Table Of ContentE-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
doi http://dx.doi.org/10.20886/jppdas.2017.1.2.143-165
TIPOLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI UNTUK MITIGASI BENCANA BANJIR DI DAERAH
ALIRAN SUNGAI MUSI
(Watershed typology for flood mitigation in Musi Watershed)
Irfan Budi Pramono1 dan Pamungkas Buana Putra1
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Jl. A.Yani Pabelan Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102
Email: [email protected]
Diterima: 19 Oktober 2017; Selesai Direvisi: 25 November 2017; Disetujui: 26 November
2017
ABSTRACT
The cause of flood problems could be identified from problems that happened in the
catchment area as flood water discharge and flooded or inundation area. The objective of
this study is to identify the degree of flood vulnerability, both flood water discharge and
flooded area, as a basis of flood mitigation at the Musi Watershed. Method applied on this
study is the watershed typology formula developed by Watershed Management Technology
Centre (WMTC) for identifying flood vulnerability based on land system, land cover, and
maximum daily rainfall. Degree of flood vulnerability is differentiated into five categories.
Musi Watershed was divided into 14 sub watersheds and each sub watershed is identified its
degree of vulnerability on flood water discharge and area of flooded area. Based on these
values the rank of sub watershed to its degree of degradation could be generated. The result
showed that Komering and Deras Sub Watersheds were vulnerable to flood due to their
nature. Ogan and Upper Musi Sub watersheds were the source of flood due to different
caused by high rainfall, while Upper Musi was generated by high land vulnerable. The
mitigation program in the flood prone area is complicated since Deras Sub Watershed was
the accumulation of many downstream sub watersheds. Mitigation program in the
discharge area could be done in Upper Musi Sub Watershed, since it has the highest
vulnerability. Upper Musi is also the upstream of Deras Sub Watershed.
Key words: flood; mitigation; watershed typology; Musi Watershed
ABSTRAK
Penyebab banjir dapat diketahui dari identifikasi permasalahan di daerah tangkapan air
sebagai pasokan air banjir dan daerah kebanjiran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi tingkat kerentanan banjir, yang meliputi tingkat kerentanan pasokan air
banjir dan daerah kebanjiran sebagai dasar untuk mitigasi banjir di DAS Musi. Metode yang
digunakan adalah “tipologi daerah aliran sungai” yang dikembangkan oleh Balai Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS) sebagai
formula untuk mengidentifikasi kerentanan banjir berdasarkan faktor-faktor sistem lahan,
penutupan lahan, curah hujan harian maksimum. Tingkat kerentanan banjir dibedakan
menjadi lima kategori. DAS Musi dibagi menjadi 14 Sub DAS, masing-masing diidentifikasi
©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 143
Tipologi Daerah Aliran Sungai untuk Mitigasi Bencana Banjir.......................................... (Irfan Budi Pramono & Pamungkas B.P.)
tingkat kerentanan pasokan air banjir dan kerentanan daerah kebanjiran. Hasil analisis
menunjukkan bahwa Sub DAS Komering dan Sub DAS Deras adalah dua sub DAS yang rentan
banjir karena sifat alamiahnya. Sedangkan Sub DAS Ogan dan Sub DAS Musi Hulu
merupakan dua sub DAS pemasok air banjir. Bila Sub DAS Ogan dikarenakan potensi curah
hujan yang tinggi sedangkan Sub DAS Musi Hulu dikarenakan tingkat kerentanan lahan yang
tinggi. Program mitigasi daerah rawan banjir di Sub DAS Deras lebih kompleks karena
merupakan hilir dari beberapa sub DAS. Program mitigasi daerah pasokan banjir dapat
dilakukan di Sub DAS Musi Hulu karena wilayahnya memiliki kerentanan lahan yang tinggi
dan menjadi salah satu DAS hulu dari Sub DAS Deras.
Kata kunci: banjir; mitigasi; tipologi DAS; DAS Musi
I. PENDAHULUAN melakukan diagnosis (identifikasi) dengan
hasil berupa tingkat kerentanan dan
Ketika kejadian banjir di suatu wilayah potensi yang kemudian dipakai sebagai
DAS meningkat secara luas yang dasar klasifikasi DAS dan penyusunan
menimbulkan kerugian sosial dan ekonomi, perencanaan pengelolaan DAS (Paimin et
hal ini sering kali dianggap sebagai satu hal al., 2012). Prediksi keadaan banjir menjadi
buruk yang disebut sebagai bencana alam. salah satu karakter yang perlu diketahui
Hal ini dapat diindikasikan sebagai untuk mengetahui respon hidrologi DAS
ketidakmampuan ekosistem dalam yang terkait kuantitas dan kontinuitas hasil
memberikan layanan lingkungan sebagai air (Paimin et al., 2010; Chang, 2009). Oleh
akibat telah terjadi degradasi fungsi karenanya dalam Peraturan Pemerintah
lingkungan dan daya dukung DAS (Paimin, Nomor 37 tahun 2012 banjir dimasukkan
Sukresno, & Purwanto, 2010; Lyytimäki, dalam sub kriteria karakteristik DAS untuk
Petersen, Normander, & Bezák, 2008; menentukan klasifikasi DAS apakah
Papaioannou, Vasiliades, & Loukas, 2015). termasuk DAS yang dipulihkan atau
Banjir hakekatnya merupakan salah satu dipertahankan (Pemerintah Republik
kondisi hidrologi hasil luaran dari suatu Indonesia, 2012).
DAS yang juga menjadi karakteristik DAS
Dengan mengetahui sifat atau
tersebut (Paimin et al., 2010; Paimin,
karakteristik suatu DAS, maka pengelolaan
Pramono, Purwanto, & Indrawati, 2012).
DAS akan lebih terarah, efektif dan efisien.
Banjir bersifat sebagai karakteristik alami
Untuk mengetahui karakteristik DAS
DAS manakala hanya dipengaruhi oleh
tersebut dapat dilakukan dengan analisis
faktor alami DAS, namun dapat bersifat
Tipologi DAS. Dalam Kamus Besar Bahasa
sebagai karakteristik aktual DAS ketika
Indonesia Pusat Bahasa, Departemen
dipengaruhi oleh faktor alami dan faktor
Pendidikan Nasional (2002), tipologi
manajemen (Paimin et al., 2010).
diartikan sebagai ilmu watak tentang
Karakteristik DAS sangat penting untuk bagian manusia dalam golongan-golongan
diketahui dalam pengelolaan DAS. Hasil menurut corak watak masing-masing.
karakterisasi tersebut digunakan untuk Pengertian tipologi tersebut diaplikasikan
144 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 143-165
dalam pengelolaan DAS, terutama tipologi sebagian kecil termasuk kedalam wilayah
banjir, sebagai karakteristik DAS yang Provinsi Bengkulu, Jambi, dan Lampung.
menunjukkan sifat rentan dan potensi
B. Bahan dan alat
suatu DAS terhadap banjir, baik kerentanan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
terhadap pasokan air banjir maupun
ini adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
kerentanan daerah kebanjiran (Paimin et
tahun 2006, peta Regional Physical
al., 2012).
Planning Programme for Transmigration
Informasi ataupun peta areal yang
(RePPProT) tahun 1987 skala 1:250.000,
rentan terhadap banjir adalah penting
peta topografi, Citra Digital Elevation
digunakan untuk memonitor dan
Model (DEM) Shuttle Radar Topography
mengurangi resiko pencegahan dan
Mission (SRTM), peta penutupan lahan
penanggulangan terjadinya banjir (Ho,
tahun 2011. Peralatan yang digunakan
Yamaguchi, & Umitsu, 2013). Dengan
berupa perangkat Geographic Information
mengetahui tingkat kerentanan pasokan
System (GIS) dengan software Arc Map 10.
air banjir dapat digunakan sebagai dasar
C. Metode penelitian
untuk memperbaiki daerah tangkapan air
terutama bagian hulu DAS. Dengan Formula Tipologi DAS yang dihasilkan
diketahui daerah rentan bencana banjir oleh Paimin et al. (2012) diaplikasikan
atau kebanjiran maka akan diperoleh dalam penelitian ini. Beberapa alasan yang
pedoman untuk merencanakan dan mendasarinya adalah sebagai berikut: 1)
menerapkan teknik penanggulangan banjir bahwa di dalam formulasi Tipologi DAS
di bagian hilir, seperti tanggul dan polder. menghasilkan informasi karakteristik
Selain hal tersebut, peta daerah rawan (kerentanan dan potensi) DAS berupa
kebanjiran juga dapat dipergunakan tipologi banjir disamping tipologi lahan,
sebagai dasar dalam melakukan peringatan tipologi sosial ekonomi, tipologi daerah
dini sehingga dampak bencana banjir tangkapan air, tipologi DAS, tipologi
dapat diperkecil. Tujuan penelitian ini kewilayahan, dan tipologi pengelolaan
adalah mengidentifikasi daerah-daerah DAS; 2) bahwa formulasi Tipologi DAS
yang rentan kebanjiran dan tingkat disusun untuk DAS yang mempunyai
kerentanan pasokan air banjir di DAS Musi cakupan wilayah setara dengan tingkatan
sebagai dasar untuk mitigasi bencana provinsi dan atau lintas provinsi. Hal ini
banjir. selaras dengan cakupan wilayah DAS Musi
yaitu pada tingkatan lintas provinsi (walau
II. BAHAN DAN METODE
dominan hanya pada satu provinsi).
A. Waktu dan lokasi Analisis banjir didekati secara spasial
dengan memilah tingkat kerentanan
Penelitian dilakukan pada bulan April
daerah kebanjiran dan potensi pasokan air
sampai November 2012 pada DAS Musi
banjir (Paimin et al., 2012). Kerentanan
yang secara administrasi terletak di
daerah kebanjiran adalah hasil analisis
sebagian besar Provinsi Sumatera Selatan,
spasial yang mencerminkan karakteristik
©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 145
Tipologi Daerah Aliran Sungai untuk Mitigasi Bencana Banjir.......................................... (Irfan Budi Pramono & Pamungkas B.P.)
alami bentang DAS terhadap kejadian interaksi antara hujan (sebagai masukan)
banjir berdasarkan parameter bentuk dengan lahan (sebagai prosesor). Informasi
lahan dari suatu sistem lahan. Potensi potensi pasokan banjir akan menjelaskan
pasokan banjir adalah hasil analisis spasial dari sub DAS mana pasokan banjir berasal.
yang menunjukkan potensi air banjir Alur pikir penelitian tersaji pada Gambar 1.
sebagai manifestasi luaran dari proses
Peta Sistem Peta Batas DAS Peta RBI Citra DEM SRTM Peta Data Hujan
Lahan Penutupan
Lahan
Klasifikasi Croping Area Croping Area
Analisis
Peta Administrasi
DAS Peta Lereng
Pembobotan
Tumpang susun
Tumpang Susun
Peta Satuan Peta Unit Peta Curah
Bentuk Lahan Pembobotan Lahan Hujan
Tumpang Susun
Pembobotan
Klasifikasi nilai
Tumpang Susun
Peta Kerentanan
Daerah Peta Tipologi Lahan
Kebanjiran
Peta Potensi
Pasokan Banjir
Gambar (Figure) 1. Diagram alir penelitian Tipologi Banjir untuk Mitigasi Banjir di DAS Musi (Flow charts of
watershed typology study for flood mitigation in Musi Watershed)
Sumber (Source): Paimin et al., 2012
Data sistem lahan DAS Musi diperoleh Tabel (Table) 1. Klasifikasi dan pembobotan
bentuk lahan/ sistem lahan
dari peta RePPProT tahun 1987 skala
(Landform/ land system
1:250.000. Dari data satuan sistem lahan di classification and scorring).
DAS Musi kemudian diambil parameter Klasifikasi bentuk lahan/ sistem
Nilai
No lahan (Landform/ land system
bentuk lahan (landform) untuk selanjutnya (score)
classification)
diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) kelompok 1 Rawa-rawa, pantai, jalur 1
dan diberi pembobotan (Tabel 1). kelokan (Tidal swamp, beaches,
meander belt)
Sementara itu, parameter penutupan
2. dataran aluvial, lembah aluvial 2
lahan diperoleh dari peta penutupan lahan (Alluvial plain, alluvial valley)
3. Dataran (Plain) 3
BPDAS Musi tahun 2011. Parameter
4. Kipas dan lahar, teras-teras (Fan 4
penutupan lahan selanjutnya diklasifikasi and lahar, terrace)
5. Pegunungan dan perbukitan 5
ke dalam 6 kelompok bentuk penutup
(Mountain and hilly)
lahan dan diberi pembobotan (Tabel 2). Sumber (Source): Paimin et al., 2012
146 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 143-165
Tabel (Table) 2. Klasifikasi dan pembobotan harian maksimal. Data dikumpulkan dari 19
penutupan lahan (Land cover
stasiun penakar hujan yang tersebar pada
classification and scorring).
12 kabupaten di DAS Musi yaitu: Ogan Ilir,
Klasifikasi penutupan lahan (Land Nilai Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Selatan,
No
cover classification) (score)
OKU Timur, Musi Rawas, Ogan Komering
1. Air payau, air tawar dan gedung 1
(Brackish water, fresh water, Ilir (OKI), Kota Palembang, Lahat, Empat
buildings)
Lawang, Lubuk Linggau, Pagar Alam dan
2. Hutan lindung, hutan konservasi 1
Rejang Lebong. Periode data hujan yang
(Protected forest, conservation
forest) tersedia untuk masing-masing stasiun
3. Hutan produksi, perkebunan 2
penakar bervariasi dari 5-10 tahun. Data
(Production forest, estate)
4. Sawah, rumput, semak/ belukar 3 curah hujan harian maksimal itu kemudian
(Paddy field, grassland, shrubs) diklasifikasikan dan dibobot berdasarkan
5. Pemukiman (Settlements) 4
lima kelas, yaitu: <20 mm (sangat rendah);
6. Tegal, tanah berbatu (Dry field, 5
open land) 21-40 mm (rendah); 41-75 mm (sedang);
Sumber (Source): Paimin et al., 2012
76-150 mm (tinggi); >150 mm (sangat
tinggi). Selanjutnya, dibuat peta curah
Sementara itu, untuk menyusun spasial
hujan wilayah DAS Musi secara
tipologi kerentanan lahan menggunakan
ekstrapolasi menggunakan metode poligon
formula kerentanan lahan (Lampiran 1)
Thiessen.
yang merupakan interaksi dari
pembobotan parameter bentuk lahan D. Analisis data
dengan pembobotan parameter
Data faktor-faktor penentu banjir
penutupan lahan. Selanjutnya, untuk
dimasukkan dalam format spasial
mengetahui tipologi kerentanan lahan DAS
kemudian dianalisis dengan program GIS
Musi diperoleh dengan klasifikasi nilai hasil
(Arc Map 10). Skala peta diselaraskan
perhitungan kerentanan lahan (Lampiran
dalam skala 1:250.000 agar sesuai dengan
2).
sumber data lain pada tingkat provinsi.
Spasial kerentanan daerah banjir di DAS Penggunaan data sekunder, penutupan
Musi disusun berdasarkan pada parameter lahan dan sistem lahan, yang klasifikasinya
bentuk lahan yang telah diklasifikasi dan tidak sesuai dengan Lampiran 1 dan
diberi bobot (Lampiran 3). Peta ini Lampiran 2 didekati dengan kesetaraan
menunjukan karakter alami daerah-daerah sifatnya. Dari analisis tersebut diperoleh
dalam DAS terhadap kerentanan banjir. tingkat dan sebaran kerentanan lahan,
Spasial potensi pasokan air banjir disusun sebaran daerah-daerah yang rentan
menggunakan formula tipologi pasokan air kebanjiran dan daerah pasokan air banjir.
banjir (Lampiran 4). Formula ini
merupakan interaksi parameter tipologi III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kerentanan lahan dengan parameter hujan
harian maksimum. A. Luas dan wilayah DAS Musi
Parameter hujan yang digunakan untuk DAS Musi dapat dibagi menjadi 14 sub
penelitian ini berupa data curah hujan DAS yang membentang pada 4 (empat)
©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 147
Tipologi Daerah Aliran Sungai untuk Mitigasi Bencana Banjir.......................................... (Irfan Budi Pramono & Pamungkas B.P.)
provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan, ini lintas wilayah administrasi. Hal ini juga
Bengkulu, Jambi, dan Lampung dengan memberikan gambaran bahwa karakter
total luas wilayahnya sebesar 5.348.641 pengelolaan DAS Musi harus dimaknai
ha. Cakupan wilayah dominan DAS Musi sebagai pengelolaan lingkungan yang
hanya pada Provinsi Sumatera Selatan koordinatif dan utuh terkoneksi antar
(95%), sedangkan Provinsi Bengkulu, Jambi, wilayah administratif dan sektor (Paimin et
dan Lampung masing-masing adalah 4%; al., 2012). Fakta ini akan memberikan
0,6%; dan 0,4%. Sementara itu, cakupan implikasi bahwa penyusunan perencanaan
DAS Musi pada tingkat administrasi dan pengelolaan DAS Musi beserta seluruh
kabupaten/ kota meliputi 21 kabupaten/ sub DAS - sub DAS dilakukan secara
kota dimana 15 kabupaten/ kota berada koordinasi antar tingkatan administrasi
pada wilayah Provinsi Sumatera Selatan tidak bisa menisbikan pihak lain.
dan 6 kabupaten/ kota lainnya masuk pada Kewenangan perencanaan DAS Musi
wilayah Provinsi Bengkulu, Jambi dan dilakukan oleh menteri karena lintas
Lampung (Lampiran 5). provinsi, dan tingkat sub DAS dilakukan
oleh gubernur karena lintas kabupaten/
Berdasarkan data cakupan luas dan kota sebagaimana diatur dalam pasal 22
wilayah tersebut memperlihatkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
batas DAS Musi tidak berhimpitan dengan 2012 (Pemerintah Republik Indonesia,
batas administrasi yang artinya bahwa DAS 2012).
Gambar (Figure) 2. Peta administrasi DAS Musi (Administration map of Musi
Watershed)
Sumber (Source): Analisis data (Data analysis), 2014
B. Bentuk lahan dan penutupan lahan diasumsikan sebagai prosesor dari suatu
DAS Musi DAS memiliki faktor-faktor penting yang
Paimin et al. (2012) menggunakan dapat menyusun/ membentuk
bentuk lahan (land form) dan penutupan karakteristik dan menunjukan respon atas
lahan (land cover) sebagai parameter kunci sebuah masukan. Faktor-faktor itu ada
dalam analisis tipologi DAS. Lahan yang yang beratribut (relatif) statis/ permanen
148 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 143-165
dan dinamis. Parameter bentuk lahan pembuatan peta dikarenakan tersedianya
menjadi faktor yang beratribut (relatif) katalog bentuk lahan di Indonesia dari
statis sehingga karakter yang muncul Desaunettes tahun 1977 dan tersedianya
sifatnya alami sulit dirubah, namun klasifikasi parameter bentuk lahan baik
demikian juga mempunyai peran penting secara detil maupun sederhana (skala
untuk informasi atau pemetaan daerah tinjau) dari Kucera tahun 1988 (Fletcher &
rentan banjir (Robins et al., 2009). Faktor Gibb, 1990). Disamping itu, dengan hanya
penutupan lahan adalah faktor lahan yang menggunakan informasi bentuk lahan saja
beratribut dinamis, karena merupakan ternyata dapat diperoleh gambaran/
bentuk yang dapat diintervensi manusia informasi karakteristik lahan yang lainnya,
(Jin et al., 2013; Krishnaswamy et al., 2013; misal pada bentuk lahan aluvial memiliki
Nosetto, Jobbágy, Brizuela, & Jackson, gambaran karakteristik berupa kondisi
2012). datar, drainase kurang baik, tekstur halus
dan solum tanah dalam (Wahyuningrum et
1. Bentuk dan sistem lahan DAS Musi
al., 2003).
Parameter bentuk lahan adalah variabel
spasial yang dapat menggambarkan
kenampakan kondisi alamiah permukaan
(tanah) bumi dan dapat menunjukan
karakteristik alamiah daerah-daerah
cekungan (basin) dari suatu lanskap dalam
sistem DAS berdasarkan jenis-jenis terrain
penyusunnya. Parameter bentuk lahan
merupakan basis dari penyusunan peta
sistem lahan (Trisakti, Kartasasmita, &
Kartika, 2009; Poniman, Nurwadjedi, & Gambar (Figure) 3. Peta sistem lahan DAS Musi
(Land system map of Musi
Lumban-Tobing, 2004; Wahyuningrum, et
Watershed)
al., 2003; Fletcher & Gibb, 1990).
Sumber (Source): Basuki & Putro, 2013
Satuan bentuk lahan yang termaktub
Berdasarkan data sistem lahan dari
dalam satuan sistem lahan yang dikonsep
peta RePPProT Pulau Sumatera dapat
oleh Christian dan Stewart pada tahun
diketahui bahwa sistem lahan DAS Musi
1968 dan dikembangkan dalam
(Gambar 4) teridentifikasi terdiri dari 47
penyusunan pemetaan sumberdaya lahan
jenis sistem lahan. Jenis yang paling
oleh RePPProT pada tahun 1990 (Poniman
dominan yaitu MBI (Muara Beliti) dengan
et al., 2004) sangat tepat dan berguna
lingkup area seluas 2.361.123,72 ha.
dalam mendukung ketersediaan sumber
Sistem lahan MBI dicirikan oleh bentuk
data sekunder untuk pengembangan
lahan dataran berupa dataran-dataran
konsep Tipologi DAS yang dikembangkan
sedimen berbatu tufa dengan topografi
Paimin et al. (2012). Parameter bentuk
berombak sampai bergelombang,
lahan sangat luwes untuk digunakan pada
kelerengan 9-15%.
berapa pun skala peta dan tujuan
©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 149
Tipologi Daerah Aliran Sungai untuk Mitigasi Bencana Banjir.......................................... (Irfan Budi Pramono & Pamungkas B.P.)
Masing-masing sistem lahan tersebut SKA, SMD dan TTG menempati 62,7% dari
kemudian diidentifikasi bentuk lahannya. luas DAS. Sementara itu, bentuk lahan
Dari 47 sistem lahan di DAS Musi dapat pegunungan dan perbukitan menempati
diklasifikasikan ke dalam 9 bentuk lahan porsi masing-masing sebesar 14,2% dan
(Tabel 3) seperti klasifikasi menurut Tabel 6,9%, serta bentuk lahan rawa menempati
1. Bentuk lahan dataran berasal dari sistem luas 5%.
lahan ANB, BGI, BTG, BTK, DKP, MBI, PKS,
Tabel (Table) 3. Macam dan luas bentuk lahan setiap sub DAS di DAS Musi (Land form at each sub watershed
in Musi Watershed)
Sub DAS Bentuk lahan/ sistem lahan (Land form/ Land system) (ha)
(sub
1 2 3 4 5 6 7 8 9
watershed)
Batang 3.267 20.396 152 20.396 60.641
Peledas
Batanghari 4.443 39.806 824 39.806 354.980 408
leko
Baung 23 68.992
Deras 11.933 213 17.805 213 56.610 36
Kelingi 113.771 4.197 29.538 25.014
Kikim 1.498 87.492 210 21.682 40.444
Komering 56.978 51.608 119.961 55.988 459.163 5.931 7.775 82.467 127.113
Lakitan 16.116 21.026 180.427 13.050 67.556
Lematang 51.956 54.319 263 63.809 526.679 6.094 8.709 80.557 139.214
Medak 11.828 11.024 11.024 129.892
Musi Hulu 319 4.192 73.140 60.856 55.326 151.330
Ogan 60.242 27.115 85.138 32.365 665.643 241 40.334 52.885
Rawas 51.212 24.015 388 30.182 304.409 47.286 153.356
Semangus 2.175 20 269.226 424
Jumlah
268.294 228.496 247.732 31.020 3.351.065 12.266 81.747 371.108 759.912
(Total)
Keterangan (Remarks): 1) rawa-rawa (swamp), 2) jalur kelokan (meander belt), 3) dataran aluvial (alluvial
plain), 4) lembah alluvial (alluvial valley), 5) dataran (plains), 6) Teras-teras (terrace),
7) Kipas dan lahar (fan and lahar), 8) Perbukitan (hills), 9) Pegunungan (mountain)
Sumber (Source): Basuki & Putro, 2013
2. Penutupan lahan DAS Musi aliran sungai, debit dan potensi banjir
Klasifikasi penutupan lahan merupakan (Olang & Furst, 2011; Bormann & Elfert,
salah satu langkah kunci dalam analisis 2010). Klasifikasi penutupan lahan di DAS
tipologi DAS yang menghubungkan jenis- Musi oleh Balai Pengelolaan DAS Musi
jenis penutupan lahan aktual terhadap (2012) dari hasil analisis peta RBI dan peta
karakteristik lahan. Jenis penutupan lahan Citra Landsat 5 TM (Basuki & Putro, 2013)
penting untuk diketahui karena memperlihatkan bahwa jenis penutupan
berpengaruh terhadap proses hidrologi di lahan di DAS Musi bervariasi sebanyak 18
dalam ekosistem daratan. Hal ini berbasis jenis (Gambar 4). Penutupan lahan di DAS
dari beberapa hasil penelitian bahwa Musi didominasi oleh pertanian lahan
perubahan penutupan lahan dan kering bercampur semak yakni sebesar
penggunaan lahan berpengaruh pada 48,4% dari luas DAS. Dominasi selanjutnya
150 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017 : 143-165
adalah tutupan lahan berupa perkebunan Secara garis besar, sebaran jenis
(11,6%), dan semak belukar (11,3%) terdiri penutupan (Gambar 4) dapat
di lahan rawa (7,8%) dan semak belukar di dikelompokkan menjadi daerah hulu
lahan kering (3,5%). Sementara itu, didominasi oleh hutan, pertanian lahan
tutupan berupa hutan di lahan kering dan kering bercampur semak; daerah tengah
lahan basah hanya seluas 14,6% luas DAS berupa perkebunan, pertanian lahan
Musi (780.444 ha) yang terdiri dari 6,5% kering dan semak belukar; dan di daerah
hutan kering primer, 4,8% hutan kering hilir berupa pertanian lahan kering, semak
sekunder 0,3% hutan rawa sekunder, dan belukar dan semak belukar rawa.
hutan tanaman. Keberadaan tutupan lahan Sementara itu, penutupan lahan berupa
berupa hutan di DAS Musi masih sangat sawah hampir di jumpai di seluruh area
jauh dari kondisi minimum seperti amanat DAS secara spot-spot dan di Sub DAS
UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Komering terlihat mendominasi.
Gambar (Figure) 4. Peta penutupan lahan DAS Musi (Land cover map of Musi
Watershed).
Sumber (Source): Balai Pengelolaan DAS Musi, 2012 dan Basuki & Putro, 2013
(Center of Musi Watershed Management, 2012 and Basuki &
Putro, 2013)
Masing-masing jenis penutupan lahan hatian agar tidak menimbulkan kesalahan
tersebut Gambar 4 kemudian yang fatal seperti halnya hasil kajian Savitri
diklasifikasikan menjadi dalam Tabel 4 & Pramono (2017). Sepintas bahwa jenis
mengacu pada Paimin et al. (2012) untuk penutupan ini dapat diklasifikasi ke dalam
dasar dalam pemberian nilai kelompok nomor 4 (sawah, rumput,
(pembobotan). Klasifikasi dan pembobotan semak/ belukar) yang mempunyai nilai 3;
jenis penutupan lahan pertanian lahan atau nomor 6 (tegal, tanah berbatu) yang
kering bercampur semak (PLK campur mempunyai nilai 5. Menurut Direktur
semak) yang merupakan jenis penutupan Jenderal Planologi Kehutanan (2015),
paling dominan di DAS Musi perlu kehati- bahwa pertanian lahan kering bercampur
©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence. 151
Tipologi Daerah Aliran Sungai untuk Mitigasi Bencana Banjir.......................................... (Irfan Budi Pramono & Pamungkas B.P.)
semak adalah jenis penutupan lahan artificial/ campur tangan manusia yang
berupa budidaya pertanian di lahan kering secara visual jelas berupa ladang/ tegalan
yang berselang seling dengan semak, (Direktur Jenderal Planologi Kehutanan,
belukar dan bekas tebangan yang biasanya 2015; Badan Standardisasi Nasional, 2014).
merupakan areal perladangan berpindah. Berdasarkan hal tersebut maka jenis
Kondisi penutupan lahan ini berbeda penutupan lahan PLK campur semak
dengan kondisi jenis penutupan pertanian direklasifikasi (Savitri & Pramono, 2017)
lahan kering (PLK) yaitu terkait dengan untuk memisahkan area yang terindikasi
liputan vegetasinya, dimana PLK campur sebagai area PLK dan sebagai area semak
semak belukar berupa liputan vegetasi belukar.
semi alami sedangkan PLK berupa murni
Tabel (Table) 4. Klasifikasi penutupan lahan di tiap-tiap sub DAS di DAS Musi berdasarkan Paimin et al., 2012
(Classification of land cover at each sub watershed in Musi Watershed based on Paimin et al.,
2012).
Sub DAS Penutupan lahan (Land cover) (ha)
(sub watershed) 1 2 3 4 5 6
Batang Peledas 4.371 - 15.947 51.105 7.178 5.854
Batangharileko 4.702 57.779 33.290 293.997 3.144 7.549
Baung 475 - 33.112 33.305 1.853 269
Deras 1.986 - 21.536 59.857 1.975 1.243
Kelingi 545 15.821 7.911 142.615 4.628 1.000
Kikim 668 25.853 23.711 96.532 2.894 1.668
Komering 26.904 56.269 113.113 546.085 47.906 125.100
Lakitan 1.127 67.624 56.155 164.455 1.146 7.668
Lematang 8.858 77.893 141.643 558.969 20.162 69.756
Medak 8.266 13.097 127.708 2.794 880
Musi Hulu 1.087 59.6 18 3.761 264.602 4.824 11.272
Ogan 13.016 54.367 146.208 663.867 24.859 34.531
Rawas 49.174 181.495 59.103 292.494 2.646 1.922
Semangus 1.541 111.072 141.080 4.844 13.308
Jumlah (Total) 122.720 596. 719 779.659 3.436.671 130.853 282.020
% 2,29 11,16 14,58 64,25 2,45 5,27
Sumber (Source): Balai Pengelolaan DAS Musi, 2012 dan Basuki & Putro, 2013 (Center of Musi
Watershed Management, 2012 and Basuki & Putro, 2013)
Keterangan (Remarks): 1) Tubuh air tawar dan payau (water bodies, fresh and brackish); 2) Hutan Lindung
Konservasi (protection and conservation forests); 3) Hutan produksi, perkebunan
(production forest, estate); 4) sawah, rumput, semak belukar (paddy field, grassland,
shrubs); 5) permukiman (settlements); 6) tegalan (dry field).
Dasar pembobotan dan klasifikasi jenis semisal berdasarkan klasifikasi Direktur
penutupan lahan oleh Paimin et al. (2012) Jenderal Planologi Kehutanan (2015), perlu
didasarkan pada sifat kerentanan lahan dilakukan modifikasi (reklasifikasi) dan
akibat karakteristik alamiah dan non sinkronisasi.
alamiah yang berpengaruh terhadap erosi
C. Tipologi lahan
dan sedimentasi. Oleh karenanya dalam
penggunaan data untuk bahan formulasi Hasil interaksi parameter bentuk lahan
tipologi DAS dari Paimin et al. (2012), dan penutupan lahan menghasilkan tingkat
152 ©2017 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA licence.
Description:Musi Watershed was divided into 14 sub watersheds and each sub watershed is identified its degree of tingkat kerentanan pasokan air banjir dan kerentanan daerah kebanjiran. Pramono, Purwanto, & Indrawati, 2012).