Table Of ContentAnalisis Keanekaragaman Bakteri Tanah Gambut Asal  
Kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Riau 
 
Delita Zul, Bernadeta L. Fibriarti, dan Ellya Mursida 
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau 
 
Abstrak 
 
Sebagian besar wilayah Cagar Biosfer Giam Siak Kecil – Bukit Batu telah dikonversi menjadi hutan 
tanaman  industri,  lahan  perkebunan,  dan  perambahan  perladangan  yang  mengakibatkan  perubahan 
vegetasi. Aktivitas tersebut menyebabkan vegetasi yang asli menyusut dan perubahan lingkungan makro 
dan mikro habitat. Kondisi lingkungan yang stres akibat alih fungsi lahan akan mempengaruhi populasi 
dan  keanekaragaman  bakteri  tanah.  Hingga  saat  ini,  belum  diketahui  hubungan  antara  nilai  indeks 
keanekaragaman bakteri dengan perubahan vegetasi lahan akibat dampak dari alih fungsi lahan di Cagar 
Biosfer GSK-BB. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa karakter 
morfologi, fisiologis dan biokimia yang dimiliki bakteri tanah asal Cagar Biosfer GSK-BB bervariasi, 
akan tetapi cendrung mengelompok berdasarkan asal isolat. Indeks keanekaragaman berkisar antara 1,56 - 
3,67, yang berarti keadaan ekosistem gambut asal Cagar Biosfer GSK-BB dikategorikan sedang dan 
tinggi. Terlihatkecendrungan penurunan nilai indeks pada area yang telah mengalami alih fungsi lahan. 
Indeks kemerataan berkisar antara 0,87-0,98, yang berarti penyebaran bakteri tanah gambut asal Cagar 
Biosfer GSK-BB dikategorikan dalam keragaman tinggi. 
 
Key words: bakteri gambut, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Indeks Keanekaragaman, Indeks 
Kemerataan  
Latar Belakang 
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keberadaan vegetasi berkorelasi positif terhadap 
komposisi komunitas mikroba tanah, dimana tanah yang tanpa vegetasi memiliki jumlah jenis 
bakteri  yang  lebih  rendah  (Zul  et  al.  2007).  Aktivitas  anthropogenik  yang  mengakibatkan 
terjadinya perubahan  vegetasi  lahan  juga  mempengaruhi keanekaragaman  bakteri tanah.  Hal 
tersebut  menurunkan  proporsi  Alphaproteobacteria,  Betaproteobacteria,  dan  Actinobacteria 
(Buckley  dan  Schmidt  2001).  Hingga  saat  ini  banyak  penelitian  mengenai  analisis 
keanekaragaman bakteri tanah,  namun informasi keanekaragaman bakteri asal Cagar Biosfer 
GSK-BB belum banyak diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai analisis 
keanekaragaman bakteri di Cagar Biosfer GSK-BB.  
Odum (1996) menyatakan keanekaragaman suatu spesies dapat berubah dengan cepat di 
ekosistem. Tingginya keanekaragaman spesies menunjukkan keseimbangan ekosistem tersebut, 
sebaliknya  rendahnya  keanekaragaman  spesies  menandakan  ekosistem  mengalami  stres  atau 
tekanan.  Indeks  keanekaragaman  (H’)  menggambarkan  keadaan  populasi  organisme  secara 
matematis  untuk  mempermudah  dalam  menganalisis  informasi-informasi  jumlah  individu 
masing-masing  jenis dalam suatu komunitas (Ardi 2002). Sementara  itu, indeks kemerataan 
digunakan untuk mengetahui pola penyebaran individu tiap jenis, apakah merata atau tidak. Bila 
nilai indeks kemerataan tinggi, ini menandakan bahwa setiap taxon (jenis) penyebarannya rendah. 
Sebaliknya,  jika  nilai  indeks  kemerataan  rendah,  menandakan  bahwa  setiap  taxon  (jenis) 
penyebarannya tinggi (Krebs 1978). 
1
Metode Penelitian 
Purifikasi Isolat. Koleksi isolat bakteri dimurnikan pada medium nutrient agar metode streak 
plate dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang sampai didapatkan koloni yang terpisah. 
Bakteri yang tumbuh diamati bentuk dan pergerakan selnya di bawah mikroskop. Apabila ciri 
koloni, bentuk sel dan pergerakan sel sudah sama, maka sel tersebut dianggap sudah murni. 
Apabila belum murni, 1 ose koloni digores lagi pada NA padat hingga didapat kultur murni 
(Hadioetomo 1993). Isolat yang sudah murni selanjutnya dikarakterisasi secara parsial. 
Karakterisasi Bakteri 
Pengamatan Morfologi Koloni dan Sel. Isolat bakteri umur 24 jam diamati morfologi koloni 
dan selnya yang meliputi ukuran koloni, bentuk koloni, tepian, elevasi, konsistensi dan warna 
koloni  (Hadioetomo  1993)  dan  bentuk  sel.  Bentuk  sel  bakteri  diamati  setelah  dilakukan 
pewarnaan Gram untuk setiap isolat yang diamati. 
Analisis Fisiologi. Isolat dianalisis pertumbuhannya pada berbagai variasi pH medium (pH 3, 5, 
dan 7), suhu inkubasi (suhu 4oC, 29oC dan 50oC), dan pada medium yang mengandung NaCl 
dengan konsentrasi 3% dan 6,5% dengan waktu inkubasi isolat selama 24 – 48 jam.  
Analisis  Biokimia.  Analisis  yang  dilakukan  antara  lain  uji  MR-VP,  uji  hidrolisis  pati,  uji 
hidrolisis kasein, uji hidrolisis gelatin, uji fermentasi karbohidrat, uji oksidase, uji katalase, dan 
uji urease.  
Keanekaragaman Bakteri Tanah 
Total  Indeks  Keanekaragaman  dan  Kemerataan.  Indeks  keanekaragaman  bakteri  tanah 
dihitung dengan menggunakan formula indeks keanekaragaman Shannon dan Wiener Diversity 
Indeks (Ludwig 1988) yaitu: 
                                                                      S 
H' = - Σ (pi) Ln (pi) 
                                                                  i=1 
dimana H' adalah indeks keranekaragaman Jenis, ni adalah nilai penting jenis ke I,  N adalah 
jumlah  nilai  penting  semua  jenis,  S  adalah  umlah  jenis  teramati  yang  ditemukan,  dan  Pi 
merupakan ni/N sebagai proporsi jenis ke-i. Indeks kemerataan bakteri tanah dihitung dengan 
menggunakan formula indeks kemerataan (Odum 1996) yaitu: 
 
E = H’/Ln S 
 
dimana E adalah indeks kemerataan jenis, H adalah indeks Shannon, dan S adalah  jumlah jenis 
teramati yang ditemukan 
 
Kontruksi Dendogram. Nilai similaritas setiap strain bakteri (Operational Taxonomical Unit) 
dihitung dengan membandingkan dengan masing-masing strain yang lain. Data yang didapat dari 
masing-masing  strain  yang  ada,  dibandingkan  setiap  karakter  pembedanya  berdasarkan 
taksonomi Adansonia. Kemudian semua data berupa unit karakter yang ada dimasukkan ke dalam 
matriks  n  x  t  untuk  dianalisis  selanjutnya.  Tingkat  kemiripan  akan  ditentukan  dengan 
menggunakan program komputer NTSYS-pc 2.02 (Rohlf 1993) dan dibuat konstruksi dendogram 
berdasarkan  nilai dalam  matriks similaritas (UPGMA): untuk  mengklasifikasikan  strain atau 
OTU  (Operational  Taxonomical  Unit)  berdasarkan  nilai  indeks  similaritas  maka  dilakukan 
pengklusteran ke dalam tabel analisis klaster. 
2
Hasil dan Pembahasan 
 
Keanekaragaman Bakteri   
Karakterisasi Parsial Isolat. Sebanyak 115 isolat dipurifikasi dan diperoleh 86 isolat yang 
mampu tumbuh dan membentuk koloni tunggal pada medium nutrien agar (NA). Isolat yang 
dipurifikasi berasal dari lokasi ladang ubi kayu 42 isolat, lahan gambut habis terbakar 38 isolat 
dan hutan akasia 6 isolat. Morfologi koloni bulat dan warna koloni isolat bervariasi, meliputi 
pink, putih krem, orange dan krem kuning. Seluruh isolat memiliki tepian koloni licin, elevasi 
cembung dan konsistensi menempel (Tabel 1). Sebanyak 12 isolat (13,9%) bersifat motil. Hasil 
penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya (Puspitasari et al. 2009) yang memperoleh 
seluruh isolat bakteri bersifat motil yang berasal dari tanah daerah pegunungan. 
Seluruh isolat uji tergolong bakteri gram negatif kecuali UK _1 yang termasuk bakteri 
3
gram positif dengan bentuk isolat kokus sebanyak 67 isolat (77,9%) dan basil sebanyak 19 isolat 
(22,1%)  (Tabel  1).  Hasil  penelitian  ini  sedikit  berbeda  jika  dibandingkan  dengan  hasil 
karakterisasi yang dilakukan oleh Sri (2002) yang memperoleh seluruh isolat bakteri dari tanah 
masam (100%) bersifat gram negatif namun berbentuk basil. Sebanyak 38 isolat (44,2%) mampu 
tumbuh pada medium yang mengandung NaCl 3% dan 51 isolat (59,3%) mampu tumbuh  pada 
medium yang mengandung NaCl 6,5%. Sebanyak 32 isolat (37,2%) mampu tumbuh pada kedua 
konsentrasi NaCl uji, sedangkan yang tidak dapat tumbuh pada  kedua konsentrasi NaCl uji 
sebanyak 28 isolat (32,6%). Natrium klorida (NaCl) berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan 
bagi kelompok bakteri tertentu dan juga dapat berfungsi merangsang kelompok bakteri halofilik 
(Weiser et al. 1978). Uji kemampuan pertumbuhan bakteri pada variasi suhu 4oC, suhu ruang dan 
50oC menunjukkan ada isolat yang mampu pada semua suhu pertumbuhan uji. Hasil penelitian 
menunjukkan bahwa isolat relatif tidak tumbuh baik pada suhu 4oC, melainkan mampu tumbuh 
baik pada suhu ruang (± 32oC) yang dapat digolongkan ke dalam kelompok bakteri mesofilik dan 
pada suhu 50oC yang digolongkan ke dalam kelompok bakteri termofilik. Namun juga terdapat 
beberapa bakteri yang bersifat termotoleran, dimana mampu tumbuh pada suhu 4oC, suhu ruang ± 
32oC dan 50oC.  
Hal yang sama pada saat dilakukan uji pertumbuhan pada berbagai variasi pH medium. 
Sebanyak 52 isolat (60,5%) mampu tumbuh pada pH medium 3, seluruh isolat tumbuh pada pH 
5,  dan  sebanyak  47  isolat  (54,7%)  yang  mampu  tumbuh  pada  pH  medium  7.  pH  tanah 
mempengaruhi  pertumbuhan  mikroba  dan  keragaman  spesiesnya  (Sembiring&Fachmiasari 
2004).  
Seluruh isolat bereaksi positif, tetapi bereaksi negatif pada uji methyl red. Reaksi positif uji 
Voges Proskauer  ditandai dengan terjadinya perubahan warna  menjadi  merah pada  medium 
setelah penambahan  larutan  KOH dan α-nafthol (Helmich  et al. 2001).  Hasil penelitian  ini 
berbeda  jika  dibandingkan dengan  hasil  karakterisasi  yang dilakukan oleh  Puspitasari  et  al. 
(2002) yang memperoleh seluruh isolat bakteri (100%) bereaksi negatif pada uji Voges Proskauer 
dan uji methyl red yang berasal dari tanah daerah pengunungan. Selain itu, jumlah isolat yang 
bereaksi positif pada uji hidrolisis pati, hidrolisis kasein, hidrolisis gelatin, uji urease, uji oksidase 
dan uji katalase bervariasi dari masing-masing isolat uji. Hal yang sama juga diperoleh dari uji 
fermentasi karbohidrat, ada yang isolat mampu memfermentasi karbohidrat uji dan menghasilkan 
gas. Data disajikan secara detail pada Tabel 1.  
3
Tabel 1. Tabulasi jumlah isolat berdasarkan karakter yang diuji  
Reaksi +/Tumbuh  Reaksi -/Tidak Tumbuh 
No  Karakter yang diuji  Total Isolat Uji 
Jumlah  Persentase (%)  Jumlah  Persentase (%) 
1  Pewarnaan Gram  85  98,8%  1  1,2%  86 
2  Uji motilitas  12  13,9%  74  86,1%  86 
  Pertumbuhan pada NaCl:           
3  NaCl 3%  38  44,2%  48  55,8%  86 
4  NaCl 6,5%  51  59,3%  35  40,7%  86 
5  NaCl 3% dan 6,5%  32  37,2%  54  62,8%  86 
  Pertumbuhan pada suhu:           
6  4oC  15  17,4%  71  82,6%  86 
7  30-32oC  86  100%  -  -  86 
8  50oC  82  95,3%  4  4,7%  86 
9  4oC, 30-32oC,  50oC  15  17,4%  71  82,6%  86 
  Pertumbuhan pada:           
10      pH 3  52  60,5%  34  39,5%  86 
11      pH 5  86  100%  -  -  86 
12      pH 7  47  54,7%  39  45,3%  86 
13      pH 3, 5 dan 7  31  36,0%  55  64,0%  86 
  Uji Biokimia           
14  Uji Voges Proskauer  86  100%  -  -  86 
15  Uji methyl red  -  -  86  100%  86 
16  Hidrolisis pati  2  2,3%  84  97,7%  86 
17  Hidrolisis kasein  8  9,3%  78  90,7%  86 
18  Hidrolisis gelatin  52  60,5%  34  39,5%  86 
19  Fermentasi karbohidrat           
  Fruktosa  29  33,7%  57  66,3%   
  Glukosa  19  22,1%  67  77,9%   
  Sukrosa  21  24,4%  65  75,6%  86 
9  10,5%  77  89,5% 
  Selobiosa 
10  11,6%  76  88,4% 
  Galaktosa 
35  40,7%  51  59,3% 
  Laktosa 
20  Uji urease   9  10,5%  77  89,5%  86 
21  Uji oksidase  -  -  86  100%  86 
22  Uji katalase  86  100%  -  -  86 
 
4
Similaritas  Bakteri Asal Cagar Biosfer GSK-BB 
Analisis Similaritas Bakteri Lokasi Ladang Ubi Kayu. Analisis klustering terhadap 42 
isolat bakteri yang terdiri dari 98 karakter morfologi, fisiologi dan biokimia menghasilkan 
dendogram dengan koefisien kemiripan Simple Matching (SM) berkisar antara 89 sampai 
100% atau terdapat keanekaragaman morfologi sebesar 0 sampai 11% (Gambar 1). Pada 
koefisien kemiripan 91% dihasilkan enam kelompok utama yaitu kelompok I terdiri atas 4 
isolat. Kelompok II terdiri atas 15 isolat. Kelompok III terdiri atas 6 isolat. Kelompok IV 
terdiri atas 2 isolat. Kelompok V terdiri atas 14 isolat. Kelompok VI terdiri atas 1 isolat. 
Analisis Similaritas Bakteri Lokasi Lahan Gambut Habis Terbakar. Analisis klustering 
terhadap 38 isolat bakteri yang terdiri dari 100 karakter morfologi, fisiologi dan biokimia 
menghasilkan dendogram dengan koefisien kemiripan Simple Matching (SM) berkisar antara 
86 sampai 100% atau terdapat keanekaragaman morfologi sebesar 0 sampai 14% (Gambar 2). 
Pada koefisien kemiripan 89% dihasilkan empat kelompok utama yaitu kelompok I terdiri atas 
11 isolat. Kelompok II terdiri atas 19 isolat. Kelompok III terdiri atas 4 isolat. Kelompok IV 
terdiri atas 4 isolat. 
Analisis Similaritas Bakteri Lokasi Hutan Akasia. Analisis klustering terhadap 6 isolat 
bakteri yang terdiri dari 99 karakter morfologi, fisiologi dan biokimia dendogram dengan 
koefisien kemiripan  Simple Matching  (SM) berkisar antara 86 sampai 98% atau terdapat 
keanekaragaman morfologi sebesar 2 sampai 14% (Gambar 3). Pada koefisien kemiripan 89% 
dihasilkan 2 kelompok utama yaitu kelompok I terdiri atas 5 isolat.  Kelompok II terdiri atas 1 
isolat. 
Analisis Similaritas Bakteri Dari Tiga Lokasi. Analisis klustering terhadap 86 isolat bakteri 
yang terdiri dari 96 karakter morfologi, fisiologi dan biokimia dendogram dengan koefisien 
kemiripan  Simple  Matching  (SM)  berkisar  antara  85%  sampai  100%  atau  terdapat 
keanekaragaman morfologi sebesar 0 sampai 15% (Gambar 4). Pada koefisien kemiripan 88% 
dihasilkan lima kelompok utama yaitu kelompok I terdiri atas 44 isolat. Kelompok II terdiri 
atas  29  isolat,  kelompok  III  terdiri  atas  5  isolat,  kelompok  IV  terdiri  atas  4  isolat  dan 
kelompok V terdiri atas 2 isolat. 
Hasil analisis kluster berdasarkan kemiripan morfologi, fisiologi dan biokimia bakteri 
mampu  memisahkan  86  isolat  asal  Cagar  Biosfer  GSK-BB  tetapi  tidak  semua  dapat 
mengelompok berdasarkan  asalnya. Terpisahnya hubungan kekerabatan  isolat bakteri  asal 
Cagar Biosfer GSK-BB yaitu sp3a_7 dan A U .1 dengan isolat bakteri lainnya pada koefisien 
2 2
kemiripan 85% disebabkan oleh adanya beberapa karakter bakteri yang sama-sama dimiliki 
oleh isolat bakteri sp3a_7 dan A U .1 dibanding isolat bakteri lainnya. Persamaan karakter-
2 2
karakter bakteri yang dimiliki oleh isolat bakteri sp3a_7 dan A U .1 yaitu, warna koloni, 
2 2
bentuk morfologi sel dan sifat nonmotil. Karakter bakteri yang menyebabkan kekerabatan 
antar bakteri di Cagar Biosfer GSK-BB pada koefisien kemiripan 85% adalah karakter bentuk 
koloni,  ukuran  koloni,  elevasi  koloni,  tepian  koloni,  kosistensi,  warna  koloni,  faktor 
pertumbuhan  pada  berbagai  variasi  pH,  suhu  dan  konsentrasi  NaCl,  morfologi  sel,  sifat 
motilitas dan analisis biokimia. 
 
 
5
sp1 
 sp29 
I
 sp42 
 sp30 
 
 sp2 
 sp26 
 sp20 
 sp27 
 sp38 
 sp19 
 sp36 
 sp32  II 
 sp23 
 sp28 
 sp10 
 sp14 
 sp24 
 sp34 
 sp18 
 sp9 
 sp16 
          
 sp21 
III 
 sp12 
 sp15 
 sp25 
 sp3 
IV 
 sp13 
 sp4 
 sp11 
 sp33 
 sp8 
 sp31 
 sp39 
 sp41 
V
 sp5 
 sp7 
 sp22 
 sp35 
 sp40 
 sp37 
 sp17 
 sp6  VI 
0.88 0.92 0.96 1.00
Coefficient Simple Matching (SM)  
Gambar 1. Dendogram 42 isolat bakteri lokasi ladang ubi kayu asal Cagar Biosfer GSK-BB 
6
sp4a2 
 sp4a27 
 sp4a12 
 sp4a3 
 sp4a4 
 sp4a16  I 
 sp4a35 
 sp4a17 
 sp4a14 
 sp4a20 
 sp4a24 
 sp4a5 
 sp3b11 
 sp2a20 
 sp1b6 
 sp3b23 
 sp4a22 
 sp3a11 
 sp3b8 
          
 sp3b14 
II 
 sp3a5 
 sp3a15 
 sp3b12 
 sp3b15 
 sp3b17 
 sp2a25 
 sp2a26 
 sp2a3 
 sp2a14 
 sp2a13 
 sp4a13 
 sp3a6 
III 
 sp3a10 
 sp3b20 
 sp4a11 
 sp3a2 
IV 
 sp3a3 
 sp3a7 
0.85 0.90 0.95 1.00
Coefficient Simple Matching (SM)  
Gambar 2. Dendogram 38 isolat bakteri lokasi lahan gambut habis terbakar asal Cagar Biosfer GSK-BB 
7
A1U3.1 
 A1U4.1 
I 
 A1U4.2 
          
 A2U5.5 
 A2U5.7 
II 
 A2U2.1 
0.80 0.85 0.90 0.95 1.00
Coefficient Simple Matching (SM)  
Gambar 3. Dendogram 6 isolat bakteri lokasi hutan akasia asal Cagar Biosfer GSK-BB 
 
8
sp1 
 sp29 
 sp42 
 sp30 
 sp6 
 sp2 
 sp26 
 sp20 
 sp27 
 sp38 
 sp19 
 sp36 
 sp32 
 sp28 
 sp10 
 sp14 
 sp24 
 sp34 
 sp18 
 sp9 
 sp16 
 sp21 
 sp12  I 
 sp15 
 sp25 
 sp3 
 sp13 
 sp4 
 sp11 
 sp33 
 sp8 
 sp31 
 sp4a11 
 sp39 
 sp41 
 sp5 
 sp7 
 sp22 
 sp35 
 sp4a5 
 sp40 
 sp37 
            sp3a2 
 sp3a3 
 sp17 
 sp23 
 sp4a2 
 sp4a27 
 sp4a12 
 sp4a3 
 sp4a4 
 sp4a16 
 sp4a35 
 sp4a17 
 sp4a14 
 sp4a20 
 sp4a22 
 sp3a11 
 sp3b8 
 sp3b14 
 sp3a5  II 
 sp3a15 
 sp3b12 
 sp3b15 
 sp2a25 
 sp2a26 
 sp3b11 
 sp1b6 
 sp2a20 
 sp3b23 
 sp4a24 
 sp3b17 
 sp2a3 
 sp2a14 
 sp2a13 
 A1U3.1 
 A1U4.2 
 A1U4.1  III 
 A2U5.5 
 A2U5.7 
 sp4a13 
 sp3b20  IV 
 sp3a6 
 sp3a10 
 sp3a7 
 A2U2.1  V 
0.84 0.88 0.92 0.96 1.00
Coefficient Simple Matching (SM)
 
 
Gambar 4. Dendogram 86 Isolat Bakteri  Dari Tiga Lokasi Asal Cagar Biosfer GSK-BB 
9
Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Bakteri Asal Cagar Biosfer GSK-BB. Indeks 
keanekaragaman  dan  indeks kemerataan  bakteri asal  Cagar Biosfer  GSK-BB pada  lokasi 
ladang ubi kayu, lahan gambut habis terbakar dan hutan akasia seperti disajikan pada Tabel 2. 
Tabel 2.   Indeks keanekaragaman dan kemerataan bakteri tanah pada berbagai lokasi di Cagar 
Biosfer GSK-BB 
Lokasi  H’  E 
Hutan Sekunder  3,62  0,98 
Kebun Ubi Kayu  3,67  0,98 
Lahan Bekas Terbakar  3,51  0,96 
Hutan Akasia  1,56  0,87 
Kebun Sawit  2,61  0,96 
Kebun Karet  1,95  1 
           Keterangan: H’=indeks keanekaragaman dan E=indeks kemerataan 
Indeks keanekaragaman bakteri asal Cagar Biosfer GSK-BB berkisar antara 1,56 hingga 
dan 3,67. Nilai indeks keanekaragaman pada lokasi hutan akasia tergolong sedang yaitu 1,56. 
Berdasarkan Kusmana dalam Yunasfi (2006) indeks keanekaragaman rendah jika nilainya H’ 
<  1,  sedang  jika  nilainya  H’  1-3  dan  tinggi  jika  nilainya  H’  3  >.  Dari  data,  tampak 
kecendrungan bahwa lokasi yang telah mengalami alih fungsi lahan mengalami penurunan 
keanekaragaman, terutama pada lokasi hutan akasia, kebun sawit dan kebun karet. Hal ini 
sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, dimana nilai indeks keanekaragaman bakteri pada 
ekosistem yang dianggap kontrol bernilai 4.33, namun setelah ekosistem terkontaminasi seng 
nilai H’ turun menjadi 3.91 (Hill et al. 2003). 
Menurut Barbour et al. (1987), indeks keanekaragaman spesies merupakan informasi 
penting tentang suatu komunitas. Semakin luas areal sampel dan semakin banyak spesies yang 
dijumpai, maka nilai indeks keanekaragaman spesies cenderung akan lebih tinggi. Nilai indeks 
keanekaragaman yang relatif rendah umum dijumpai pada komunitas yang telah mencapai 
klimaks.  Menurut  Grey  dalam  Nasution  (1995)  nilai  keanekaragaman  dipengaruhi  oleh 
kompetisi  antar  spesies  akibat  perubahan  lingkungan  dan  perubahan  waktu  atau  karena 
banyaknya relung ekologi dan adaptasi mekanisme (Dykhuizen 1998) yang disebabkan oleh 
tingginya fungsional kelimpahan bakteri tanah (Griffiths et al. 2001). Keanekaragaman spesies 
sendiri juga erat kaitannya dengan kondisi fisika dan kimia tempat hidupnya. Nilai indeks 
keanekaragaman menunjukkan tingkat kestabilan suatu komunitas (Carriker 1967). 
Dari Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa nilai indeks kemerataan jenis bakteri tanah di 
GSK-BB tergolong tinggi. Hasil nilai dari indeks kemerataan jenis bakteri tanah di GSK-BB 
yaitu  berkisar antara 0,87  –  1.  Berdasarkan  Krebs (1978)  indeks keragaman  rendah  jika 
nilainya 0 < 0,4, sedang jika nilainya 0,4 < E < 0,6 dan tinggi jika nilainya E > 0,6. Perbedaan 
pada setiap lokasi penelitian sangat kecil, dengan demikian spesies bakteri yang hidup pada 
kondisi  lingkungan  yang  berbeda  relatif  sama  ditinjau  dari  aspek  jumlah  spesies  dan 
penyebaran bakteri dalam komunitas tersebut (Krebs 1978). Jika dibandingkan dengan peneliti 
sebelumnya, nilai indeks kemerataan bakteri pada ekosistem yang diukur dengan komunitas 
bakteri H’ kontrol 0,90, namun setelah tanah terkontaminasi seng nilai indeks kemerataan 
menjadi 0,87 (Hill et al. 2003). 
Indeks  keanekaragaman  dan  indeks  kemerataan  merupakan  dua  hal  yang  berbeda. 
Menurut  Barbour  et  al.  (1987)  adakalanya  kekayaan  spesies  berkorelasi  positif  dengan 
keanekaragaman spesies, namun kondisi lingkungan di sepanjang wilayah penelitian bersifat 
10
Description:proporsi Alphaproteobacteria, Betaproteobacteria, dan Actinobacteria .. Kompetitif Sesuai Prioritas Nasional Batch II; BBKSDA Provinsi Riau yang