Table Of Contentperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Masalah
Manusia tidak bisa terlepas dari penggunaan bahasa dalam kehidupan
bermasyarakat. Menurut Keraf (2001:2) bahasa merupakan suatu sistem
komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang
bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniyah yang nyata.
Dalam setiap komunikasi bahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pengirim
pesan (sender) dan penerima pesan (receiver). Keduanya saling menyampaikan
informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan maupun emosi.
Di sisi lain, setap lambang bahasa berupa morfem, kata, frase, klausa,
kalimat, dan wacana selalu memiliki makna. Makna yang berkenaan dengan
morfem dan kata disebut makna leksikal; yang berkenaan dengan frase, klausa,
dan kalimat disebut makna gramatikal; dan yang berkenaan dengan wacana
disebut makna konteks (Chaer, 2012:45). Namun demikian, biasanya tidak
banyak orang yang mempermasalahkan bagaimana bahasa dapat digunakan
sebagai media berkomunikasi yang efektif, sehingga sebagai akibatnya mitra
tutur sering mengalami kesalahpahaman dalam menanggapi suatu tuturan karena
tidak memperhatikan konteks tuturan. Salah satu cara untuk menyelesaikan
masalah ini adalah melalui sudut pandang ilmu pragmatik.
Pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji hubungan timbal balik
antara fungsi dan bentuk tuturan (Rustono, 1999:5). Pragmatik memiliki ruang
lingkup antara lain: tindak tutur (speech acts), deiksis, praanggapan
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
(presupposition), dan implikatur percakapan (conversation implicature). Tindak
tutur (speech acts) adalah tindakan-tindakan yang diungkapkan melalui tuturan.
Tindak tutur dapat berupa permintaan maaf, protes, undangan, janji, atau
permintaan (Yule, 1997:97).
Yule (1997:53-54) membedakan tindak tutur menjadi dua, yaitu tindak
tutur berdasarkan fungsi umum dan tindak tutur berdasarkan basis struktur.
Tindak tutur berdasarkan fungsi umum dibagi menjadi lima, yakni deklarasi,
representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Adapun tindak tutur berdasarkan
basis struktur dibedakan menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak
tutur tidak langsung.
Penulis dalam penelitian ini akan membahas mengenai jenis tindak tutur
yang ada dalam naskah drama berbahasa arab. Maksud suatu tuturan terkadang
tidak sesuai dengan apa yang penutur ucapkan. Suatu tuturan tanya, bisa jadi
hakikatnya adalah untuk memerintah, atau sebuah kalimat berita pada
hakikatnya mengandung maksud untuk memerintah, atau kalimat perintah yang
mengandung maksud untuk melarang. Penelitian mengenai tindak tutur ini
diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami maksud tuturan yang
terdapat dalam sumber data yang dikaji.
Adapun sumber data yang digunakan adalah naskah drama berjudul
Ahlul-Kahfi babak I karya Taufi>q Al-Chaki>m. Sebuah drama yang inti ceritanya
bersumber dari kitab suci Al-Qur’an. Drama pada babak I ini menceritakan
tentang para pemuda bernama Misliniya, Marnus,Yamlikha, serta seekor anjing
bernama Qitmir yang melarikan diri dari kejaran penguasa kafir dan kejam
bernama Diqyanus. Para pemudcao mimnii t dtoi kuesjearr- kejar akan dibunuh oleh Raja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
Diqyanus beserta prajuritnya karena mereka menolak meninggalkan akidah yang
telah diyakini. Mereka bersembunyi dan akhirnya tertidur dalam sebuah gua
selama tiga ratus sembilan tahun. Awalnya mereka mengira tertidur di dalam gua
setengah hari atau satu malam saja. Namun setelah mereka melihat keanehan-
keanehan yang terjadi, akhirnya mereka mulai menyadari kalau mereka telah
tertidur lebih lama dari perkiraan semula.
Alasan Penulis memilih naskah drama Ahlul-kahfi babak I karya Taufi>q
Al-Chaki>m sebagai sumber data adalah karena cerita ini sangat terkenal di
masyarakat terutama kalangan umat islam, hal ini disebabkan karena inti
ceritanya bersumber dari kisah nyata yang termuat dalam kitab suci Al-Qur’an.
Alasan selanjutnya dikarenakan naskah drama tersebut menggunakan bahasa arab
fuschah, sehingga sesuai untuk dikaji dari segi tata bahasa, terutama kalimat
tanya yang digunakan di dalamnya. Kemudian, naskah drama yang berbentuk
dialog antara penutur dan mitra tutur sangat memungkinkan adanya tindak tutur
yang bisa diteliti.
Adapun objek penelitian ini adalah kalimat tanya yang terdapat dalam
naskah drama Ahlul-kahfi babak I karya Taufi>q Al-Chaki>m. Objek tersebut
dipilih karena hampir seluruh isi naskah drama tersebut berbentuk tanya jawab
antara penutur dan mitra tutur. Hal tersebut tentunya akan memunculkan
beragam kata tanya yang digunakan oleh penutur serta mengandung maksud
penuturan yang berbeda-beda.
Penelitian tentang tindak tutur kalimat tanya khususnya dengan objek
naskah drama Ahlul-kahfi babak I karya Taufi>q Al- Chaki>m sejauh pengetahuan
penulis belum pernah dilakukan ocloemh mpeitn etoli tuis leari n sebelumnya. Berikut ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
beberapa penelitian yang dijadikan penulis sebagai acuan dalam melakukan
analisis terhadap naskah drama tersebut yang akan diklasifikasi berdasarkan
topik penelitian penulis, yaitu penelitian yang berkaitan dengan tindak tutur,
penelitian yang berkaitan dengan naskah drama, dan penelitian yang berkaitan
dengan kalimat tanya.
Penelitian yang berkaitan dengan tindak tutur antara lain pernah
dilakukan oleh Sari (2012). Penelitian Sari mengkaji tentang tindak tutur yang
terjadi antara penjual dan pembeli di Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta
(PASTY). Hasil penelitian Sari yang terangkum dalam skripsinya berjudul
“Analisis Tindak Tutur Penjual dan Pembeli di Pasar Satwa dan Tanaman Hias
Yogyakarta, Kajian Pragmatik” adalah sebagai berikut: Bentuk tindak tutur yang
ditemukan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di PASTY yaitu tindak
tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
Jenis tindak tutur lokusi yang ditemukan dalam komunikasi antara penjual
dan pembeli di PASTY yaitu lokusi pernyataan, lokusi perintah, dan lokusi peran.
Jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan dalam komunikasi antara penjual dan
pembeli di PASTY yaitu asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Dalam
komunikasi antara penjual dan pembeli di PASTY tidak ditemukan jenis
deklarasi. Hal tersebut disebabkan oleh tidak ditemukannya bentuk tuturan yang
menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya memecat, membaptis,
memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum. Jenis tindak tutur
perlokusi yang ditemukan dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di
PASTY yaitu perlokusi verbal dan perlokusi verbal nonverbal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Kedua, Penelitian tentang tindak tutur juga pernah dilakukan oleh
Maulani pada tahun 2010. Penelitian Maulani berjudul ‚Jenis Tindak Tutur
Perintah Mematikan Handphone dalam Pamflet-Pamflet pada masjid-masjid di
Kota Isma’iliyah‚. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah
apa saja jenis tindak tutur perintah yang digunakan dalam pamflet-pamflet di
masjid-masjid di kota Isma’iliyah untuk mematikan Handphone saat berada
dalam masjid.
Hasil penelitian dari Maulani menunjukkan bahwa penutur (Pengurus
Masjid) dalam menyampaikan maksudnya tidak hanya menggunakan satu jenis
tindak tutur, tetapi menggunakan lima macam tindak tutur, yaitu tindak tutur
lokusi, ilokusi, perlokusi, langsung literal, dan tidak langsung literal.
Adapun tindak tutur yang paling banyak digunakan adalah tindak tutur
langsung literal, sedangkan tindak tutur langsung tidak literal dan tindak tutur
tidak langsung tidak literal tidak ditampilkan dalam pamflet-pamflet pada
masjid-masjid di Isma’iliyah. Penggunaan tindak tutur langsun g literal pada
pamflet-pamflet tersebut bertujuan agar mitra tutur langsung mengerti maksud
penutur, sedangkan penggunaan tindak tutur tidak langsung literal bertujuan
untuk memperhalus perintah dan terkesan lebih\ sopan kepada mitra tutur.
Ketiga, penelitian tentang tindak tutur juga pernah dilakukan oleh
Luqman pada tahun 2006. Judul penelitian Luqman adalah ‚Maksud Kalimat
Perintah Dalam Suwarun Min Haya>h As-Sahab>ah Juz II Karya Abdurrahman
Ra’fat Al-Pa>sya>‛. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian Luqman adalah
maksud apa saja yang terkandung dalam kalimat perintah pada objek penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
tersebut. Menurut hasil penelitian Luqman, dalam sumber data tersebut
ditemukan sebanyak 105 kalimat perintah dengan perincian, kalimat perintah
dengan menggunakan bentuk fi’l amr sebanyak 95 kalimat, dengan fi’l mudhari’
yang disertai dengan lam amr sebanyak 4 kalimat, dengan isim fi’l amr sebanyak
3 kalimat, dan kalimat perintah dengan bentuk jumlah khabariyah sebanyak 3
kalimat. Sedangkan kalimat perintah dengan menggunakan masdar sebagai
pengganti fi’l amr tidak ditemukan dalam karya tersebut.
Penelitian Luqman juga menyimpulkan bahwa, kalimat perintah dalam
karya tersebut tidak hanya mengandung maksud perintah, tetapi juga memiliki
maksud yang berbeda dari maksud yang sebenarnya tersebut. Adapun maksud-
maksud yang ditemukan dalam karya tersebut adalah amr chaqi>qi> (ijab dan
ilzam), a’d-du’a> (permohonan), al-irsya>d (petunjuk), a’t-tahdi>d (ancaman), al-izn
(penyilaan), al-ikra>m (pemuliaan), al-iba>hah (pembolehan), al-iltimas (perintah
pada orang yang sederajat), dan a’t-takwi>n (proses kejadian).
Klasifikasi selanjutnya adalah penelitian yang berkaitan dengan naskah
drama. Fikriyandi pada tahun 2012 telah melakukan penelitian dengan judul
‚Tindak Tutur dalam Naskah Drama Pygmalion karya Taufi>q Al-Chaki>m‚. Hasil
dari penelitian Fikriyandi adalah setiap ucapan yang terdapat dalam naskah
drama Pygmalion memiliki makna ujaran masing-masing yang sangat terikat
dengan konteks pada setiap dialognya. Tindak tutur yang paling banyak
ditemukan adalah tindak tutur ilokusi, karena terdiri dari tindak tutur ilokusi
asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklarasi. Dari lima kategori tersebut,
yang paling sering ditemukan adalah ucapan yang bertindak tutur ilokusi asertif
commit to user
dan direktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
Tindak tutur asertif banyak ditemukan dalam bentuk ucapan yang
menunjukkan sebuah kenyataan atau kebenaran dari apa yang telah diucapkan
sebelumnya dalam berbagai bentuk, seperti sifat seseorang, hal yang telah terjadi,
atau hal yang telah dilakukan. Tindak tutur ilokusi direktif banyak ditemukan
karena dialog pada naskah drama ini terdapat ucapan permintaan, perintah,
ataupun peran yang secara tidak langsung meminta (memerintah) kepada mitra
tutur untuk menjawabnya.
Klasifikasi yang terakhir adalah penelitian yang berkaitan dengan kalimat
tanya. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Kartini pada tahun 2000. Penelitian
Kartini tersebut menggunakan pendekatan sintaksis berjudul ‚Interogativa
Bahasa Arab, Sebuah Analisis Sintaksis‚. Hasil penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan fungsi sintaksis, kalimat interogatif bahasa arab terbagi atas
dua bagian yaitu: interogatif fungsional dan takfungsional. Selanjutnya, apabila
dilihat berdasarkan tuntutan peran, interogatif dibagi atas tiga bagian yaitu:
interogatif yang digunakan untuk a’t-tashawwur dan a’t-tashdi>q, interogatif yang
hanya digunakan untuk a’t-tashdi>q dan yang terakhir interogatif yang hanya
digunakan untuk a’t-tashawwur.
Pronomina tanya fungsional seluruhnya bersifat takdeklinatif kecuali
pronomina tanya ayyun. Pronomina tanya fungsional ayyun dan pronomina tanya
fungsional man, kedua pronomina ini memiliki varian-varian berdasarkan jumlah,
jenis dan kasus. Varian-varian pronomina tanya man dan ayyun digunakan jika
pronomina ini berdiri sendiri tanpa diikuti kata lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
Beberapa diantara pronomina tanya fungsional jika terdapat pada struktur
kalimat relatif dan struktur kalimat kondisional maka pronomina-pronomina
tersebut bukan merupakan pronomina tanya tetapi merupakan pronomina relatif
dan partikel kondisional. Pronomina-pronomina tersebut adalah man, ma>, dan
ayyun.
Setelah memperhatikan tinjauan pustaka di atas dan sejauh pengetahuan
penulis, penelitian dengan objek naskah drama Ahlul-Kahfi babak I karya Taufi>q
Al-Chaki>m yang meneliti tentang tindak tutur berdasarkan basis struktur (modus
kalimat) serta mengerucutkan pada kalimat tanya belum pernah diteliti
sebelumnya. Dengan demikian penulis memiliki kesempatan untuk melakukan
penelitian dengan objek dan permasalahan tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja adawa>tul-istifha>m (perangkat tanya) yang digunakan untuk
membentuk kalimat tanya dalam naskah drama Ahlul-Kahfi babak I karya
Taufi>q Al-Chaki>m ?
2. Apa maksud dari tuturan kalimat tanya yang terdapat dalam naskah drama
tersebut ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diungkapkan
sebelumnya, tujuan analisis penelitian pada makalah ini adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
1. Mendeskripsikan apa saja adawa>tul-istifha>m (perangkat tanya) yang
digunakan untuk membentuk kalimat tanya dalam naskah drama Ahlul-Kahfi
babak I karya Taufi>q Al-Chaki>m.
2. Mendeskripsikan maksud tuturan kalimat tanya yang terkandung dalam
naskah drama tersebut.
D. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian menjadi jelas dan
terarah, sehingga mencapai sasaran yang diinginkan. Adapun pembatasan masalah
yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber data yang dianalisis dalam penelitian ini hanya babak I (satu)
naskah drama Ahlul-Kahfi karya Taufi>q Al-Chaki>m.
2. Tindak tutur yang dianalisis hanya pada kalimat tanya.
3. Analisis yang dilakukan hanya berdasarkan basis struktur yaitu tindak
tutur langsung dan tidak langsung.
E. LandasanTeori
1. Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 2001:23). Manurut Ramlan,
yang menentukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya,
melainkan intonasinya (2001:21).
Adapun Chaer (2009:44) mengartikan kalimat sebagai satuan sintaksis
yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Intonasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
final merupakan syarat penting dalam pembentukan sebuah kalimat, dapat
berupa intonasi deklaratif (dalam ragam bahasa tulis diberi tanda titik), intonasi
tanya (dalam ragam bahasa tulis diberi tanda tanya), intonasi imperatif (dalam
ragam bahasa tulis diberi tanda seru), dan intonasi interjektif (dalam ragam
bahasa tulis diberi tanda seru). Alisjahbana (1983:75) menjelaskan bahwa sebuah
kalimat mempunyai suatu lagu (intonasi) yang penting sekali untuk menetapkan
isi atau arti kalimat tersebut. Contoh:
(1) Nenek membaca komik di kamar.
(2) Nenek membaca komik di kamar, sedangkan kakek membaca koran di
kebun.
(3) Ketika nenek mandi, kakek merokok di kamar, dan kakak masak di dapur.
(4) Nenek saya! (sebagai kalimat jawaban terhadap kalimat : siapa yang
duduk di sana?)
(5) Komik! (sebagai kalimat jawaban terhadap kalimat : buku apa yang
dibaca nenek?)
Konstituen dasar kalimat (1) adalah sebuah klausa; konstituen dasar
kalimat (2) adalah dua buah klausa; konstituen dasar kalimat (3) adalah tiga buah
klausa; konstituen dasar kalimat (4) adalah sebuah frase; konstituen dasar
kalimat (5) adalah sebuah kata. Masing-masing kalimat diberi intonasi final
deklaratif.
Perihal intonasi final inilah yang sangat berperan pada sebuah kalimat
yang tetap bisa disebut kalimat tanya meskipun tidak terdapat kata tanya di
dalamnya, contoh:
commit to user
Description:Adapun sumber data yang digunakan adalah naskah drama berjudul beserta prajuritnya karena mereka menolak meninggalkan akidah yang.