analisa sifat mekanik beton ringan non autoclaved aerated concrete dengan substitusi fly ash dan ...

15 Pages·2017·0.63 MB·Indonesian

ANALISA SIFAT MEKANIK BETON RINGAN
NON AUTOCLAVED AERATED CONCRETE DENGAN SUBSTITUSI
FLY ASH DAN BOTTOM ASH
( STUDI EKSPERIMENTAL )

Fadel Muhammad1 dan Rahmi Karolina2
1Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA
E-mail: [email protected]
2Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA
E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Berdasarkan PP. No.85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), fly
ash dan bottom ash dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat yang dapat
mencemari lingkungan. Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah fly
ash dan bottom ash dalam pembuatan beton. Dalam penelitian ini limbah fly ash dan bottom ash digunakan sebagai
substitusi semen dan agregat halus untuk membuat beton ringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat
mekanik dari beton ringan non autoclaved aerated concrete (NAAC) dengan substitusi FA dan BA terhadap semen dan
agregat halus, dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas beton. Beton ringan NAAC pada penelitian ini dibagi
berdasarkan 4 kategori, yaitu beton ringan NAAC normal, substitusi dengan FA, substitusi dengan BA, dan gabungan FA
dan BA dengan variasi 10%, 20%, dan 30%. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder, yang diuji pada umur 28 hari,
dengan benda uji silinder sebanyak 90 sampel dan terdiri dari 10 variasi, dan masing-masing variasi sebanyak 9 sampel.
Berdasarkan hasil pengujian substitusi FA dan BA sebesar 10%, 20%, dan 30%, memiliki nilai kuat tekan tertinggi pada
persentase FA 30% yaitu sebesar 12,687 MPa, kuat tarik belah maksimum dicapai pada sampel FA 30% dengan nilai
1,540 MPa, dan absorbsi tertinggi pada NAAC normal yaitu sebesar 5,66%. Berdasarkan berat isi seluruh sampel dapat
dikategorikan beton ringan, karena berat isi kurang dari 1900 kg/m3, dan berdasarkan kuat tekan, seluruh sampel termasuk
kekuatan beton ringan non struktural karena berada pada rentang 7-14 MPa (Young, J. Francis.1972)

Kata kunci: beton ringan, agregat halus, fly ash, bottom ash, kuat tekan, kuat tarik belah, absorbsi

ABSTRACT

Based on PP. No.85 of 1999 on the management of hazardous and toxic (B3), fly ash and bottom ash wastes are
categorized into B3 waste because there are heavy metal oxide contents that can pollute the environment. One form of
environmental rescue that can be applied is to utilize waste fly ash and bottom ash in the manufacture of concrete. In this
research, fly ash and bottom ash waste are used as substitution of cement and fine aggregate to make lightweight concrete.
The purpose of this research is to know the mechanical properties of non-autoclaved aerated lightweight concrete (NAAC)
with FA and BA substitution to cement and fine aggregate which is expected to improve the quality of concrete. The
NAAC lightweight concrete in this study is divided into 4 categories: normal NAAC lightweight concrete, NAAC
lightweight NAAC substituted concrete with FA, NAAC lightweight concrete substituted with BA, and NAAC combined
light weight from FA and BA with variations of 10%, 20% And 30%. The test specimen used in cylindrical shape, which
was tested at the age of 28 days, amounted to 90 pieces and consisted of 10 variations. Each variation amounted to 9
samples. Based on the test results with FA and BA substitutions of 10%, 20%, and 30%, the highest compressive strength
was achieved in samples with FA 30% of 12.687 MPa, maximum tensile strength achieved in samples with FA 30% of
1,540 MPa, The highest absorption was achieved in normal NAAC of 5.66%. Based on the weight of the contents of all
samples, samples can be categorized in lightweight concrete, since the weight of the contents is less than 1900 kg / m3.
Based on compressive strength, all samples were classified in non-structural lightweight concrete because the
compressive strength of the sample was in the range of 7-14 MPa (Young, J. Francis.1972)
Keywords: lightweight concrete, fine agregat, fly ash, bottom ash, compressive strength, tensile strength, absorption
PENDAHULUAN
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi, beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya
maka kita didorong untuk lebih memperhatikan dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
standar mutu serta produktivitas kerja untuk dapat tidak langsung dapat mencemarkan dan atau
berperan serta dalam meningkatkan pembangunan merusak lingkungan hidup, kesehatan,
konstruksi agar lebih baik dan berkualitas. Oleh kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
karena itu, diperlukan suatu bahan bangunan yang lain. Salah satu penanganan lingkungan yang dapat
memiliki keunggulan yang lebih baik diterapkan adalah memanfaatkan limbah fly
dibandingkan bahan bangunan yang sudah ada ash dan bottom ash untuk keperluan bahan
selama ini. Beton merupakan salah satu bahan bangunan dalam pembuatan beton.
bangunan yang banyak dipakai dan juga
perkembangan inovasi dan teknologinya terus Fly ash adalah hasil yang diperoleh dari
berjalan pesat. Salah satu perkembangan pembakaran batubara dan merupakan material
inovasinya adalah adalah Beton Ringan berbentuk butiran yang sangat halus yang
(Lightweight Concrete). komponen terbanyaknya adalah 72,2% Silika
berdasarkan hasil pengujian dari balai riset dan
Menurut (SNI 3402-2008) Beton ringan standarisasi industri Medan. Sifat fly ash hampir
adalah beton yang memiliki berat jenis lebih ringan sama dengan semen yang berfungsi sebagai perekat
daripada beton pada umumnya. Beton biasa yang baik, sehingga dianggap mampu mengurangi
memiliki berat jenis yang tinggi (sekitar 2400 penggunaan semen agar dapat mengurangi biaya
kg/m3), sedangkan beton ringan mempunyai berat yang dikeluarkan. Sedangkan bottom ash
satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3. Pembuatan merupakan material yang tidak terbakar dengan
beton ringan pada prinsipnya dengan memberikan sempurna dari pembakaran batubara. Bottom ash
campuran isian yang ringan, campuran itu bisa mempunyai ukuran partikel yang lebih besar dan
berupa Styrofoam, batu apung, foam agent, dan lebih berat dari fly ash dengan karakteristik
abu terbang. Dalam penelitian ini direncanakan berwarna abu-abu gelap berbentuk butiran
beton ringan non autoclaved aerated concrete berporos sehingga dianggap mampu mengurangi
(NAAC) dengan menggunakan foaming agent, penggunaan agregat halus.
kerikil sebagai agregat kasar, serta fly ash dan
bottom ash sebagai substitusi semen dan pasir. Fly Fly ash dan bottom ash yang digunakan
ash dan bottom ash merupakan limbah dari dalam penelitian ini berasal dari PT. SOCI MAS.
batubara yang diperoleh dari industri. Oleh karena itu, penggunaan fly ash dan bottom ash
sebagai substitusi dalam pembuatan beton ringan
Berdasarkan PP. No.85 tahun 1999 non autoclaved aerated concrete (NAAC)
tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas beton,
beracun (B3), fly ash dan bottom ash juga sekalian mendukung gerakan ramah
dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat lingkungan, karena kita dapat memanfaatkan
kandungan oksida logam berat yang akan limbah dari batubara yang tidak terpakai agar tidak
mencemari lingkungan. Bahan berbahaya dan mencemari lingkungan.
beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan atau
TINJAUAN PUSTAKA
Perbedaan utama dari kedua fly ash tersebut
adalah banyaknya kalsium, silika, aluminium dan
kadar besi di fly ash tersebut. Walaupun kelas F
dan kelas C sangat ketat ditandai untuk digunakan
fly ash yang memenuhi spesifikasi ASTM C618,
namun istilah ini lebih umum digunakan
Fly Ash Bottom Ash berdasarkan asal produksi batubara atau kadar
CaO.
Gambar 1. fly ash dan bottom ash dari PT. SOCI
MAS Fly ash kelas F merupakan fly ash yang
diproduksi dari pembakaran batubara anthracite
Fly Ash atau bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan
untuk mendapatkan sifat cementitious harus diberi
Fly ash atau abu terbang yang merupakan penambahan quick lime, hydrated lime, atau
sisa-sisa pembakaran batu bara, yang dialirkan dari semen. Fly ash kelas F ini memiliki kadar kapur
ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan yang rendah (CaO < 10%). Fly ash kelas C
asap. Fly Ash berukuran 0,074-0,005 mm. Fly Ash diproduksi dari pembakaran batubara lignite atau
adalah abu terbang yang diperoleh dari sub-bituminous selain mempunyai sifat pozolanic
pembakaran batubara dengan suhu 1600oC yang juga mempunyai sifat self-cementing (kemampuan
memiliki kandungan komponen silika sebesar untuk mengeras dan menambah kuat apabila
72,2% menurut pengujian dari balai riset dan bereaksi dengan air) dan sifat ini timbul tanpa
standarisasi industri Medan. Karena sifatnya penambahan kapur. Fly ash kelas C ini
menyerupai semen sehingga dapat berfungsi mengandung kapur lebih besar dari fly ash kelas F
sebagai bahan perekat dan dapat mengurangi (CaO > 20%). Sehingga fly ash dari PT. SOCI
penggunaan semen. MAS yang digunakan dalam penelitian ini
diklasifikasikan kedalam fly ash kelas F, karena
Menurut ASTM C618 fly ash dibagi kadar kapur dalam fly ash ini sebesar 4,79% (CaO
menjadi dua kelas yaitu fly ash kelas F dan kelas C. < 10%).
Dari hasil pengujian di laboratorium karakteristik Fly Ash mengandung unsur:

Tabel 1. Unsur yang terkandung dalam Fly ash
No Parameter Satuan Hasil Metode
1 Silika sebagai SiO % 72,2 Gravimetri
2
2 Aluminium sebagai Al O % 18,8 Perhitungan
2 3
3 Besi sebagai Fe O % 0,79 A A S
2 3
4 Kalsium sebagai CaO % 4,79 Tritimetri
5 Magnesium sebagai MgO % 3,50 Gravimetri
6 Sodium sebagai Na O % 0,03 A A S
2
7 Potasium sebagai K O % 0,04 A A S
2
8 Fosfor sebagai P O % 0,19 Spektrofotometri
2 5
9 Sulfur (S) % 2,12 Gravimetri
10 Mangan mg/Kg 81,8 A A S
Sumber : Laboratorium Penguji, Balai riset dan standarisasi industri Medan

Bottom Ash yang lebih besar dan lebih berat dari fly ash dengan
karakteristik berwarna abu-abu gelap berbentuk
Bottom ash merupakan material yang butiran berporos sehingga dianggap mampu
tidak terbakar dengan sempurna dari pembakaran mengurangi penggunaan pasir.
batubara. Bottom ash mempunyai ukuran partikel
Dari hasil pengujian di laboratorium karakteristik Bottom Ash mengandung unsur:

Tabel 2. Unsur yang terkandung dalam Bottom ash
No Parameter Satuan Hasil Metode
1 Silika sebagai SiO % 53,4 Gravimetri
2
2 Aluminium sebagai Al O % 6,77 Perhitungan
2 3
3 Besi sebagai Fe O % 1,27 A A S
2 3
4 Kalsium sebagai CaO % 8,74 Tritimetri
5 Magnesium sebagai MgO % 4,12 Gravimetri
6 Sodium sebagai Na O % 0,06 A A S
2
7 Potasium sebagai K O % 0,08 A A S
2
8 Fosfor sebagai P O % 0,13 Spektrofotometri
2 5
9 Sulfur (S) % 1,05 Gravimetri
10 Mangan mg/Kg 404 A A S
Sumber : Laboratorium Penguji, Balai riset dan standarisasi industri Medan
Beton Ringan Non Autoclaved Aerated Concrete berkeinginan untuk mencoba membuat beton
ringan NAAC dengan fly ash dan bottom ash
Beton ringan NAAC adalah beton selular sebagai substitusi agregat halus yaitu semen dan
yang mengalami proses curing secara alami. Beton pasir, karena beton ringan NAAC ini belum banyak
ringan NAAC adalah beton konvensional yang dikomersilkan dibanding beton ringan AAC dan
mana dalam prosesnya mengunakan busa organik pembuatannya relatif lebih hemat energi karena
yang sangat stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika pemrosesannya tanpa autoclave, dan dalam
proses pencampuran adonan, foam/busa berfungsi pembuatannya menggunakan foaming agent
hanya sebagai media untuk membungkus udara. sebagai bahan pengembangnya.
Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk
menghasilkan NAAC juga standard, sehingga
produksi dengan mudah dapat pula diintegrasikan Foaming Agent
ke dalam pabrikasi beton konvensional. Hanya
pasir, semen, air dan foam yang digunakan dan Foaming agent adalah bahan tambahan
kepadatan yand didapatkan dapat disesuaikan yang digunakan pada pencampuran beton untuk
mulai dari 350 kg/m3 sampai 1.800 kg/m3. membuat campuran beton lebih mengembang dan
Pada beton ringan NAAC gelembung udara memperbesar rongga udara di dalamnya sehingga
di dalam beton benar-benar terpisah satu sama lain, beton menjadi lebih ringan. Penambahan bahan ini
sehingga penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak boleh terlalu banyak, karena jika rongga
tidak perlu dilapisi dengan lapisan anti korosi, udara yang terdapat di dalam beton terlalu besar
beton dengan kepadatan diatas 1.200 kg/m3 juga atau banyak, maka kekuatan beton dapat menurun.
tidak memerlukan plaster, seperti pada beton Pada penelitian ini peneliti menggunakan foaming
ringan AAC, hanya cukup di cat saja. Penyerapan agent produk Meyco fix slf 20 dari BASF.
air lebih rendah daripada beton ringan AAC dan
masih cukup baik dibandingkan dengan beton Superplasticizer
konvensional. Beton ringan NAAC sama halnya
dengan beton konvensional, kekuatan akan Menurut ASTM C494 dan British
bertambah seiring dengan waktu melalui Standard 5075, Superplasticizer adalah bahan
kelembapan alamiah pada tekanan atmosfir saja. kimia tambahan pengurang air yang sangat efektif,
Meskipun tidak seringan beton AAC, beton ringan dengan pemakaian bahan tambahan ini diperoleh
NAAC tetap menawarkan penurunan bobot isi adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada
yang cukup besar dibandingkan dengan beton nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh
konvensional dan isolasi termal 500% lebih tinggi adukan dengan kekentalan lebih encer dengan
dan tahan api. Karena sangat praktis maka beton faktor air semen yang sama, sehingga kuat tekan
ringan NAAC menawarkan banyak ruang lingkup beton lebih tinggi. Superplasticizer merupakan
pengaplikasian, mulai dari isolasi atap rumah pada bahan tambah (admixture). Bahan tambah additive
kepadatan serendah 350 kg/m3 sampai dengan dan admixture adalah bahan selain semen, agregat
produksi panel dan lantai beton dengan kepadatan dan air yang ditambahkan pada adukan beton,
1800 kg/m3. Berdasarkan metode di atas, penulis sebelum atau selama pengadukan beton untuk
mengubah sifat beton sesuai dengan keinginan Efek superplasticizer pada beton segar yang
perencana. Penambahan additive atau admixture dimanfaatkan adalah kemampuannya untuk :
tersebut ke dalam campuran beton ternyata telah
terbukti meningkatkan kinerja beton hamper 1. Mengurangi jumlah air dan menjaga
disemua aspeknya, yaitu kekuatan, kemudahan kandungan semen dengan kemampuan
pengerjaan, keawetan dan kinerja-kinerja lainnya kerjanya tetap sama serta menghasilkan faktor
dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi air semen yang lebih rendah dengan kekuatan
modern. yang lebih besar.
2. Menjaga kandungan air dan semen tetap
Superplasticizer juga mempunyai konstan sehingga didapatkan campuran dengan
pengaruh yang besar dalam meningkatkan workability tinggi
workabilitas, bahan ini merupakan sarana untuk 3. Mengurangi kandungan air dan semen dengan
menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi faktor air semen yang konstan tetapi
pemisahan (segregation/bleeding) yang umumnya meningkatkan kemampuan kerjanya sehingga
terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar, menghasilkan beton dengan kekuatan yang
maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton sama tetapi menggunakan semen lebih sedikit.
ditempat-tempat yang sulit seperti tempat pada 4. Tidak ada udara yang masuk, penambahan 1%
penulangan yang rapat. udara kedalam beton dapat menyebabkan
pengurangan strength rata-rata 6%. Untuk
Superplasticizer adalah zat-zat polymer memperoleh kekuatan yang tinggi, diharapkan
organik yang dapat larut dalam air yang telah dapat menjaga “air content” di dalam beton
dipersatukan dengan mengunakan proses serendah mungkin. Penggunaan
polymerisasi yang komplek untuk menghasilkan superplasticizer menyebabkan sedikit bahkan
molekul-molekul panjang dari massa molekular tidak ada udara masuk kedalam beton.
yang tinggi. Molekul-molekul panjang ini akan 5. Tidak adanya pengaruh korosi terhadap
membungkus diri mengelilingi partikel semen dan tulangan.
memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga
antar partikel semen akan saling menjauh dan Takaran penggunaan superplasticizer harus
menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian mengikuti rekomendasi dari produsen, yang dapat
partikel semen sehingga mengakibatkan keenceran dilihat pada brosur teknis atau panduan pemakaian,
adukan dan meningkatkan workabilitas. Perbaikan secara umum penggunaannya pada beton normal
workabilitas ini dapat dimanfaatkan untuk adalah 1-3 liter per m³ beton segar untuk tujuan
menghasilkan beton dengan workability yang meningkatkan workability. Pada penelitian ini
tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan superplasticizer yang digunakan adalah produk
yang tinggi. Masterglenium SKY 8614 dari BASF
METODE PENELITIAN
Start

Penyediaan Bahan
Pasir Semen Air Kerikil foam agent fly ash
bottom ash superplastic izer

Pemeriksaan Baha n

Mix Design

Pembuatan benda uji Tidak OK

Pengujian 14 har i

OK

Pembuatan benda uji

Pemeliharaan 28 hari

Pengujian Benda Uji

Pengumpulan da n
analisa data
Percobaan

Kesimpulan dan Sar an

Selesai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa nilai slump dari
Pengujian Slump beton ringan NAAC tidak menunjukkan perbedaan
Hasil pengujian nilai slump untuk beton ringan yang signifikan. Nilai Slump yang tinggi di
NAAC dengan dan tanpa substitusi fly ash dan akibatkan oleh penggunaan Superplasticizer yang
bottom ash dapat dilihat dalam tabel berfungsi untuk meningkatkan workability beton
segar.
Tabel 3. Hasil pengujian nilai slump
Nilai slump
No Kode Benda Uji
rata-rata (cm) Absorbsi Silinder Beton
1 NAAC Normal 18 Absorbsi adalah kemampuan suatu bahan untuk
2 NAAC 10% FA 17 menyerap air. Nilai absorbsi sangat berkaitan
3 NAAC 20% FA 16 dengan berat jenis maupun porositas suatu bahan,
4 NAAC 30% FA 15 karena nilai absorbsi yang besar mengindikasikan
5 NAAC 10% BA 17 banyaknya rongga-rongga yang terdapat dalam
material tersebut. Besarnya absorbsi juga dapat
6 NAAC 20% BA 16
menyebabkan menurunnya kekuatan beton, karena
7 NAAC 30% BA 14
pori-pori yang ada menyebabkan ikatan antar
8 NAAC 10% FABA 18
partikel pada suatu material berkurang.
9 NAAC 20% FABA 17
10 NAAC 30% FABA 16

Tabel 4. Hasil pengujian absorbsi sampel pengujian menggunakan substitusi fly ash
Berat Berat Rata-rata
Beton ringan NAAC Absorbsi
No. Basah kering Absorbsi
dengan subtitusi Fly Ash (%)
(kg) (kg) (%)
Sampel I 8,640 8,165 5,81

Beton ringan
Sampel II 8,799 8,303 5,97 5,66
NAAC Normal
Sampel III 8,635 8,207 5,21
Sampel I 8,838 8,462 4,44
FA 10% Sampel II 8,676 8,372 3,63 4,06
1. Sampel III 8,753 8,407 4,11
Sampel I 8,829 8,539 3,39
FA 20% Sampel II 8,704 8,402 3,59 3,41
Sampel III 8,936 8,654 3,25

Sampel I 9,266 8,967 3,33
FA 30% Sampel II 9,061 8,848 2,41 2,76

Sampel III 9,137 8,910 2,54
Absorbsi
6
)
%5 5.66
(
is4
b
r 4.06
o3
s 3.41
b
A2 2.76 Absorbsi
i
a
l1
i
N
0
Normal 10% FA 20% FA 30% FA
Variasi Substitusi

Tabel 5. Hasil pengujian absorbsi sampel pengujian menggunakan substitusi bottom ash
Beton ringan NAAC Berat Berat Rata-rata
Absorbsi
No. dengan subtitusi Bottom Basah kering Absorbsi
(%)
Ash (kg) (kg) (%)
Sampel I 9,031 8,587 5,17
BA 10% Sampel II 9,073 8,632 5,11 4,95
Sampel III 9,052 8,656 4,57
Sampel I 9,284 8,917 4,12
2. BA 20% Sampel II 9,318 8,943 4,19 4,49
Sampel III 9,470 9,005 5,16
Sampel I 9,660 9,152 5,55
BA 30% Sampel II 9,898 9,448 4,76 5,35
Sampel III 9,562 9,043 5,74

Absorbsi
6
)
%
5 5.66
( 5.35
is 4 4.95
b 4.49
r
o 3
s
b
A 2 Absorbsi
ia 1
liN
0
Normal 10% BA 20% BA 30% BA
Variasi Substitusi
Tabel 6. Hasil pengujian absorbsi sampel pengujian menggunakan substitusi fly ash dan bottom ash

Beton ringan NAAC Berat Berat Rata-rata
Absorbsi
No. dengan subtitusi Fly Ash Basah kering Absorbsi
(%)
dan Bottom Ash (kg) (kg) (%)
Sampel I 8,769 8,397 4,43
FABA 10% Sampel II 8,646 8,257 4,71 4,60
Sampel III 8,653 8,267 4,67
Sampel I 8,779 8,450 3,89
3. FABA 20% Sampel II 8,714 8,392 3,84 3,92
Sampel III 8,693 8,356 4,03
Sampel I 8,863 8,389 5,65
FABA 30% Sampel II 8,969 8,550 4,90 5,17
Sampel III 8,887 8,467 4,96
Absorbsi
6
) 5 5.66
% 5.17
(
is 4 4.6
b
r 3.92
o 3
s
b
A Absorbsi
2
ia
liN 1
0
Normal 10% FABA 20% FABA 30% FABA
Variasi Substitusi

Dari seluruh hasil pengujian absorbsi menunjukkan
penggunaan fly ash dan bottom ash sebagai
substitusi agregat halus dan semen dapat
menurunkan nilai absorbsi beton, hal ini
disebabkan oleh butiran fly ash dan bottom ash
yang lebih halus mampu mengisi pori yang lebih
kecil, dengan demikian beton yang dihasilkan lebih
padat dan solid, nilai absorbsi terbesar pada seluruh
pengujian berada pada beton ringan NAAC normal
dengan nilai absorbsi sebesar 5,66 % dan nilai
absorbsi terkecil pada substitusi fly ash 30%
dengan nilai absorbsi sebesar 2,76%.
Kuat Tekan Silinder Beton
Pengujian dilakukan pada umur 28 hari. Hasil
pengujian kuat tekan untuk variasi beton dapat
dilihat pada tabel dibawah
Tabel 7. Hasil pengujian berat isi dan kuat tekan sampel pengujian dengan menggunakan substitusi fly ash
Rata-rata
Berat Berat Isi
Beton ringan NAAC Berat Isi Umur Kuat Tekan Kuat
No. Beton rata-rata
dengan subtitusi Fly Ash (kg/m3) (hari) Tekan
(kg) (kg/m3)
(MPa)
kN MPa
Sampel I 8,163 1540,189 132 9,004
Beton ringan
Sampel II 8,202 1547,547 1522,704 122 8,322 8,891
NAAC Normal
Sampel III 7,846 1480,377 137 9,345
Sampel I 8,335 1572,642 170 11,596
FA 10% Sampel II 8,346 1574,717 1590,252 175 11,937 11,505
Sampel III 8,604 1623,396 161 10,982
1. 28
Sampel I 8,552 1613,585 182 12,414
FA 20% Sampel II 8,573 1617,547 1614,34 171 11,664 12,232
Sampel III 8,543 1611,887 185 12,619
Sampel I 8,467 1597,547 182 12,414
FA 30% Sampel II 8,647 1631,509 1630,440 181 12,346 12,687
Sampel III 8,810 1662,264 195 13,301

Kuat Tekan
14
)
aP 12
M 12.232 12.687
( 10 11.505
n
a 8
k 8.891
eT 6
ta 4 Kuat Tekan
u
K 2
ia
liN 0
Normal 10% FA 20 % FA 30% FA
Variasi Substitusi

Tabel 8. Hasil pengujian berat isi dan kuat tekan sampel pengujian dengan menggunakan subtitusi bottom ash
Beton ringan NAAC Berat Isi Kuat Tekan Rata-rata
Berat Beton Berat Isi Umur
No. dengan subtitusi Bottom rata-rata Kuat Tekan
(kg) (kg/m3) (hari)
Ash (kg/m3) (MPa)
kN MPa
Sampel I 8,399 1584,717 144 9,822
BA 10% Sampel II 8,377 1580,566 1583,396 122 8,322 9,686
Sampel III 8,400 1584,906 160 10,914
Sampel I 8,403 1585,472 140 9,549
2. BA 20% Sampel II 8,553 1613,774 1600,252 28 146 9,959 9,776
Sampel III 8,488 1601,509 144 9,822
Sampel I 8,886 1676,604 145 9,890
BA 30% Sampel II 8,431 1590,755 1640,252 122 8,322 9,026
Sampel III 8,763 1653,396 130 8,867