Table Of ContentBAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Pada bab kajian pustaka, akan diuraikan berbagai penjelasan dan
teori dari para ahli untuk mendukung tulisan ini. Adapun teori dalam kajian
ini meliputi karakteristik peserta didik sekolah dasar, pembelajaran tematik,
tema 5 hidup bersih dan sehat, media pembelajaran, media pisang badar
(pilih pasangan bangun datar), tata tertib, teks narasi sederhana dan materi
bangun datar di kelas II sekolah dasar. Adapun rincian dari teori masing-
masing tersebut adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar
Peserta didik sekolah dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau 7
tahun sampai 12 atau 13 tahun, mereka berada pada fase operasional konkret
(Heruman, 2013:1). Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah
logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Objek
konkret tersebut yang dapat ditangkap oleh panca indra.
Piaget dalam Susanto (2015:77) menyatakan bahwa setiap tahapan
perkembangan kognitif pada anak, mempunyai karakteristik berbeda.secara
garis besar dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu:
1) Tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum
memasuki usia sekolah;
2) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan
kognitifnya masih terbatas. Anak masih suka meniru perilaku orang
lain (khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia lihat dan anak
13
14
3) mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu
mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif;
4) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak
sudah mulai memahami aspek-aspek komulatif materi, mempunyai
kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa
golongan benda yang bervariasi tingkatannya, selain itu anak sudah
mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa
yang konkret;
5) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini anak
sudah menginjak usia remaja, perkembangan kognitif peserta didik
pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkordinasikan dua
ragam kemampuan kognitif secara simultan (serentak) maupun
berurutan.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakteristik peserta didik sekolah dasar yang umumnya berusia antara 7-12
tahun yaitu mulai memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan cara
menyelidiki, mencoba, dan bereksperimen mengenai suatu hal yang
dianggap menarik bagi dirinya, serta peserta didik sudah mampu memahami
cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi
tingkatannya, selain itu peserta didik sudah mampu berpikir sistematis
mengenai benda-benda dan peristiwa yang konkret.
Anak-anak usia sekolah dasar, memiliki karakteristik yang berbeda
dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Mereka senang bermain,
senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan
atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya
mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan,
mengusahakan peserta didik berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar
dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung
dalam pembelajaran.
15
Menurut Havighurst yang dikutip Desmita (2014:35) dalam
Psikologi Perkembangan Peserta Didik, tugas perkembangan anak usia
sekolah dasar meliputi:
1) Mengusai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas
fisik;
2) Membina hidup sehat;
3) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok;
4) Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin;
5) Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam
masyarakat;
6) Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif;
7) Mengembangakan kata hati, moral dan nilai-nilai;
8) Mencapai kemandirian pribadi.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik tugas perkembangan anak usia sekolah dasar adalah mampu
belajar bergaul dan bekerja secara kelompok sehingga memperoleh
sejumlah konsep untuk dapat berfikir secara efektif, menjadikan peserta
didik mencapai nilai moral dan kemandirian dalam dirinya.
2. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa (Sutirjo, 2005:6). Menurut Majid (2014:80)
mengungkapkan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid.
Pembelajaran terpadu mempunyai satu tema aktual dan ada
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, tema itu dapat ditinjau dari bidang
studi lain (Trianto, 2011:147). Menurut Majid (2014:85) pembelajaran
tematik suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
16
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran yang membuat peserta
didik lebih memahami konsep-konsep yang dipelajari, sehingga dapat
memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tema 5 (Hidup Bersih dan Sehat), dan Sub Tema 3 (Hidup Bersih dan
Sehat di Tempat Bermain)
Media Pisang Badar (Pilih Pasangan Bangun Datar) digunakan
untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Media tersebut
harus memperhatikan kesesuaian materi dengan media yang akan
dikembangkan. Adapun mata pelajaran, kompetensi dasar, indikator dan
materi pada tema 5 sub tema 3 Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Bermain
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pemetaan Tema 5 Sub Tema 3 Pembelajaran 1
Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator Materi
PPKn 3.2 Memahami tata 3.2.1 Mengidentifikasi tata Tata tertib yang
tertib dan aturan tertib yang berlaku dalam berlaku dalam
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di kehidupan sehari-
kehidupan sehari- tempat bermain. hari.
hari di rumah dan di
sekolah.
3.2.3 Menjelaskan tata
tertib yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari di
tempat bermain.
4.2 Melaksanakan 4.2.1 Melaksanakan tata
tata tertib di rumah tertib di lingkungan
dan di sekolah keluarga.
4.2.2 Melaksanakan aturan
di lingkungan keluarga.
17
Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator Materi
Bahasa 3.2 Mengenal teks 3.2.1 Mengidentifikasi Narasi sederhana
Indonesia cerita narasi berbagai kegiatan di tentang kegiatan
sederhana kegiatan lingkungan sekitar. di lingkungan
dan bermain di sekitar
lingkungan dengan
bantuan guru atau
teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan
tulis yang dapat
diisi dengan
kosakata bahasa
daerah untuk
membantu
pemahaman.
4.2 Memperagakan 4.2.1 Menulis cerita narasi
teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan
sederhana tentang di lingkungan sekitar
kegiatan dan dengan EYD yang benar.
bermain di
lingkungan secara
mandiri dalam
bahasa Indonesia
lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan
kosakata bahasa
daerah untuk
membantu
penyajian.
Matematika 3.9 Mengenal 3.9.1 Mengelompokkan Mengelompokkan
bangun datar serta benda benda di sekitar benda bangun
mengelompokkan sebagai bangun datar datar sederhana
berdasarkan sifat sederhana.
geometrisnya.
4.6 Mengurai 4.6.1 Mengurai unsur-
unsur-unsur bangun unsur bangun ruang yaitu
datar sederhana dari sisi dan sudut
benda benda di
sekitar.
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan
dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audiens (siswa) sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya (Asnawir dan
18
Basyiruddin, 2002:11). Sedangkan menurut Azhar (2010:4) media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar. Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa media
adalah komponen sumber belajar yang terjadi dalam proses penyaluran
informasi yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan sehingga
dapat mendorong peserta didik untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar mengajar siswa, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-
kejadian intern yang berlangsung dialami oleh siswa (Eveline dan Hartini,
2014:12). Association of Education and Communication Technology
(AECT, 1986:195) menegaskan bahwa pembelajaran (instruction) suatu
proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Uraian di atas, menyimpulkan media pembelajaran adalah
komponen sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan (belajar dan
mengajar) untuk menyalurkan informasi yang direncanakan atau
diaktualisasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dapat
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
19
b. Klasifikasi Media Pembelajaran
Klasifikasi ciri utama media pada tiga unsur pokok, yaitu suara,
visual dan gerak menurut Rudi Bretz (dalam Asnawir dan Basyiruddin,
2002:27). Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu
gambar visual, garis (linergraphic) dan simbol. Disamping itu dia juga
membedakan media siar (transmisi) dan media rekam (recording), sehingga
terdapat 8 klasifikasi media: (1) Media audio visual gerak, (2) Media audio
visual diam, (3) Media audio semi gerak, (4) Media visual gerak, (5) Media
visual diam, (6) Media visual semi gerak, (7) Media audio, dan (8) Media
cetak.
Menurut Abdorrakhman Gintings (2008:141), secara garis besar
media belajar dan pembelajaran dapat dibedakan kedalam empat kelompok:
1) Visual, media yang menampilkan materi pembelajaran dalam
bentuk sesuatu yang dapat dilihat oleh mata manusia;
2) Audio, media yang menampilkan materi pembelajaran dalam
bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga manusia;
3) Audio Visual, media yang menampilkan materi pembelajaran
dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga dan
dilihat oleh mata manusia;
4) Multimedia, media yang menampilkan materi pembelajaran
dengan teknik yang memadukan semua keunggulan peralatan
media audio dan visual dengan berbagai teknik penyajian yang
memanfaatkan teknologi computer dan LCD Projector.
Dari klasifikasi media pembelajaran diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa sebuah media harus bisa dilihat, didengar oleh mata dan
telinga manusia serta bisa memadukan antara media audio dan visual agar
menjadikan sebuah media yang berkelas.
20
c. Prinsip Pemanfaatan Media Pembelajaran
Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar (Asnawir dan
Basyiruddin, 2002:19). Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip
penggunaannya yang antara lain:
1) Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai
bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan
hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan, yang
digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-
waktu dibutuhkan;
2) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar
yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses belajar mengajar;
3) Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu
media pengajaran yang digunakan;
4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan
suatu media pengajaran;
5) Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistimatis
bukan sembarang menggunakannya;
6) Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari satu
macam media, maka guru dapat memanfaatkan multy media yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan
juga dapat merangsang siswa dalam belajar.
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan
media pengajaran dalam proses belajar mengajar, yakni: (1) Media
pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. (2) Media pengajaran merupakan media yang dapat dilihat
atau didengar. (3) Media pengajaran yang digunakan dapat merespon
peserta didik untuk belajar. (4) Media pengajaran harus sesuai dengan
kondisi individu peserta didik. (5) Media pengajaran merupakan perantara
(medium) dalam proses pembelajaran peserta didik.
Penggunaan media pengajaran seharusnya mempertimbangkan
beberapa hal berikut ini: (1) Guru harus berusaha dapat memperagakan atau
21
merupakan model dari suatu pesan (isi pelajaran) disampaikan. (2) Jika
objek yang akan diperagakan tidak mungkin dibawa ke dalam kelas, maka
kelaslah yang diajak kelokasi objek tersebut. (3) Jika kelas tidak
memungkinkan dibawa ke lokasi objek tersebut, usahakan model atau
tiruannya. (4) Bilamana model atau tiruannya juga tidak didapatkan,
usahakan gambar atau foto-foto dari objek yang berkenaan dengan materi
(pesan) pelajaran tersebut. (5) Jika gambar atau foto juga tidak didapatkan,
maka guru berusaha membuat media sederhana yang dapat menarik
perhatian belajar peserta didik. (6) Bilamana media sederhana tidak dapat
dibuat oleh guru, gunakan papan tulis untuk mengilustrasikan objek atau
pesan tersebut melalui gambar sederhana dengan garis lingkaran.
d. Fungsi Media Terhadap Pembelajaran
Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam
kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan
pengalaman visual kepada peserta didik dalam rangka mendorong motivasi
belajar, memperjelas, mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak
menjadi lebih sederhana, konkret, serta mudah dipahami. Dengan demikian
media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak
terhadap materi pembelajaran.
Menurut Edgar Dale yang dikutip Asnawir dan Basyiruddin
(2002:21) mengklasifikasikan pengalaman belajar anak mulai dari hal-hal
yang paling konkret sampai kepada hal-hal yang dianggap paling abstrak.
Klasifikasi pengalaman tersebut diikuti secara luas oleh kalangan pendidik
dalam menentukan alat bantu apa seharusnya yang sesuai untuk pengalaman
22
belajar tertentu. Klasifikasi pengalaman tersebut lebih dikenal dengan
Kerucut Pengalaman (Cone of Experience).
Penggunaan pendekatan sistem dalam lingkungan pendidikan telah
menggugah para ahli pendidikan di Indonesia untuk menggunakan media
sebagai bagian integral dalam program pengajaran. Oleh karena itu program
media dilaksanakan secara sistematis berdasarkan kebutuhan dan
karakteristik serta diarahkan pada pembahasan tingkah laku peserta didik
yang ingin dicapai. Oleh sebab itu para ahli media telah merumuskan ciri-
ciri penggunaan media dalam pendidikan, sehingga terhimpun suatu
konsepsi teknologi pendidikan yang mempunyai ciri-ciri: (1) Berorientasi
pada sasaran atau peserta didik, (2) Menerapkan konsep pendekatan sistem
dan (3) Memanfaatkan sumber media yang bervarasi.
Sejalan dengan makin mantapnya konsepsi tersebut, fungsi media
tidak lagi hanya sebagai alat peraga atau alat bantu, melainkan sebagai
pembawa informasi atau pesan pengajaran terhadap peserta didik. Didalam
kegiatan belajar mengajar, media pendidikan pengajaran secara umum
mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi,
keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif peserta didik serta
mempersatukan pengamatan mereka. Kemudian dengan masuknya pengaruh
teknologi audio dan video dalam sistem pendidikan, lahirlah alat audio
visual terutama menekankan penggunaan pengalaman langsung atau konkret
untuk menghindarkan verbalisme.
Pada saat ini media pengajaran mempunyai fungsi: (1) Membantu
memudahkan belajar bagi peserta didik dan memudahkan belajar bagi guru.
Description:kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika . Menurut Edgar Dale yang dikutip Asnawir dan Basyiruddin.