Table Of ContentBAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dipaparkan tentang penjelasan yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni tentang “Identifikasi
Problematika Guru Pendamping Khusus (GPK) Dalam Menerapkan
Pendidikan Karakter Terhadap Siswa Abk Di SDN Junrejo 01 Kota Batu”.
Dimana dari judul tersebut akan diberikan penjelasan melalui teori-teori yang
ada.
2.1 Pendidikan
2.1.1 Hakikat Pendidikan
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya unutk memiliki potensi spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Munib,
2004 : 142).
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah upaya sadar dan
terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar
tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif,
berilmu, sehat, dan berakhlak mulia. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
menegaskan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
10
11
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari penjelasan diatas harus diakui pendidikan memegang peranan penting
dalam meningkatakan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif dalam
upaya menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan zaman yang semakin
meningkat tajam (Ilahi, 2013:15).
Pendidikan sangat berguna dalam kehidupan manusia, setidak-tidaknya
memilki ciri sebagai berikut: (1)Pendidikan merupakan proses mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat,
dimana dia hidup, (2) pendidikan merupakan proses sosial, dimana seorang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya
yang datang dari sekolah) untuk mencapai kompetensi sosial dan pertumbuhan
individual secara optimum, (3) pendidikan merupakan proses pengembangan
pribadi atau watak manusia.
2.2 Guru
2.2.1 Pengertian Guru
Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan.
Ruh pendidikan sesungguhnya terletak dipundak guru. Bahkan, baik buruknya
atau berhasil tidaknya pendidikan berada ditangan guru. Sebab sosok guru
memiliki peranan yang strategis dalam mengukir peserta didik menjadi pandai,
cerdas, terampil, bermoral, dan berpengetahuan luas. Sebelum mengulas lebih
12
jauh tentang sosok guru maka perlu diketahui pengertian guru yang
sesungguhnya. Makna guru atau pendidik sebagaimana dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003, Bab 1, Pasal 1, Ayat 6
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Makna
teresebut dapat dipahami secara universal, maksudnya setiap kegiatan
pembelajaran, baik yang terencana maupun tidak tentunya membutuhkan seorang
pembimbing yang langsung dan tidak langsung.
Menurut Thoifuri (2008 : 3), guru atau pendidik pada prinsipnya memiliki
makna mereka yang tidak hanya mempunyai kualifikasi keguruan secara formal
diperoleh dari bangku sekolah perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah
mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan
orang lain pandai dalam rana kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam rana
kognitif menjadikan peserta didik cerdas intelektualnya, dalam ranah afektif
menjadikan siswa mempunyai sikap dan perilaku yang sopan, sedangkan dalam
rana psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktivitas
secara efektif dan efisien, serta tepat guna.
2.2.2 Hakikat dan Makna Guru
Menurut Hamzah (2007 :16) Guru merupakan suatu profesi, berarti suatu
jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan
oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya
masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Seorang guru perlu
13
mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar seorang guru
dapat melaksanakan tugas secara professional yaitu sebagai berikut :
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi
pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagi media dan
sumber belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam
berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran
dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta
didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar
peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang
diterimanya.
5. Sesuai dengan tujuan pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan
unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik
menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara
mata pelajaran dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan
cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung,
mengamati atau meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang
didapatnya.
14
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina
hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara
individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya
tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa guru dituntut untuk
menjadi seorang guru yang professional dengan tugasnya mendidik, mengajar,
juga melatih, dengan menerapkan prinsip-prinsp mengajar yang di paparkan oleh
Hamzah. Selain itu guru dengan memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diatas
dapat dikatakan guru tersebut merupakan guru professional.
2.2.3 Peran Guru Dalam Pembelajaran
Titik sentral kegiatan kependidikan, tidak pernah lepas dari peran seorang
guru, maka dari itu peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting. Menurut
Mujtahid (2009 : 52) peran guru dalam pembelelajaran ialah untuk tahu banyak
kondisi peserta didik pada setiap jenjang. Selain itu, kesuksesan guru ditentukan
pula oleh penguasaan materi, cara menggunakan pendekatan dan strategi yang
tepat, serta dukungan sumber, alat dan media pembelajaran yang cukup. Jika
dilihat secara lebih dalam pendidikan formal di sekolah melibatkan tiga
komponen pengajaran yang saling berinteraksi. Ketiga komponen tersebut adalah
guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. Tiga komponen ini dalam proses belajar
mengajar melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media dan lingkungan
yang mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang baik. Diantara ketiga
komponen tersebut guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses
15
pembelajaran. Meskipun diakui ada banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses belajar mengajar, akan tetapi faktor tetap menjadi yang paling
dominan. Guru menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya
pendidikan.
Mujtahid (2009 : 53) dalam kegiatan belajar mengajar, guru memilki tiga
tugas utama yaitu merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan memberikan
umpan balik. Tugas merencanakan adalah tugas untuk mendesain dan
mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan dalam
proses belajar mengajar. Tugas ini meliputi penentuan tujuan yang hendak
dicapai, penyiapan materi yang akan diajarkan, pemilihan metode yang tepat, dan
penyiapan peraangkat evaluasi untuk melihat keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilakukan. Tugas melaksanakan pengajaran adalah implikasi dan
aplikasi dari apa yang telah direncanakan sebelumnya oleh guru. Hal ini terkait
dengan upaya menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses
belajar yang efektif dan dapat mencpai hasil sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Sedangkan, tugas memberikan umpan balik adalah tugas untuk
membantu siswa dalam memlihara minat dan antusiasnya dalam melaksanakan
tugas belajar. Disinilah peran guru dituntut untuk dapat membangun interaksi
sebaik mungkin dengan siswa sehingga tercipta suasana belajar yang
menyenangkan dan selalu memotivasi siswa untuk terus belajar.
Menurut Suparlan (dalam Mujtahid 2009: 53) guru memiliki satu kesatuan
peran dan fungsi yang tidak dapat dipisahkan, antara kemampuan mendidik,
membimbing, mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan
kemampuan integratif, antara satu dengan yang lain tidak bisa dipisahkan.
16
Dari penjelasan di atas terkait dengan peran guru dalam pembelajaran,
maka yang perlu disiapkan untuk melaksanakan pembelajaran yang sempurna
adalah penugasan, pemahaman dan pengembangan materi, penggunaan metode
yang tepat, efektif dan senantiasa melakukan pengembangannya, serta
menumbuhkan kepribadian kepada peserta didik. Ketiga cakupan tersebut terjadi
dalam interaksi antara guru dengan siswa dalam bentuk pembelajaran.
2.3 Pendidikan Karakter
2.3.1 Pengertian pendidikan Karakter
Menurut Mulyasa (2012: 1-2) pendidikan karakter merupakan upaya untuk
membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin yang menuju
ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Pendidikan karakter
merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir, sehingga
menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan. Sedangkan, menurut
Zuchdi (2008 : 39) memaknai karakter sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu
dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan moral
seseorang.
Suprapto (dalam Suprihatiningrum 2013: 257) menjelaskan bahwa
pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral,
karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar mana yang salah. Lebih dari
itu, pendidikan Karakter menanamkan kebiasaan (habitution) tentang yang baik
hingga siswa didik menjadi paham, mampu merasakan, dan mau melakukan hal
baik.
17
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
memiliki makna yang lebih tinggi daripada pendidikan moral, pada dasarnya
pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, yaitu penanaman nilai-nilai agar
menjadi manfaat pada diri seseorang dan karenanya mewarnai kepribadian atau
watak seseorang.
2.3.2 Hakikat Pendidikan Karakter
Pada hakikatnya pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari
pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan
masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal
yang baik dalam kehidupan, sehingaga anak atau peserta didik memiliki
kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk
menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon
situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melaui perilaku
baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai
karakter mulia lainnya (Mulyasa, 2012 : 3).
Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2010 mengemukakan
bahwa karakter dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan
dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara
khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan individu yang
lainnya, Karena ciri-ciri karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku
individu dan bersifat unik. Maka karakter sangat dekat dengan kepribadian
individu. Dengan demikian istilah karakter berkaitan erat dengan personality
18
(kepribadian) seseorang, sehingga ia dapat disebut sebagai orang yang berkarakter
(a person of character) jka perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral.
Meskipun demikian, kebiasaan berbuat baik tidak menjamin seseorang yang telah
terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai-nlai karakter (Mulyasa,
2012 :4).
Melengkapi Uraian di atas, Megawangi (dalam Mulyasa, 2012: 6) sebagai
pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9 pilar karakter yang
dijadikan acuan dalam pendidikan karakter baik di sekolah maupun di luar
sekolah, yaitu sebagai berikut:
a. Cinta Allah dan Kebenaran,
b. Tanggung Jawab, disiplin ,dan mandiri,
c. Amanah,
d. Hormat dan santun,
e. Kasih sayang, peduli dan kerja sama,
f. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah,
g. Adil dan berjiwa kepemimpinan,
h. Baik dan rendah hati,
i. Toleran dan cinta damai.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa 9 pilar karakter yang
disebutkan oleh Megawangi (dalam Mulyasa, 2012:6) mencakup tentang
hubungan antara individu dengan individu dengan tuhan,indvidu dengan individu
yang lain, individu dengan kelompok.
Dalam perspektif Islam, pendidikan karakter secara teoritik sebenarnya
telah ada sejak Islam diturunkan di dunia seiring diutusnya Nabi Muhammad
19
SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia.
Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya
menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi juga akhlak.
Pengalaman ajaran Islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang
muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad
SAW, yang memilki sifat Siddiq, tabligh, Amanah, Fathonah (Suyadi, 2013:16).
2.3.3 Tujuan Pendidikan Karakter
Dalam penerapannya di dunia pendidikan, pendidikan karakter bertujuan
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan. Melalui pendidikan karakter pesserta didik diharapkan mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternlisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/ madrasah yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan, sehari-hari, serta symbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua
warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut dimata
masyarakat.
Description:Pada bab ini akan dipaparkan tentang penjelasan yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni tentang “Identifikasi.