabi atau rasul
dijajahnya dipandang mulia? Jika sebagaimana tercantum dalam
berilmu pengetahuan merupakan Alquran surat Al-Baqarah ayat
tolok ukurnya. Lantas, apakah 30. Karena itu, ciri-ciri kemulian
dengan demikian orang-orang Tuhan tergambar/
seperti Einstein yang paling termanifestasikan pada dirinya
berilmu tinggi abad ke-20 atau yang terdapat dalam Alquran
para sarjana-sarjana itu lebih surat Al-Ahzab ayat 21.
mulia dari seorang Paus Yohanes Kemudian sebagai contoh nyata
Paulus II, Bunda Teresia atau yang terbaik (uswatun hasanah)
Mahadma Ghandi bagi dari “gambaran/cerminan” Tuhan
ummatnya masing-masing? di muka bumi sebagaimana
Sungguh semua itu termasuk dijelaskan dalam Alquran surat
ilmu pengetahuan sepanjang Alqalam ayat 4. Dengan kata lain
peradaban kemanusiaan. Manusia bahwa karena Nabi merupakan
tidak mampu mengubah dan representasi (contoh) Tuhan di
memperbaiki watak jahat muka bumi bagi manusia dengan
manusia untuk kemudian demikian nabi/rasul/khalifah
mengangkatnya menjadi mulia. sekaligus merupakan
Lantas, apa sesunguhnya tolak representasi yakni insan kamil
ukur kemanusian itu? Sungguh (manusia sempurna) dari seluruh
dari seluruh bentuk-bentuk kualitas kemanusiaan manusia.
konsepsi tentang manusia yang Tetapi walaupun manusia
ada di muka bumi tak satu pun dipandang sedemikian rupa
yang dapat menandingi dengan nabi sebagai contohnya,
paradigma (tolok ukur)nya serta pada saat yang sama, dalam
konsepsi Islam manusia dapat
saja jatuh wujud kemulian
7 Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf,
Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 82.
Page 4
menjadi sama bahkan lebih untuk mengolah dan
rendah dari binatang.8 memakmurkan alam ini dalam
Dengan demikian rangka beribadah kepada Allah
keidentikan kepadanya SWT, sehingga akan
(khalifah/nabi/rasul) merupakan membedakannya dengan mahluk
tolok ukur kemulian lain dalam kedudukan dan
kemanusiaan manusia dan tanggung jawab. Konsekuensi
sebaliknya berkontradiksi dari kedudukan dan tanggung
dengannya merupakan ukuran jawab tersebut, manusia akan
kebejatan dan dianggap sebagai diminta pertanggungangjawaban
syaitan sebagaimana tercantum atas segala amal yang
dalam Alquran surat Al-An’am dilakukannya dimuka bumi ini
ayat 112. sebagai Khalifah Fil Ardh.
Makna kata Khalifah
2. Kehidupan Manusia Sebagai artinya “pengganti”. Ar-Ragib al-
Khalifah Asfahani, dalam Mu’jam
Manusia sebagai mahluk Mufradat fi Gharibil Quran,
yang mulia, menempati posisi menjelaskan bahwa
yang istimewa yang diberikan menggantikan yang lain berarti
Allah di muka bumi ini. melaksanakan sesuatu atas nama
Keistimewaan manusia ini yang digantikan, baik bersama
terlihat dari fungsi yang yang digantikannya maupun
diberikan Allah kepadanya yakni sesudahnya. Lebih lanjut, Al-
sebagai Khalifah Allah di bumi. Asfahani menyebutkan bahwa
FirmanNya dalam Alquran surat kekhalifahan tersebut dapat
Al-Baqarah ayat 309: terlaksana akibat ketiadaan di
tempat, kematian atau
ketidakmampuan orang yang
digantikan, dan dapat juga akibat
penghormatan yang diberikan
Artinya: “Dan (ingatlah) kepada orang yang
tatkala Tuhanmu berkata menggantikan”.10
kepada malaikat Menurut Ahmad Hasan
“sesungguhnya Aku akan Firhat, seperti dikutip Samsul
menjadikan seorang Nizar menyebutkan bahwa
Khalifah di muka bumi …. kedudukan kekhalifahan manusia
(Qs. Al-Baqarah [2]:30). dapat dibedakan dalam dua
Dari ayat tersebut terlihat bentuk, yaitu khalifah kauniyat
bahwa manusia diberi kekuasaan dan khalifah syariat. Khalifah
kuaniyat mencakup wewenang
manusi secara umum yang telah
8 Syekh Muhammad Abduh,
dianugerahkan Allah SWT untuk
Risalah Tauhid, Bulan Bintang, Jakarta,
mengatur dan memanfaatkan
hlm. 73.
9 Departemen Agama RI, Alquran
dan Terjemahannya, Syaamil Alquran, PT. 10 Achmad Maulana, Kamus Ilmiah
Sygma Exmedia Arkaleema, Bandung, Populer, Abosulte, Yogyakarta, 2010, hlm.
2007. 17.
Page 5
alam semesta beserta isinya bagi ditujukan kepada orang-orang
kelangsungan kehidupan umat mukmin. Hal ini dimaksudkan,
manusia di muka bumi. agar dengan keimanan yang
Pemberian wewenang Allah dimilikinya, mampu menjadi
kepada manusia dalam konteks pilar dan kontrol dalam mengatur
ini, meliputi pemakmuran yang mekanisme alam semesta, sesuai
bersifat umum tanpa dibatasi oleh dengan nilai-nilai Ilahiyah yang
agama atau keyakinan apa yang telah digariskan Allah SWT
dia akui. Artinya, label lewat ajaranNya. Dengan prinsip
kekahalifahan yang ini manusia, akan senantiasa
dimaksud diberikan kepada berbuat kebaikan dan
semua manusia sebagai penguasa memanfaatkan alam semesta
alam semesta.11 demi kemaslahatan umat
Bila dimensi ini dijadikan manusia.12
standar dalam melihat predikat Bila dimensi ini
manusia sebagai Khalifah Fil dikembangkan dalam kajian
Ardh, maka akan berdampak pendidikan Islam, maka dalam
negatif bagi kelangsungan proses mempersiapkan generasi
kehidupan manusia dalam alam penerus estafet kekhalifahan
semesta. Manusia dengan yang sesuai dengan nilai-nilai
kekuatannya akan Ilahiyah, pendidikan yang
mempergunakan alam semesta ditawarkan harus mampu
sebagai konsekuensi memberikan dan membentuk
kekhailifahannya tanpa kontrol pribadi peserta didiknya dengan
dan melakukan penyimpangan- acuan nilai-nilai Ilahiyah.
penyimpangan dari nilai ilahiyah. Dengan penanaman ini, akan
Akibatnya, keberadaannya di menjadi panduan baginya dalam
muka bumi bukan lagi sebagai melaksanakan amanat Allah
pembawa kemakmuran, namun SWT di muka bumi. Kekosongan
cenderung berbuat mafsadah dan akan nilai-nilai religius, akan
merugikan mahluk Allah lainnya. mengakibatkan manusia bebas
Ketiadaan nilai kontrol inilah kendali dan berbuat
yang dikhawatirkan malaikat sekehendaknya. Sikap yang
tatkala Allah mengutakarakan demikian akan berimplikasi
keinginanNya mahluk yang timbulnya nilai-nilai egoistis
bernama manusia. yang bermuara kepada timbulnya
Khalifah syari’at meliputi sikap angkuh dan sombong pada
wewenang Allah yang diberikan diri manusia. Sikap ini akan
kepada manusia untuk berbias kepada tumbuhnya sikap
memakmurkan alam semesta. memandang rendah orang lain.
Hanya saja untuk melaksanakan Manusia di luar dirinya adalah
tugas dan tanggung jawab ini, alat yang bisa dikorbankan untuk
predikat khalifah, secara khusus
12 Budhy Rahman Munawar,
11 Hamid Mowlana, Masyarakat Membaca Nurcholish Majid, Islam dan
Madanai, Konsep Sejarah dan Agenda Pluralisme, Democary Project, Jakarta,
Politik, Shdra Press, 2010, hlm 34. 2011, hlm. 39.
Page 6
Description:Dengan penanaman ini, akan menjadi panduan baginya dalam melaksanakan amanat Allah. SWT di muka bumi. Kekosongan akan nilai-nilai religius