Table Of ContentBab II
Konflik, Perdamaian, dan Konseling Pernikahan
Pada bagian ini akan dikemukan teori-teori pendukung yang digunakan
dalam menganalisa data. Teori-teori yang dimaksud diantaranya:
A. Konflik
1.1 Defenisi Konflik
Konflik adalah suatu proses sosial yang berlangsung dengan
melibatkan orang orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang
dengan ancaman kekerasan. Konflik tercipta karena adanya perbedaan dari segi
kepentingan, ras, agama, pandangan, status sosial, keadaan ekonomi dan lain
sebagainya.1 Secara etimologis konflik berasal dari bahasa latin “con” berarti
bersama dan “fligere” benturan atau tabrakan. Benturan, maksudnya berupa
kepentingan, keinginan, pendapat dan lain sebagainya antara dua belah pihak
atau lebih. 2 Menurut Weber, konflik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sosial terjadinya konflik tidak terelakkan dalam suatu masyarakat disebabkan
masyarakat dipandang sebagai struktur sosial yang mencakup proses-proses
asosiatif dan disosiatif yang hanya dapat dibedakan secara analisis.
1 Fera Nugroho, Pradjarto Dirdosanjoto, Nico L Kana (ed); Konflik dan Kekerasan
Lokal(Salatiga:Pustaka Pelajar, 2004) 82.
2 Chandra, R.I.,Konflik Dalam Kehidupan Sehari – hari. (Yogyakarta; Kanisius,1992)
35.
15
Coser mengatakan bahwa konflik adalah unsur penting bagi integrasi
sosial. Selama ini konflik selalu dipandang sebagai faktor negatif yang
memecah belah. Konflik sosial dalam beberapa cara memberikan sumbangan pada
kepentingan kelompok serta mempererat hubungan interpersonal.3 Konflik sosial
adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain
didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam,
menekan, hingga saling menghancurkan.4 Konflik ada yang bersifat positif yakni
dengan meningkatkan keharmonisan hubungan dalam masyarakat dan bersifat
negatif yaitu dengan menghancurkan tatanan hubungan yang telah ada.5
Penjelasan ini memberikan penggambaran bahwa konflik terjadi karena
adanya pertentangan dan perselisihan antar kelompok masyarakat untuk mencapai
tujuan bersama dengan berbagai kepentingan yang sifatnya terbatas. Konflik juga
dapat memberikan perbedaan yang ditempatkan pada pentingnya mengubah
struktur sosial yang tidak adil. Konflik dalam masyarakat memang pada dasarnya
tidak dapat dihindari tetapi dalam proses konflik tersebut dianggap sebagai sebuah
integrasi sosial bagi kehidupan masyarakat. Konflik dapat membangun dan
membentuk manusia. Dengan pengertian bahwa konflik tidak dapat dihindari
namun harus dihadapi. Karena penghindaran konflik bisa mengakibatkan
terjadinya konflik yang lebih besar. Konflik tidak selalu bersifat negatif,
melainkan konflik yang terjadi dalam masyarakat bisa dijadikan wadah atau
3 Lewis A. Coser, The Function of Social Conflict(New York: The Free, 1964), 22.
4 Don Davis & Hook Joshua, Integration, Multicultural counseling and sosial Justice.
Journal of Psychology & Theology Vol 40, 3-4.
5 Fera Nugroho, Pradjarto Dirdosanjoto, Nico L Kana (ed); Konflik dan Kekerasan
Loka,(Salatiga:Pustaka Pelajar, 2004) 85.
16
sarana untuk membangun saling pengertian dan membentuk kedewasaan
berinteraksi antar individu maupun kelompok yang memiliki beragam sifat,
sikap dan kepentingan. Dalam konflik itu akan ada konflik yang bersifat positif
dan konflik yang bersifat negatif.
1.2 Penyebab Konflik
Adam Kuper menyatakan sumber konflik adalah bertumpu kepada
hubungan-hubungan sosial, politik, ekonomi, dan sifat dasar biologis
manusia. Paparan Kuper tersebut melihat semua aspek dari kehidupan
manusia. 6 Fisher menjabarkan konflik disebabkan oleh:
a. Polarisasi kelangsungan yang terjadi karena ketidakpercayaan dan
permusuhan diantara perbedaan kelompok dalam masyarakat (Teori Hubungan
Masyarakat).
b. Posisi tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang penyebab konflik
oleh pihak-pihak yang mengalami konflik (Teori negosiasi prinsip).
c. Kebutuhan dasar manusia yaitu; fisik, mental, dan sosial, tidak
terpenuhi atau dihalangi (Teori kebutuhan manusia).
d. Identitas yang terancam karena kehilangan sesuatu hal atau masalah
masa lalu yang belum terselesaikan (Teori identitas).
e. Kesalahpahaman atau ketidakcocokan karena budaya yang dianut.
6 A. Kuper & J . Kuper,Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial ,(.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008) 60.
17
f. Masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan, muncul sebagai
masalah-masalah sosial, budaya, dan ekonomi (Teori transformasi
konflik). 7
Konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat bertumpu pada konflik
sosial, konflik yang ada dalam masyarakat ada yang bersifat positif dan bersifat
negatif sehingga menurut Samiyono dikatakan bahwa konflik yang terjadi dapat
merugikan, tetapi juga dapat bermanfaat jika dikelola dengan baik. Ada
pun hal-hal positif, ketika konflik dapat dikelola dengan baik antara lain:
a. Membuat organisasi tetap hidup dan humoris, masing-masing
kelompok dapat melakukan adaptasi sehingga dapat terjadi perubahan
dan perbaikan.
b. Munculnya keputusan inovatif. Konflik akan mendorong orang
untuk berpikir lebih hati-hati dalam memutuskan sesuatu atau
mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya.
c. Munculnya persepsi lebih kritis.
d. Meningkatnya sikap solidaritas sosial. Adapun solidaritas itu bisa
timbul karena sesama anggota merasa memiliki nasib yang sama.
Sebaliknya, jika konflik tidak dikelola, akan muncul beberapa hal
negatif antara lain yaitu: Pertama, kerugian berupa material dan spiritual. Kedua,
menggangu keharmonisan sosial. Ketiga, terjadinya perpecahan kelompok.
7 S. Fisher, dkk, Mengelola Konflik: Ketrampilan dan Strategi Untuk Bertindak
,(Jakarta: The British Council,2001).
18
Melihat dampak dari sebuah konflik yang terjadi, sangat perlu untuk mengelola
konflik menjadi berdaya guna. 8
Bertolak dari beberapa pandangan diatas maka akibat yang ditimbulkan
dari konflik itu adalah adanya pola pembentukan dalam masyarakat serta
dipengaruhi oleh budaya yang ada dalam dirinya, karenanya hal-hal ini menjadi
pijakan yang kuat terhadap diri seseorang atau kelompok kemasyarakatan seperti
perbedaan sikap, pikiran serta nilai-nilai yang sudah tertanam.
Konflik dalam lingkup masyarakat tidak selalu dapat menghancurkan
tetapi justru dengan adanya konflik maka sistem dan nilai-nilai yang sudah tertata
dalam masyarakat akan menjadi harmonis dan lebih baik lagi dengan pengertian
bahwa hadirnya konflik dapat membuat rasa solidaritas dan kebersamaan dalam
masyarakat menjadi meningkat dengan pola interaksi satu dan yang lainnya. Oleh
karenanya sebuah konflik yang terjadi dapat terselesaikan jika mampu untuk
mengelola dan melakukan penyelesaian konflik agar proses konflik tidak
berkepanjangan serta teratasi dengan baik pula.
1.3 Resolusi Konflik
Cara yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan konflik disebut
sebagai resolusi konflik. Setiap orang pasti berbeda caranya dalam menyelesaikan
konflik. Resolusi konflik merupakan suatu cara yang digunakan sebagai respon
atau serangkaian perilaku yang dilakukan oleh seseorang dalam menyelesaikan
konflik. Weitzman mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan yang
8 David Samiyono, Diktat Lokakarya “Membangun Perdamaian didalam Masyarakat
Berbinekha Tunggal Ika;tanggal 28-29 Januari 2011.
19
dilakukan secara bersama-sama dalam memecahkan masalah (solve a problem
together). 9 Syafuan Rozy menyatakan, resolusi konflik merupakan sebuah
terminologi ilmiah yang menekan kebutuhan untuk melihat perdamaian
sebagai proses terbuka dalam penyelesaian sebuah konflik.10
Resolusi konflik mengacu pada strategi-strategi untuk menananangi
konflik terbuka dengan harapan tidak hanya mencapai suatu kesepakatan untuk
mengakhiri kekerasan (penyelesaian konflik) tetapi juga untuk mencapai suatu
resolusi dari berbagi perbedaan sasaran yang menjadi penyebabnya. Dengan
pengertian bahwa resolusi konflik antar suku sama maknanya dengan pengeloaan
keharmonisan hubungan antara mereka. Wujud tatanan kualitas kehidupan
masyarakat yang harmonis paling tidak melibatkan dua aspek : 1). Wujud
konstelasi kehidupan ideal ( constelation of ideal life), dan 2). Bagaimana suatu
masyarakat mengelola dinamika kehidupannya.
Aspek pertama, menyangkut kepada pengertian mengenai tatanan
kehidupan sosial yang diinginkan. Aspek kedua,berkenaan dengan kehandalan
berbagi strategi dan mekanisme pengelolaan untuk mencegah dan mengatasi
setiap permasalahan sosial yang timbul dan konflik-konflik yang menjurus kearah
kehancuran tatanan sosial yang sudah baik. Banyak faktor yang menyebabkan
konflik antar suku yang tersembunyi dan berkembang menjadi konflik yang
terbuka. Paling tidak bermuara pada tiga hal yaitu: a) adanya ketidaksesuaian
9 Anwar Zainul. Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian, Seminar Asean 2nd
Psychhology & Humanity © Psychology Forum UMM, 19 – 20 Februari 2016.
10 Syafuan Rozi, Kekerasan Komunal “ Anatomi dan Resolusi Konflik di Indonesia,
(Jakarta: Pustaka Pelajar,2006)
20
tuntutan terhadap sumberdaya; b) ketidaksesuaian kepercayaan, standar nilai dan
norma; dan c) ekspresi perilaku yang afektif dan impulfif. Masalahnya adalah
bagaimana suatu masyarakat yang beragam etnik dan suku bisa secara terus-
menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas keharmonisan
hubungannya. Salah satunya adalah bagaimana masyarakat itu mampu mengelola
dinamika kehidupannya. Hal-hal ini berkenaan dengan kehandalan berbagai
teknik atau pendekatan untuk mencegah dan mengatasi setiap konflik-konflik
yang terjadi dalam masyarakat. 11
Penjelasan diatas memberikan gambaran bahwa dalam sebuah komunitas
masyarakat akan ada banyak konflik yang terjadi konflik itu bisa saja dapat
merusak tatanan yang sudah dibangun dengan baik atau justru konflik yang terjadi
dalam masyarakat dapat membuat sebuah tatanan yang telah ada menjadi lebih
baik dan keharmonisan hubungannya terus terjaga. Masyarakat dapat menjaga
tatanan dan keharmonisan dalam masyarakat dengan cara mampu mengelola dan
bahkan mencegah serta mengatasi agar sebuah konflik tetap dapat teratasi dengan
baik.
Proses penyelesaian konflik dalam kultur sebuah masyarakat akan
berbeda-beda didasarkan adanya pola dan tradisi lokal yang tentu saja masih
dipertahankan sebagai bentuk atau cara yang dilakukan untuk menyelesaikan
konflik dalan tatanan kemasyarakatan yang ada. Resolusi konflik hadir untuk
dapat menyelesaikan konflik dengan tidak menggunakan kekerasan. Dalam proses
11 Fera Nugroho, Pradjarto Dirdosanjoto, Nico L Kana (ed), Konflik dan Kekerasan
Lokal,(Salatiga:Pustaka Pelajar, 2004) 81-82
21
penyelesaian konflik itu dapat diberikan strategi-strategi kepada msyarakat agar
dapat menyelesaikan konflik dengan wujud kebersamaan untuk dapat menemukan
solusi dari permasalahan yang ada tanpa melalui tindakan kekerasan sehingga
tidak merusak tatanan kehidupan bermasyarakat yang sudah ada.
Dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu
maka perlulah diketahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik.
Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu:
1. Perbedaan pendirian
Yaitu keyakinan orang perorangan yang telah menyebabkan konflik
antar individu. Dalam konflik-konflik seperti ini terjadilah bentrokan-
bentrokan yang berkaitan dengan pendirian, dan masing-masing pihak pun
berusaha membinasakan lawannya. Membinasakan disini tidak selalu diartikan
sebagai pembinasaan fisik, tetapi bisa pula diartikan dalam bentuk pemusnahan
simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Di dalam
realitas sosial tidak ada satu pun individu yang memiliki karakter yang sama
sehingga perbedaan pendapat, tujuan dan keinginan tersebutlah yang
mempengaruhi timbulnya konflik sosial.
b. Perbedaan budaya.
Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan konflik antar
individu akan tetapi bisa juga antar kelompok. Pola-pola kebudayaan yang
berbeda akan menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola prilaku yang
berbeda pula dikalangan khalayak kelompok yang luas. Perbedaan-perbedaan
22
yang terjadi dalam masyarakat membuat adanya perubahan-perubahan sosial yang
terjadi tetapi hal-hal diatas tidak menjadi patokan akan timbulnya konfik yang
terjadi dalam masyarakat tetapi yang berubah justru ada pada sistem nilai-nilai
yang tertanam dalam masyarakat karena yang menyebabkan perbedaan pada pola
pikir serta pendirian ada dalam masyrakat itu sendiri. 12
Clifford Geertz, menemukan ada beberapa hal yang dapat menjadi
peredam konflik antar kelompok dalam kerangka yang struktural yaitu
berhubungan dengan pola interpretasi kebudayaan, pola perilaku keagamaan,
tolerasi umum dan pertumbuhan dalam mekanisme sosial yang mantab menuju
pada bentuk integrasi.13
1.4 Cara-Cara Penyelesaian Konflik
Dari pernyataan diatas maka terdapat lima cara juga yang dapat ditempuh
individu dalam menyelesaikan konflik, diantaranya adalah: Pertama. Akomodatif/
berdamai, yaitu suatu pihak memuaskan kepentingan pihak yang lain tanpa
memuaskan kepentingannya sendiri. Kedua. Berbagi/berkompromi, perilaku ini
merupakan intermediasi antara mendominasi dan mendamaikan, perilaku ini
adalah pilihan yang moderat tetapi tidak memberikan kepuasan sepenuhnya bagi
kedua belah pihak. Dalam hal ini suatu pihak memberikan sesuatu secara sebagian
kepada pihak lainnya dan menyimpan sebagian lainnya. Ketiga. Kolaborasi/
integrasi, perilaku ini berusaha memuaskan kepentingan kedua belah pihak secara
12 Ritha Safithri, Mediasi dan Fasilitasi Konflik dalam Membangun Perdamaian,674.
13 Fera Nugroho, Pradjarto Dirdosanjoto, Nico L Kana (ed), Konflik dan Kekerasan
Lokal(Salatiga:Pustaka Pelajar, 2004) 85.
23
penuh, yaitu untuk mengintegrasikan kepentingan mereka. Kempat. Menghindari/
membiarkan, artinya perilaku ini merefleksikan ketidakpedulian terhadap
kepentingan pihak manapun. Kelima. Kompetitif/ mendominasi, yaitu keinginan
suatu pihak memuaskan kepentingan sendiri atas kerugian pihak lainnya dengan
kata lain mendominasi.14
Penjelasan diatas memberikan kesimpulan bahwa kehidupan disaat ini
tindakan konflik sangat berperan penting dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat. Masyarakat menjadi pola pertama untuk mudah saja terjadi konflik
karena kehidupan masyarakat terbentuk dari faktor kebudayaan yang sudah
tertanam sejak dulu kala. Faktor budaya membuat terkadang masyarakat susah
untuk menerima sebuah hal baru dan bahkan mempertahankan setiap budaya yang
ada tanpa melalui proses pemilahan terlebih dahulu sehingga saat ada persoalan
sosial yang terjadi dalam sebuah wilayah tertentu yang melibatkan masyarakat
maka kondisi-kondisi itu yang membuat masyarakat menjadi lebih bertindak
dengan proses pendirian dirinya yang sudah ada dalam diri setiap individual
tersebut. Oleh karena itu dalam setiap proses untuk menyelesaikan setiap konflik
yang terjadi sudah banyak cara dan langkah yang dilakukan, sehingga proses
resolusi untuk mengatasi setiap konflik bisa diatasi dengan baik.
14 Anwar Zainul. Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian, Seminar Asean 2nd
Psychology &Humanity.
24
Description:masyarakat dipandang sebagai struktur sosial yang mencakup proses-proses asosiatif dan disosiatif yang hanya dapat dibedakan secara analisis. 1 Fera Nugroho, Pradjarto Dirdosanjoto, Nico L Kana (ed); Konflik dan Kekerasan. Lokal(Salatiga:Pustaka Pelajar, 2004) 82. 2 Chandra, R.I.,Konflik Dalam