Table Of ContentLensa Budaya,  Vol. 12, No. 1, April 2017.  
13 - 26 
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 ISSN: 0126 - 351X 
 
BUDIDAYA DAN PRODUKSI KOPI  
DI SULAWESI BAGIAN SELATAN PADA ABAD KE-19 
 
 
 
Ashabul Kahpi 
Imagined Historia Makassar  
Abstrak 
 
Komoditi  kopi  telah  dikenal  oleh  penduduk  Sulawesi  Selatan  sejak  abad  ke-17.  Tetapi 
komersialisasi  komoditi  kopi  baru  dilakukan  oleh  pemerintah  Hindia  dengan  melakukan 
pemerataan  penanaman  kopi  di  daerah  pegunungan  di  Wilayah  Pemerintahan  Langsung 
(Gouvernements  Landen)  sejak  tahun  1860.  Kopi  tersebut  dibudidayakan  dan  diproduksi  di 
Bergregentschappen di Distrik Utara, Bantaeng di Distrik Selatan, Bulukumba dan Sinjai di Distrik 
Timur, dan Pulau Selayar. Komoditi kopi diproduksi oleh penduduk melalui kerjasama antara 
pemerintah  Hindia  Belanda  dengan  kepala-kepala  kampung.  Kopi  yang  diproduksi  diekspor 
melalui pelabuhan Makassar ke berbagai negara seperti Belanda, Singapura, Amerika, Prancis, 
Inggris, Papua Nugini, Timor Dili, dan wilayah disekitar Hindia Belanda. 
 
 
Kata kunci : kopi, budidaya, produksi, Sulawesi bagian selatan, abad ke-19  
 
Abstract 
 
Coffee has been known as a commodity by the inhabitants of southern Sulawesi since the 17th 
century, but its commercial cultivation was only done by the encouragement Dutch colonial 
government in the upland areas in the directly ruled Governments lands (bergregentschappen) since 
1860. Coffee was cultivated in the upland Northern Districts, Bantaeng in the Southern Districts, 
Bulukumba and Sinjai in Eastern Districts, Selayar Island where coffee was cultivated by the 
inhabitants in cooperation with the governments officials and village-heads. The cultivated cofffe 
was exported overseas to countries such as The Netherlands, Singapore, United States, France, 
Papua Nuginea, Dili Timor, and areas around the Dutch Indies. 
 
 
Keywords: coffee, cultivation, production, Southern Sulawesi, 19th century 
Author correspondence 
Email: [email protected] 
1 
Available online at http://journal.unhas.ac.id/index.php/jlb
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 
PENDAHULUAN  dan pada tanah subur dengan sifat tanah 
Kebiasaan minum kopi mulai diperkenal- antara berpasir dengan cukup humus dan 
kan bangsa Yemen, dan menyebar ke Me- dalam dengan drainase yang cukup baik. 
sir, Syria, Turki dan negara-negara lain di  Kawasan  dengan  tanah  lempung  dan 
kawasan  Timur  Tengah  dan  menyebar  tanah  padas  kurang  cocok  karena  tana-
hingga  ke  Eropa  (Siswoputranto  1993:  man  memerlukan  tersedianya  air  tanah 
23). Kopi telah menjadi produk minuman  yang  cukup,  tetapi  tidak  menghendaki 
dalam skala internasional yang digemari  adanya genangan air. Kopi Arabika dapat 
oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai  tumbuh pada ketinggian 700-1.400 m di 
dari petani, buruh, mahasiswa hingga elit- atas permukaan laut dengan suhu berkisar 
elit politik. Dalam kehidupan keseharian  15-24oC dan pH tanah 5,3-6,0 dan curah 
selain menyajikan rasa nikmat yang khas,  hujan  rata-rata  2000-4000  mm/  th  dan 
kopi  juga  menjadi  salah  satu  minuman  jumlah bulan kering 1-3 bulan/ th. Kopi 
yang cocok untuk aktifitas manusia. Mu- Robusta  dapat  tumbuh  pada  ketinggian 
lai dari sarapan, bersantai, bekerja, istira- 300-600 m di atas permukaan laut dengan 
hat,  berdiskusi  atau  sekedar  berbincang- curah hujan 1.500-3000 mm/ th dengan 
bincang dengan teman selalu didampingi  suhu 24-30oC dan pH tanah 5,5-6,0. Oleh 
dengan kopi. Tidak bisa dipungkiri bahwa  karena itu budidaya kopi cocok dilakukan 
kopi  telah  menjadi  bagian  dari  hidup  di kawasan antara 20o Lintang Utara dan 
manusia  saat  ini  sejak  dahulu  kala.  Di  20o Lintang  Selatan.  Indonesia  masuk 
kota  Makassar  telah  banyak  berdiri  wa- dalam  kawasan  ini  dan  mempunyai 
rung  kopi  yang  merupakan  tempat  wilayah yang cocok untuk budidaya kopi 
berkumpul  dan  bersantai  sambil  minum  (2008: 2). 
kopi.  Selain  menjadi  tempat  berkumpul  Saat  ini  Indonesia  telah  menjadi 
dan bersantai, warung kopi di masa kini  negara produsen kopi terbesar ke empat di 
atau yang kini di sebut cafe, juga dijadikan  dunia setelah Brasil, Kolombia dan Viet-
tempat berdiskusi dan tempat untuk men- nam  (Panggabean  2011:  6).  Kopi  yang 
jelajahi dunia internet oleh generasi muda  dihasilkan  di  Indonesia  adalah  kopi 
baik  kalangan  eksekutif  maupun  maha- Arabika dan kopi Robusta yang tergolong 
siswa karena sebagian warung kopi dileng- mempunyai  kualitas  yang  baik  sehingga 
kapi dengan jaringan internet.  banyak  diekspor  ke  negara-negara  maju 
Tanaman  kopi  merupakan  genus  yang merupakan negara konsumen kopi, 
Coffea  yang  termasuk  dalam  familia  di antaranya Amerika, Jepang, Belanda, 
Rubiaceae dan mempunyai sekitar 100 spe- Jerman dan Italia (Panggabean 2011: 6). 
sies. Genus Coffea adalah salah satu genus  Indonesia dalam perdagangan kopi 
penting yang mempunyai nilai ekonomis  dunia  tidak  muncul  begitu  saja,  tetapi 
tinggi  dan  dikembangkan  secara  komer- mengalami perjalanan sejarah yang pan-
sial,  terutama  Coffea  Arabika,  Coffea  jang dan sulit karena terlibat dalam per-
Liberica, Coffea Kanephora diantaranya kopi  saingan perdagangan kopi dengan negara-
Robusta. Tanaman kopi merupakan tum- negara  Afrika  dan  Amerika  yang  mem-
buhan  tropik  yang  berasal  dari  Afrika.  punyai pengaruh besar dalam perkopian 
Meskipun  kopi  merupakan  tumbuhan  dunia,  dan  sampai  akhirnya  Indonesia 
tropik, kopi memerlukan pohon naungan  menjadi bagian penting dalam perkopian 
dan tidak menghendaki suhu tinggi. Suhu  dunia.  Kopi  di  Indonesia  tidak  hanya 
di atas 35oC dan suhu dingin dapat meru- penting pada masa sekarang ini tetapi kopi 
sak  panen  dan  mematikan  tumbuhan  di Indonesia telah menjadi komoditi da-
kopi. Tanaman kopi dapat tumbuh den- gang  unggulan  pada  masa  Hindia-
gan baik pada suhu yang berkisar 15-30oC  Belanda. Pada masa Hindia-Belanda kopi 
124
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 
telah  menjadi  komoditi  utama  dalam  Atas  kebijakan  sistem  cuulturstelsel 
perdagangan dunia dan menjadikan Hin- 1830  penanaman  kopi  tidak  hanya  ber-
dia-Belanda sebagai negara eksportir kopi  dampak di Jawa dan Sumatera, tetapi ber-
kedua setelah Brazil.  dampak  diberbagai  daerah  Hindia-
Budidaya kopi di Indonesia dilaku- Belanda  termasuk  di  Sulawesi  Selatan.  
kan pertama kali pada tahun 1696 setelah  Meskipun di Sulawesi Selatan sendiri ti-
VOC mendatangkan bibit kopi dari Mala- dak pernah diberlakukan sistem cuulturstel-
bar-India  (Siswoputranto  1993:  25).  Na- sel.  Budidaya  kopi  mulai  diperkenalkan 
mun, pada masa VOC budidaya kopi ti- pada  tahun  1830,  tetapi  tanaman  kopi 
dak dilakukan secara besar-besaran karena  diperkenalkan  oleh  pemerintah  Hindia 
kopi  hanya  dijadikan  sebagai  alat  pem- Belanda  dengan  melakukan  kerja  sama 
bayaran pajak terutama di Kabupaten Pri- dengan  kepala-kepala  kampung  untuk 
angan Jawa Barat (Creutsberg dan J.T.M.  mendapatkan tanah untuk dijadikan lahan 
van Laanen 1987: 132), sehingga produk- perkebunan  kopi  yang  dikelola  oleh 
sinya  terbatas  dan  kesulitan  untuk  me- masyarakat ataupun swasta yang hasilnya 
menuhi permintaan pasar dunia. Perlua- menguntungkan masyarakat. Meskipun di 
san  penanaman  kopi  baru  dilaksanakan  Maros di berlakukan sistem wajib tanam 
setelah  diterapkannya  cultuurstelsel  1830  dan  diberlakukan  pajak  untuk  tanaman 
yang masih mempertahankan sistem wajib  kopi namun produksi kopi ini tersedia un-
tanam  yang  telah  dilakukan  oleh  VOC  tuk petani kopi itu sendiri. Beda halnya 
sebelumnya. Perluasan areal kebun kopi  dengan di Bantaeng, masyarakat Bantaeng 
dilaksanakan menyeluruh di Pulau Jawa  tidak  diwajibkan  untuk  menanam  kopi 
dan juga mulai diperkenalkan di daerah- dan tidak dikenakan pajak tetapi perkebu-
daerah luar Jawa. Kebun-kebun kopi ini  nan kopi di Bantaeng cukup terawat dan 
umunya di kelola oleh pekebun-pekebun  menghasilkan kopi dengan kualitas yang 
pribumi,  sehingga  pemerintah  mengha- baik. 
ruskan penyetoran wajib kopi sebagai pa- Pada kenyataannya Sulawesi Sela-
jak tanah, dan pemerintah melakukan mo- tan pada abad ke-19 menjadi salah satu  
nopoli perdagangan. Pada tahun 1850-an  daerah  pengekspor  kopi  terbesar  Hindia 
dan 1860-an sistem tanam paksa dan mo- Belanda di luar pulau Jawa, bahkan kopi 
nopoli lambat laun dihapuskan  tetapi ma- menjadi produk unggulan lebih daripada 
sih terdapat tanam paksa walaupun dalam  beras (Dias Pradadimara 2015) sehingga 
bentuk yang lebih lunak (Creutsberg dan  masalah produksi dan budidaya kopi di 
J.T.M. van Laanen 1987: 139).  Sulawesi Selatan menjadi hal yang sangat 
Pada abad ke-19 Sulawesi Selatan  menarik  untuk  di  kaji  sebagai  bahan 
telah mempunyai peranan yang signifikan  penelitian. 
dalam  produksi  dan  perdagangan  kopi.   
Kopi di Sulawesi Selatan pada abad ke-19  METODOLOGI PENELITIAN 
di produksi di Noorderdistricten Maros, Si- Dalam penelitian ini penulis mengguna-
geri  dan  Bergregentschappen,  Pangkajene,  kan  metode  penelitian  sejarah  dengan 
Zuiderdistricten  Bantaeng,  Bakungan,  menganggunakan analisis deskriptif kuan-
Sesayya,  dan  Oosterdistricten  Bulukumba,  titatif,  untuk  mendapatkan  gambaran 
Sinjai, dan Selayar. Selain kegiatan pro- mengenai keadaan kebun kopi dan pro-
duksi, juga telah terlihat aktivitas perda- duksi kopi di Sulawesi Selatan. yang meli-
gangan  kopi  yang  mempunyai  jaringan  puti pencarian dan pengumpulan sumber-
perdagangan internasional  yang melibat- sumber data yang sesuai dengan studi ka-
kan negara-negara besar seperti Belanda,  jian penulis, yang selanjutnya merangkai 
Amerika, Singapura, Inggris, dan Prancis.   kumpulan  data  tersebut  satu  demi  satu 
135
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 
agar membentuk suatu pemahaman yang  lah itu, menyediakan lubang galian den-
rasional sehingga terdapat narasi sejarah  gan  diameter  60  x  60  x  60  cm  dengan 
yang bisa dianggap sebagai karya tulisan  jarak 1,75 x 1,75 m ataupun 4 x 2 m ter-
sejarah  yang  ilmiah  (Kuntowijiyo  2008:  gantung letak dan keadaan kebun.  Saat 
7). Dalam penyusunannya tidak terlepas  pembuatan lubang tanaman, tanah lapisan 
melalui proses analisa yang kuat agar se- atas dan lapisan bawah harus dipisahkan 
suai dengan tuntutan dari teori serta me- dan lubang tanaman perlu dibiarkan ter-
todologi  sejarah.  Sehingga  nanti  tulisan  buka selama 1 bulan untuk mendapatkan 
ini sesuai dengan prosedur penulisan se- tanah  yang  sehat  (Siswoputranto  1993: 
jarah yang berlaku secara umum.  39). Penanaman bibit sebaiknya dilakukan 
Adapun  metode  kesejarahan  yang  ketika bibit kopi berumur 6-8 bulan dan 
kami gunakan yaitu; (1) pemilihan topik,  sebelum  bibit  tanaman  membentuk  ca-
(2) pengumpulan  sumber yang relevan,  bang primer. Penanaman ini baiknya dila-
(3)  verifikasi  (kritik  sejarah,  keabsahan  kukan pada awal musim hujan, agar terja-
sumber),  (4)  interpretasi:  analisis  dan  min tanaman tidak akan kekeringan. 
sintesis, dan (5) penulisan.  Perakaran  tanaman  kopi  pada 
  umumnya  relatif  dangkal.  Oleh  karena 
MASUKNYA  KOPI  DI  SULAWESI  itu, tanaman kopi memerlu tanaman pe-
SELATAN  lindung untuk menjaga tanah agar tidak 
Tanaman  kopi  telah  dikenal  oleh  pen- terjadi erosi yang dapat menyebabkan ba-
duduk Sulawesi Selatan sejak abad ke 17  han-bahan  organik  yang  terkandung 
dari  pedagang  Arab  yang  melakukan  dalam  lapisan  tanah  paling  atas  tidak 
perdagangan  dengan  kerajaan  Gowa.  terkikis oleh air hujan saat musim hujan 
Dalam  periode  ini  masyarakat  Sulawesi  tiba.  Selain  itu,  perawatan  secara  intesi 
Selatan  mulai  mengembangkan  tanam  juga perlu dilakukan untuk menjaga agar 
kopi  di  gunung  Lompobattang  dan  struktur tanah tetap terjaga baik dengan 
Toraja.  Hal  ini  diperkirakan  diprakarsai  bahan-bahan organik maupun tata air dan 
oleh  Raja Gowa dan pedagang Arab, se- udara tanahnya. 
hingga pengembangannya di Toraja ber- Perawatan secara intensif ini dila-
langsung  bersamaan  dengan  di  Gowa  kukan dengan cara melakukan pemangka-
(Gunung Lompobattang). Namun, komer- san  pada  tanaman  kopi.  Pemangkasan 
sialisasi  komoditi  kopi  baru  dilakukan  tanaman  kopi  terdiri  dari  pemangkasan 
pada tahun 1830 seiring dengan pengem- bentuk,  pemeliharaan,  dan  peremajaan. 
bangan tanaman kopi yang dilakukan oleh  Pemangkasan  bentuk  dilakukan  dengan 
Pemerintah  Hindia  Belanda  cara memotong pucuk tanaman kopi agar 
(Polinggomang 2005: 19).  tanaman kopi tidak tumbuh terlalu tinggi 
Periode  setelahnya,  penanaman  dan  juga  berguna  agar  cabang-cabang 
kopi dilakukan di dataran-dataran tinggi  primer dapat memanjang kesamping. Pe-
di tanah-tanah pemerintah yang terpusat  mangkasan pucuk ini juga akan mempen-
di  Bergregentschappen  dan  Sigeri  yang  gatuhi pertumbuhan cabang sekunder dan 
berada di Distrik Utara, Bantaeng di Dis- pertumbuhan buah. Pemangkasan pucuk 
trik Selatan, Bulukumba, Sinjai di Distrik  dilakukan ketika tanaman kopi berumur 3-
Timur dan pulau Selayar (arsip Koloniaal  4 tahun. Setelah pemangkasan pucuk dila-
Verslag 1860-1896).   kukan, biasanya akan tumbuh tunas-tunas 
  baru di batang dan cabang-cabang primer. 
BUDIDAYA TANAMAN KOPI.  Tunas-tunas  ini  dapat  mengurangi  pro-
Budidaya  kopi  dilakukan  dengan  men- duktifitas  tanaman  kopi  sehingga  perlu 
yediakan bibit kopi terlebih dahulu. Sete- dilakukan  pemangkasan  pemeliharaan. 
146
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 
Pemangkasan  pemeliharaan  dilakukan  menjadi rindang dan batang primer me-
sesuai  dengan  kondisi  tanaman  kopi.  jadi  kurus  yang  disebabkan  oleh 
Seperti  pemangkasan  terhadap  tunas- kurangnya  asupan  hara  yang  dapat  dis-
tunas  yang  tumbuh  di  cabang-cabang  erap oleh batang primer. Tunas-tunas mu-
primer (wiwilan), pemangkasan tunas ini  dah yang tumbuh dibatang primer dapat 
dilakukan karena dapat mengurangi pro- tumbu  dengan  subur  akan  tetapi  tunas-
duktifitas  tanaman  kopi.  Pemangkasan  tunas tersebut tidak memiliki produktifitas 
berat juga perlu dilakukan apabila tunas- yang tinggi seperti batang primer. Apabila 
tunas baru yang tumbuh dan berkembang  dibiarkan  tumbuh  dengan  lebat,  tunas-
dengan  cepat,  pertumbuhan  ini  dapat  tunas  ini  akan  tumbuh  menjadi  batang 
mengganngu tanaman yang lain sehingga  sekunder  yang  dapat  menurungkan  pro-
perlu  dilakukan  pemangkasan  berat.  Se- duktifitas batang primer. Akibatnya, pro-
lain itu, kondisi tanaman kopi juga akan  duksi  kopi  menjadi  tidak  optimal 
menjadi rimbun sehingga dapat mengha- meskipun  didukung  dengan  keadaan 
langi sinar matahari untuk menyinar tana- cuaca yang baik. 
man  kopi  yang  berakibat  pada  matinya  Selain  perawatan  secara  intensif, 
cabang-cabang  primer.  Selain  itu,  tana- keadaan  tanah  dan  cuaca  juga  menjadi 
man kopi yang rimbun juga menyebabkan  factor terjadinya fluktuasi produksi kopi. 
udara  disekitar  tanaman  kopi  menjadi  Tanaman  kopi  memerlukan  tanah  yang 
lembab  dan  menyebabkan  pembusukan  subur dengan keadaan yang gembur dan 
pada bunga kopi. Kondisi demikian dapat  sedikit  berpasir  karena  mempunyai 
menyebabkan  menurunya  produktifitas  drainase yang cukup baik. Sehingga ada 
tanaman kopi (Pangabean 2011: 69).  saat musim hujan tiba, tidak terjadi genan-
Selain  itu,  pemangkasan  perema- gan air yang dapat merusak sistem pera-
jaan juga perlu dilakukan apabila produk- karan tanaman kopi. Tanah gembur yang 
tifitas tanaman kopi mulai menurun. Pe- sedikit  berpasir  juga  dapat  mendukung 
nurunan produktifitas ini biasanya di se- tumbuh suburnya tanaman kopi. Keadaan 
babkan  oleh  pohon  kopi  yang  mulai  cuaca mempunyai pengaruh yang sangat 
menuah  dan  terserang  hama  penyakit.  besar  terhadap  produktifitas  tanaman, 
Pemangkasan  peremajaan  ini  dilakukan  cuaca kering pada saat kopi berbunga da-
dengan 2 cara, yaitu pemangkasan selektif  pat merusak bunga kopi. Angin kencang 
dan pemangkasan radikal. Pemangkasan  juga dapat merusak panen dan juga tana-
selektif dilakukan dengan cara memotong  man  kopi,  angin  kencang  yang  terjadi 
bagian pohon kopi yang tidak produktif  pada saat tanaman kopi berbungan dapat 
atau kondisinya rusak agar dapat tumbuh  merontokkan bunga kopi dan juga dapat 
tunas-tunas  baru.  Pemangkasan  radikal  mematahkan  cabang  primer.  Sementara 
dilakukan dengan cara memangkas semua  curah hujan tinggi dapat membuat bunga 
pohon kopi yang berada dalam satu ke- kopi berguguran dan membuat biji kopi 
bun.  Setelah  dilakukan  pemangkasan  yang masih mudah menjadi busuk. 
maka akan tumbuh tunas-tunas baru, tu- Secara  umum,  kondisi  alam  Su-
nas-tunas yang baru tersebut akan dipilih  lawesi Selatan tidak cocok untuk perkebu-
satu tunas untuk dibiarkan tumbuh dan  nan  kopi  dalam  skala  besar,  sehingga 
menjadi  batang  yang  lebih  mudah  penanaman dan pengelolahan kebun kopi 
(Pangabean 2011: 73).  hanya  di  lakukakan  oleh  penduduk  di 
Tanaman kopi yang tidak terawat  daerah  tertentu.  Setelah  di  terapkannya 
tumbuh tinggi dan nampak banyak tunas- Undang-Undang Agraria 1870, hanya ter-
tunas kopi yang tumbuh dengan lebatnya  dapat  sedikit  perkebunan  kopi  yang  di 
menjadi batang sekunder.  Tanaman kopi  miliki oleh swasta, sangat berbeda dengan 
157
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 
apa yang terjadi di Jawa, dimana setelah  olah kebun secara teratur dan selain itu 
1870, banyak perkebunan kopi yang tum- tanaman  kopi  yang  ditanam  oleh  pen-
buh, terutama di Jawa Timur (N.D. Ret- duduk  juga  dikenakan  pajak  (Koloniaal 
nandari : 15).  Verslag 1860: 684). Pembayaran pajak di 
Tanaman kopi yang dibudidayakan  Bergregentschappen diatur oleh pemerintah 
merupakan jenis kopi Arabika. Jenis tana- dalam  Indisch  Staatsblad  1863  No.  165, 
man  ini  sangat  digemari  oleh  penikmat  yang diberlakukan pada 1864, bahwa pen-
kopi, karena rasanya yang enak dan bera- duduk membayar pajak dengan uang atau 
neka ragam. Rasa kopi banyak dipenga- kopi (Koloniaal Verslag 1870: 550). Pajak 
ruhi oleh kandungan mineral tanah dan  yang dibayar sebesar f 3 atau 12 kati pe-
tanaman yang tumbuh di sekitarnya, se- rumah tangga setiap tahunnya (Koloniaal 
hingga  rasa  kopi  diwilayah  dan  kebun  verslag  1869:  415).  Namun,  pada  tahun 
juga  berbeda-beda.  Kopi  jenis  Arabika,  1869 jumlah pajak yang dibayar dengan 
juga mudah beradaptasi disetiap wilayah,  kopi naik menjadi 20 kati kopi sementara 
sehingga  pengembagan  dan  persebaran  pajak  yang  dibayar  dengan  uang  tidak 
tanaman  kopi  cukup  mudah  dilakukan.  mengalami  perubahan  (Koloniaal  verslag 
selain itu tanaman kopi Arabika juga lebih  1870: 415). Pemungutan pajak ini bertu-
digemari oleh penduduk karena pohonnya  juan untuk membiayai pemeliharaan tana-
tidak tumbuh terlalu tinggi sehingga mu- man kopi, selain itu pajak ini juga diguna-
mudahkan  para  petani  kopi  untuk  me- kan untuk mendukung pemerintah mela-
metik buahnya. Hingga akhir abad ke-19.  kukan  perluasan  perkebunan  kopi  dan 
Kopi  Arabika  merupakan  satu-satunya  peningkatan  jumlah  tanaman  kopi 
jenis kopi yang dikomersialisasikan dalam  (Koloniaal verslag 1869: 415). 
skala yang cukup besar.  Penerapan pajak ini terbukti efektif 
Selain  Arabika,  kopi  Liberia  juga  untuk  peningkatan  jumlah  pohon  kopi 
dibudidayakan  di  wilayah  pemerintahan  dan  perluasan  kebun  kopi  di  Bergre-
langsung, namun kopi ini hanya terbatas  gentschappen. Jumlah tanaman kopi men-
ditanam dalam perkebunan swasta yang  ingkat secara drastis ditahun 1867 tana-
berada  di  Distrik  Utara.  Kopi  Liberika  man kopi mencapai 290.000 dari 67.000 
tidak  begitu  digemari  oleh  penduduk  pohon pada tahun 1866. Jumlah ini ke-
karena  pohonnya  yang  tumbuh  terlalu  mudian meningkat lagi pada 1868. Menu-
tunggi.  rut sensus 1868 jumlah pohon kopi di Ber-
Penanaman  ini  dilakukan  untuk  gregentschappen mencapai 762.000 pohon, 
meningkatkan  nilai  ekspor  kopi  Hindia  sementara  yang  berbuah  382.500  pohon 
Belanda  di  pasar  international.  Penana- (Koloniaal  verslag  1869:  415).  Selain  itu 
man kopi dilakukan oleh pemerintah den- hasil  sensus  1871  menyebutkan  bahwa 
gan  menerapkan  sistem wajib  pajak  ko- Jumlah pohon kopi di Distrik Utara, Disi-
moditi kopi, membuka lahan-lahan perke- trik Selatan dan Distrik Timur diperkira-
bunan baru serta  membuka lahan pembi- kan mencapai 33.725.914 pohon dan yang 
bitan sebagai tempat uji coba penanaman  berbuah 23.143.366 pohon (Koloniaal ver-
kopi. Sistem wajib pajak yang dikenakan  slag  1872:  187).  Jumlah  ini  kemudian 
untuk komoditi kopi ini tidak diterapkan  mengalami penurunan ditahun 1872 dan 
secara menyeluruh di wilayah pemerintah  1873, menurut keterangan dari Pemerin-
langsung tapi hanya diterapkan di Sigeri  tah  Hindia  Belanda  jumlah  pohon  kopi 
dan Bergregenstchappen di Distirk Utara. Di  pada tahun 1872 diperkirakan 33.445.466. 
Bergregentschappen setiap keluarga di wajib- hal ini disebabkan oleh sulitnya menda-
kan oleh pemerintah Hindia Belanda un- patkan lahan yang cocok untuk tanaman 
tuk menanam tanaman kopi dan mengel- kopi. 
168
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 
Dalam Koloniaal Verslag tahun 1882  Tidak hanya perkebunan penduduk 
dilaporkan bahwa di Segeri yang masuk  yang penanamannya diwajibkan oleh pe-
dalam wilayah di Distrik Utara juga dila- merintah, tetapi perkebunan swasta juga 
kukan  perluasan  penanaman  kopi  di  ikut  membudidaya  kopi.  Kopi  yang 
pegunungan.  Banyak  penduduk  yang  dibudidayakan  merupakan  kopi  jenis 
awalnya  menanam  padi  meninggalkan  Arabika yang pada waktu itu sangat dige-
sawah  mereka  untuk  membuka  kebun  mari oleh pasar Eropa dan Amerika. Kopi 
baru di pegunungan yang dijadikan kebun  Arabika  dibudidayakan  di  perkebunan 
kopi  seperti  yang  terjadi  di  Regent  swasta yang berada di Sesaya yang terle-
Madalle. Akibatnya, tanaman kopi di Re- tak di sebelah barat Bantaeng (sekarang 
gent Madalle meningkat menjadi 120.000  berada di kecamatan Bissappu Kab. Ban-
pohon.   taeng) yang pada waktu itu dimiliki oleh 
Pembukaan lahan baru yang dila- seorang  berkebangsaan  Cina,  namun 
kukan oleh penduduk biasanya dilakukan  perkebunan  kopi  ini  tidak  berkembang 
di hutan-hutan. Penduduk saling bekerja  dengan  baik.  Hingga  akhir  tahun  1860 
sama untuk membabat hutan atau mem- tercatat  dalam  perkebunan  ini  terdapat 
bakarnya.  Setelah  lahannya  dibersihkan,  50.000 pohon kopi. Selain itu perkebunan 
lahan  tersebut  dibagi  dan  dimiliki  oleh  swasta di Jampea yang dimiliki oleh orang 
tiap-tiap orang, kemudian lahan tersebut  Eropa  juga  ikut  membudidayakan  kopi 
ditanami kopi yang masih muda. Ini dila- Arabika. Tercatat ada sekitar 80.000 po-
kukan oleh penduduk untuk mengurangi  hon kopi yang dibudidayakan pada perke-
peggunaan tenaga (Koloniaal verslag 1879:  bunan ini. Selain itu perkebunan ini juga 
415).  membudidayakan  kelapa  (Koloniaal  Ver-
Berbeda dengan di Bantaeng, per- slag, 1860: 684).  
luasan  penanaman  kopi  dilakukan  atas  Setelah  diberlakukannya  Undang-
kerjasama  dengan  kepala-kepala  kam- Undang  Agraria  1870  yang  memung-
pung,  untuk  mendapatkan  tanah  yang  kinkan terjadinya sewa tanah oleh inves-
akan digunakan sebagai kebun kopi. Ke- tor asing dalam jangka waktu paling lama 
bun  kopi  kemudian  diserahkan  kepada  75 tahun, banyak perkebunan kopi yang 
penduduk untuk dikelola, sementara hasil- muncul di Jawa, dan tidak terkecuali di 
nya  tersedia  bagi  pemilik  perkebunan.   Sulawesi  Selatan,  misalnya  perkebunan 
Pemerintah juga membuka kebun untuk  kopi  yang  terdapat  di  Bakungan  di  . 
uji coba penanaman kopi di Selayar pada  Perkebunan  ini  merupakan  perkebunan 
tahun 1861. Pemerintah menanam 20.000  yang disewa oleh orang Eropa. Perkebu-
pohon  kopi  yang  tumbuh  dengan  baik,  nan ini dibuka tahun 1878 dan mempun-
sementara itu pada tahun 1862 pemerin- yai luas 457 bau (Bau merupakan satuan 
tah menambahkan tanaman kopi dengan  ukur yang digunakan pada masa Hindia 
melakukan penanaman 30.000 bibit kopi  Belanda. 1 = 0,7096 hektar atau 1 hektar 
di Selayar dan 2.500 pohon kopi di Ban- =  1,4091  bau)  (Koloniaal  Verslag  1883: 
taeng. Tanaman kopi telah dikenal oleh  208) . Namun pada awal dibukanya, lahan 
penduduk  Selayar,  sebelum  pemerintah  yang ditanami hanya 200 bau (Koloniaal 
Hindia  Belanda  memperkenalkan  tana- Verslag 1880: 194), kurang dari ½ tanah 
man tersebut. Penduduk Selayar umum- yang disewa. Perkebunan ini berkembang 
nya menggunakan tanaman kopi sebagai  dengan baik sehingga penenanaman kopi 
tanaman  pagar  yang  ditanam  di  dekat  di  perkebunan  ini  mengalami  perluasan 
rumah-rumah  penduduk.  Tanama  kopi  tiap tahunnya. Pada tahun 1881 penena-
juga  ditemukan  tumbuh  dengan  liar  di  man  kopi  diperluas  hingga  300  bau 
dalam hutan.   (Koloniaal Verslag  1882:  211),  dan  pada 
179
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 
1882 diperluas hingga 325 bau. Kemudian  nan yang sama maupun suatu kawasan. 
pada  tahun  1883  penanaman  kopi  Musim  panen  kopi  pun  tidak  serentak 
diperkebunan  ini  mengalami  perluasan  sama  waktunya,  dimulai  daerah  bagian 
hingga  350  bau,  dan  pada  tahun  1885  barat dan disusul panen di daerah Timur 
mencapai 400 bau.   (Siswoputranto 1993: 49). 
Di perkebunan ini pada tahun 1883  Biji  kopi  yang  telah  matang  ber-
dipekerjakan  125  orang  pekerja  yang  warnah merah hingga merah tua pada ku-
berasal dari Selayar. Mereka bekerja se- lit buahnya. Dalam satu dompolan buah 
cara bergantian untuk meringankan peker- biasanya biji kopi tidak matang secara ber-
jaannya. Mereka diberi upah f (f (florin  samaan.  Oleh  karena  itu  pemetikan  biji 
atau gulden) merupakan mata uang yang  tidak diselesaikan dalam satu kali panen. 
digunakan pada masa Hindia Belanda, f  Tetapi dilakukan secara bertahap dengan 
1= 100 sen Belanda) 8 perbulan dan diberi  selang  pemetikan  biasanya  2  minggu 
1¼ katti beras tiap harinya. Seiring den- sekali. Kopi mulai berbuah ketika beru-
gan  perluasan  penanaman  kopi,  buruh  mur 4 tahun, awalnya jumlah buah kopi 
diperkebunan  ini  juga  ikut  bertambah,  yang dihasilkan masih sedikit. Setelah itu, 
hingga tahun tahun 1885 buruh diperke- buah kopi yang dipanen terus meningkat 
bunan ini menjadi 175 orang yang keban- dari panen tahun ke 2 hingga tahun ke 14 
yakan berasal dari Selayar. Selain itu di  (Pangabean 2011: 88). 
Koetoeloe  atau  Batu  Kassi  di  Distrik  Pemetikan biji kopi dilaukan secara 
Utara juga terdapat perkebunan kopi yang  manual dengan cara memetik buah kopi 
disewa. Perkebunan ini berdiri tahun 1883  satu persatu, lalu buah tersebut dimasuk-
mempunyai luas 52 bau, di perkebunan  kan kedalam keranjang panen yang sudah 
ini dikembangkan kopi Liberia yang pada  disiapkan  sebelumnya.  Pemetikan  biji 
awal  berdirinya  perkebunan  ini  berkem- kopi yang masih hijau juga sering dilaku-
bang dengan baik (Koloniaal Verslag 1884:  kan oleh petani kopi. Hal ini sangat tidak 
201). Akan tetapi pada tahun 1885 kopi di  baik dilakukan karena dapat menurunkan 
perkebunan  ini  hampir  seluruhnya  mati  mutu kopi. Biji kopi yang masih hijau juga 
karena kekeringan yang di akibatkan oleh  mempunyai bobot yang lebih ringan di-
musim  kemarau  yang  berkepanjangan.  bandingkan  dengan  biji  yang  sudah 
Dalam koloniaal verslag 1887 dilaporakan  merah. Oleh karena itu pemetikan biji hi-
bahwa kedua perkebunan sewa ini men- jau  dapat  menurungkan  keuntungan 
galami gagal panen dan perkebunan terse- hingga  20%  (Pangabean  2011:  91).  Pe-
but dijual tahun 1887 di pelelangan.   metikan  buah  yang  dilakukan  oleh 
  pemilik kebun kopi biasanya dibantu oleh 
PRODUKSI KOPI  penduduk  dari  kampung  lain,  sehingga 
Tanaman kopi merupakan tanaman musi- pada saat musim panen banyak penduduk 
man yang dapat dipanen satu kali seta- dari  kampung  lain  berdatangan  untuk 
hun.  Musim  panen  mulai  dari  kebun- memberikan bantuan, tetapi bantuan ini 
kebun kopi di Aceh, terus ke Lampung,  tidak  dilakukan  dengan  sukarela,  tetapi 
Jawa Barat, Jawa Tengah, bersamaan di  dilakukan dengan sistem bagi hasil, buruh 
Jawa  Timur  dan  Sulawesi  dan  terus  ke  petik ini biasanya di bayar hingga 1/  dari 
3
Timur.  Berlangsung  mulai  dari  bulan  hasil  panennya  (Koloniaal  Verslag,  1879: 
April sampai Oktober setiap tahun. Buah  206). Setelah memetik biji kopi, biji kopi 
Kopi Arabika pada umumnya akan ma- kemudian  dipisahkan  dari  kulitnya  ke-
tang 8 bulan setelah pertumbuhan buah.  mudian dijemur untuk dikeringkan, sete-
Buah kopi tidak matang secara serentak  lah biji kopi kering, kopi tersebut selanjut-
dalam dompol buah, baik dalam perkebu- nya di giling menggunakan mesin penggil-
280
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 
ing  padi  untuk  membersihkan  biji  kopi  Wilayah  Pemerintahan  Langsung  dapat 
dari kulit yang masih tersisa. Setelah itu  dilihat dalam grafik 3.1. 
biji kopi di jual kepedagang.  Apabila kita perhatikan grafik 3.1. 
Produksi  kopi  tidaklah  tetap,  dan  maka kita akan melihat bahwa produksi 
tidak  juga  mengalami  peningkatan  dari  kopi di wilayah Pemerintahan Langsung 
tahun ketahun, sehingga produksi kopi di  mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. 
wilayah  pemerintahan  langsung  men- Fluktuasi  ini  disebabkan  oleh  keadaan 
galami  fluktuasi, hal ini di sebabkan oleh  cuaca yang berubah-ubah tiap tahunnya. 
sifat tanaman kopi yang tumbuh dengan  Cuaca yang baik dapat memicu penigka-
liar  dan  perkembangan  buahnya  sangat  tan produksi sedangkan cuaca yang buruk 
dipengaruhi  oleh  kondisi  cuaca.  Untuk  dapat  menurungkan  jumlah  produksi. 
memperoleh hasil yang optimal tanaman  Seperti yang terjadi Pada tahun 1860 jum-
kopi memerlukan perawatan secara inten- lah kopi yang di produksi di wilayah pe-
sif.  merintahan langsung diperkirakan menca-
Produksi  kopi  sangat  bergantung  pai 40.000 pikul (Koloniaal Verslag, 1860) 
pada kondisi cuaca pada masa tanaman  dan pada tahun 1861 produksi kopi men-
kopi berbunga hingga masa pertumbuhan  galami  penurunan  hingga  7.000  pikul 
dan pematangan buah, kondisi cuaca yang  menjadi 33.000 pikul, jumlah ini juga ter-
kering  dan  basah  dapat  merusak  buah  masuk kopi yang diproduksi di wilayah 
kopi  dan  menurungkan  nilai  produksi.  Bone 2.000 pikul, Gowa 10.000 pikul, Si-
Selain itu, tanaman kopi juga tidak men- denreng dan Sulawesi Tengah 10.000 pi-
dapatkan  perawatan  secara  intensif  se- kul dan Mandar 500 pikul, sehingga kopi 
hingga  produksi  kopi  tidak  optimal.  yang diproduksi di wilayah pemerintahan 
Kurang perawatan ini disebabkan karena  langsung  hanya  mencapai  15.000  pikul 
penduduk tidak memahami cara budidaya  (Koloniaal Verslag, 1861). jumlah ini jauh 
tanaman kopi yang baik meskipun pemer- lebih  sedikit  bila  dibandingkan  dengan 
intah  Hindia  Belanda  telah  melakukan  1860 yang produksinya diperkirakan men-
sosialisasi  tentang  cara  perawatan  dan  capai 40.000 pikul.  
budi  daya  kopi.  Fluktuasi  produksi  di  Cuaca buruk terjadi ditahun 1862 
Grafik 3.1 Produksi kopi di Wilayah Pemerintahan Langsung tahun 1860-1875 
Sumber: data statistik ini diperoleh dari hasil analisis Koloniaal Verslag 1860-1876 
291
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 
dan 1863 yang menyebabkan penurunan  tidak berdapak buruk bagi produksi kopi. 
produksi, akan tetapi dalam Koloniaal Ver- Produksi kopi pada 1870 mencapai 51.200 
slag tidak  disebutkan  adanya  angka pro- pikul, jumlah ini lebih tinggi bila diband-
duksi. Cuaca buruk tersebut sangat mem- ingkan  dengan  1867,  1868,  dan  1869, 
pengaruhi  produksi  kopi  karena  dapat  yang hanya mencapai 50.000 dan 50.000 
menggugurkan bunga kopi pada saat tana- pikul serta 43.650 pikul. Kopi yang dipro-
man  kopi  berbunga  dan  menyebabkan  duksi tahun 1870 masing-masing berasal 
buah kopi mejadi hitam sehingga produksi  dari Distrik Utara 1.800, Distrik Selatan 
kopi menurun. Meskipun demikian dita- 23.700 dan Distrik Timur 25.700 pikul.  
hun 1862 pemerintah mengupayakan agar  Produksi kopi kembali mengalami 
dilakukan perawatan kopi secara intensif  penurunan  scara  drastis  ditahun  1871 
melalui  sosialisasi  kepada  penduduk.  yang hanya mencapai 19.017 pikul. Penu-
Kualitas produk pada tahun 1862 cukup  runan ini disebabkan oleh banyaknya ke-
baik karena tanaman kopi cukup dirawat  bun kopi yang rusak di Distrik Utara, Dis-
(Koloniaal verslag, 1862).  trik Selatan dan Distrik Timur yang diaki-
Cuaca  yang  baik  untuk  tanaman  batkan oleh curah hujan yang tinggi yang 
kopi baru terjadi ditahun 1864, produksi  disertai  dengan  angin  kencang.  Ban-
kopi ditahun ini mengalami peningkatan,  yaknya kebun kopi yang rusak berdampak 
akan tetapi produksi ditahun 1864 tidak  pada  menurunya  jumlah  produksi  kopi. 
didapat di tentukan secara pasti. Semen- Di  Distrik  Utara  kopi  yang  diproduksi 
tara itu pada tahun 1865 produksi kopi  hanya mencapai 108 pikul, di  8.051 pikul 
mencapai  50.000  pikul  yang  didukung  dan di Distrik Timur 10.858 pikul. Pro-
oleh cuaca yang sangat baik untuk tana- duksi ini jauh lebih sedikit jika dibanding-
man kopi dan pada tahun 1866 mencapai  kan  dengan  tahun  1870.  Sementara  itu 
60.000  pikul.  Cuaca  buruk  yang  terjadi  produksi  kopi  ditahun  1872  mengalami 
ditahun 1866 menyebabkan produksi kopi  peningkatan secara signifikan hingga men-
kembali  mengalami  penurunan  hingga  capai  nilai  49,400  pikul  yang  didukung 
50.000 pikul ditahun 1867 dan  ditahun  oleh kondisi cuaca yang sangat mengun-
1868  juga  produksinya  hanya  mencapai  tungkan untuk produksi kopi. Kopi yang 
50.000 pikul.   diproduksi ini berasal dari Distrik Utara 
Kondisi  cuaca  tahun  1869  sangat  440  pikul,  Distrik  Selatan  22.700  pikul, 
baik  untuk  tanaman  kopi.  Akan  tetapi,  dan 26.160 pikul dari Distrik Timur. Se-
produksi  kopi  ditahun  1869  mengalami  mentara itu produksi kopi ditahun 1873 
penurunan  hingga  6.350  pikul,  sehingga  mengalami peningkatan hingga mencapai 
kopi  yang  di  produksi  hanya  mencapai  53.776  pikul.  Masing-masing  kopi 
43.650  pikul,  hal  ini  disebabkan  oleh  diperoleh dari Distrik Utara 465 pikul, di 
kurangnya  perawatan  kopi  yang  dilaku- Distrik Selatan 24.764 pikul, dan 28.547 
kan oleh penduduk yang berdampak pada  pikul dari Distrik Timur.  
menurunya  produksi  kopi.  Kurangnya  Selain faktor cuaca, fluktuasi pro-
tenaga dan biaya perawatan menjadi ala- duksi  juga  dipengaruhi  oleh  perawatan 
san penduduk untuk tidak melakukan per- tanaman  kopi.  Tanaman  Kopi  yang 
awatan  kopi  secara  intensif.  Sementara  dirawat dengan baik juga akan meningkat-
itu, kopi di Selayar tidak bekembang den- kan  niliai produksi, selain itu kopi yang 
gan  baik  meskipun  di  Selayar  terdapat  dihasilkan juga akan mempunyai kualitas 
pegunungan dan lahan yang cocok untuk  yang bai pula. Akan tetapi, petani kopi di 
tanaman kopi.   wilayah pemerintahan langsung tidak me-
Cuaca  buruk  juga  terjadi  ditahun  lakukan perawatan tanaman kopi secara 
1870,  akan  tetapi  cuaca  buruk  tersebut  intensif.  Petani  kopi  merawat  kebun 
1202
Description:Ashabul Kahpi. Imagined Historia  Kopi telah menjadi produk minuman dalam skala  van Laanen 1987: 132), sehingga produk- sinya terbatas dan