Table Of ContentAnalisis Perubahan Kualitas Lingkungan Daerah Aliran Sungai Citarum Jawa Barat dan
Pengaruhnya Terhadap Biaya Produksi PLTA dan PDAM (Studi Kasus PLTA Saguling, PLTA
Cirata, PLTA Jatiluhur, PDAM Purwakarta, dan PDAM DKI Jakarta)
Analysis of Environmental Quality Changes of Citarum Watershed of West Java and their Effects on Operational
Costs of Hydroelectric Power Plans and the Regional Drinking Water Companies (Case Study at Saguling, Cirata,
and Jatiluhur Hydroelectric Power Plans and Purwakarta and Jakarta Drinking Water Companies)
R. TAMPUBOLON1, B. SANIM2, M. SRI SAENI3, DAN R. BOER4
ABSTRAK Kata kunci : Perubahan tataguna lahan dan hutan, Daerah aliran
sungai, Hidrologi, Jasa lingkungan, Valuasi
ekonomi
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan
tutupan lahan, perubahan karakteristik hidrologis dan
pengaruhnya terhadap nilai ekonomi sumberdaya air bagi
pengguna jasa lingkungan (PLTA dan PDAM). Penelitian dilakukan ABSTRACT
selama tahun 2006 di DAS Citarum Wilayah Hulu yang meliputi
Sub DAS Saguling, Sub DAS Cirata, dan Sub DAS Jatiluhur
The objectives of this research were to analyze land cover
dengan luas 486.237 ha. Aktor-aktor ekonomi yang menjadi
changes, hydrological characteristics changes, and their effects
objek penelitian adalah PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA
on the economic value of water resources for environmental
Jatiluhur serta PDAM Purwakarta (Tirta Dharma) dan PDAM DKI
services beneficiaries (Hydroelectric Power Plan, HEPP and
Jakarta (PT. Thames Jaya) di DAS Citarum Wilayah Hilir sebagai
Drinking Water Companies, DWC). This research was conducted
pengguna jasa lingkungan (sumberdaya air) DAS Citarum. Metode
from January to December 2006 in the upper Citarum watershed,
dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a)
covering the Saguling, Cirata, and Jatiluhur catchments, with
supervised classification analysis untuk mengetahui perubahan
total area of 486,237 ha. The economic actors under this study
tutupan lahan; b) model GR4J untuk menduga debit, volume air,
are Saguling HEPP, Cirata HEPP, and Jatiluhur HEPP as well as
dan sedimentasi; dan c) analisis kimia air dan replacement cost
Tirta Dharma DWC (Purwakarta) and PT Thames Jaya DWC
sebagai teknik valuasi ekonomi jasa lingkungan bagi pengguna.
(Jakarta) which are located downstream of Citarum watershed as
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1992–2003
the beneficiaries of environmental services of Citarum watershed.
telah terjadi penurunan tutupan lahan hutan (pohon) dengan laju
The methodology and analysis technique used in this research
2,23% (3.804,2 ha) per tahun. Penurunan luas tutupan lahan
were : a) supervised classification analysis to find out land cover
tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan pembukaan lahan
changes; b) GR4J model to predict water discharge, water
untuk memenuhi kebutuhan pemukiman dan sarana sosial
volume, and sedimentation; and c) water chemical analysis and
lainnya, yang tumbuh 9,81% (2.404,5 ha) per tahun. Perubahan
replacement cost method for economic valuation of environmental
tutupan lahan tersebut menyebabkan perubahan pada karakteristik
services among the beneficiaries (HEPP, DWC). The results
hidrologis DAS Citarum Wilayah Hulu berupa penurunan debit air
showed that during the 1992 to 2002 period, there has been a
masuk lokal (DAML) dengan laju 1,49% (3,14 m3 dt-1) dan
reduction of forest (tree) area at the rate of 2.23% (3,804.2 ha)
volume air masuk lokal (VAML) dan 4,20% (275,26 juta m3),
annually. The reduction of forest area was mainly caused by
peningkatan rasio Q max-min 5,99% (rata-rata 131,94),
increasing of land clearing for settlement and other infrastructure
peningkatan laju sedimentasi rata-rata 10,20 juta m3-12,86 juta
which grew at the rate of 9.81% (2,404.5 ha) annually. This
m3 (total tiga waduk) setiap tahun yang membahayakan terutama
landuse change has influenced on hydrological characteristics of
Waduk Saguling dan Cirata, dan penurunan kualitas kimiawi air di
the upper Citarum watershed as shown by the reduction of local
Sungai Citarum. Perubahan tutupan lahan dan karakteristik
water discharge as high as 1.49% (3.14 m3 sec-1) and the
hidrologis tersebut telah menyebabkan kerugian ekonomi
volume of local water input as high as 4.20% (275.26 million
(“keuntungan yang hilang”) bagi PLTA dan PDAM. Besarnya
keuntungan yang hilang akibat penurunan kualitas lingkungan m3), the increasing ratio of Qmax/Qmin as high as 5.99% (at the
average of 131.94), the increasing of sediment yield as high as
DAS Citarum Wilayah Hulu bagi PLTA adalah sebesar Rp 43,44
10.20 to 12.86 million m3 annually (for the three dams) which is
miliar (Rp 9.538,- MWh-1 energi listrik atau Rp 3,29,- m-3 air yang
very dangerous, especially for Saguling and Cirata dams, as well
digunakan PLTA), sedangkan bagi PDAM adalah Rp 212,43,- m-3
as the decreasing of chemical water quality of Citarum River.
(PDAM Purwakarta) dan Rp 821,48,- m-3 (PDAM DKI Jakarta).
Landuse and hydrological characteristics changes has caused an
Berkaitan dengan besarnya kerugian ekonomi yang ditimbulkan
oleh penurunan kualitas lingkungan DAS Citarum Wilayah Hulu
1. Mahasiswa Program Doktor pada Program Studi PSL, IPB,
terhadap PLTA dan PDAM maka upaya pengendalian
Bogor.
pemanfaatan (tataguna) lahan dan tindakan-tindakan konservasi
sangat diperlukan dengan tetap mempertahankan luas minimal 2. Guru Besar Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB,
hutan. “Keuntungan yang hilang“ tersebut dapat digunakan Bogor.
sebagai investasi lingkungan untuk perbaikan kualitas lingkungan 3. Guru Besar Kimia Fisik dan Lingkungan, IPB, Bogor.
(replacement cost) di DAS Citarum Wilayah Hulu. 4. Pengajar pada Fakultas MIPA, IPB, Bogor
ISSN 1410 – 7244 47
JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 26/2007
economic loss (opportunity cost) among the HEPPs and DWCs. erosi dan sedimentasi, dan bahkan pada skala makro
The amount of the opportunity cost due to environmental
telah mengakibatkan pemanasan global dan
degradation of upper Citarum watershed suffered by the HEPPs
was as high as Rp 43.44 billion (equivalent with Rp 9,538,- perubahan iklim (Landell-Mills and Porras, 2002).
MWh-1 electricity or Rp 3.29 m-3 water used by HEPP). Whereas
economic lost suffered by DWC were Rp 212.43,- m-3 Untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air
(Purwakarta DWC) and Rp 821.48 m-3 (Jakarta DWC) dalam jumlah, mutu, dan waktu yang tepat,
respectively. Based on significant economic loss caused by
environmental degradation of the upper Citarum watershed on pengelolaan DAS secara berkelanjutan (sustainable
HEPP and DWC, the efforts for controlling landuse allocation and watershed management) diperlukan untuk mencukupi
soil conservation seem very necessarily, by assigning permanent
berbagai kebutuhan atau penggunaan (Asdak,
forest cover area. The amount as reflected by opportunity cost
could be used as environmental investment for improving 2004). Upaya itu memerlukan biaya yang sangat
environmental quality (replacement cost) in the upper Citarum
besar dalam waktu yang relatif lama dan
watershed.
berkelanjutan. Pembiayaan pengelolaan DAS selama
Keywords : Landuse change and forestry, Watershed,
ini sebagian besar diperoleh dari dana pemerintah
Hydrology, Environmental services, Economic
valuation dan sebagian kecil dari dunia usaha sebagai wujud
tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility-CSR). Selain itu, sumber pendanaan
PENDAHULUAN
melalui polluters pay principle untuk menangani
Daerah aliran sungai (DAS) Citarum di Jawa permasalahan polusi (limbah) tidak memadai dan
Barat memiliki posisi dan peranan yang sangat belum maksimal dilaksanakan. Oleh karena itu,
penting serta strategis karena menempati areal 1,35 sumber pendanaan baru perlu dikembangkan melalui
juta ha yang dihuni hampir 60% (23 juta) penduduk, mekanisme pembebanan biaya (user charge principle)
memiliki potensi air per tahun 12,95 miliar m3, bagi pengguna sumberdaya alam dan lingkungan
dengan Sungai Citarum sepanjang 300 km. Di umumnya dan sumberdaya air khususnya. Untuk itu,
wilayah hulu terdapat tiga waduk besar secara seri penelitian perlu dilakukan guna mengkaji perubahan
(cascade) yaitu Saguling, Cirata, dan Jatiluhur. kualitas lingkungan DAS Citarum dan pengaruhnya
Ketiga waduk tersebut mengoperasikan tiga PLTA terhadap nilai ekonomi jasa lingkungan (sumberdaya
(Saguling, Cirata, dan Jatiluhur) yang memasok air) terhadap pengguna antara lain PLTA dan PDAM.
20% kebutuhan listrik Jawa-Bali. Di wilayah hilir,
Daerah Aliran Sungai merupakan suatu
Sungai Citarum tersebut juga menyediakan
ekosistem yang disusun dan dibangun oleh komponen
kebutuhan irigasi sawah lebih dari 240.000 ha, air
fisik (tanah), biologi (vegetasi), klimatologi (hujan),
baku air minum PDAM (termasuk PT. Thames PAM
dan pengelolaan (manusia). Akibatnya, gangguan
Jaya-TPJ) dan kebutuhan industri. DAS Citarum
pada salah satu komponen akan menyebabkan
Wilayah Hilir juga merupakan daerah yang memiliki
gangguan (perubahan) pada komponen yang lain.
pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Jawa Barat
Dari keempat komponen utama tersebut, vegetasi
(Jasa Tirta II, 2005).
atau hutan merupakan komponen lingkungan yang
Kegiatan antropogenik tersebut telah paling rentan (fragile) terhadap perubahan dan
menimbulkan degradasi ekosistem di DAS Citarum, menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap
terutama disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan komponen yang lain (Purwanto dan Ruitjer dalam
penduduk dan perekonomian. Keadaan ini pada Agus et al., 2004). Penurunan kualitas jasa
akhirnya menyebabkan tingginya laju konversi lahan lingkungan menyebabkan kerugian bagi pengguna
dan hutan menjadi peruntukan lain, seperti : jasa sebagai aktor-aktor ekonomi (PLTA, PDAM, dan
pemukiman, perdagangan, industri, sarana prasarana, masyarakat wilayah hulu). Bagi PLTA, jasa
dan lain sebagainya. Perubahan tataguna lahan lingkungan DAS yang paling mempengaruhi produksi
(landuse change) telah menimbulkan berbagai listrik adalah (1) volume air, (2) sedimentasi, dan (3)
masalah, seperti : meningkatnya lahan kritis, banjir kualitas kimia air terutama pH dan gas H2S. Bagi
pada musim hujan, kekeringan pada musim PDAM, jasa lingkungan sumberdaya air yang utama
kemarau, pencemaran oleh industri dan domestik, adalah penurunan kualitas kimiawi air dan
48
R. TAMPUBOLON ET AL. : ANALISIS PERUBAHAN KUALITAS LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM JAWA BARAT
peningkatan sedimentasi sehingga menyebabkan PDAM Purwakarta serta Thames PAM Jaya-Sektor
peningkatan pengadaan bahan kimia yang diperlukan Buaran. Penelitian berlangsung selama satu tahun
untuk mengolah air baku menjadi air minum (Sanim, mulai Januari sampai dengan Desember 2006.
2003). Penelitian ini terdiri atas tiga kegiatan analisis yaitu
(1) analisis perubahan tutupan lahan, (2) analisis
Penelitian bertujuan untuk menganalisis
perubahan karakteristik hidrologis, dan (3) analisis
pengaruh perubahan tutupan lahan dan karakteristik
produksi dan biaya marginal lingkungan pengguna
hidrologis DAS Citarum Wilayah Hulu terhadap nilai
jasa (PLTA dan PDAM). Penelitian sosial ekonomi
ekonomi sumberdaya air bagi pengguna jasa
masyarakat hulu dilakukan di empat kecamatan
lingkungan (PLTA, PDAM, dan masyarakat hulu
(Batujajar, Cipongkor, Cililin, dan Cihampelas)
DAS).
masing-masing 30 responden.
BAHAN DAN METODE
Metode
Tempat dan waktu Data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri atas data primer (analisis peta tataguna lahan
Penelitian dilakukan di DAS Citarum Wilayah
dan citra satelit 1992 dan 2002, kualitas kimia air
Hulu, 3 PLTA, dan 2 PDAM yang memanfaatkan air dan kondisi sosial ekonomi masyarakat hulu DAS
sungai Citarum. DAS Citarum Wilayah Hulu Citarum) dan data sekunder (kondisi hidrologis DAS
merupakan wilayah bagian selatan Waduk Djuanda Citarum, sedimentasi waduk, produksi energi listrik
(Jatiluhur). Tiga PLTA dan dua PDAM yang diteliti PLTA dan air minum PDAM) yang secara rinci
adalah UBP Saguling, UP Cirata, PLTA Jatiluhur dan ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data dan informasi untuk analisis
Table 1. Data and information for analysis
No. Data dan informasi Sumber Metode
1. Perubahan tutupan lahan 1992-2002. Bakosurtanal, BBSDLP-Deptan. Analysis supervised
a. Peta tataguna lahan dan citra satelit multi classification
temporal 1.
b. Peta rupa bumi Indonesia (RBI) atau peta
topografi.
2. Perubahan karakteristik hidrologi, produksi dan BMG, UBP Saguling, UP Cirata, a. Teknis pemodelan model
biaya lingkungan 1993-2003. PJT II (Jatiluhur), PDAM debit harian GR4J.
a. Data curah hujan, evaporasi, debit dan volume Purwakarta dan PDAM Thames b. Teknik valuasi ekonomi
air. PAM Jaya, Balit Agroklimat replacement cost dan
b. Data sedimentasi 3 waduk hasil pengukuran. dan Hidrologi- Deptan. perhitungan willingness to
pay (WTP), metode survei
c. Data kualitas air waduk.
contingent valuation
d. Data kualitas air baku PDAM.
method (CVM).
e. Produksi energi listrik 3 PLTA.
c. Teknik regresi, uji-t dan
f. Produksi air minum 2 PDAM anova.
g. Laporan keuangan Saguling tahun 2006.
h. Biaya pemeliharaan peralatan.
i. Penggunaan bahan kimia PDAM.
j. Penelitian pihak ketiga yang relevan.
k. Profil bisnis 3 PLTA dan 2 PDAM.
l. Kondisi sosial ekonomi masyarakat hulu DAS
Citarum.
49
JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 26/2007
Metode dan analisis yang digunakan adalah : (4) Biaya lingkungan produksi air (PDAM)
BLPA = BPK/PA
a. Teknis analisis digital (analysis supervised
dimana :
classification) dengan alat bantu software ER
BLPA = biaya lingkungan produksi air (Rp m-3)
mapper (Puslitbang Tanah dan Agroklimat,
BPK = biaya penggunaan bahan kimia (Rp)
2001), digunakan untuk menganalisis perubahan
PA = produksi air (m³)
tutupan lahan sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 1. (5) Perhitungan WTP hasil CVM
b. Model debit harian GR4J (Andressian et al.,
n
2003) digunakan untuk menduga debit, volume Σ
air dan sedimentasi (Sa’ad, 2002) di Sub DAS EWTP = WiPfi
i=1
Saguling, Cirata, dan Jatiluhur serta DAS
Citarum Wilayah Hulu sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 2. dimana :
EWTP = dugaan rataan WTP
c. Metode analisa dan penggunaan bahan serta alat
W = batas bawah kelas WTP
dalam analisis kualitas kimia air antara lain AAS,
Pf = frekuensi relatif kelas yang bersangkutan
gravimetri, konduktometri, kolorimetri, iodometri,
n = jumlah kelas
dan titrimetri (Saeni, 1989).
i = kelas ke-i
d. Valuasi ekonomi menggunakan replacement cost
analysis (King and Mazotta, 2005) dan n
perhitungan willingness to pay (WTP) mengguna- Σ
kan metode yang dikembangkan Lipper and TWTP = WiPfi[ni/N]P
i=1
Zilberman dalam van den Berg, 1999, metode
survei contingent valuation method (CVM)
dengan bantuan software SPSS dan kurva logit dimana :
dengan rumus-rumus sebagai berikut : TWTP = kesediaan populasi pelanggan rumah
tangga untuk membayar
(1) Biaya lingkungan produksi listrik (PLTA)
WTP = kesediaan individu untuk membayar
BLPL = BKP + BP
N = jumlah sampel yang bersedia membayar
dimana :
sebesar WTP
BLPL = biaya lingkungan produksi listrik (Rp
P = jumlah populasi pelanggan rumah tangga
MWh-1)
ni = jumlah sampel ke-i
BKP = biaya kehilangan produksi (Rp MWh-1)
BP = biaya pemeliharaan (Rp MWh-1)
WTP = F(Ps,Jk,Us,Pn,Pd,Bk,Pk,St,Ph)
(2) Biaya kehilangan produksi
BKP = (P – P ) x HP dimana :
t+1 t
dimana : Ps = persepsi terhadap kualitas lingkungan
BKP = biaya kehilangan produksi (Rp MWh-1) Jk = jenis kelamin
P = produksi listrik pada tahun t (MWh) Us = usia
t
Pn = tingkat pendidikan
P = produksi listrik pada tahun t+1 (MWh)
t+1
Pd = jumlah pendapatan keluarga
t = tahun
Bk = biaya tanggungan keluarga
HP = harga penjualan (Rp MWh-1)
Pk = pekerjaan
(3) Biaya pemeliharaan (turbin dan peralatan lain) St = persepsi terhadap ketersediaan air
BPT = JPT x BP Ph = persepsi terhadap usaha perbaikan
dimana : lingkungan di hulu
BPT = biaya pemeliharaan turbin (Rp tahun-1) e. Teknik regresi, uji-t dan anova dilakukan pada
JPT = jumlah pemeliharaan turbin (kali tahun-1) kelima kegiatan penelitian, termasuk teknik
BP = biaya pemeliharaan (Rp kali-1) tabulasi dan grafik.
50
R. TAMPUBOLON ET AL. : ANALISIS PERUBAHAN KUALITAS LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM JAWA BARAT
- Data landsat tahun 1992 - Koreksi geometri - Data landsat tahun 2002
- Peta Topografi (RBI) tahun - Penajaman - Peta Topografi (RBI)
1990-an - Croping tahun 2002
- Peta Landuse
Citra DAS Citarum terkoreksi Citra DAS Citarum terkoreksi
tahun 1992 tahun 2002
Digital analysis
(supervised classification)
Peta Interpretasi Tataguna Peta Interpretasi Tataguna
Lahan tahun 1992 Lahan tahun 2002
Konfirmasi dan
validasi lapangan
Peta Tataguna Lahan Peta Tataguna Lahan
Tahun 1992 tahun 2002
Overlay
Perubahan Tataguna Lahan
tahun 1992-2002
Gambar 1. Diagram alir analisis perubahan penutupan lahan
Figure 1. Flow diagram of landcover change analysis
E P
Intersepsi
Es Ps Pn - Ps
Simpanan x1 S
produksi
Pere Pr
0.9 0. 1
UH1 UH2
X 4 2.X4
1 1
Q Q 1
Simpanan x3 F (x2) F (x2)
pengalihan R
Qr Qd
Sumber : Perrin, 2003 Q
Gambar 2. Struktur model GR4J
Figure 2. Structure model of GR4J
51
JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 26/2007
HASIL DAN PEMBAHASAN tahunan di Sub DAS Saguling 2.250,48 mm, Sub
DAS Cirata 3.495,46 mm, Sub DAS Jatiluhur
Perubahan tutupan lahan 2.637,50 mm, dan DAS Citarum Wilayah Hulu
2.186,62 mm dengan penurunan 60,16 mm.
Perubahan tutupan lahan merupakan faktor
Hasil uji-t menunjukkan bahwa pengukuran
yang berpengaruh sangat penting terhadap
dan hasil simulasi terhadap debit air masuk lokal
karakteristik hidrologis DAS. Hasil interpretasi peta
(DAML), volume air masuk lokal (VAML) dan
citra dan tataguna lahan 1992 dan 2002
sedimentasi tidak berbeda nyata (hasil simulasi
menunjukkan bahwa luas DAS Citarum adalah
mendekati keadaan sebenarnya) dengan nilai R
704.569 ha yang dapat dibagi menjadi dua wilayah
kuadrat 0,996 (sub DAS Saguling), 0,994 (sub DAS
yaitu DAS Citarum Wilayah Hulu seluas 486.237 ha
Cirata), 0,996 (sub DAS Jatiluhur), dan 0,993 (DAS
(terdiri atas Sub DAS Saguling 256.758 ha, Sub
Citarum Wilayah Hulu). Hasil simulasi debit harian
DAS Cirata 157.118 ha, Sub DAS Jatiluhur 72.361
dengan model GR4J, Sub DAS Saguling dan DAS
ha) dan DAS Citarum Wilayah Hilir 218.232 ha.
Citarum Wilayah Hulu menunjukkan koefisien Nash
Pada periode tersebut, penambahan terjadi pada
(kemiripan) rata-rata lebih besar dari 50%, sesuai
kelompok pemukiman sebesar 9,81% (2.404,5 ha)
dengan Andressian et al. (2003) dan Perrin et al.
dan perkebunan 5,78% (3.165,7 ha), sedangkan
(2003) hasil simulasinya mendekati keadaan
pengurangan terjadi pada luas tutupan lahan hutan
sebenarnya. Model GR4J tersebut juga digunakan
2,88% (3.388,6 ha) dan luas sawah irigasi 2,5%
untuk menduga sedimentasi yang terjadi di DAS
(2.987,0 ha) setiap tahun. Secara grafik perubahan
Citarum Wilayah Hulu (dengan beberapa asumsi).
tutupan lahan ditampilkan pada Gambar 3.
Hasil pengolahan data dan simulasi menunjukkan
Data dan uraian tersebut mengindikasikan
bahwa DAML harian DAS Citarum Wilayah Hulu
bahwa setiap peningkatan laju pemukiman satu
mengalami penurunan 15,62 m³ dt-1 sampai
satuan, menyebabkan rata-rata penurunan luas lahan
kenaikan 1,48 m³ dt-1, VAML mengalami penurunan
hutan di DAS Citarum Wilayah Hulu 3,04 satuan
498,66 juta m³ tahun-1 sampai dengan kenaikan
dan setiap pertumbuhan pembukaan lahan
46,35 juta m³ tahun-1, dan volume sedimen
perkebunan satu satuan menyebabkan penurunan
mengalami kenaikan sebesar 12,86-21,66 juta m³
luas hutan sebesar 1,79 satuan. Besarnya
tahun-1. Rekapitulasi perubahan karakteristik hidrolo-
penambahan pemukiman disebabkan oleh tingginya
gis disajikan pada Tabel 2.
kebutuhan lahan untuk perumahan, perkantoran,
Gambar 4 menunjukkan bahwa karakteristik
industri dan perdagangan, jalan raya dan sarana
CH, DAML, dan VAML hampir seragam (homogen),
sosial lainnya. Tingginya penambahan perkebunan
kecuali (1) tahun 2001-2002 di Sub DAS Saguling,
terutama disebabkan oleh besarnya pembukaan
dengan tingkat CH yang relatif sama dengan tahun
lahan untuk perkebunan teh, kakao, dan karet.
sebelumnya menghasilkan DAML dan VAML yang
lebih tinggi, yang diduga karena semakin tingginya
Perubahan karakteristik hidrologis
kerusakan lahan di wilayah hulu Sub DAS Saguling,
sehingga memperbesar porsi run off yang langsung
Karakteristik CH, DAML, VAML, Qmax-min, dan
menjadi aliran debit, dan (2) tahun 1998-2001 di
sedimentasi
Sub DAS Jatiluhur, dengan CH yang tinggi
Jumlah dan distribusi aliran permukaan menghasilkan DAML dan VAML yang relatif kecil
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain curah kemungkinan disebabkan tingginya pemakaian air
hujan, karakteristik biofisik lahan, dan manajemen oleh petani untuk sawah tadah hujan baru di wilayah
DAS Citarum Wilayah Hulu. Hasil analisis data curah hulu (laju pertumbuhan sawah tadah hujan 17,94%
hujan (CH) harian menunjukkan bahwa CH rata-rata dalam periode 1992-2002).
52
R. TAMPUBOLON ET AL. : ANALISIS PERUBAHAN KUALITAS LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM JAWA BARAT
Sub DAS Saguling Sub DAS Cirata
110000.,000000 6600.000000
9900.,000000 1992
5500.000000
8800.,000000 2002 1992
7700.,000000 4400.000000 2002
6600.,000000 a)
h
uas (ha) 54450000..,,000000000000 Luas ( 32230000..000000000000
L
3300.,000000
2200.,000000 1100.000000
1100.,000000
00
00 H R STH SI Perm KP T W H R STHTutuSIpan lPermahanKP T W
Tutupan lahan
Sub DAS Jatiluhur DAS Citarum Wilayah Hulu
3030.000000 116600.,000000
1992
1992 114400.,000000
2525.000000 2002
2002
112200.,000000
2020.000000 110000.,000000
Luas (ha) 1515.000000 Luas (ha) 86680000..,,000000000000
1010.000000
4400.,000000
55.000000 2200.,000000
00
00 H R STH SI Perm KP T W H R STH SI Perm KP T W
Tutupan lahan
Tutupan lahan
Keterangan : H = Hutan, R = Rawa, STH = Sawah tadah hujan, SI = Sawah irigasi, Perm = Pemukiman,
KP = Kebun/perkebunan, T = Tegalan, W = Waduk
Gambar 3. Grafik perubahan tutupan lahan DAS Citarum Wilayah Hulu 1992 dan 2002
Figure 3. Graph showing landcover changes in upper Citarum watershed, 1992 and 2002
53
JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 26/2007
Tabel 2. Perubahan karakteristik hidrologis berdasarkan pengukuran dan simulasi periode 1993-2003
Table 2. Changes in hydrolical characteristics based on measurement and simulation, 1993-2003
Sub DAS-DAS
Karakteristik Saguling Cirata Jatiluhur Citarum Hulu
Rata-rata Perubahan Rata-rata Perubahan Rata-rata Perubahan Rata-rata Perubahan
Pengukuran
CH tahunan (mm tahun-1) 2250,48 23,88 3495,46 -71,5 3637,5 -223,45 2186,62 -60,16
DAML harian (m³ dt-1) 90,78 -4,67 85,37 -3,57 34,4 -7,37 210,56 -15,62
VAML (juta m³ tahun-1) 2865,29 -153,51 2639,85 -112,69 1048,66 -232,45 6553,8 -498,66
Qmax-min 63,26 3,281 178,66 14,398 153,9 6,012 --- ---
Sedimen (juta m³ tahun-1) 46,54 4,19 50,13 5,50 515,20 4,05 611,07 12,86
Simulasi
DAML harian (m³ dt-1 ) 87,90 -2,62 83,97 0,24 33,40 0,12 208,89 1,48
VAML (juta m³ tahun-1) 2771,98 -82,48 2648,19 7,57 1949,75 3,91 6587,46 46,53
Sedimen (juta m³ tahun-1) 64,83 7,11 77,88 9,95 530,85 5,95 668,79 21,66
CH (mm/th)
CH_DAML_VAML Saguling
DAML (m3/dt/hr)
VOL (juta m3/th)
9000 0
8000
7000 75
6000
5000
150
4000
3000
2000 225
1000
0 300
3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3
9 9 9 9 9 9 9 0 0 0 0
9 9 9 9 9 9 9 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
tahun
CH_DAML_VAML_Cirata CH (mm/th) CH_DAML_VAML Jatiluhur CH (mm/th)
DAML (m3/dt/hr) DAML (m3/dt/hr)
VOL (juta m3/th)
VOL (juta m3/th)
9000 0
9000 0 8000
8000 7000 75
7000 75 6000
6000 5000
5000 150
150 4000
4000
3000 3000
2000 225 2000 225
1000 1000
0 300 0 300
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
tahun tahun
Gambar 4. Grafik curah hujan tahunan, debit air masuk lokal (DAML) harian, dan volume air masuk lokal
(VAML) tahunan Sub DAS Saguling, Cirata, dan Jatiluhur pada periode 1993-2003
Figure 4. Graph showing annual rainfall, daily local inflow, and annual local water volume of Saguling,
Cirata, and Jatiluhur catchment, 1993-2003
54
R. TAMPUBOLON ET AL. : ANALISIS PERUBAHAN KUALITAS LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM JAWA BARAT
PePrebrabnadnidnignagna ns esdeidmimeenn p peenmguekruumraann--ssimimuulalassi i SSaagguulliinngg PePrebrbananddinignagna ns esdeidmimene np epmenerguumkaunra-ns-imsiumlauslai sCii rCaitraata
140
110
120
3n (juta m) n (juta m3) 1056789000000 3en (juta m) en (juta m3) 1068000
meme 40 mm
SediSedi 123000 SP SS SediSedi 2400 SP SS
0
0
3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3
9 9 9 9 9 9 9 0 0 0 0 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3
9 9 9 9 9 9 9 0 0 0 0 9 9 9 9 9 9 9 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 9 9 9 9 9 9 9 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
Tahun Tahun
PPeerrbbaannddininggaann s seeddimimeenn p peemnegruukmuarna-ns-ismimulauslai sJia Jtialuthiluurhur PPeerbrbaannddininggaann s seeddimimenen p epmenegruumkuarna-ns-ismimulauslai sCi itCairtuamrum
560 900
800
540
3Sedimen (juta m) Sedimen (juta m3) 445568020000 SP SS 3Sedimen (juta m) Sedimen (juta m3) 234567000000000000 SP SS
440 100
3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 0
9 9 9 9 9 9 9 0 0 0 0
19 19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03
9 9 9 9 9 9 9 0 0 0 0
Tahun 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
Tahun
Gambar 5. Grafik perbandingan antara volume sedimen hasil pengukuran (SP) dengan volume sedimen
hasil simulasi (SS) 3 waduk berdasarkan tahun inisial 1993
Figure 5. Graph showing comparison between sediment volume from measurement (SP) and from
simulation (SS) of 3 dams based on initial year of 1993
Penambahan luas pemukiman dan penurunan evapotranspirasi vegetasi terutama hutan, dan
luas hutan berpengaruh nyata terhadap DAML, berlangsung dalam jangka waktu yang lama dengan
VAML dan sedimentasi. Variabel hutan berpengaruh skala luasan yang besar. Hal ini menyebabkan
positif terhadap DAML, VAML, dan sedimentasi. jumlah air yang dapat ditransportasikan ke atmosfer
Artinya, penambahan luas hutan akan menyebabkan mengalami penurunan dari waktu ke waktu,
peningkatan DAML, VAML, dan menurunkan sehingga curah hujan juga mengalami penurunan
sedimentasi. Sementara itu, variabel pemukiman (Pawitan, 2003).
berpengaruh negatif terhadap DAML, VAML, dan Gambar 5 menunjukkan perubahan sedimen-
sedimentasi. Artinya peningkatan luas pemukiman tasi berdasarkan pengukuran berdasarkan simulasi.
menyebabkan penurunan DAML, VAML, dan Menurut Pawitan (1999) dalam Agus et al. (2004)
meningkatkan sedimentasi. Kondisi tersebut diduga perubahan pola penggunaan lahan berdampak pada
terjadi akibat evaporasi air dari badan-badan air penurunan ketersediaan air wilayah, akibat
(waduk dan sungai) lebih kecil dibandingkan dengan meningkatnya fluktuasi musiman dengan gejala
55
JURNAL TANAH DAN IKLIM NO. 26/2007
banjir dan kekeringan yang semakin ekstrim, oleh perubahan pada tutupan lahan dan penggunaan
sedangkan pengaruhnya terhadap erosi sangat lahan. Keragaman limbah (polusi) dan peningkatan
spesifik lokasi. Selanjutnya, Pawitan (2002) dalam atau penurunan kadarnya akan mempengaruhi
Suryani dan Agus (2005) mengemukakan bahwa proses teknis pembangkitan energi listrik dan proses
perubahan penggunaan lahan akan memperluas penjernihan air baku PDAM serta kehidupan biologi
permukaan kedap air sehingga menyebabkan perairan. Hasil analisis kualitas air disajikan pada
berkurangnya infiltirasi, menurunnya pengisian air Tabel 3.
bawah tanah (ground water recharge) dan Tabel tersebut menunjukkan terjadinya
meningkatkan aliran permukaan. Akan tetapi, Asdak peningkatan suhu (mendekati 1ºC), peningkatan
(2004) menyatakan bahwa perubahan vegetasi kekeruhan hingga 199,09 NTU (Saguling) dan 97,30
hutan menjadi non vegetasi hutan telah
NTU (intake TPJ), penurunan pH, penurunan oksigen
menyebabkan kenaikan hasil air total, terutama terlarut 3,23 mg l-1 (Saguling), penurunan COD
disebabkan meningkatnya run off yang langsung 17,41 mg l-1 (Saguling), peningkatan BOD sebesar
5
menjadi aliran, penurunan evapotranspirasi dan
30,8 mg l-1 (Saguling), peningkatan muatan padatan
penurunan base flow. Dengan demikian, penurunan
tersuspensi 82,29 mg l-1 (Cirata) dan kenaikan kadar
debit dan volume serta peningkatan sedimentasi
limbah domestik seperti fenol, minyak, dan lemak
disebabkan oleh penurunan curah hujan dan
serta fecal coliform. Dengan kondisi kualitas seperti
perubahan tutupan lahan. Rata-rata rasio fluktuasi
ini, dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan tiga
debit (Qmax-min) DAS Citarum Wilayah Hulu
waduk dan TPJ telah mengalami degradasi dari skala
periode 1993-2003 adalah 131,94. Nilai rasio
ringan sampai berat.
Qmax-min yang tinggi (lebih besar dari 40)
mengindikasikan wilayah hulu Sub DAS berada pada
kondisi yang kritis (Boer et al., 2004). Berdasarkan Perubahan produksi PLTA dan PDAM
kriteria tersebut, dapat dikatakan bahwa kondisi
ekosistem DAS Citarum Wilayah Hulu termasuk Produksi energi listrik PLTA selain ditentukan
kritis (buruk). oleh faktor-faktor kapasitas terpasang tetapi juga
sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas air
sebagai energi pembangkit. Pada Tabel 4 disajikan
Perubahan karakteristik kualitas air PLTA
perubahan produksi energi listrik berdasarkan
Kualitas air waduk sangat dipengaruhi oleh pengukuran dan simulasi dengan menggunakan
kualitas lingkungan DAS Citarum Wilayah Hulu, VAML hasil model GR4J dan standard water
sedangkan kualitas lingkungan tersebut dipengaruhi convertion (SWC) sebesar 4,985 m3 per 1 kWh. Dari
Tabel 3. Perubahan kualitas kimia air waduk PLTA (1993-2003) dan intake TPJ (2001-2005)
Table 3. Change in the quality of water chemistry of HEPPs and TPJ intake (2001-2005)
No. Parameter Saguling Cirata Jatiluhur TPJ
1. Suhu (oC) 0,12 0,84 -0,9 0,33
2. Daya hantar listrik (µmhos cm-1) 159,2 97,61 -165,72 -59,45
3. Kekeruhan (NTU) 199,09 28,12 -31,58 97,30
4. pH -0,24 -1,1 0,52 0,16
5. DO (mg l-1) -3,23 -0,37 -1,73 ---
6. COD (mg l-1) -17,41 17,13 3,47 4,55
7. BOD5 (mg l-1) -30,08 6,52 2,43 -5,4
8. Bahan organik (mg l-1) --- --- --- 1,35
9. Total koliform (MPN/100I) --- --- --- -28 x 103
Keterangan : Hasil pengolahan data sekunder hasil pemantauan kualitas air waduk triwulanan periode
1993-2004
56
Description:Pengaruhnya Terhadap Biaya Produksi PLTA dan PDAM (Studi Kasus PLTA Saguling, PLTA (guardian and stewardship), maka secara alamiah.