Table Of Content14
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan disajikan beberapa kajian teoritis tentang penerapan Ice
breaker pada pembelajaran dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan Agama Islam, yaitu:
A. Tinjauan tentang Penerapan Ice Breaking pada Pembelajaran
1. Pengertain Ice Breaking
Istilah ice breaker berasal dari dua kata asing, yaitu ice yang
berarti es yang memiliki sifat kaku, dingin, dan keras, sedangkan breaker
berarti memecahkan. Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’ Jadi,
ice breaker bisa diartikan sebagai usaha untuk memecahan atau
mencairkan suasana yang kaku seperti es agar menjadi lebih nyaman
mengalir dan santai. Hal ini bertujuan agar materi-materi yang
disampaikan dapat diterima. Siswa akan lebih dapat menerima materi
pelajaran jika suasana tidak tegang, santai, nyaman, dan lebih
bersahabat.13
Ice breaker juga apat diartikan sesuatu yang dingin yang perlu
diberikan pada suasana yang panas. Artinya, ketika suasana sudah
memanas, menegang, maka perlu suatu minuman yang dingin dan
13Sunarto, Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif, (Surakarta: Yuman Pressindo, 2012),
h. 1
15
menyegarkan, yaitu ice breaker agar suasana kembali dingin dan otak
siap menuju kegiatan pembelajaran yang lebih menantang.14
M. Said mengungkapkan, yang dimaksud ice breaker adalah
permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana
kebekuan dalam kelompok.15
Ada juga yang menyebutkan bahwa Ice Breaker adalah peralihan
situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk, menjenuhkan dan
tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada
perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang
yang berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan.
Ice Breaker merupakan cara tepat untuk mencipatakan suasana
kondusif. “Penyatuan” pola pikir dan pola tindak ke satu titik perhatian
adalah yang bisa membuat suasana menjadi terkondisi untuk dinamis dan
fokus. Dinamis karena peserta bisa mengubah aktivitasnya sendiri untuk
mengikuti pola terstruktur yang telah diarahkan oleh pemimpi forum.16
2. Pentingnya Ice Breaker dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran yang serius kaku tanpa sedikitpun ada
nuansa kegembiraan tentulah akan sangat cepat membosankan. Apalagi
diketahui bahwa berdasarkan penelitian kekuatan rata-rata manusia untuk
terus konsentrasi dalam situasi yang monoton hanyalah sekitar 15 menit
14http://komunikasi.um.ac.id/?p=2432
15M. Said, 80+ Ice Breaker Games-Kumpulan Permainan Penggugah Semangat,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 1
16Adi Soenarno, Ice Breaker Permainan Atraktif-Edukatif, (Yogyakarta: Andi offset,
2005), h. 1.
16
saja. Selebihnya pikiran akan segera beralih kepada hal-hal lain yang
mungkin sangat jauh dari tempat di mana ia duduk mengikuti suatu
kegiatan tertentu.
Otak kita tidak dapat dipaksa untuk melakukan fokus dalam
waktu yang lama. Untuk mudahnya, anda bisa menggunakan patokan
usia. Contohnya, untuk anak usia 5 tahun, rentang waktu fokus optimal
yang bisa dilakukan hanyalah 5 menit, untuk anak usia 15 tahun, rentang
waktu fokus hanyalah 15 menit. Bila seorang berusia 35 tahun atau 60
tahun maka fokus optimalnya 30 menit. Jadi 30 menit adalah rentang
waktu fokus maksimal agar tidak terjadi kelelahan otak yang
berlebihan.17
Ketika pikiran tidak bisa terfokus lagi, maka segera di butuhkan
upaya pemusatan perhatan kembali. Upaya yang bisa dilakukan oleh guru
konvensional adalah dengan meningkatkan intonasi suara yang lebih kers
lagi, mengancam atau bahkan memukul-mukul meja untuk meminta
perhatian kembali. Upaya demikian sebenarnya justru semakin
memperparah situasi pembelajaran, karena sebenarnya proses
pembelajaran sangat dibutuhkan keterlibatan emosional siswa. Dengan
demikian sangatlah penting bagi guru untuk menguasai berbagai teknik
ice breaker dalam upaya untuk terus menjaga “stamina” belajar para
17 Bunda Lucy, Ade Julius Rizky, Dahsyatnya Brain Smart Teaching, (Jakarta: Penebar
Plus, 2012), h. 50
17
siswanya.18 Adapun landasan pentingnya ice breaker dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Landasan Empiris
Darmansyah (2010: 3) menjelaskan bahwa hasil penelitian
dalam pembelajaran pada dekade terakhir mengungkapkan bahwa
belajar akan lebih efektif, jika siswa dalam keadaan gembira.
Kegembiraan dalam belajar telah terbukti memberikan efek yang
luar biasa terhadap capaian hasil belajar siswa. Bahkan potensi
kecerdasan intelektual yang selama ini menjadi “primadona” sebagai
penentu keberhasilan belajar, ternyata tidak sepenuhnya benar.
Kecerdasan emosional telah memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap efektifitas pembelajaran disamping kecerdasan intelektual.
Teori Gestalt yang dikutip Nasution menyatakan bahwa :
Belajar tidak mungkin tanpa kemauan untuk belajar, maka
kesukaan siswa terhadap sikap yang dilahirkan guru jelas
akan memberikan motivasi tersendiri dalam belajar.
Ada banyak cara untuk menggairahkan belajar siswa dengan
cara menggembirakan dan itu dapat dipelajari oleh semua guru. Cara
yang paling sering digunakan oleh guru adalah dengan meramu ice
breaker yang disisipkan dalam psoses pembelajaran. Keunggulan ice
breaker adalah bisa dipelajari oleh setiap orang tanpa membutuhkan
ketrampilan tinggi. Justru ice breaker dapat direncanakan dan
18 Sunarto, Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif, (Surakarta: Yuman Pressindo, 2012), h.
3
18
dimatchingkan dengan berbagai materi pelajarn yang akan diajarkan
oleh guru.
b. Landasan Teoritis
Ice breaker sangat diperlukan dala proses pembelajaran di
kelas untuk menjaga stamina emosi dan kecerdasan berpikir siswa.
Ice breaker diberikan untuk memberikan rasa gembira yang bisa
menumbuhkan sikap positif siswa dalam psoses pembelajaran.
Goleman dalam Bobbi Dapoter (2001: 22) mengatakan bahwa :
Ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas
syaraf untuk berfikir rasional mengecil. Otak “dibajak secara
emosional”.
Psikolog dan peneliti Howard Gardner (1995: 94) seorang
tokoh pendidikan yang telah mengembangkan teori Multiple
intelligences berpendapat sebagai berikut :
“Kita harus menggunakan keadaan positif anak untuk
menarik mereka ke dalam pembelajaran di bidang-bidang di
mana mereka dapat mengembangkan kompetensinya... Flow
adalah keadaan internal yang menandakan bahwa seorang
anak mengerjakan tugas yang tepat. Anda harus menemukan
sesuatu yang anda sukai, lalu tekunilah. Di sekolah saat anak
merasa “bosan” mereka akan berontak dan berubah. Jika
mereka dibanjiri tantangan, mereka akan mencemaskan
pekerjaan sekolah. Tetapi anda akan belajar dengan segenap
kemampuan jika anda menyukai hal yang anda pelajari dan
anda senang jika terlibat dalam hal tersebut”.
Begitu pentingnya membangun suasana hati siswa saat
mengikuti proses pembelajaran, sampai-sampai Dr. Robert Sylwester
(1995) memperingatkan kepada para pendidikan sebagai berikut :
“Dengan memisahkan emosi dari logika dan pemikiran dalam
kelas, kita telah menyederhanakan manajemen sekolah dan
19
evaluasi, tetapi kita juga telah memisahkan dua sisi pada
sebuah koin – dan akibatnya, kehilangan suatu hal yang
penting lain dalam kehidupan. Jangan coba-coba....”
Berdasarkan pandangan berbagai ahli pendidikan di atas ,
jelaslah bahwa dalam psoses pembelajaran peran emosi sangatlah
menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Suasana hati yang bembira dan tidak tertekan diyakini akan sangat
membantu siswa dalam konsentrasi belajar.
c. Landasan Yuridis
Dalam kaitannya dalam proses pembelajaran yang
menyenangkan ada beberapa ayat yang secara tersirat maupun
tersurat mengatur tentang proses pembelajaran kepada siswa yang
mengharuskan untuk memberikan kesempatan yang luas kepada ank
untuk berekspresi dan berbagi pendapat. Dalam pasal 12 ayat 1
Konvensi Hak Anak yang berbunyi :
“Negara-negara peserta akan menjamin hak anak yang
berkemampuan untuk menyatakan secara bebas
pandangannya sendiri mengenai semua hal yang menyangkut
hal itu, dengan diberikan bobot yang layak pada pandangan-
pandangan anak yang mempunyai nilai sesuai dengan usia
dan kematangan yang bersangkutan”.
Sementara itu landasan yuridis yang ada di Indonesia
dituliskan secara lebih jelas dalam undang-undang RI No.20 pasal 40
ayat 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal berbunyi:
“Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban :
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan; dan
20
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi
dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang
diberikan kepadanya.”
Dalam rangka mengawal penyelenggaraan pendidikan
sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang tersebut diatas,
Mentri Pendidikan Nasioanal yang mengamanatkan kepada seluruh
penyelenggara pendidikan yang dituangkan dalam Permendiknas
No.41 tahun 2007 Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar
Dan Menengah mengharuskan bahwa dalam kegiatan inti
pembelajaran harus dilakukan secra interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, beraktifitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik secara psikologis siswa.19
3. Tujuan dan Fungsi Ice Breaker
Ice breaker didefinisikan sebagai “a fun way to support the
objective of presentation [Svendsen, 1996]. Bahkan hampir dipastikan
semua aktivitas manusia memerlukan kehadiran ice breaker. Ada
beberapa tujuan penggunaan ice breaker, yaitu :
a. Menghilangkan sekat-sekat pembatas di antara siswa.
b. Terciptanya kondisi yang dinamis di antara siswa
c. Menciptakan motivasi antara sesama siswa untuk melakukan aktivitas
selama proses belajar-mengajar berlangsung.
19Sunarto, Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif,h. 4-12
21
d. Membuat peserta saling mengenal dan akan menghilangkan jarak
mental sehingga suasana menjadi benar-benar rileks, cair dan
mengalir.
e. Mengarahkan atau memfokuskan peserta pada topik
pembahasan/pembicaraan.
Selnjutnya ice breaker dapat pula digunakan sebagai daya
pembangkit [energizer]. Energizer adalah permainan-permainan yang
digunakan ketika para peserta tampak dingin atau kehilangan semangat,
jenuh dan mengantuk. Aktivitas ini digunakan sebagai sarana
menurunkan ketegangan dan menyuntikkan tenaga baru. Menurunnya
semangat ini juga bisa terjadi sesudah jeda (break) atau makan siang.
Untuk itu, semangat bermain dan mengkuti training harus dibangkitkan
kembali.20Catatan penting pemakaian Ice breaker:
• Sebelum mempraktikkan, hendaknya seorang guru, melakukan uji
coba, dengan ujicoba akan diketahui secara pasti waktu yang
dibutuhkan, bahkan melihat secara cermat antara kesesuaian materi
ice breaker dengan materi pelajaran.
• Dihindari perilaku yang menganggap, bahwa ice breaker adalah
sarana pembunuh waktu, atau pengisi waktu luang. Namun lebih
diarahkan kepada pembangkitan motivasi [energizer]
20 M. Said, 80+ Ice Breaker Games-Kumpulan Permainan Penggugah Semangat,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 87
22
• Dalam melakukan ice breaker perhatikan kaidah WARUNG JAMU [
WAktu-RUaNG-JumlAh-dan-Mutu].
Waktu : Kapan kita harus mempraktikan icebreaker
Ruang : Pada dimensi apa kita berikan
Jumlah : Untuk berapa peserta
Mutu : Tujuan apa yang diinginkan.21
4. Ciri – ciri Ice Breaker
Ada beberapa kondisi sebagai ciri-ciri dari Ice Breaker yang
dapat dipakai untuk mencairkan suasana, antara lain :
a. Kalimat yang bisa menarik perhatian siswa dalam 11 menit pertama
b. Adanya gerakan fisik yang mengundang perhatian peserta didik
c. Siswa atau pesera didik dilibatkan dalam satu topik
d. Adanaya bunyi-bunyian yang merangsang pendengaran peserta didik
e. Anekdot yang bisa membuat semua peserta didik tertawa
f. Perenungan yang menghendaki jawaban bersama
g. Gerakan fisik yang bisa “membangun” peserta didik
h. Momen yang bisa mengubah jalan pikiran peserta didik
i. Aksentuasi suara yang bisa menyedot perhatian peserta22
5. Macam-macam Ice Breaker
Ice breaker di sini dibagi dalam dua macam varian, antara lain :
a. Ice breaker tanpa media
21http /icebreaker-piranti-baku-pemandu.html
22Ibid, h. 4
23
Ice breaker tanpa media dapat diartikan permainan pendinginan otak
dengan tidak menggunakan media di luar anggota tubuh.
b. Ice breaker dengan media
Ice breaker dengan media merupakan permainan pendinginan otak
dengan menggunakan media di luar media anggota tubuh. Media/alat
bantu lain untuk melakukan ice breaker, misalnya penggaris,
penghapus, tas, pensil, atau kapur.23
Ada banyak macam energizer atau ice breaker yang dapat
digunakan dalam pembelajaran. Namun jika dilihat dari metodenya dapat
dikelompokkan menjadi 9 jenis, yaitu :
1) Jenis yel-yel
Yel-yel walaupun sederhana tetapi mempunyai tingkat
“penyembuh” yang paling baik dibanding jenis lain. Dengan
melakukan yel-yel selain konsentrasi menjadi pulih kembali, juga
dapat menumbuhkan semangat yang tinggi dari peserta didik untuk
melanjutkan pelajaran.
Berdasarkan pengalamn yel-yel ada 2 model yang digunakan,
yaitu :
a. Model interaktif yel
Interaktif yel yaitu model yel-yel yang diucapkan secara
bersahutan antara guru dengan siswa didik atau siswa didik
engan siswa lainnya. Contoh yel model ini adalah :
23http/icebreakingdlmpembelajaran-100302210222phpapp02.htm
Description:Said, 80+ Ice Breaker Games-Kumpulan Permainan Penggugah Semangat, .. untuk dibentuk menjadi berbagai macam benda seperti binatang,.