Table Of ContentBAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PULUIK-PULUIK
A. Pantai Barat Minangkabau Abad ke-17 M
Wilayah Minangkabau dari perspektif alamnya dapat dikonkritkan
batasanya sebagai berikut: Sebelah Utara, dari Gunung Pasaman sampai Air
Bangis (masih dalam kawasan Pantai Barat bagian Utara). Disebutkan batas
ini sampai dengan batas Sumatera Utara, karena tidak jauh dari Air Bagis ada
wilayah Natal yang secara geneologis juga termasuk wilayah kultur rantau
Alam Minangkabau. Dalam sejarah Natal pendiri kerajaan setempat adalah
seorang raja dari Kesultanan Inderapura.Salah satu keturunannya adalah
kaum Sutan Takdir Ali Sahbana.
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Muko-muko wilayah ini dahulu
termasuk wilayah Kesultanan Inderapura yakni kerajaan kerabat dalam
wilayah Alam Minangkabau. Kemudian Muko-muko menjadi daerah otonom
dari Inderapura setelah didirikan Kerajaan Anak Ayia oleh Raja Adil.
Sekarang dalam era otonomi daerah Muko-muko menjadi salah satu
kabupaten dalam Provinsi Bengkulu. Meski tidak berada dalam teritorial
wilayah administrasi Pemerintah Propinsi Sumatera Barat, namun secara
kultural adat mereka tetap seperti dulu yakni adat Minangkabau, mereka
secara sosial mengelompok sesuai dengan kekerabatan dalam sub-sub sistem
suku Minangkabau dan masing-masing suku mereka dipimpin oleh penghulu
juga menggunakan nama kebesaran penghulu suku yang ada di Minangkabau.
Sebelah Timur, berbatasan dengan Inderagiri sampai batasan dengan Jambi.
13
14
Di dalamnya XII Koto Kampar termasuk Kuok, Bangkinang, Salo, Air Tiris
dan Rumbio. Mengarah ke utara berdiri gunung Mahlintang dan Gunung
Sahilan. Seluruhnya disebut rantau dalam tiga kabung air, sungai yang airnya
deras bernama Batang Hari, sungai yang airnya keruh bernama Batang
Kuantan, dan sungai yang airnya tenang itulah Batang Kampar dan Sungai
Siak. Menusuk ke dalam wilayah Sumatera Barat sekarang terdapat Muara
Takuang Mudiak (Alahan Panjang) dan selingkung Gunung Singgalang
sampai Merapi lalu memutar ke batas Provinsi Jambi yang lain seperti
Kerinci, dulu termasuk wilayah Kerajaan Inderapura sejak sumpah setia
Sitinjau Lawuik, yang budaya lokalnya sampai sekarang masih mempunyai
kemiripan dengan budaya masyarakat Inderapura.
Balik ke wilayah Minang dalam teritorial Sumbar sekarang, masuk
digenapkan 20 dengan Muaro Sijunjung, di dalamnya terdapat Sipisak Pisau
Hanyuikdi Silukah Pinang Pangga, di hilir Rantau Singingi terus maju ke
timur batas Riau. Untuk kasus batas Riau sampai sekarang terutama di daerah
kultur Kuntu Kampar (wilayah administrasi pemerintahan Provinsi Riau)
masyarakatnya adatnya tetap seperti dulu yakni memakai adat Minangkabau.
Mereka secara sosial mengelompok sesuai dengan sistem kekerabatan dalam
sub-sub sistem suku Minangkabau dan masing-masing suku dipimpin oleh
penghulu juga mengenakan nama kebesaran penghulu suku yang ada di
Minangkabau. Hal yang sama juga untuk kasus batas Alam Minangkabau
dengan Jambi, dapat daerah Muara Sabak dulu masuk wilayah Minangkabau
Timur, dimana sistem kekerabatan, suku dan kepala suku menggunakan adat
15
dan Langgam adat Minangkabau. Sebelah barat, berbatasan dengan lautan
Indonesia (dulu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik). Batas barat ini pada
pepatah dalam tambo alam disebut dengan riak nan badabua lua (ombak nan
badabua atau deburan ombak di Pantai Barat Sumatera membentang dari
utara terus ke selatan memasuki bagian wilayah Pesisir Selatan sekarang terus
ke Tapan, Inderapura dan Lunang. Juga termasuk pasisia banda sapuluah
(sepuluh bandar) sekarang juga bagian dari wilayah Pesisir Selatan. Sepuluh
Bandar (kota pelabuhan pantai) itu adalah: Batang Kapas, Taluk, Taratak,
Surantih, Anting Perak, Kambang, Lakitan, Pelangai, Punggasan, Air Haji
dan Sungai Tunu). Kejelasan batas-batas wilayah kultur alam Minangkabau
itu dengan rinci diwariskan secara lisan terus menerus bahkan juga
dituangkan di dalam Tambo Alam yang ada pada masyarakat budaya
Minangkabau. 1
Minangkabau dalam pengertian sosial budaya merupakan suatu daerah
kelompok etnis yang mendiami daerah Sumatera Barat sekarang, ditambah
dengan daerah kawasan pengaruh kebudayaan Minangkabau seperti: daerah
utara dan timur Sumatera Barat.
Negeri Sembilan Malaysia sejak berhubungan dengan Minangkabau,
masyarakat negeri sembilan mengikuti peraturan-peraturan adat Perpatih
sebagaimana di Minangkabau, meski berbeda dalam penggunaannya, mereka
hidup bersuku-suku layaknya di Minangkabau. Penduduk Minangkabau
menyebar melalui jalur sungai sehingga sampai ke Jambi, Palembang,
1Yuliza Yunus, et al, Talu Pangkal Tali Indonesia Ujung Kata 70 Tahun Fadlan Maalip
Tuanku Bosa XIV, (Padang: CV. Putri Tunggal, 2012), h. 21-24
16
Inderagiri, Tapung Kanan dan Tapung Kiri, Siak dan daerah lainnya.
Sebagiannya menyeberangi Selat Melaka dan sampai di negeri
sembilan.2Namun secara praktis pemerintah Daerah Tingkat I propinsi
Sumatera Baratlah yang menggerakkan kebudayaan Minangkabau.
Boestanoel Arifin Adam mengatakan: Daerah suku bangsa Minangkabau
ditandai dengan masyarakatnya yang menganut adat istiadat Minangkabau,
dan masyarakat Minangkabau itu umumnya bermukim di pulau Sumatera
bagian tengah, meliputi propinsi Sumatera Barat (tidak termasuk kepulauan
Mentawai di samudera Hindia), sebagian hulu sungai Rokan, Kampar dan
Kuantan di propinsi Riau, kemudian Batang Tebo dan Muaro Bungo di
propinsi Jambi, serta hulu sungai Marangin di Muko-Muko di propinsi
Bengkulu. Daerah yang didiami suku bangsa Minangkabau tersebut di atas,
merupakan wilayah budaya Minangkabau.
Masyarakat Minangkabau menyebut wilayah tersebut dengan ”Alam
Minangkabau”. Alam Minangkabau dihiasi pegunungan Bukit Barisan yang
membujur dari utara ke selatan, diantaranya terdapat beberapa gunung
merapi. Sekeliling gunung merapi ditutupi rimba raya, dan sekitarnya berada
wilayah dataran tinggi Minangkabau. Dataran rendahnya terletak pada bagian
pantai pulau Sumatera yang menghadap ke Samudera Indonesia. Dataran
tingginya memiliki lembah dan ngarai-ngarai yang dikelilingi hutan dengan
suhu udara yang cukup dingin. Ekonomi masyarakat di dataran tinggi dan
2Ajisman, et al, Dinamika Hubungan Minangkabau dan Negeri Sembilan dalam
Perspektif Sejarah, ( Padang: BPSNT Padang Pres, 2009), h. 23
17
pegunungan tersebut banyak bersumber dari hasil persawahan dan ladang
sayur-sayuran.3
Penduduk Sumatera Barat dihuni oleh mayoritas suku Minangkabau.
Selain suku Minang, di wilayah Pasaman di huni oleh suku Mandailing dan
suku Batak. Awal munculnya penduduk suku tersebut pada abad ke-18 masa
Perang Padri. Daerah Padang Gelugur, Lunang Silaut, dan Sitiung yang
merupakan daerah transmigrasi terdapat juga suku Jawa. Sebagian di daerah
tersebut terdapat penduduk imigran keturunan Suriname yang kembali
memilih pulang ke Indonesia pada akhir 1950-an. Para imigran tersebut di
tempatkan di daerah Sitiung. Mayoritas penduduk suku Mentawai juga
berdomisili di kepulauan Mentawai dan sangat jarang di temui penduduk
suku Minangkabau. Beberapa suku lainnya seperti etnis Tionghoa memilih
menetap di kota-kota besar seperti Bukittinggi, Padang, dan Payakumbuh.
Suku Nias dan Tamil sendiri berada di daerah Pariaman dan Padang
walaupun dalam jumlah yang sedikit.
Bahasa yang umumnya di gunakan bagi penduduk Sumatera Barat
adalah bahasa Minangkabau. Bahasa tersebut dipakai dalam percakapan
sehari-hari yang memiliki dialek seperti, dialek Pariaman, dialek
Payakumbuh, dialaek Pesisir Selatan, dan dialek Bukittinggi. Sementara itu
bahasa Mentawai mayoritas digunakan di kepulauan Mentawai juga. Bahasa
batak yang berdialek Mandailing digunakan di wilayah Pasaman Barat dan
Pasaman perbatasan Sumatera Utara. Saat ini Sumatera Barat atau
3Wardizal, Pengertian Minangkabau,di unduh melalui website pada 23 maret 2017 (
6.58) : http://repo.isi-dps.ac.id/121/1/Pengertian_Minangkabau.pdf
18
Minangkabau terdiri dari 19 kota dan kabupaten, dimana setiap daerah
mempunyai ciri khas masing-masing. Namun, Minangkabau tetap pada
pepatahnya “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” atau “Adat
yang didasari oleh hukum Islam, dan mengacu kepada Kitabullah.4
Secara Etimologi, Minangkabau berasal dari dua kata, yaitu minang
dan kabau. Kata minang ini awal dari pengucapan bahasa masyarakat yang
mengucapkan kata manang yang berarti kemenangan, dan kata kabau yang
berarti kerbau. Jadi kata Minangkabau berarti “ kerbau yang menang”.
Menurut legenda, nama ini diperoleh dari peristiwa perselisihan di antara
kerajaan Minangkabau dengan seorang putra dari Jawa yang meminta
pengakuan kekuasaan di Melayu.
Keterkaitan masyarakat Minangkabau dengan hewan kerbau ini dapat
dilihat dari berbagai identitas budaya orang Minangkabau, seperti atap rumah
adat mereka yang berbentuk layaknya menyerupai tanduk kerbau. Begitu juga
dengan pakaian adat perempuan Minangkabau yang disebut dengan baju
tanduak kabau.
Menurut para ahli kebudayaan, suku bangsa Minangkabau ini
merupakan bagian dari bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda). Dimana
mereka melakukan migrasi dari dataran China Selatan ke pulau Sumatera
sekitar 2500-2000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat
Minangkabau ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran
sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut dengan darek
4Rusdi, Chaprian dan dikutip dari berbagai sumber (eve), di unduh 23 maret 2017 (7.45),
http://www.dpr.go.id/dokblog/dokumen/F_20150326_9862.pdf
19
(kampung halaman orang Minangkabau). Kemudian suku Minang menyebar
ke daerah Pesisir di Pantai Barat Pulau Sumatera, yang terbentang dari Barus
bagian utara hingga Kerinci bagian selatan. Migrasi tersebut terjadi ketika
pantai barat Sumatera menjadi pelabuhan alternatif perdagangan selain
Malaka, saat jatuh ke tangan Portugis.
Dalam buku Dasar-dasar adat Minangkabau(Idrus Hakimi, 1980),
diebutkan bahwa nenek moyang masyarakat Minangkabau berasal dari
keturunan Raja Iskandar Zulkarnain. Keturunannya menyebar kemana-mana
mencari tanah-tanah baru untuk dibuka. Beberapa kawasan yang menjadi
Darek tersebut membentuk semacam konfederasi yang disebut mereka
dengan nama Luhak. Sesuai dengan pembagian kawasannya, Luhak tersebut
disebut oleh mereka menjadi Luhak Nan Tigo.
Luhak Nan Tigo ada tiga bagian di daerah Minangkabau yang
membawahi daerah rantau, yaitu: (1) Luhak Agam berpusat di Bukittinggi
dengan Rantau Pasaman,(2) Luhak TanahData berpusat di Batusangkar
dengan Rantau Solok,dan (3) Luhak Lima Puluah Koto berpusat di
Payakumbuh dengan Rantau Kampar.
Daerah rantau terbagi atas beberapa daerah, sebelah utara yaitu:
Luhak Agam, Pasaman, Lubuk Sikaping, dan Rao. Sebelah Selatan dan
tenggara Luhak Tanah Datar ada Solok, Silayo, Muaro Paneh, Alahan
Panjang, Muaro Labuah, Alam Surambi Sungai Pagu, Sawah Lunto
Sijunjung, sampai keperbatasan Riau dan Jambi. Selanjutnya rantau
sepanjang hiliran sungai besar, Rokan, Siak, Tapung, Kampar, Kuantan atau
20
Inderagiri, dan Batang Hari. Sedangkan daerah pesisir terbagi atas, dari utara
ke selatan, Meulaboh, Tapak Tuan, Singkil, Sibolga, Sikilang, Aie Bangih,
Tiku, Pariaman, Padang, Bandar Sapuluh, Air Haji, Balai Salasa, Sungai
Tunu, Punggasan, Lakitan, Kambang, Ampiang Parak, Surantiah, Batang
Kapeh, Painan (Bungo Pasang), dan seterusnya Bayang nan Tujuah,
Inderapura, Kerinci, Muko-muko, dan Bengkulu.
Tiap-tiap luhak dibentuk dari beberapa kelarasan, dan pada kelarasan
dibentuk suku, dimana setiap suku Minangkabau diatur menurut garis
keturunan ibu (matrilineal). Untuk mengesahkan suku, ada harta pusaka dari
nenek diwariskan kepada ibu, dan dari ibu diwariskan kepada anak
perempuan. Dalam etnik Minangkabau bahwa banyak yang mengatakan,
dimana mereka sendiri yang menyebutnya dengan istilah suku. Awalnya
sebagai suku mereka ada empat suku, yaitu suku Bodi, Caniago, Koto, dan
Piliang. Sekarang seiring jalannya waktu, berkembang sampai sudah
mencapai ratusan suku, diantaranya suku Gudam, Pinawan, Padang Laweh,
Salo, Tanjung, Sikumbang, Panai, dan lain-lain.5
5M.D Mansoer, Sejarah Minagkabau, Di Unduh pada 21 Maret 2017, jam (10.47)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/63821/4/Chapter%20II.pdf.
21
B. Puluik-puluik Bayang Bagian dari wilayah Pantai Barat Minangkabau
Bayang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pesisir
Selatan, Sumatera Barat. Dahulu karena penghasilan lada, Bayang menjadi
pusat perhatian, karena di samping sebagai daerah kantong pemberontakan
terhadap kekuasaan kaum penjajah. Di daerah ini, mulai berkobarnya api
peperangan melawan Belanda di wilayah Sumatera Barat.6
Puluik-puluik terletak di kecematan IV Nagari Bayang Utara secara
terletak antara 1003,5- 1013,5 Lintang Selatan dan 100031,5-100045 Bujur
Timur. Kecamatan IV Nagari Bayang Utara ini adalah merupakan pecahan
dari Kecamatan Bayang, dengan luas daerah tercatat sebesar 250,74 Km2.
Topografi daerah Kecamatan IV Nagari Bayang Utara berbukit-bukit
sebagai perpanjangan dari Bukit Barisan, dengan tinggi dari permukaan laut
berkisar antara 20-200 meter.
Jika dilihat dari sudut penggunaan lahan, Kecamatan IV Nagari
Bayang Utara sampai saat ini masih diliputi oleh kawasan hutan. Luas
kawasan hutan di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara mencapai 57,84 persen
dari luas daerah. Lahan untuk budidaya pertanian tercatat sekitar 38,20
persen. Sementara lahan untuk perumahan/pemukiman dan halaman
sekitarnya hanya tercatat sebesar 1,34 persen. Sisanya yaitu sebesar 2,62
persen terdiri dari semak-semak, alang-alang, dan rawa-rawa.
Kecamatan IV Nagari Bayang Utara mempunyai batas-batas wilayah
yang mana bagian Utara Bayang berbatasan dengan wilayah Kabupaten
6Yulizal Yunus, Sastra Islam Kajian Syair Apologetik Pembela Tarekat Nagsybandi,
(Padang: IAIN IB Press, 1999), h.37
22
Solok. Di bagian Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan IV Jurai. Di
bagian Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bayang. Di bagian
Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Koto XI Tarusan.
Secara umum dalam bidang ekonomi, masyarakat Puluik-puluik
mengandalkan mata pencarian pertanian. Oleh karena itu, Produksi padi
sawah di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara pada tahun 2015 ini adalah
sebesar 7.008 ton atau mengalami penurunan sebesar 34,14 persen
dibandingakan dengan produksi tahun 2014. Tanaman perkebunan rakyat
yang paling banyak diusahakan masyarakat di Kecamatan IV Nagari Bayang
Utara adalah karet, coklat dan kelapa. Karet ditanam pada areal seluas 335
hektar dengan hasil 311,10 ton pada tahun 2015 dan kelapa ditanam pada
areal seluas 30 hektar dengan hasil 26,40 ton. Tanaman kakao pun sudah
menjadi komoditas yang paling populer untuk diusahakan oleh masyarakat
Kecamatan IV Nagari Bayang Utara. Populasi unggas seperti ayam buras dan
itik masing-masing sebanyak 8.626 ekor, 816 ekor. Populasi sapi dan
kambing adalah sebanyak 729 ekor dan 790 ekor.
Sub sektor perikanan merupakan salah satu andalan Kabupaten Pesisir
Selatan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Kecamatan IV
Nagari Bayang Utara tidak ada yang berprofesi sebagai nelayan, ini
barangkali karena kecamatan ini tidak berbatasan langsung dengan laut.
Penduduk di Kecematan IV Nagari Bayang Utara tahun 2015 tercatat
sekitar 1.653 rumah tangga dengan jumlah penduduk 7.314 jiwa, terdiri dari
3.489 jiwa laki-laki dan 3.825 jiwa perempuan. Dengan kepadatan penduduk
Description:pepatah dalam tambo alam disebut dengan riak nan badabua lua (ombak nan badabua . Lahan untuk budidaya pertanian tercatat sekitar 38,20.