Table Of ContentI
S
S
N
JURNAL
1
8
2
9 KONSTITUSI
-
7 MAHKAMAH KONSTITUSI
7 REPUBLIK INDONESIA
0
6 Volume 14 Nomor 1, Maret 2017
Volume 14 Nomor 1, Maret 2017
DAFTAR ISI
7 Pergeseran Delik Korupsi dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-
J
XIV/2016
U
PFeantkghaunrtoahrm Rane ddaakns Ni alom Kurniawan
R
7 Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional
N ................................................................................................ iii - vi
Bisariyadi
A
7 PDeergsaeisne rKao nn sDtietulsikio nKaol rHuupksui md aMlaigma sP Uuntutuska nS eMbeashakra-Bmeasha rnKyoan Ksteimtuaski muran Rakyat
L
NIbonmuo Sr in2a5 /CPhUaUn-dXrIaVn/e2g0ar1a6
K
7 Wacana Desentralisasi Partai Politik: Kajian Original Intent dan Pemaknaan Sistematik
Fatkhurohman dan Nalom Kurniawan ......................................................... 001-021
O UUD 1945
N MLeumthfib eWdaidha gDdook tErdind yKoenrougian Konstitusional
S 7 BUMN dan Penguasaan Negara di Bidang Ketenagalistrikan
Bisariyadi .................................................................................................................... 022-044
T Muhammad Insa Ansari
I 7 DPeesnagienm Kbaonngsatni tHuuskiuomna Lli nHgkuuknugamn HMidiugpa Ms eUlanlutiu Pke nSeegbaekasna rH-uBkeusma rPneyrdaa ta di Indonesia
T
KPermima kHmaruyraadni Rakyat
U
7 Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertambangan (Studi di Kabupaten Lumajang
S Ibnu Sina Cha ndranegara ...........................................O...r..i..g..i..n..a...l. ...I.n...t..e..n..t.......... 045-080
Provinsi Jawa Timur)
I
WRaaccahnmaa dD eSsaefan’tarta dliasna sIin dPaahr taDiw Pi oQluitribka: nKi ajian dan
7 PAekmoamkondaaasni PSiosltiteikm Hatuikku UmU Ddi 1In9d4o5nesia terhadap Hak Asasi Manusia Berdasarkan
Generasi Pemikirannya
V Luthfi Widagdo Eddyono ....................................................................... ............. 081-103
o Jefri Porkonanta Tarigan
lu
me 7 BTUaMfsiNr Hduaknu mPe nAgtausa sPaoasnis Ni Gegaanrdaa dHi aBkiidma ndgi IKndeotenneasgiaalistrikan
1 Sakirman
4 Muhammad Insa Ansari ...................................................................................... 104-123
N
o 7 Penerapa n Hukuman Kebiri Kimia Bagi Pelaku Kekerasan Seksual
m
PNeunzguelm Qbuarn’agianni MHuarkduiyma Lingkungan Hidup Melalui Penegakan Hukum
o
r 1 Perdata di Indonesia
, M Halaman Jakarta P-ISSN 1829-7706
a PJrKim HaryVaodl.i 1 ..4............N...o..m...o..r.. .1...............0...0..1.. .-.. .2..3..3...................M...a..r.e...t. .2..0...1..7............E..-.I SSN 2152448--1164597
r
e
t 2 Terakreditasi LIPI Nomor: 613/Akred/P2MI-LIPI/03/2015
0
1 Terakreditasi DIKTI Nomor: 040/P/2014
7
KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
Daftar Isi
MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertambangan (Studi di Kabupaten
Lumajang Provinsi Jawa Timur) JURNAL KONSTITUSI
Vol. 14 No. 1 P-ISSN 1829-7706 | E-ISSN: 2548-1657 Maret 2017
Rachmad Safa’at dan Indah Dwi Qurbani ................................................... 150-167
Terakreditasi LIPI Nomor: 613/Akred/P2MI-LIPI/03/2015
Terakreditasi DIKTI Nomor: 040/P/2014
Akomodasi Politik Hukum di Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia
Berdasarkan Generasi Pemikirannya
Jefri PorkonantaJ uTranarli gKaonns t i.t..u..s.i. ..m...e.m....u..a.t.. .n..a..s.k..a..h.. .d..i. ..b..i.d..a.n...g. ..h..u..k..u..m... .d..a..n.. .k..o..n..s.t..i.t.u..s.i , 168-187
serta isu-isu ketatanegaraan. Jurnal Konstitusi adalah media triwulan, terbit sebanyak
empat nomor dalam setahun (Maret, Juni, September, dan Desember).
Tafsir Hukum Atas Posisi Ganda HSauksiumna dn iR Ienddakosniesia
Board of Editors
Sakirman ..................................................................................................................... 188-212
( )
Pengarah
Advisers
Penerapan Hukum: aPnr oKf. eDbr.i rAir iKef iHmidiaay aBt,a Sg.Hi .,P Me.lSa.ku Kekerasan Seksual
( ) Dr. Anwar Usman, S.H., M.H.
Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.
Nuzul Qur’aini Mardiya ........................................................................................ 213-233
Biodata
Dr. H. Wahiduddin Adams, S.H., MA.
Prof. Dr. Aswanto, S.H., M.Si. DFM.
Dr. I Dewa Gede Palguna, S.H. , M. Hum
Pedoman Penulisan
Dr. Suhartoyo, S. H. , M. H.
Dr. Manahan M. P. Sitompul, S.H., M. Hum
Penanggungjawab Prof. Dr. Saldi Isra, S.H., MPA.
Officially Incharge
: M. Guntur Hamzah
(Pemimpin Redaks)i
Chief Editor
: Dr. Ir. Noor Sidharta, M.H., MBA.
R(edaktur Pe)laksana
Managing Editors
: Dr. Wiryanto, S.H., M.Hum.
( ) Irfan Nur Rachman, S.H., M.H.
Anna Triningsih, S.H., M.Hum
Mohammad Mahrus Ali, S.H., M.H.
Nuzul Quraini Mardiya, S.H., M.H.
Sekretaris Intan Permata Putri, S.H.
Secretariat
: Udi Hartadi, S.E.
(Tata Letak )& Sampul Rumondang Hasibuan, S.Sos.
Layout & cover
: Nur Budiman
Address
( )
Alamat ( )
MahkamaRhe dKaoknssi tJiuturnsai lR Keopnusbtiltiuks iI ndonesia
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta 10110
Telp. (021) 23529000 Faks. (021) 352177
E-mail: [email protected]
Jurnal ini dapat diunduh di menu publikasi-jurnal pada laman www.mahkamahkonstitusi.go.id
atau kunjungi OJS Jurnal Konstitusi di: http://ejournal.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php/jk/index
(Citation is permitted with acknowledgement of the source)
Isi Jurnal Konstitusi dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya
ii Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 1, Maret 2017
Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak mewakili pendapat resmi MK
JURNAL
KONSTITUSI
MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
Volume 14 Nomor 1, Maret 2017
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi
................................................................................................ iii - vi
Pergeseran Delik Korupsi dalam Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 25/PUU-XIV/2016
Fatkhurohman dan Nalom Kurniawan ......................................................... 001-021
Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional
Bisariyadi .................................................................................................................... 022-044
Desain Konstitusional Hukum Migas Untuk Sebesar-Besarnya
Kemakmuran Rakyat
Ibnu Sina Chandranegara ...........................................O...r..i..g..i..n..a...l. ...I.n...t..e..n..t.......... 045-080
Wacana Desentralisasi Partai Politik: Kajian dan
Pemaknaan Sistematik UUD 1945
Luthfi Widagdo Eddyono ....................................................................... ............. 081-103
BUMN dan Penguasaan Negara di Bidang Ketenagalistrikan
Muhammad Insa Ansari ...................................................................................... 104-123
Pengembangan Hukum Lingkungan Hidup Melalui Penegakan Hukum
Perdata di Indonesia
Prim Haryadi ............................................................................................................. 124-149
Daftar Isi
Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertambangan (Studi di Kabupaten
Lumajang Provinsi Jawa Timur)
Rachmad Safa’at dan Indah Dwi Qurbani ................................................... 150-167
Akomodasi Politik Hukum di Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia
Berdasarkan Generasi Pemikirannya
Jefri Porkonanta Tarigan ..................................................................................... 168-187
Tafsir Hukum Atas Posisi Ganda Hakim di Indonesia
Sakirman ..................................................................................................................... 188-212
Penerapan Hukuman Kebiri Kimia Bagi Pelaku Kekerasan Seksual
Nuzul Qur’aini Mardiya ........................................................................................ 213-233
Biodata
Pedoman Penulisan
ii Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 1, Maret 2017
Pengantar Redaksi
Dari Redaksi
Pada tahun 2017, Jurnal Konstitusi hadir kembali di tangan pembaca sekalian
dengan menghadirkan sejumlah pembahasan mengenai hukum konstitusi dan dinamika
ketatanegaraan. Sebagaimana diketahui bahwa Jurnal Konstitusi merupakan sarana
media keilmuan dibidang hukum yang diterbitkan oleh Mahkamah konstitusi dengan
Tujuan untuk melakukan diseminasi hasil penelitian atau kajian konseptual dengan
domain utama terkait dengan implementasi konstitusi, putusan Mahkamah Konstitusi
dan berbagai isu yang tengah berkembang didalam masyarakat terkait dengan hukum
konstitusi dan ketatanegaraan.
Diawali dengan artikel pertama yang berjudul “Pergeseran Delik Korupsi Dalam
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-XIV/2016” oleh Fatkhurohman dan Nalom
juncto
Kurniawan. Mengkaji permasalahan frasa “dapat” dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor). Putusan MK menafsirkan bahwa frasa “dapat
(actual
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal
loss) (potential loss).
3 UU Tipikor harus dibuktikan dengan kerugian keuangan negara yang nyata
ratio legis
bukan potensi atau perkiraan kerugian keuangan negara Dalam
pertimbangannya, setidaknya terdapat empat tolok ukur yang menjadi MK
legal uncertainty
menggeser makna subtansi terhadap delik korupsi yakni Putusan MK Nomor 003/PUU-
IV/2006; (2) munculnya ketidakpastian hukum ( ) dalam delik korupsi
formiil sehingga diubah menjadi delik materiil; (3) relasi/harmonisasi antara frasa “dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” dalam pendekatan pidana pada
Pengantar Redaksi
UU Tipikor dengan pendekatan administratif pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Administrasi Pemerintahan (UU AP); dan (4) adanya dugaan kriminalisasi dari
Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan menggunakan frasa “dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara” dalam UU Tipikor.
Pada Artikel kedua berjudul “Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional” oleh
Bisariyadi. artikel ini membahas mengenai penetapan ukuran kerugian konstitusional
memiliki kedudukan strategis sebagai pintu gerbang atas pengujian norma yang hendak
diuji. Mahkamah Konstitusi merumuskan syarat kerugian konstitusional berdasarkan
penafsiran Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Doktrin kerugian
konstitusional terdiri dari lima syarat yang dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok.
Kelompok pertama berisikan unsur-unsur yang harus dipenuhi pemohon terdiri dari
(i) adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional dan (ii) ada kerugian. Kelompok
kedua merupakan prosedur pengujian mengenai ukuran kerugian yang diderita pemohon
yang didalamnya yang terdiri dari (i) bentuk kerugian, (ii) hubungan kausalitas dan (iii)
pemulihan kerugian. Kelima syarat ini bersifat kumulatif. Dalam penerapannya, doktrin
kerugian konstitusional ini sangatlah dinamis. Ada kecenderungan bahwa doktrin ini
menyimpan permasalahan. Tulisan ini berupaya mengidentifikasi masalah yang ada dalam
penerapan doktrin kerugian konstitusional.
Selanjutnya artikel ketiga yang berjudul “Desain Konstitusional Hukum Migas Untuk
Sebesar-Besarnya Kemakmuran Rakyat” oleh Ibnu Sina Chandranegara. tulisan ini
mengupas Tata kelola migas Indonesia diatur dan dituangkan dalam suatu undang-undang.
Undang-undang migas pertama adalah UU No 44 tahun 1960. UU ini kemudian diganti
menjadi UU No. 8 Tahun 1971 yang memberikan fungsi ganda kepada Pertamina yaitu
sebagai operator dan regulator, sedangkan fungsi kebijakan dijalankan oleh pemerintah.
Penggabungan dua fungsi ini dikenal sebagai sistem dua kaki. UU No. 22 Tahun 2001
untuk menggantikan UU No. 8 Tahun 1971. UU yang baru ini memisahkan fungsi regulasi
dari Pertamina dan memberikannya kepada lembaga yang dikenal sebagai BPMIGAS yang
saat ini diganti menjadi SKK Migas. Pemisahan ketiga fungsi ini dikenal sebagai sistem
tiga kaki. Akan tetapi, UU No. 22 Tahun 2001 banyak menerima kritikan, terutama karena
UU ini dinilai terlalu liberal. Misalnya, Pertamina sebagai perusahaan negara (NOC) harus
bersaing secara terbuka dengan perusahaan asing (IOC) yang notabene mempunyai
banyak kelebihan baik dalam teknologi, kapital, maupun manajemen resiko; sehingga
UU ini sering dicap sebagai pro-asing karena UU No 22 tersebut ternyata lebih banyak
Original Intent
memberikan kelonggaran kepada IOC.
Artikel keempat berjudul “Wacana Desentralisasi Partai Politik: Kajian
Dan Pemaknaan Sistematik UUD 1945” oleh Luthfi Widagdo Eddyono. PerPenguatan
kedudukan partai politik tersebut terlihat pada Pasal 6A dan Pasal 8 UUD 1945 yang
terkait dengan pengusulan pasangan calon presiden dan wakil presiden dan pemberian
kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk memutus pembubaran partai politik (Pasal 24C
iv Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 1, Maret 2017
Pengantar Redaksi
UUD 1945), termasuk kedudukan partai politik sebagai peserta pemilihan umum anggota
original intent
DPR dan DPRD (Pasal 22E UUD 1945). Secara kumulatif, frasa “partai politik” hanya enam
kali disebutkan dalam UUD 1945. Walaupun demikian, berdasarkan , sangat
terasa upaya untuk memperkuat peran strategis partai politik sebagai sarana penunjang
original intent
demokrasi konstitusional yang diupayakan terkonsolidasi secara berkesinambungan.
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji perubahan UUD 1945 terkait
dengan peran dan kedudukan partai politik dalam sistem ketatanegaraan Indonesia,
termasuk dengan kebutuhan adanya desentralisasi partai politik di Indonesia.
.
Artikel selanjutnya berjudul “BUMN Dan Penguasaan Negara Di Bidang
Ketenagalistrikan”olehMuhammad Insa Ansari membahas mengenai pemanfaatan tenaga
listrik dimana dalam UUD 1945 penguasaan ketenagalistrikan berada dalam penguasaan
negara. Dimana dalam pasal 33 ayat (2) UUD 1945 dinyatakan: “Cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”
Namun sebagian penguasaan negara terhadap energi kelistrikan dianulir oleh Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, misalnya dalam Pasal 11 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan menyatakan: “Usaha
penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan
usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang penyediaan
tenaga listrik.” Namun dengan ditetapkan putusan Mahkamah Konstitusi perkara nomor:
111/PUU-XIII/2015, penguasaan negara dan BUMN di bidang ketenagalistrikan kembali
dikukuhkan dan dikuatkan dengan putusan tersebut.
Artikel keenam berjudul “Pengembangan Hukum Lingkungan Hidup Melalui Penegakan
Hukum Perdata Di Indonesia” oleh Prim Haryadi. mengkaji permasalahan penegakan
lingkungan hidup melalui pendekatan hak gugat perdata maka pihak penggugat tidak hanya
menderita kerugian materiil akan tetapi dapat pula dirugikan atas rusaknya lingkungan
hidup di sekitar tempat tinggalnya. Pada beberapa putusan perdata di bidang lingkungan
hidup ditemukan adanya putusan yang merupakan hal yang baru dalam perkembangan
hukum lingkungan di Indonesia. Dalam hal hak gugat, Pengadilan Negeri Samarinda telah
mengakomodir hak gugat warga negara yang dikenal juga dengan citizen lawsuit (action
popularis). Apabila gugatan diajukan oleh pemerintah melalui Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) maka perkembangannya mengarah pada pro natura yaitu
sistem pembuktian yang menerapkan konsep strict liability sehingga KLHK sebagai
penggugat tidak perlu lagi membuktikan tentang adanya kesalahan tergugat. Namun
demikian tidak seluruh putusan tersebut diikuti dengan hukuman untuk memulihkan
lingkungan yang telah rusak dan/atau tercemar, seperti Putusan Pengadilan Negeri
Tanjung Pinang dan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Putusan tersebut belum
sejalan dengan ketentuan Pasal 54 UUPPLH yang mewajibkan kepada setiap pencemar
dan/atau perusak lingkungan hidup untuk melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup.
Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 1, Maret 2017 v
Pengantar Redaksi
Artikel ketujuh berjudul “Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertambangan (Studi
Di Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur)” oleh Rachmad Safa’at dan Indah Dwi
Qurbani. mengangkat permasalahan Paradigma pengelolaan sumber daya alam di sektor
pertambangan yang dilakukan pemerintah menimbulkan berbagai permasalahan, antara
lain: semakin meningkatnya konflik, kerusakan lingkungan dan tingkat kemiskinan
masyarakat yang belum berubah serta mengabaikan sistem nilai, sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat lokal. Sebagaimana yang terjadi di Lumajang, Konflik pertambangan
di Lumajang berkaitan dengan isu sengketa kepemilikan lahan antara masyarakat dengan
penambang maupun perusahaan tambang, interaksi pelaku tambang dengan masyarakat
sekitar lokasi tambang, legalitas aktivitas pertambangan, degradasi lingkungan akibat
alternative dispute resolution
adanya aktivitas lingkungan, dan regulasi pertambangan. Dalam kaitan itu diperlukan
mekanisme penyelesaian sengketa alternatif atau yang tidak
membuat masyarakat tergantung pada dunia hukum yang terbatas kapasitasnya, namun
tetap dapat menghadirkan rasa keadilan dan penyelesaian masalah.
Artikel selanjutnya berjudul “Akomodasi Politik Hukum di Indonesia Terhadap
Hak Asasi Manusia Berdasarkan Generasi Pemikirannya” oleh Jefri Porkonanta Tarigan.
Keberadaan jaminan atas perlindungan HAM telah menjadi unsur penting dalam negara
hukum yang demokratis dan berdasarkan konstitusi. Indonesia sebagai negara hukum,
telah mewujudkan jaminan perlindungan HAM yang tertuang dalam konstitusinya yaitu
Undang-Undang Dasar 1945. Meskipun demikian, pencantuman jaminan HAM di Undang-
Undang Dasar tidaklah cukup, melainkan harus diikuti pula oleh Undang-Undang yang
berlaku sebagai bentuk politik hukum perlindungan HAM di Indonesia. Muatan suatu
produk hukum termasuk akomodasi HAM akan sangat ditentukan oleh visi politik kelompok
penguasa. Akomodasi politik hukum di Indonesia terhadap konsepsi HAM berdasarkan
generasi pemikirannya terus mengalami perkembangan sejak memasuki era reformasi.
Produk hukum mengenai HAM menjadi lebih banyak dihasilkan dibandingkan sebelum
reformasi. Konfigurasi politik pada saat dimulainya reformasi tahun 1998 dan peralihan
dari rezim otoriter ke alam demokrasi turut melatarbelakangi produk hukum mengenai
HAM. Pada era demokrasi, produk hukum yang dihasilkan pun didominasi oleh akomodasi
terhadap HAM generasi pertama yakni hak sipil dan hak politik yang dipandang sebagai
suplemen utama bagi penyelenggaraan negara demokrasi.
Artikel selanjutnya berjudul “Tafsir Hukum Atas Posisi Ganda Hakim di Indonesia” oleh
Sakirman.Menyadari betapa besar peranan negara dalam berbagai kehidupan masyarakat
dan kekuasaan negara, maka kebebasan negara dalam arti pelaksanaan peraturan
perundangn-undangan pada hakekatnya dilakukan oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu,
yang pertama harus dilakukan adalah manusia sebagai penentu kebijakan hukum, dalam
hal ini adalah para hakim yang terdidik, baik, cakap, disiplin, jujur, mentaati hukum, dan
tidak rangkap jabatan. Untuk mewujudkan hal tersebut masih perlu adanya upaya untuk
mendorong pihak yang berwenang untuk mengawasi dan membina hakim agar lebih
vi Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 1, Maret 2017
Pengantar Redaksi
political will
menunjukan dengan meningkatkan kualitas pengawasan dan pembinaanya
sehingga citra hakim pada khususnya dan peradilan pada umumnya semakin terangkat
dan kepercayaan masyarakat terhadap hukum semakin baik. Untuk lebih mempertegas
prinsip kekuasaan kehakiman yang memiliki asas kebebasan, kiranya perlu difikirkan
kembali tentang desain dari struktur yudikatif di Indonesia.
Artikel terakhir berjudul “Penerapan Hukuman Kebiri Kimia Bagi Pelaku Kekerasan
Seksual” oleh Nuzul Qur’aini Mardiya. Kejahatan kekerasan seksual di Indonesia mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Hukuman pidana bagi pelaku kekerasan seksual sebagaimana
tercantum dalam KUHP dan UU Perlindungan Anak dianggap belum efektif sehingga
Pemerintah menerbitkan UU Nomor 17 Tahun 2016 yang menerapkan pemberatan sanksi
pidana bagi pelaku kekerasan seksual diantaranya dengan memberlakukan kebiri secara
kimiawi. Penerapan kebiri secara kimiawi ini menimbulkan pro kontra di masyarakat
terkait efektifitasnya dan pemberlakuannya yang dianggap melanggar hak asasi manusia
sebagaimana termuat dalam UUD 1945, Konvensi Internasional ICCPR dan CAT yang telah
diratifikasi oleh Indonesia, dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM.
Akhir kata redaksi berharap bahwa kehadiran jurnal konstitusi dapat memperkaya
khasanah keilmuan dibidang hukum dan konstitusi dan bermanfaat dalam upaya
membangun budaya sadar konstitusi.
Redaksi Jurnal Konstitusi
Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 1, Maret 2017 vii
Kata Kunci bersumber dari artikel Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya
Kata Kunci bersumber dari artikel
Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya
Fatkhurohman dan Nalom Kurniawan
Pergeseran Delik Korupsi dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-
XIV/2016)
Jurnal Konstitusi Vol. 14 No. 1 hlm. 001-021
juncto
Putusan MK Nomor 25/PUU-XIV/2016 mencabut frasa “dapat” dalam Pasal 2 ayat (1)
dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor). Putusan MK ini menafsirkan
bahwa frasa “dapa(ta cmtuearlu lgoisksa)n keuangan negara atau perekonomian negara” dalam
P(paostaeln 2ti aaly alot s(s1).) dan Pasal 3 UU Tipikor harus dibuktikan dengan kerugian keuangan
negara yarnagti noy laetgai s bukan potensi atau perkiraan kerugian keuangan negara
Dalam pertimbnaenbgias ninn yida,e mse tidaknya terdapat empat tolok ukur yang
menjadi MK menggeser makna subtansi terhadap delik korupsi. Keemlepgaatl
tuonlcoekr tuakinutry tersebut adalah (1) dengan Putusan MK yang terdahulu yakni
Putusan MK Nomor 003/PUU-IV/2006; (2) munculnya ketidakpastian hukum (
) dalam delik korupsi formiil sehingga diubah menjadi delik materiil; (3)
relasi/harmonisasi antara frasa “dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara” dalam pendekatan pidana pada UU Tipikor dengan pendekatan administratif
pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Administrasi Pemerintahan (UU
AP); dan (4) adanya dugaan kriminalisasi dari Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan
menggunakan frasa “dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”
Kata Kunci
dalam UU Tipikor.
.
: Delik Korupsi, Delik Formiil dan Materiil, Kerugian Nyata, Perkiraan
Kerugian
viii Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 1, Maret 2017
Description:Muhammad Insa Ansari. 7 Pengembangan Hukum Lingkungan Hidup Melalui Penegakan Hukum Perdata di Indonesia Jurnal Konstitusi memuat naskah di bidang hukum dan konstitusi, serta isu-isu ketatanegaraan. for a sexual offender by imposing chemically castrated. Implementation of