Table Of ContentTahun XXXI/2002
No. 3
CSlS
Analisis
Konflik Sosial di Indonesia:
Analisis Faktor Penyebab
Struktural dan Kultural
Tinjauan Perkembangan Politik:
UUD
Perubahan 1945: Solusi atau Problema Konstitusi?
Tinjauan Perkembangan Ekonomi:
Membaiknya Indikator Perekonomian Indonesia
Konflik-konflik Sosial di Indonesia:
Refleksi Keresahan Masyarakat
Konflik di Masa Krisis:
Studi Empiris Determinasi Ketidakadilan Sosial-Ekonomi
Migrasi dan Konflik Etnis: Belajar dari
Konflik di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah
Gelombang Kekerasan di Indonesia
Sebagai Masalah Fenomenplogis
Pertanggungjawaban Kejahatan Hak Asasi Manusia
Ditinjau dari Kerangka Hukum Hak Asasi Manusia
Internasional: Studi Kasus Kekerasan Negara dalam
Konflik Aceh
CENTRE FORSTRATEGIC
•AND
Pertemuan Menlu ASEAN ke-35
INTERNATI0^4AL
dan Masalah Keamanan ASEAN STUDIES
Analisis CSIS
Diterbitkan oleh CENTRE FOR STRATEGIC AND INTERNATIONAL STUDIES
(CSIS) sebagai jurnal berkala unquk menyajikan tulisan-tulisan tentang ber-
bagai masalah' nasional dan internasional. ANALISIS CSIS adalah suatu
tul.san dari luar CSIS akan dipertimbangkan untuk dimuat sesuai dengan
kebutuhan. Isi tulisan-tulisan yang dimuat dalam ANALISIS CSIS seoenuh-
nya menjadi tanggung jawab pribadi penulis masing-masing
Logo CSIS
Mulai tahun 1989 CSIS menggunakan logo baru: Nalar Ajar
Terusan Budi. Logo berbentuk sebuah piringan cekung
berukiran bola dunia yang melatarbelakangi gambaran
orang tanpa busana duduk memangku buku terbuka ber-
alaskan kain lampin. Tangan kiri menunjuk ke buku dan
tangan kanan menunjuk ke atas menggambarkan orang
yang sedang menguraikan pengetahuan yang ditimba dari buku Ketelan-
j~angan gambar orang di ten-gah piringan melambangkan keterbukaan budi
tiadanya sikap a priori pada warga CSIS, seperti pada para analis
umumnya, dalam kegiatan studinya. Cambar ini menunjukkan kegiatan
belajar dan mengajar atau menguraikan pikiran, sebagaimana para analis
CSIS melakukan studi dan menguraikan pikiran mereka kepada siapa saja
yang membutuhkannya. Sedangkan bola dunia melambangkan alam jagad
raya yang menjadi cakrawala dan lingkup CSIS berada dan berkarya Ka-
hmat Nalar Ajar Terusan Bud/yang tertera pada lingkaran piringan adalah
surya sengka/a: cara merangkai kata dalam tradisi Jawa untuk menandaJ
suatu tahun penting menurut peredaran matahari dan sekaligus menge-
.
mukakan makna yang terkandung dalam peristiwa yang tahunnya ditandai
itu. Na/ar menurut tradisi Jawa itu berwatak 1, Ajar berwatak 7, Terusan
berwatak 9, dan Bud/ berwatak 1. Sebagaimana lazimnya sengkala dibaca
dalam urutan terbalik; 1971, tahun CSIS berdiri. Nalar Ajar Terusan Budi
juga menggambarkan alam pikiran, dan hakikat kegiatan CSIS. CSIS se-
bagai lembaga profesi keilmuan, yang didukung oleh kreativitas individu,
pada hakikatnya mempunyai kegiatan intelektual yang bukan hanya meng-
analisa kebenaran tetapi juga terpanggil untuk menunaikan kewajiban
sosialnya. Makna Nalar Ajar Terusan Budi adalah bahwa bagi CSIS, ber-
nalar, belajar serta menguraikan pikiran adalah kelanjutan wajar dari budi
yang arif. Logo ini dituangkan dalam wujud piringan perunggu oleh G.
Sidharta.
PernimpinRedaksi/ Medelina K. Hendytio
Penanggungjawab
Dewan Redaksi
Marl Pangestu, M. Hadi Soesastro, j. Kristiadi, Bantarto Bandoro. Rizal Sukma,
Pande Radja Silalahi, Tubagus Feridhanusetyawan, T.A. Legowo
RedaksiPelaksana Julius A. Mulyadi
Dokumentasi Faustinus Andrea
STT SK Menpen Rl No. 509/SK/DITJEN PPC/STT/1 978,
tanggal 28 Agustus 1978
ISSN 0126-222X
t
Tahun XXXI/2002
No. 3
CSIS
Analisis
DAFTAR
ISI
PENGANTAR REDAKSI
284
ANALISIS PERISTIWA
Tinjauan Perkembangan Politik:
UUD
Perubahan 1945: Solusi atau Problema Konstltusi?
H. Anton Djawamaku & M. Sudibjo 285
Tinjauan Perkembangan Ekonomi:
Membaiknya Indikator Perekonomian Indonesia
Tim Departemen Ekonomi CSIS 295
ARTIKEL
Konflik-konflik Sosial di Indonesia:
Refleksi Keresahan Masyarakat
Se/o Soemardjan
306
Konflik di Masa Krisis: Studi Empiris
Determinasi Ketidakadilan Sosial-Ekonomi
Aloysius Cunadi Brata 322
MIgrasi dan Konflik Etnis: Belajar dari Konflik
di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah
Riwanto Tirtosudarmo
340
Gelombang Kekerasan di Indonesia
Sebagai Masalah Fenomenologis
Andi Widjajanto & Laila Hasnah 353
Pertanggungjawaban Kejahatan Hak Asasi Manusia Ditinjau
dari Kerangka Hukum Hak Asasi Manusia Internasional:
Studi Kasus Kekerasan Negara dalam Konflik Aceh
Irene Hadiprayitno
I. 363
DOKUMEN
Pertemuan Menlu ASEAN ke-35 dan Masalah Keamanan ASEAN
Faustinas Andrea
375
PENGANTAR REDAKSI
SELAMA
lima tahun terakhir konflik vertikal dan horizontal di Indonesia te-
lah menjadi fenomena yang berada pada tingkat meresahkan. Tidak hanya
dari segi korban jiwa dan materi yang jumlahnya sangat besar tetapi bahkan
telah menggoyahkan sendi-sendi kebangsaan dan peri kemanusiaan. Persoalan-per-
soalan struktural seperti kebijakan yang keliru dalam hal transmigrasi, pemberian
privilege terhadap kelompok tertentu maupun ketidakadilan dalam pembagian sum-
ber daya alam yang dilakukan baik oleh pemerintah kolonial Belanda maupun peme-
rintah Indonesia merupakan akar utama timbulnya konflik. Hal ini diperparah oleh
munculnya krisis ekonomi dan sentimen agama dan suku yang timbul akibat per-
saingan ekonomi antarkelompok masyarakat dan akibat rekayasa pihak-pihak terten-
tu yang memperoleh keuntungan dari suasana konflik. Menurut UNSFIR kekeras-
an sosial dikelompokkan menjadi kekerasan komunal, kekerasan separatis, keke-
rasan negara-masyarakat dan kekerasan industrial. Pengelompokan ini menunjukkan
adanya kompleksitas dan kerumitan yang terkait dengan penyebab maupun pena-
nganan yang diperlukan untuk mengakhir konflik sosial.
Didorong oleh keprihatinan mendalam atas terus terjadinya konflik sosial serta
harapan untuk menemukan pemecahan yang paling tepat untuk segera menghenti-
kan kekerasan sosial tersebut Analisis CS/S menerbitkan tema "Konflik Sosial di In-
donesia: Analisis Faktor Penyebab Struktural dan Kulturai". Tulisan pertama oleh Se/o
Soemardjan selain membahas kebijakan yang keliru serta krisis ekonomi sebagai pe-
micu terjadinya keresahan masyarakat, secara khusus menganalisis akar konflik di Ma-
luku. Mendukung tulisan pertama, melalui studi empiris Aloysius Gunadi Brata mem-
buktikan adanya pengaruh ketidakadilan sosiai-ekonomi terhadap timbulnya konflik.
Pada tulisan ketiga, dengan mengambil kasus konflik di Kalimantan Barat dan
Kalimantan Tengah, Riwanto Tirtosudarmo menunjukkan adanya hubungan antara mo-
bilisasi penduduk dengan konflik etnis. Obsesi pemerintah tentang integrasi nasional
dan modernisasi melahirkan rekayasa demografis sebagai desain kebijakan yang meng-
abaikan keberagamaan. Hal ini menimbulkan reaksi penolakan tidak hanya kepada
pemerintah tetapi juga sekaligus menimbulkan ketegangan antaretnis. Dua tulisan
terakhir masing-masing oleh Andi Widjajanto dan Laila Hasnah serta Irene I. Hadi-
prayitno, secara terpisah menawarkan ide bagi eliminasi konflik. Menguatkan struktur
negara-bangsa dan melakukan dekonstruksi budaya kekerasan yang berkembang
di Indonesia merupakan dua hal yang perlu diusahakan untuk meredakan konflik.
Sementara itu, untuk kasus kekerasan yang dilakukan oleh- negara dalam konflik Aceh,
pertanggungjawaban kejahatan hak asasi manusia melalui penggunaan instrumen in-
ternasional menjadi hal yang perlu dipertimbangkan agar keadilan bagi masyarakat
dapat ditegakkan.
Bagian akhir Analisis CS/S menyajikaan dokumen tentang Pertemuan Menlu
ASEAN ke-35 dan Masalah Keamanan ASEAN yang dihimpun oleh F. Andrea.
Oktober 2002 REDAKSI
ANALISIS PERISTIWA
TINJAUAN PERKEMBANGAN
POLITIK
UUD
Perubahan
1945:
Solusi atau Problema
Konstitusi?
H. Anton Djawamaku
8< M. Sudibjo
SIDANG
Tahunan MPR
(ST)
luang untuk menumbuhkan
Agustus 2002 konvensi keta-
telah melakukan
perubahan keempat UUD I945 tmainmepgiarnaan justru diabaikan oleh para pe-
negara dengan
dan sekaligus menuntaskan berbagai dalih
reformasi Antara lain berlindung
konstitusi. Oleh karena itu perlu dieva- di balik legalitas
formal, memisahkan
luasi, sejauhmana keseluruhan secara tajam keten-
hasil per- tuan hukum
dari kandungan
ubahan itu menunjang atau moralitas dan
justru seba- sebenarnya
berarti mengabaikan
liknya menjadi kendala bagi proses de- moral aspek
itu sendiri. Hal
mmeoklriaptuitsiasie.mpEavtaluasi ini paling tidak akan sus Akbar Tandjung pinaisctaerevfloenkissi d4ariSekpa--
ukbemaahjaunan yang dhiacla:papiersteabmaag,ai kheamsialjupaenr-- steemmabkeirn 2m0e0n2cudaatn. kBaesrubsagaPiT mQaSsAalRahyang
konstitusi; kedua, beberapa ini
cenderungan ademokratis; ketiga, problekmea- dan hasil-hasil perubahan UUD 1945 te-
lah mewarnai perkembangan
sistematisasi dan politik da-
bermuara pada sinkronisasi yang juga lam kuartal ketiga tahun 2002.
multi-interpretasi terhadap
hasil-hasil perubahan
kontitusi; dan ke-
empat, Komisi Konstitusi yang menjadi KEMAJUAN-KEMAJUAN
upaya penyempurnaan
"setengah hati".
Konstitusi betapapun baiknya tetap me- dilaCikruikauntnaymaa sistem Presidensiil adalah
miliki keterbatasan-keterbatasan. pemilihan Presiden secara
rengan dengan reformasi Berba- langsung oleh rakyat dan Presiden ber-
rusnya ditumbuhkan konstitusi, seha- tugas untuk masa jabatan yang pasti.
raan untuk melengkapikondvaennsisekkaeltiagtusanemgea-- UHaUlDini diadopsi di dalam perubahan
nunjang penyelenggaraan menjadi "Presiden dan Wakil Pre-
konstitusi ber- siden dalam
satu pasangan
sangkutan. Masalah muncul manakala pe- ra langsung oleh rakyat dengdainpilmiahsaseca-
ja-
286 ANALISIS CSIS, Tahun XXXI/2002, No. 3
batan paling banyak dua periode". Me- dari anggota DPR yang merupakan per-
lalui pemilihan secara langsung, Presiden wakilan politik dan anggota DPD yang
dan Wakil Presiden terpilih akan memi- merupakan perwakilan teritori. Baik DPR
liki mandat dan legitimasi yang sangat maupun DPD dipilih melaiui pemilu.^
kuat, karena didukung oleh rakyat yang
UUD
memberikan suaranya secara langsung. Perubahan yang berkenaan de-
ngan komposisi MPR tersebut berarti
Rakyat tidak lagi melulu menitipkan sua-
MPR meniadakan unsur utusan golongan di
ranya melaiui karena potensi distor-
si yang sangat mungkin terjadi. Sistem dalam tubuh lembaga negara ini, Hal
mampu mem- itu membawa konsekuensi bahwa TNI dan
Presidensiil diyakini lebih
- Poiri sebagai satu-satunya utusan golong-
berikan garansi bagi stabilitas politik ba-
MPR
sis bagi pembangunan politik - daripada an di harus ditiadakan, karena ang-
MPR
gota hanya terdiri dari anggota
sistem parlementer (Sugiarto, 2002: 172).
DPR dan DPD yang diplih melaiui pe-
UUD
Dalam perubahan 1945 juga milu. Dengan perkataan lain peran TNI
tampak upaya untuk menyetarakan lem- dan PoIri di lembaga DPR dan MPR
baga-lembaga negara, sehingga dapat akan berakhir pada tahun 2004, setelah
tercipta mekanisme checks and balances anggota DPR dan MPR hasil pemilu ba-
yang lebih memadai, demi mendorong ru dilantik. Batas waktu peniadaan peran
demokratisasi lembaga-lembaga negara TNI dan PoIri tersebut jauh lebih cepat
bersangkutan. Hal ini berkenaan dengan daripada keputusan MPR sebelumnya
perubahan pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menentukan paling lama pada ta-
yang menjadikan MPR sebagai institu- hun 2009."* Peniadaan peran TNI dan PoI-
sionalisasi kedaulatan rakyat. Sebab pe- ri ini juga berlaku bagi DPRD I dan 11.
lembagaan ini cenderung mengaburkan Oleh karena di dalam perubahan kedua
substansi demokrasi, ketika kepadanya di- UUD terdapat ketentuan bahwa pemda
posisikan sebagai lembaga tertinggi dan tingkat provinsi, kabupaten dan kota me-
diberikan kekuasaan yang tak terbatas. miliki DPRD yang anggota-anggotanya
Oleh karena itu hasil perubahan lalu di- dipilih melaiui pemilu.^ Sementara itu in-
rumuskan: "Kedaulatan berada di tangan stitusi TNI dan PoIri sendiri tidak dapat
rakyat dan dilaksanakan menurut Un-
dang-Undang Dasar". Berhubungan de-
sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi.
ngan itu posisi MPR direduksi ke dalam Sedangkan pasal 8 ayat (3) UUD member! we-
lembaga tinggi negara, dengan kewe- wenang kepada MPR untuk memil|h Presiden
dan Wakil Presiden bila keduanya mangkat atau
nangan yang dinyatakan secara tegas di
berhalangan tetap.
dalam UUD.^ Keanggotaan MPR terdiri
\ihat UUD 1945 pasal 2 ayat (1), juncto pasal
19 ayat 1 dan pasal 22 C ayat (1).
^UUD 1945 pasal 6 A ayat (1) dan pasal 7. \ihat Tap MPR No. VII/MPR/2000 tentang
Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Ke-
^Pasal 3 UUD 1945 menegaskan bahwa MPR polisian Negara Republik Indonesia, pasal 5 ayat
berwenang mengubah dan menetapkan UUD,
(4) dan pasal 10 ayat (2).
melantik Presiden dan Wakil Presiden, dapat
memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya ^Pasal 18 ayat (3).
ANALISIS PERISTIWA 287
menjadi peserta pemilu karena merupa- (2002: 1-34); Widjojanto (2002: 49-50);
kan aparat eksekutif. Asshiddiqie (2002).
Di dalam batang tubuh UUD juga di- Dalam konstitusi baru yang merupa-
UUD
nyatakan secara tegas bahwa Indonesia kan hasil perubahan juga me-
adalah sebuah negara hukum dan ne- ngandung pengakuan dan perhormatan
gara hukum yang dimaksudkan itu tidak negara terhadap kemajemukan masyara-
lain berkaraktepstik negara hukum yang kat. Dalam konteks kemajemukan itu, ne-
demokratis. Memang di dalam pasal 1 gara melindungi segenap bangsa Indo-
nesia dan seluruh tumpah darah Indo-
ayat (3) tidak dirumuskan karekteristik da-
negara hukum yang dimaksud. Akan nesia. Hal ini adalah karena masih di-
ri
pertahankannya Pembukaan UUD 1945
tetapi di dalam pasal 28 ayat (5) dinya-
I
takan bahwa penegakan dan perlindung- di samping juga diadopsinya sebagian
HAM
an hak asasi manusia (HAM) adalah se- besar ketentuan universal ke da-
suai dengan prinsip negara hukum yang lam UUD/° yang dinyatakan secara eks-
demokratis/ Inilah yang menjadi karak- plisit di dalam batang tubuh UUD. Mi-
teristik dari negara hukum yang kita anut salnya, pengakuan terhadap kesatuan-ke-
tersebut. Dalam negara hukum yang de- satuan masyarakat hukum adat beserta
mikian ini, kekuasaan kehakiman yang hak-hak tradisionalnya, adanya persama-
merdeka berpuncak pada Mahkamah an di depan hukum dan pemerintahan,
Agung dan Mahkamah Konstitusi. Di sam- penghormatan terhadap identitas buda-
ping itu terdapat lembaga Komisi Yudisial ya serta adanya jaminan terhadap kebe-
yang bersifat mandiri. Lembaga ini ber- basan beragama dan beribadat menu-
wenang mengusulkan pengangkatan Hakim rut agama dan kepercayaannya masing-
Agung dan menegakkan keluhuran mar- masing."
tabat hakim. Adanya Mahkamah Kon-
stitusi ini mengikuti kecenderungan mu- BEBERAPA KECENDERUNGAN ADE-
takhir dari negara-negara demokratis di MOKRATIS
dunia yang membutuhkan penyelesaian
sengketa-sengketa politik melalui lembaga Keinginan untuk menyetarakan lemba-
peradilan dan menjadikan lembaga per- ga-lembaga negara ternyata tidak dija-
adilan sebagai instrumen untuk mengon- barkan secara konsisten. Rupanya pendu-
trol kekuasaan (Lotulong dan Asshiddiqie lum kekuasaan telah beralih ke tangan
Dalam kalimat pertama dari alinea keempat
^Pasal 1 ayat (3) adalah hasil Perubahan Ke- Pembukaan UUD 1945.
UUD
tiga 1945.
^°Lihat Bab X A hasil Perubahan Kedua UUD
'Pasal 28 I ayat (5) adalah hasil Perubahan 1945.
Kedua UUD 1945,
^Vasal 18 B ayat (2) hasil Perubahan Kedua
Hasil Perubahan Ketiga UUD yang tertuang UUD, juncto pasal 27 ayat (1), pasal 28 I ayat (3)
di dalam Bab IX. Bahwa kekuasaan kehakiman dan pasal 29 ayat (1). Dalam ST MPR tanggal 1-11
merupakan kekuasaan yang merdeka baru diru- Agustus 2002, disepakati bahwa pasal 29 UUD
muskan dalam perubahan UUD ini, yakni di da- 1945 tidak perlu diubah. Jadi tetap sebagaimana
lam batang tubuh. naskah aslinya.
288
ANALISIS CSIS, Tahun XXXI/2002, No. 3
amlkDunaePrumkRntu,iae,dskosaskeanetknhuratiimkinnfeug.ngpmaeSameknikleasace-laemmihnabpadnaunenagr,akukeintktieganuralamntsaimasdaeDuankkrPaRskmmeeecbnadagrah-a- tTbpeiiashndaatlkudaar2nji2elsasseCeppeaearrpyttaaiitgraia(t2suj).iuonjmKaullamairlhteaasnhaanndygiaDgoPbttaDaildiakDkaPdkRalee.---
ter- lah perwakilan
teritori/daerah, seharus-
lalu jauh merambah ke dalam kekuasa- nya jumlah anggota DPD
sesuai dengan
an eksekutif menunjukkan
dak sehat. Ketentuan bahwagejpaleambyeanntgukti-- jumlah dDaePrDah otonom yang ada. Se-
lain itu tidak mempunyai kewe-
an, pengubahan dan pembubaran kemen- nangan untuk berperan dalam proses
terian^negara diatur dalam undang-un-
pemberhentian Presiden dan hanya DPR-
dang, artinya hal itu hams melalui per- lah yan^^ memiliki otbritas dalam hal de-
setujuan bersama Presiden dan DPR. Pa- mikian. Dalam aspek pembuatan un-
dahal berbagai soal yang berkenaan dang-undang, DPD
diatur keterlibatannya
dengan kementerian negara adalah do- hanya pada masalah-masalah yang me-
amnainpeleakkseskauntaiafn.yaSnegbebleruamdnayapakdeacetnadtaer-- pliupnutitehrubbautnasganpaddaaertaahhadpanpepnugsuats,ulaitnu
rungan demikian telah diselundupkan me- dan pembahasan.^^ Hal demikian akan
lalui Ketetapan MPR yang menyatakan DPD
sulit bagi untuk berperan sebagai
bahwa pengangkatan dan pemberhen-
the revising chamber dan pelaku mekanis-
tian Panglima TNI dan Kapoiri harus de- me checks and balances di tubuh parle-
ngan persetujuan DPR.^^ Kekhawatiran men, melainkan sekadar instrumen pe-
parlemen bahwa
nanti Presiden dapat lengkap parlemen (Sugiarto, 2002: 168-
memperalat TNI dan Poiri untuk kepen- 169). Lebih jauh hasil perubahan UUD
tingan dirinya, seharusnya tidak dilaku- ini menunjukkan seolah-olah seluruh ma-
kan dengan mencampuri urusan ekse- salah bangsa dan negara hanya menjadi
kutif, melainkan dengan meningkatkan tanggung jawab DPR, dan bukan DPD.
mutu pengawasan yang menjadi fungsi Hal ini akan menimbulkan ketidakpuasan
DPR. Apalagi kini telah ada Mahka- daerah dan ikut merangsang tumbuhnya
mah
Konstitusi yang dapat dimanfaatkan
potensi disintegrasi bangsa.
oleh DPR sebagai bagian dari fungsi
UUD
pengawasannya. Hasil perubahan juga merumus-
kan ketentuan bahwa pasangan calon
DPR heavy juga berlaku ke dalam Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
tubuh parlemen sendiri. DPD menurut oleh partai politik atau gabungan partai^
politik peserta pemilu.^^ Persoalan tim-
bul bagaimana dengan calon indepen-
Pasal 17 ayat (4) Perubahan Ketiga UUD.
den? Apakah partai politik dapat meng-
"lihat Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000 ten-
tang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran
Kepoiisian Negara Rl pasal 3 ayat (3) dan pasal ^''lihat pasal 7 B ayat (1) Perubahan Ketica
7 ayat (3). Dilihat dari tata urutan peraturan per- UUD.
undang-undangan, Ketetapan MPR termasuk da-
lam kategori Peraturan Dasar {Grundgeselzes). ^Vasal 22 D ayat (1) dan (2) Perubahan UUD.
Lihat Attamimi (1979: 292). ^^Pasal 6 A ayat (2) Perubahan Ketiga UUD.
8
ANALISIS PERISTIWA 289
akomodasi calon seperti ini? Mengharap- Amerika. Negara yang berbentuk demikian
kan partai politik untuk berbuat demi- itu ternyata jauh dari ancaman disintegrasi.
kian adalah sikap yang terlalu naif. Ja-
di, ketentuan mengenai pencalonan Pre-
siden dan Wakil Presiden cenderung ti- MASALAH SISTEMATISASI DAN
dak demokratis, sebab menutup pe- SINKRONISASI
luang bagi calon independen. Sesung-
guhnya keputusan untuk melakukan pe- Sistematisasi, sinkronisasi dan multi-
milihan Presiden dan Wakil Presiden se- interpretasi merupakan sisi lain yang cu-
cara langsung adalah suatu langkah maju kup signifikan dari permasalahan hasil
yang cukup signifikan dalain proses demo- perubahan UUD. Sebagai ilustrasi dapat
krasi di Indonesia. Oleh karena itu, me- diambil dari beberapa perumusan ten-
nyerahkan lagi kepada MPR untuk me- tang kekuasaan kehakiman. Misalnya pe-
milih Presiden dan Wakil Presiden apa- rumusan pasal 24 ayat (2), sekurang-ku-
bila keduan^a berhalangan tetap secara rangnya menimbulkan dua penafsiran, Per-
bersamaan/ berarti membiarkan penye- tama, kekuasaan kehakiman itu dilaksa-
nakan oleh sebuah Mahkamah Agung
lenggaraan demokrasi terjebak dalam ber-
bagai distorsi yang bersifat manipulatif. (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK) ber-
MA
Hasilnya adalah sebuah demokrasi semu ada di bawah tersebut. Kedua, ke-
yang sesungguhnya berarti tidak demo- kuasaan kehakiman dilaksanakan oleh
MA MK
dan dalam kedudukan yang se-
kratis.
tara. Kedua penafsiran ini menimbulkan
Berkaitan dengan itu perlu dicatat ke-
permasalahan, terutama bila dikaitkan de-
cenderungan pemutlakan dan sakralisasi
ngan kewenangan judicial review yang
terhadap bentuk Negara Kesatuan. Ru-
dimiliki oleh kedua lembaga judikatif
musan ini kurang realistis, seolah-olah te- MA
ini. memiliki kewenangan judicial re-
lah final, padahal seharusnya disesuaikan
view terhadap peraturan perundang-un-
dengan perkembangan jaman. Selain ber-
dangan di bawah undang-undang, sedang-
tentangan dengan proses demokrasi, reali- kan MK berwenang menguji undang-
tas juga menunjukkan bahwa eksperimen
undang terhadap UUD. Dalam keduduk-
kita sebagai bangsa selama lebih dari
an yang setara saja timbul persoalan,
setengah abad dengan bentuk negara ke- mengapa MK diberi kewenangan yang
satuan menunjukkan tanda-tanda kegagal-
lebih tinggi daripada MA, apalagi da-
an. Oleh karena itu seharusnya dibuka
lam kedudukan yang tidak setara sesuai
peluang untuk mencari bentuk-bentuk ne-
dengan penafsiran pertama. Seharusnya
gara yang lebih efektif bagi kelanggeng-
seluruh kewenangan judicial review yang
an negara bangsa itu sendiri. Amerika Se- MA
dimiliki dicabut dan diserahkan ke-
rikat atau United States of America ada-
pada MK.
lah kesatuan dari negara-negara bagian
Pencermatan secara menyeluruh atas
^Vasal 8 ayat (3) Perubahan Keempal UUD. hasil perubahan UUD menunjukkan per-
1 Pasal 37 ayat (5) Perubahan Keempat UUD. ubahan yang sangat signifikan baik se-
290
ANALISIS CSIS, Tahun XXXI/2002, No. 3
cara kualitatif maupun kuantitatif. Seca- Di samping itu masih ada masalah
ra kualitatif telah terjadi perubahan fun- lain yang berkaitan dengan teknis perun-
damental terhadap sistem dan struktur dang-undangan. Sekurang-kurangnya ada
MPR
ketatanegaraan. Sistem yang dianut 38 buah undang-undang yang diperin-
UUD
dalam 1945 diubah menjadi sis- tahkan pembuatannya untuk melaksana-
tem Presidensiil yang tidak murni {quasi- kan hasil perubahan UUD tersebut Akan
Presidential). Dilakukan penyetaraan lem- tetapi rumusan mengenai hal ini ternya-
baga-lembaga negara, sekaligus saling ta bervariasi. Di antaranya: "diatur lebih
mengontrol dan mengimbangi satu sama lanjut dengan undang-undang, diatur de-
lain {checks and balances). Struktur par- ngan undang-undang, diatur dalam un-
lemen ditetapkan menjadi dua kamar dang-undang, diatur dan dilaksanakan
(soft bicameralism) yaitu DPR dan DPD berdasarkan undang-undang, ditetapkan
yang secara bersama-sama disebut MPR dengan undang-undang, dijamin, diatur
dengan posisi yang direduksi menjadi dan dituangkan dalam peraturan perun-
lembaga tinggi negara. Diadopsinya Mah- dang-undangan". Seharusnya seluruh pe-
kamah Kontitusi merupakan fenomena rintah pembuatan undang-undang ini le-
baru dalam dunia ketatanegaraan dewa- bih disederhanakan, sehingga paling ba-
sa ini. Secara kuantitatif, perubahan yang nyak hanya ada dua bentuk yaitu diatur
UUD
dilakukan terhadap 1945 meliputi dengan undang-undang atau ditetapkan
83,79 persen (31 pasal), sedangkan sisa- dengan undang-undang.
nya hanya 16,21 persen (6 pasal) yang
Demikian juga sistematika penomor-
tidak mengalami perubahan. Semen-
an naskah perubahan menjadi sangat
tara itu hal-hal baru yang disisipkan ke
dalam pasal-pasal yang diubah menca- rumit, suiit dicerna dan bahkan membi-
ngungkan. Biasanya Bab diberi nomor
pai 36 buah (97,30 persen) hampir se-
UUD Romawi dan pasal-pasal diberi nomor
tara dengan jumlah pasal 1945.
angka biasa. Dalam perubahan UUD
Dengan seluruh perubahan itu, sesung-
guhnya telah lahir sebuah UUD baru ini penulisan Bab dan pasal-pasal diberi
UUD huruf-huruf besar yang tidak selamanya
yang menggantikan 1945. Jadi ti-
berhubungan dengan Bab atau pasal
dak tepat kalau seluruh naskah masih
disebut: Undang-Undang Dasar Negara induk. Misalnya Bab IX berjudul Kekua-
saan Kehakiman, Bab IX A berjudul Wi-
Republik Indonesia Tahun 1945. Apalagi
layah Negara. Pasal 25 masih berkenaan
dengan meniadakan seluruh Penjelasan
dengan kekuasaan kehakiman, tetapi pa-
UUD, termasuk penjelasan mengenai po-
kok-pokok pikiran yang ada di dalam sal 25 A sudah mengatur substansi yang
Pembukaan. Sebab Pembukaan UUD 1945 lain sama sekali. Demikian juga penam-
20 bahan pasal dengan huruf-huruf besar
disepakati untuk tidak diubah.
bisa menjadi demikian panjang yaitu da-
huruf A sampai dengan Keganjilan
^^Periksa UUD 1945 pasal 4, pasal 10, pasal ri j.
12, pasal 22, pasal 25 dan pasal 29. lain tampak pada pasal 28 mengenai
20 kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
Lihat Pasal II Aturan Peralihan, hasil Peru-
bahan Keempat UUD. mengeluarkan pikiran dan seterusnya.