Table Of Content1
ANALISIS STABILITAS PENYUMBATAN MUARA SUNGAI
AKIBAT FENOMENA GELOMBANG, PASANG SURUT, ALIRAN
SUNGAI DAN POLA PERGERAKAN SEDIMEN PADA MUARA
SUNGAI BANG, KABUPATEN MALANG
Feirani Vironita1 Rispiningtati2 Suwanto Marsudi3
Abstrak
Muara Sungai Bang di Kabupaten Malang mengalami pendangkalan di mulut sungai diiringi
dengan penyempitan sungai yang dapat mengganggu lalu lintas kapal nelayan saat air surut dan dapat
mengakibatkan banjir saat air pasang yang dapat merugikan penduduk karena sebagian besar daerah tersebut
digunakan sebagai pelabuhan ikan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui laju sedimentasi di muara, sehingga
dapat memberikan alternatif pemecahan masalah pendangkalan dan penyempitan muara.
Berdasarkan perhitungan gelombang diperoleh bahwa gelombang dominan berasal dari arah
Selatan. Berdasarkan perhitungan angkutan sedimen pada muara Sungai Bang sebesar 15369,728 m3/th;
sedangkan angkutan sedimen pantai sebesar 66042,94 m3/tahun dari arah selatan dan 73790,85 m3/tahun dari
arah utara. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa angkutan sedimen yang mempengaruhi muara berasal
dari angkutan sedimen sungai dengan volume budget sedimen per tahun sebesar 23117,64 m3. Oleh karena
itu diperlukan bangunan jeti sebagai bangunan pengatur sedimen di muara.
Bangunan jeti direncanakan dengan panjang 480 m, ketinggian 9,7 m dari dasar laut dengan usia
guna 16 tahun. Strategi pengelolaan muara sungai terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
masalah sedimentasi di Sungai Bang adalah dengan mulut sungai terbuka.
Kata kunci : Muara, Gelombang, Sedimen, Jeti
Abstraction
The Bang River at Malang residenc had suffered from shoaling and constriction in the river
mouth. This condition can cause a problem on river transportation of local fisherman, especially when the
seawater drawdown and also flood problem when high tide was occurred. The purpose of this study was to
found out the sedimentation rate and then could be able to gave the alternative solution for shoaling and
contriction problem at the river mouth.
The result of wave calculation showed that the wave dominant from southern. Approximately
15370 m3/year of sediment transport was occurred at the Bang River estuary, while the shore sediment
transport was 66043 m3/year from southern and 73791 m3/year from northern. Hence, it can be known that
the sediment transport from the river was the main and it showed that the volume of budget sediment was
23118 m3. Therefore, it was necessary to build the jeti structure as an alternative structure to control the
sedimentation at the estuary.
Jetty structure was planned with length 480 m, height 9,7 m from sea base with useful life 16
years. The best management strategy of river estuary that can be applied to overcome the sedimentation
problem at the River Bang with opened river mouth.
Key words : estuary, Wave, Sediment, Jeti
1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Minat Teknik Sumber Daya Air Program Pascasarjana Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.
2 Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya.
3 Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya.
2
PENDAHULUAN masalah pendangkalan dan penyempitan
Latar Belakang muara yang menyebabkan banjir pada
Indonesia merupakan negara bagian hulu Sungai Bang. Hal ini
kepulauan yang memiliki lima pulau besar dilaksanakan agar dapat mengurangi
dan ribuan pulau kecil sehingga memiliki kerugian yang semakin besar. Sedangkan
wilayah pantai yang sangat panjang manfaat yang ingin dicapai dalam studi ini
mencapai 80.000 km dengan muara sungai diharapkan dapat menjadi masukan dan
yang cukup banyak. Wilayah tersebut bahan pertimbangan bagi instansi terkait
merupakan daerah yang sangat intensif untuk mengatasi masalah pendangkalan
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai muara pada kondisi daerah yang serupa.
kawasan pemukiman, pusat pemerintahan,
pelabuhan, pertambakan, industri, KAJIAN PUSTAKA
perikanan, pertanian, pariwisata dan Pengertian muara sungai
sebagainya. Muara sungai adalah bagian hilir
Semakin intensifnya kegiatan dari sungai yang berhubungan dengan laut.
pemanfaatan wilayah pantai dan muara Permasalahan di muara sungai dapat
sungai dapat menimbulkan peningkatan ditinjau di bagian mulut sungai (river
kebutuhan, prasarana dan sebagainya, yang mouth) dan estuari. Mulut sungai adalah
selanjutnya akan mengakibatkan bagian paling hilir dari muara sungai yang
munculnya permasalahan baru; yaitu langsung bertemu dengan laut. Sedang
mundurnya garis pantai, tanah yang timbul estuari adalah bagian dari sungai yang
akibat endapan pantai yang dapat dipengaruhi pasang surut (Triatmojo, 1999 :
mengakibatkan majunya garis pantai, 277).
pembelokan atau pendangkalan muara yang
dapat menyumbat aliran sungai, Pembangkitan gelombang yang
pencemaran dan instrusi air laut. Adapun dipengaruhi oleh angin
permasalahan yang sering dijumpai di Angin yang berhembus di atas
daerah muara sungai kecil adalah permukaan air akan memindahkan energi
pendangkalan akibat proses sedimentasi. ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan
Apabila proses ini terjadi secara terus tegangan pada permukaan laut, sehingga
menerus tanpa adanya suatu penanganan permukaan air yang tadinya tenang akan
maka lambat laun muara akan tertutup terganggu dan timbul riak gelombang kecil
sedimen sehingga dapat menghambat aliran di atas permukaan air. Apabila kecepatan
sungai dan menaikkan muka air di hulu angin bertambah, riak tersebut menjadi
muara. Sungai Bang merupakan sungai semakin besar, dan apabila angin
yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sungai berhembus terus akhirnya akan terbentuk
ini berfungsi sebagai alur penghubung gelombang. Semakin lama dan semakin
antara laut dan daratan. kuat angin berhembus, semakin besar
Adanya pendangkalan di bagian gelombang yang terbentuk.
muara sungai dapat mengakibatkan Data–data kecepatan angin yang
terhambatnya lalu lintas kapal nelayan di digunakan untuk pembangkitan gelombang
saat air surut dan di lain pihak saat air laut adalah data yang dicatat di darat yang
mengalami pasang, air meluap melebihi diukur pada ketinggian tertentu di atas
bibir sungai sehingga daerah sekitar Desa permukaan laut. Hal ini mengakibatkan data
Tambakrejo mengalami banjir. tersebut harus melewai tahap koreksi,
Studi ini bertujuan untuk antara lain :
mengetahui laju sedimentasi dan pola 1. Koreksi elevasi
pergerakan sedimen di muara, sehingga Pada peramalan gelombang biasanya
dapat memberikan alternatif pemecahan digunakan kecepatan angin pada
3
ketinggian 10 m, bila tidak diukur pada Kemudian mencari nilai U/3600
t
ketinggian tersebut, kecepatan angin dengan rumus (Anonim, 1984:3-27):
perlu dikoreksi dengan rumus (Yuwono, - Untuk 1 dt < t < 3600 dt
1992:I-7) : U (cid:236) 45(cid:252)
t =1,277+0,296tanh(cid:237) 0,9log (cid:253)
(cid:230) 10(cid:246) 17 U (cid:238) 10 t (cid:254)
U =U (cid:231) (cid:247) , untuk z < 20m 3600
10 zŁ z ł
Dengan : - Untuk 3600 dt < t < 360.000 dt
U = Kecepatan angin pada ketinggian U
10 t = 0,15log t+1,5334
10 m atas tanah (m/dt). U 10
3600
U = Kecepatan angin terukur pada
z Mencari kecepatan rata-rata dalam satu
elevasi z tanah (m/dt).
jam dengan rumus (Anonim, 1984:3-
z = Elevasi pengukuran (m).
27):
2. Koreksi stabilitas
U
Jika ada perbedaan temperatur udara U = t
t=3600 (cid:230) U (cid:246)
dan air di laut D T = T -T dimana T (cid:231) t (cid:247)
as a s a Ł U ł
adalah temperatur udara dan T adalah 3600
s
Dengan :
temperatur air di laut, maka perlu
U = Kecepatan angin untuk
dilakukan koreksi dengan rumus t
melintasi jarak 1 mil (m/dt).
(Anonim, 1984:3-30) :
U= R (cid:215) U U3600 = Kecepatan angin dalam 1 jam
T 10 (m/dt).
Dengan :
U = Kecepatan angin rata-rata
t=3600
U = Kecepatan angin terkoreksi
dalam 1 jam (m/dt).
(m/dt).
5. Faktor tegangan angin
R = Koreksi akibat adanya perbedaan
T Setelah dilakukan berbagai konversi
temperatur udara dan air.
seperti yang dijelaskan di atas,
3. Koreksi lokasi
kecepatan angin dikonversikan pada
Biasanya pengukuran angin dilakukan
faktor tegangan angin dengan
di darat, padahal dalam rumus-rumus
menggunakan rumus berikut
pembangkitan gelombang data angin
(Triatmodjo, 1999:155) :
yang digunakan adalah data di atas
U = 0,71(cid:215) U1,23
permukaan laut. Karena itulah A
Dengan :
diperlukan transformasi ke data di atas
U = Faktor tegangan angin (m/dt).
permukaan laut. A
4. Koreksi durasi
Gelombang signifikan
Mencari waktu yang diperlukan untuk
Pada kondisi laut terbuka, energi
melintasi jarak 1 mil dengan rumus
yang dihasilkan angin sudah terserap penuh
berikut (Anonim, 1984:3-27):
oleh permukaan air yang membentuk
1609
t = gelombang. Kecepatan angin yang tertentu
U
f tidak mungkin lagi bagi gelombang untuk
( )
U = U .R .R tumbuh, sehingga lama hembus dari angin
f 10 L T L
Dengan : sudah melebihi dari waktu yang diperlukan
t = Waktu yang diperlukan untuk untuk membangkitkan gelombang. Pada
melintasi jarak 1 mil (dt). keadaan di atas gelombang yang terjadi
U = Kecepatan angin (m/dt). adalah gelombang terbentuk sempurna.
f
(U ) = Kecepatan angin pada Kondisi terbentuk sempurna ini artinya
10 L
ketinggian 10m di atas tanah pada kecepatan angin tertentu gelombang
(m/dt). yang terjadi merupakan gelombang
4
maksimum tanpa mendapat batasan dari (d/L) dan kemiringan dasar laut (m).
lama hembus angin dan panjang fetch. Gelombang dari laut dalam yang bergerak
Persamaan yang pakai untuk menuju pantai akan bertambah
membangkitkan gelombang yang terbentuk kemiringannya sampai akhirnya tidak stabil
sempurna adalah (Anonim, 1984:3-47): dan pecah pada kedalaman tertentu. Munk
g(cid:215) H (1949) memberikan rumus untuk
s= 2,433(cid:215) 10- 1
U 2 menentukan tinggi dan kedalaman
A gelombang pecah berikut ini (Triatmodjo,
g(cid:215) T 1999:94):
s =8,134 H 1
U b =
A H'o 3,3(Ho'/Lo)13
g(cid:215) t d
= 7,15(cid:215) 104 b =1,28
U H
A b
Beberapa penelitian lain
Dengan : membuktikan bahwa indeks tinggi
HS = Tinggi gelombang signifikan (m) gelombang pecah (Hb/H’o) dan db/Hb
TS = Periode gelombang signifikan (detik) tergantung pada kemiringan pantai dan
t = Lama hembus angin (detik) kemiringan gelombang datang yang
F = Panjang fetch efektif (m) d i t u n j u k k an oleh grafik.Bila ditulis dalam
g = Percepatan gravitasi (m/dt2) bentuk rumus maka akan berbentuk seperti
UA = Faktor ketegangan angin (m/dt) berikut (Triatmodjo, 1999:95):
d 1
Gelombang Pecah b = ( )
H b- a.H /g.T2
1. Gelombang pecah di laut dalam b ( b )
Gelombang pecah dipengaruhi a= 43,751- e- 19m
oleh kemiringannya yaitu perbandingan 1,56
antara tinggi dan panjang gelombang. b= ( )
1+e- 19,5m
Kemiringan yang lebih tajam dari batas
Dengan :
maksimum tersebut menyebabkan
H’ = Tinggi gelombang laut dalam
kecepatan partikel di puncak gelombang o
ekivalen (m).
lebih besar dari kecepatan rambat
d = Kedalaman gelombang pecah (m)
gelombang sehingga terjadi ketidakstabilan b
H = Tinggi gelombang pecah (m).
dan gelombang pecah. Adapun kemiringan b
a,b = Fungsi kemiringan pantai.
batas maksimum diberikan oleh bentuk
m = Kemiringan pantai.
(Triatmodjo, 1999:94):
H 1
o = =0,142 Refraksi Gelombang
L 7
o Refraksi dan pendangkalan
Sedangkan persamaan cepat rambat gelombang (wave shoaling) akan dapat
gelombang dan panjang gelombang di laut menentukan tinggi gelombang di suatu
dalam dapat dirumuskan sebagai berikut tempat berdasarkan karakteristik
(Triatmodjo, 1999:17): gelombang datang. Analisa refraksi
g (cid:215) T g (cid:215) T2 menggunakan metode ortogonal yang
C = L =
o 2p o 2p dikemukakan oleh Arthur (1952). Teori ini
didasarkan pada Snell’s Law (Yuwono,
2. Gelombang pecah di laut dangkal
1986:22):
Apabila gelombang bergerak
menuju laut dangkal, kemiringan batas L L B B
o = = o = = x
tersebut tergantung pada kedalaman relatif a Sin Sain Coas Cosa
o o
5
B Cosa 2. Kenaikan Muka Air Karena Angin
Kr = o = o (Wind Set Up)
B Cosa
Angin dengan kecepatan besar
Untuk suatu gelombang yang
yang terjadi di permukaan laut bisa
bergerak dari deep water ke shallow water
membangkitkan fluktuasi muka air laut
berlaku rumus berikut (Yuwono, 1986:21):
yang besar sepanjang pantai jika badai
H = H Bo tersebut cukup kuat dan daerah pantai
H H' B dangkal dan luas. Penentuan elevasi muka
o o
H =Ks.Kr.H air rencana selama terjadinya badai adalah
o sangat kompleks yang melibatkan interaksi
Dengan :
antara angin dan air, perbedaan tekanan
L = Panjang gelombang (m).
atmosfer selalu berkaitan dengan perubahan
L = Panjang gelombang laut dalam (m).
o arah dan kecepatan angin; dan angin
C = Kecepatan rambat gelombang di laut
o tersebut yang menyebabkan fluktuasi muka
dalam (m/dt).
air laut.
T = Periode gelombang (dt).
a = Sudut antara garis kedalaman
Run Up Gelombang
dengan puncak gelombang.
Pada waktu gelombang
Kr = Koefisien refraksi.
menghantam suatu bangunan, gelombang
Ks = Koefisien shoaling
tersebut akan naik (runup) pada permukaan
H = Tinggi gelombang laut dalam (m)
o bangunan. Elevasi (tinggi) bangunan yang
H = Tinggi gelombang (m).
direncanakan bergantung pada runup dan
limpasan yang diijinkan. Adapun fungsi
Fluktuasi Muka Air Laut
bilangan Irribaren untuk berbagai jenis lapis
1. Kenaikan Muka Air Karena
lindung mempunyai bentuk berikut
Gelombang (Wave Set Up)
(Triatmodjo, 1999:268) :
Gelombang yang datang dari laut
tgq
menuju pantai menyebabkan fluktuasi muka I =
( )
r H /L 0,5
air di daerah pantai terhadap muka air diam.
0
Pada waktu gelombang pecah akan terjadi Dengan :
penurunan elevasi muka air rerata terhadap I = Bilangan Irribaren.
r
elevasi muka air diam di sekitar lokasi q = Sudut kemiringan sisi pemecah
gelombang air pecah. Kemudian dari titik gelombang.
dimana gelombang pecah permukaan air H = Tinggi gelombang di lokasi
rerata miring ke atas kearah pantai. bangunan (m).
Turunnya muka air tersebut dikenal dengan L = Panjang gelombang di laut dalam
0
wave set down, sedangkan naiknya muka (m).
air disebut wave set up. Wave set up di
pantai dapat dihitung dengan persamaan Analisa Angkutan Sedimen
sebagai berikut : (Longuet–Higgins dan 1. Angkutan sedimen pantai
Steward, 1961 dalam Teknik Pantai,1999) Sedimen pantai bisa berasal dari
Ø ø erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan
H
S= 0,19Œ 1- 2,82 b œ H yang terbawa oleh sungai, dan dari laut
w º gT2 ß b
dalam yang terbawa arus ke pantai. Gerak
dengan: sedimen di daerah dekat pantai oleh
Sw = Wave Set Up. gelombang dan arus sangat mempengaruhi
Hb = Tinggi gelombang laut (m). proses dinamis pantai. Akibat gerakan
g = Percepatan gravitasi (m/dt2). gelombang datang yang membuat sudut
T = Periode gelombang (detik). dengan garis pantai, dapat menimbulkan
6
angkutan sedimen menyusur sepanjang muara yang mengalami pendangkalan.
garis pantai yang banyak menyebabkan Perhitungan angkutan sedimen sungai
permasalah seperti pendangkalan, erosi dan menggunakan metode total load Engelund
sebagainya. & Hansen dengan memperhitungkan bed
Sebagian rumus-rumus empiris load dan suspended load. Metode ini
yang ada merupakan hubungan yang digunakan karena berdasarkan pengukuran
sederhana antara transpor sedimen dan dengan D < 1mm diperoleh hasil yang
50
komponen fluks energi gelombang memuaskan. Adapun parameter yang
sepanjang pantai. Pada penerapan di laut digunakan adalah (Priyantoro, 1987:58) :
( )
dangkal dalam teori gelombang linier 1
» =S F D .g.D 3 2
diperoleh C C , sehingga komponen fluks 50
g b
energi gelombang sepanjang pantai adalah : F =0,1.f - 1.y 2,5
r .g y ' R.I
P = .H 2.C .sina y = =
l 16 b b b m D .D
Dengan : 50
t 2.g
Pl = Komponen fluks energi gelombang f = =
sepanjang pantai saat pecah 1 .r.u2 c2
2
(Nm/dt/m).
u
H = Tinggi gelombang pecah (m). c =
b
C = Cepat rambat gelombang pecah R.I
b
Dengan :
(m/dt) = g.d
b . S = Volume total angkutan sedimen
a = Sudut datang gelombang pecah. (m3/dt/m).
b
Bila transpor sedimen sepanjang pantai F = Intensitas angkutan sedimen.
( )
dipresentasikan dalam bentuk berat D =r -r /r
s w w.
terendam (immersed weight) maka :
y
( ) = Gaya geser.
I= r - r .g.a'.Q
l s m = Ripple factor.
I = K.P
l l R = Jari-jari hidrolis (m).
Dengan : I = Kemiringan dasar sungai.
r s = Rapat massa pasir (kg/m3). C = Koefisien Chezy (m1/2/dt).
I1 = Berat terendam. D = Diameter butiran (mm).
a’ = Faktor koreksi porositas = 0,6. u = Kecepatan rata-rata (m/dt).
g = Percepatan gravitasi (m/dt2). 3. Keseimbangan (Budget) sedimen
Bila kedua persamaan tersebut Budget sedimen adalah
disubstitisikan maka akan diperoleh : keseimbangan volume transpor sedimen
K dalam suatu penggal pantai berdasarkan
Q= ( ) P
r - r .g.a' l jumlah transpor sedimen, erosi dan
s
deposisi. Prinsip keseimbangan dalam
Dengan :
budget sedimen sempurna akan
Q = Debit tranpor sedimen sejajar pantai
memberikan hasil nilai sedimen yang
(m3/th).
masuk memiliki harga yang sama besar
K = Konstanta.
dengan nilai sedimen yang keluar. Apabila
Dengan nilai K = 0,39 bila menggunakan
nilai sedimen yang masuk lebih besar dari
gelombang H dan K = 0,77 bila yang
s
nilai sedimen yang keluar maka akan
digunakan dalam perencanaan adalah
memberi nilai selisih yang berarti terjadi
gelombang H .
rms
pengendapan dan sebaliknya.
2. Angkutan sedimen sungai
Angkutan sedimen sungai perlu
diperhitungkan terutama di daerah sekitar
7
Prisma Pasang Surut pengukuran debit (arus) di lokasi muara
Prisma pasang surut (Tidal Prism) sungai.
adalah volume air yang masuk dari laut ke
sungai lewat muara antara “Low Water Stabilitas Muara Sungai
Slack” dan “High water Slack” berikutnya. Faktor penting yang menentukan
Pada keadaan dimana tidak ada debit air pembentukkan mulut sungai adalah prisma
tawar dari sungai, maka air yang masuk ke pasang surut dan transpor sedimen
sungai pada saat pasang (flood) dan yang sepanjang pantai total, yang dinyatakan
keluar dari sungai pada saat surut (ebb) dalam bentuk W/Mtot. Mtot tersebut adalah
volumenya adalah sama. Prisma pasang jumlah transpor sedimen netto dari berbagai
surut (P) dapat ditentukan berdasarkan dua arah gelombang datang di pantai yang
cara yaitu dengan cara pengukuran ditinjau (m3/tahun) sedangkan W adalah
langsung dari penampang sungai di daerah prisma pasang surut.
yang terpengaruh gerakan pasang surut dan
Tabel 1. Nilai Stabilitas Inlet Per Bruun
W/M Stabilitas
tot
Kondisi muara baik, terdapat sedikit gundukkan pasir dan penggelontoran
W/M > 150
tot baik
Kondisi muara menjadi kurang baik, formasi gundukan pasir terlihat di
100 < W/M < 150
tot mulut muara
Gundukan pasir membesar, tetapi alur muara masih dapat menerobos
50 < W/M < 100
tot gundukan pasir
Mulut muara sudah dipenuhi oleh gundukan pasir, pada waktu badai
20 < W/M < 50 gelombang pecah di atas gundukan pasir, tetapi muara masih berfungsi
tot
karena adanya aliran air tawar dari sungai
W/M < 20 Mulut muara sudah tidak stabil sama sekali
tot
Sumber : Jatmoko, 1999:10
Luas Penampang Muara Sungai A = 1,58. 10-4. P0,95
1. Rumus O’Brien Dengan :
Pendekatan untuk menentukan A = Luas penampang aliran minimum
ukuran penampang muara telah diusulkan di muara yang diukur di bawah
oleh O’Brien (1969) yaitu dengan MSL (m2).
membuat rumus hubungan antara prisma P = Prisma pasang surut (m3)
pasang surut (P) yang lewat muara Perlu dijelaskan disini bahwa
tersebut dengan ukuran penampang pendekatan tersebut didasarkan pada
muara. Prinsip dari rumus ini adalah pengukuran data inlet dan bukan pada
rumus empiris yang dikembangkan muara sungai. Sehingga aplikasinya pada
berdasarkan teori keseimbangan. Arus muara sungai masih perlu diteliti lebih
yang terjadi karena perbedaan tinggi lanjut.
muka air (karena adanya pasang surut) di 2. Rumus Jepang
teluk atau lagoon dan laut akan Pendekatan lain dalam penentuan ukuran
membentuk alur secara alamiah yang lebar dan dalam alur pelayaran adalah
luasnya tergantung pada prisma pasang dengan menggunakan cara Jepang yang
surut di lokasi tersebut. Rumus ini lalu menggunakan dua rumus sebagai berikut:
dikembangkan oleh Jarrett (1976) dengan b =0,67.b
2 1
menggunakan data inlet yang terdapat di
(cid:230) (cid:246)
d b
pantai Atlantic, Gulf dan Pasific, hasilnya 2 =(cid:231)(cid:231) 2 (cid:247)(cid:247) - 0,69
sebagai berikut (Yuwono, 1994:32): d Ł b ł
1 1
8
Dengan : Ø P ø Ø g ø 23
b1 = Lebar bagian hulu (m). N= A.n.kD .μ 1- 100ϧ .μ Wr ϧ
b = Lebar alur pelayaran (m).
2
d = Kedalaman rerata sungai di bagian Dengan :
1
hulu (m). t = Jumlah lapis material (biasanya 2
d = Kedalaman rerata di aur pelayaran lapis),
2
(m). KD = Koefisien lapisan material,
w = Berat butiran material (kN/m)
Bangunan Jeti r = Berat satuan material (kN/m3),
r
Jeti adalah bangunan tegak lurus N = Jumlah butir batu untuk satu
pantai yang diletakkan pada kedua sisi satuan luas permukaan A, dan
muara sungai yang berfungsi untuk r r = Berat jenis batu (kN/m3)
mengurangi pendangkalan alur oleh
Sedangkan, lebar minimum
sedimen pantai. Pada penggunaan muara
puncak bangunan diperhitungkan
sungai sebagai alur pelayaran,
menggunakan rumus sebagai berikut
pengendapan di muara dapat
(Jatmoko,1999:27):
mengganggu lalu lintas kapal. Untuk
1
keperluan tersebut jeti harus panjang B=n.k .ί W Ͽ 3
sampai ujungnya berada di luar D º g ß
r
gelombang pecah. Dengan jeti yang
Dengan :
panjang, transportasi sedimen sepanjang
B = Lebar puncak bangunan (m),
pantai dapat tertahan.
K = Koefisien lapisan material,
D
Rumus yang dipakai untuk ¢
m = Jumlah material pelindung yang
menghitung berat tiap satuan butiran
ada di puncak bangunan (minimal
material dalam berbagai kondisi
3 buah),
gelombang dan kondisi perletakkan
w = Berat butiran material pelindung
adalah (Jatmoko,1999:25):
(kN/m), dan
W = gr.H3 r r = Berat satuan material pelindung
( )
K . S - 1 3cotq (kN/m).
D r
g
S = r Strategi Pengelolaan Muara Sungai
r g
Adapun strategi pengelolaan
a
Dengan : muara sungai untuk menanggulangi
W = Berat butir material pelindung masalah tersebut didasarkan pada
(kN/m), beberapa pertimbangan seperti jenis
r = Berat satuan material (kN/m3), pemanfaatan muara sungai, operasi dan
r
pemeliharaan, dampak lingkungan dan
H = Besaran tinggi gelombang (m),
sebagainya. Dua pilihan dasar yang perlu
K = Koefisien lapisan material,
D
ditinjau adalah (Triatmodjo,1999:293):
S = Perbandingan antara berat satuan
r
1. Muara sungai selalu terbuka
material dengan berat satuan air
Supaya mulut sungai selalu terbuka
laut, dan
q = Sudut kemiringan sisi bangunan. diperlukan dua buah jeti panjang
untuk menghindari sedimentasi di
Tebal lapisan dan jumlah butiran
dalam alur muara dan pembentukan
dapat diperkirakan dengan perhitungan
sand bar. Untuk menanggulangi erosi
memakai rumus sebagai berikut
yang terjadi di hilir jeti, diperlukan
(Jatmoko,1999:25):
bangunan pengendali erosi yang dapat
1
t =n.k .ί W Ͽ 3 berupa revetmen, groin, pemecah
D º g ß
r
9
gelombang atau kombinasi dari Langkah Perhitungan
ketiganya. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
2. Muara sungai boleh tertutup maka tahapan yang ditempuh dalam studi
Ada dua pilihan yaitu mulut sungai ini adalah sebagai berikut:
tidak boleh berbelok atau boleh 1. Membangkitan gelombang untuk
berpindah. Pembelokan muara sungai menentukan tinggi dan periode
dapat menyebabkan sungai semakin gelombang yang terjadi berdasarkan
panjang dan dapat mengurangi faktor tegangan angin terkoreksi.
kemampuannya untuk melewatkan 2. Menganalisa mawar gelombang yang
debit. Untuk menahan pembelokan berdasarkan kelompok arah dan
mura sungai perlu dibuat jeti sedang, klasifikasi tinggi gelombang dalam
jeti pendek, bangunan di tebing mulut prosentase jumlah gelombang.
sungai, atau pengerukan rutin 3. Menganalisa secara statistik data
endapan. gelombang signifikan tahunan dengan
menggunakan Metode Partial
METODOLOGI STUDI Duration Series.
Lokasi Studi 4. Menganalisa gelombang rencana
Sungai Bang adalah salah satu untuk menentukan tinggi gelombang
sungai yang berada di daerah Kabupaten dengan kala ulang tertentu yang
Malang tepatnya di Kecamatan memadai bagi keperluan perencanaan
Sumbermanjing Wetan, dengan panjang dengan Metode Log Pearson Type III,
23,4 km; luas daerah aliran sungainya ± kemudian dilakukan pemeriksaan uji
2.341,706 Ha. Secara astronomis, kesesuaian dengan menggunakan Uji
wilayah studi ini terletak pada Smirnov Kolmogorov dan Uji Chi
112o42’30”-112o45’00” BT dan Square.
8o23’30”-8o21’30” LS dengan batas– 5. Menganalisa refraksi gelombang dan
batas sebagai berikut : gelombang pecah yang terjadi.
Sebelah Utara : Desa Sidomulyo Kulon, 6. Perhitungan angkutan sedimen sejajar
Kabupaten Malang pantai dengan Metode Fluks energi.
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia 7. Menganalisa angkutan sedimen sungai
Sebelah Timur : Desa Tambakasri, dengan Metode Engelund dan Hansen
Kabupaten Malang untuk mengetahui sedimen sungai
Sebelah Barat : Desa Tambakrejo dan yang menuju pantai, sehingga dapat
Desa Kedung Banteng, diketahui keseimbangan sedimen di
Kabupaten Malang. pantai.
8. Berdasarkan keseimbangan sedimen
tersebut dianalisa masalah yang terjadi
di muara untuk menentukan alternatif
pengaturan muara yang sesuai.
9. Menganalisa stabilitas muara untuk
mengetahui kemampuan sungai
mengalirkan sedimen.
10. Menganalisa penampang muara.
11. Merencanakan bangunan pengatur
muara.
12. Kesimpulan.
Gambar 1. Daerah Aliran Sungai Bang
10
Mulai
Data Data Data Peta Data Angin Data Data
Mekanika Bathimetri Lokasi Sedimen Pasang
Tanah Studi sungai Surut
Analisa pembangkitan
gelombang
Analisa pasang
surut pantai
Analisa gelombang rencana
dan distribusi arah gelombang
Analisa angkutan Analisa angkutan
sedimen pantai sedimen sungai
Analisa budget sedimen
Analisa masalah yang
terjadi di muara
Perencanaan bangunan
pengatur muara
Analisa stabilitas
dasar muara
Kesimpulan
Selesai
Gambar 2. Bagan Alir Pengerjaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Distribusi Gelombang
Setelah dilakukan perhitungan
prosentase kejadian tinggi gelombang
signifikan sesuai arah yang ditinjau,
hasilnya kemudian digambar sebagai
mawar angin. Dalam mawar angin, dapat
diketahui bahwa arah angin dari laut yang
paling dominan yaitu arah Tenggara dengan
prosentase 49,836% dan Selatan dengan
prosentase 12,048%. Dengan kecepatan
dominan antara 4–7 sebanyak 31,599% dan
kecepatan antara 7–11 sebanyak 47,731%. Gambar 3. Mawar gelombang angin
Description:dari angkutan sedimen sungai dengan volume budget sedimen per tahun sebesar 23117,64 m3. Oleh karena . antara lain : 1. Koreksi elevasi. Pada peramalan gelombang biasanya Shore Protection Manual volume II,.