Table Of ContentAlpizar dan Khotimah: Civil Religion
CIVIL RELIGION
(FENOMENA AJARAN TRIDHARMA DI RIAU)
Oleh: Alpizar dan Khotimah
Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau
Email : [email protected]
Abstrak
Ajaran Tridharma pada substansinya mengajarkan tiga ajaran, yakni Kunghuchu, Tao
dan Budha Dominasi dalam Ajaran Tridharma lebih banyak menekankan pada ajaran
Konghucu, hal ini terlihat dari upacara-upacara dan puja bhakti yang dilakukannya, yang banyak
terdapat dalam ajaran Konghucu. Seperti dinyatakan bahwa dalam pergaulan, tindakan seseorang
selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam ajaran Tridharma (Tao, Konghucu, dan Buddha)
bahwa kensep tentang Dewa menjadia hal yang sangat urgen. Di samping itu juga penanaman nilai
ethic moral yang menjadi Way of Live menjadi hal yang kuat dalam tradisi mereka.
Kata Kunci: Tridharma, Ajaran, Kunghuchu
Pendahuluan Peranan sosial agama sebagai faktor
Secara substansi setiap agama pada integratif bagi manusia berarti peran agama
hakekatnya adalah mengajarkan pada dalam menciptakan suatu ikatan bersama,
kebaikan untuk menuju pada kebahagiaan baik diantara anggota beberapa masyarakat
hidup di dunia serta kebahagiaan hidup maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial
sesudah kematian. Di samping itu juga yang membantu mempersatukan mereka.
agama memiliki peran sosial ditengah- Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang
tengah masyarakat. Peran tersebut sangat mendasari sistem kewajiban sosial didukung
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bersama oleh kelompok-kelompok
manusia untuk mempertahankan keagamaan sehingga agama menjamin
kelangsungan hidup dan pemeliharaannya. adanya konsesus dalam masyarakat.2 Hal ini
Secara sosiologis pengaruh agama bisa di lihat juga diperkuat oleh konsep sakral yang ada
dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat dalam nilai-nilai keagamaan sehinga hal
poistif atau pengaruh yang menyatukan tersebut tidak akan mudah diubah, dan
(Integratif factor) dan pengaruh yang bersifat bahkan memiliki otoritas yang sangat kuat
negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif ditengah-tengah masyarakat.
dan memecah belah (desintegratif factor).1
2Elizabeth K Nottingham, Agama dan Masyarakat,
1Joanchim Wach, Sosiologi of Religion, (Chicago : The translated by Abdul Muis Naharong (Rajawali Press :
Chicago University Press, 1971), hlm. 35. Jakarta, 1992). Hlm.34
133|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Nella Lucky: Mendamaikan Logika “Normativitas”
Di samping agama memiliki peranan kebenaran diikuti oleh sikap kesombongan
sebagai penguat yang dapat religius, prasangka, fanatisme, dan
mempersatukan, mengikat, dan sekaligus intoleransi. Sikap-sikap seperti ini sedikit
memelihara eksistensi suatu masyarakat, banyak telah menutup sisi rasional yang
namun pada saat yang sama juga agama sebenarnya dapat dikembangkan untuk
dapat memainkan peran untuk mencerai- membangun saling pengertian antar
beraikan bahkan menghancurkan eksisitensi pemeluk agama. Serigkali sisi non - rasional
masyarakat itu sendiri.3 Hal ini merupakan dan supra - rasional ini yang memegang
konsekuensi dari begitu kuatnya agama peranan penting dalam agama, hal ini
dalam mengikat kelompok penganutnya dijadikan senjata untuk menolak
sehingga kadang-kadang mengabaikan dan argumentasi rasional yang ada. Kenyataan
bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk inilah yang turut memberikan kontribusi
agama yang lain. akan eksisitensi sikap-sikap tersebut.
Hendropuspito minimal mencatat Meskipun tidak sedikit bukti yang
empat bentuk konflik sosial yang bersumber menunjukkan bahwa agama memiliki peran
pada agama, yaitu perbedaan doktrin dan dalam mempersatukan orang-orang yang
sikap mental, perbedaan suku dan ras memiliki perbedaan suku dan ras, namun
pemeluk agama serta perbedaan tingkat kita juga tidak bisa membantah bahwa
kebudayaan serta masalah mayoritas dan seringkali perbedaan suku dan ras
minoritas kelompok agama. Dalam konteks menimbulkan konflik sosial4.
ini konflik sebagai fakta sosial minimal Di sisi lain sebagai bagian dari
melibatkan dua kelompok agama yang kebudayaan, agama merupakan faktor
berbeda, bukan hanya sebatas konstruksi penting bagi pembudayaan manusia
khayal semata, melainkan juga sebagai khususnya, dan alam semesta pada
sebuah fakta sejarah yang seringkali masih umumnya. Dengan kata lain agama adalah
sering terjadi hingga saat ini. Konflik yang upaya menciptakan alam semesta dengan
muncul lebih banyak disebabkan oleh cara yang suci.5 Dengan kerangka pemikiran
adanya perbedaan doktrin yang kemudian bahwa agama memainkan peran dominan
diikuti oleh sikap mental yang memandang dalam menciptakan masyarakat budaya dan
bahwa hanya agama yang dianutnyalah yang melestarikan alam semesta maka munculnya
benar (Claim of Truth) sedangkan kelompok ketegangan yang disebabkan karena
paham atau agama yang lain adalah salah. perbedaan tingkat kebudayaan tidak bisa
Klaim kebenaran inilah yang menjadi dilepaskan dari peran agama dalam
pemicu konflik sosial yang berlatar belakang
agama. Terlebih lagi pada umumnya klaim
4Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Kanisius: Jakarata :
1983), hlm. 151.
3Lihat : Robert K.Merton, Social Theory and Social 5Peter I Berger, The Social Reality of Religion, (New York:
Structure, (Glencoe : Te free press, 1949), hlm. 30-32. Peguin Book,1973), hlm.34.
134|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Alpizar dan Khotimah: Civil Religion
menyediakan nilai-nilai yang disatu sisi pada timbulnya konflik sosial.
mendorong pertumbuhan pemikiran bagi Dalam sejarah disebutkan bahwa pada
perkembangan budaya dan disisi lain justru sensus penduduk bulan September tahun
menghambat dan mengekang pemikiran 1971 menunjukkan bahwa penganut agama
tersebut. Dengan demikian, bagaimana Kunghuchu ketika itu berjumlah sekitar
pemeluk agama memahami serta 972.133 orang. Namun banyak penilaian
menafsirkan ajaran-ajaran agamanya akan diberbagai kalangan bahwa “penghapusan
sangat menentukan kemajuan atau “ agama Kuunghuchu ketika itu karena
kemunduran masyarakat pemeluknya dalam terkait dengan masalah politik sebagai ekses
menghadapi fenomena kehidupan sosial dari munculnya gerakan 30 September
yang berubah dengan sangat cepat. 1965.8
Sebagaimana yang biasa terjadi dalam suatu Kontroversi lain tentang kebijakan
masyarakat yang plural, masalah mayoritas pemerintah yang berkaitan dengan
dan minoritas seringkali menjadi faktor penetapan eksistensi lima agama yang diakui
penyebab munculnya konflik sosial. tersebut maka dikeluarkanlah Ketetapan
Minimal ada tiga hal yang diperhatikan MPR nomor IV/MPR/1978 tentang
dalam melihat fenomena konflik minoritas GBHN yang antara lain menyatakan bahwa
dan mayoritas, yaitu pertama :agama diubah aliran kepercayaan terhadap Tuhan YME
menjadi suatu idiologi, kedua: prasangka tidak merupakan agama.9 Walaupun ini
mayoritas terhadap minoritas atau menimbulan reaksi yang luar bisa hingga
sebaliknya. Ketiga: mitos dari mayoritas.6 saat ini, tetapi tetap saja bahwa penganut
Sebagaimana yang biasa terjadi bahwa aliran kepercayaan tetap dianggap sebagai
suatu kelompok agama yang mayoritas agama.10
seringkali mengembangkan suatu bentuk Berpijak pada kedua kebijakan
idiologi yang bercampur dengan mitos yang pemerintah tersebut, dapat dikatakan bahwa
penuh emosi sehingga sulit untuk agama yang ada di Indonesia dibedakan
dibedakan mana kepentingan politik dan menjadi dua kategori, yaitu : Pertama :Ofificial
maa yang kepentingan agama, telah Religion, yaitu agama yang memperoleh
menimbulkan suatu keyakinan bahwa pengakuan (legitimasi) dari pemerintah
kelompok mayoritas inilah yang memiliki untuk hidup dan berkembang di Indonesia
wewenang untuk menjalankan segala aspek
kehidupan di masyarakat.7Kondisi inilah
yang kadangkala melahirkan prasangka dan 8TH. Sumartana, Kungfisiunisme di Indonesia” (DIAN/
Interfidei : Yogjakarta, 1995), hlm. Xviii-xix.
tindakan sewenang-wenang terhadap
9Zaini Ahmad Noeh, Pedoman Dasar Kerukunan Hidup
kelompok minoritas yang akan bermuara
Beragama, (Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup
Beragama Departemen Agama RI: Jakarta,
10Lebih lanjut lihat : Rahmat Subagya, Aliran
6Hendropuspito, op.cit, hlm.165. Kepercayaan dalam Sorotan, (BPK Gunung Mulia : Jakarta,
7Ibid., hlm. 166. 1997)
135|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Nella Lucky: Mendamaikan Logika “Normativitas”
. Kedua : Non-official religion, yaitu agama selain Ehpoh menuju daerah Koloni Inggris
kelima agama dia tas yang terdapat di Singapura pada tahun 1908. Tentunya
Indonesia, namun oleh pemerintah tidak sebagai pendatang, mereka tidak akan biasa
dianggap sebagai agama tersendiri, tetapi meninggalkan adat istiadat, tata cara serta
dipandang sebagai aliran atau cabang dari kepercayaan yang mereka anut. Salah satu
kelima agama di atas.11 kepercayaan yang mereka yakini adalah
Seiring dengan berjalannya waktu ajaran Tao Tridharma yang memuliakan
dengan berbagai macam peraturan leluhur . Dewi Kiu Tian Hian De Cin Sian
kenegaraan yang ada, eksisitensi agama yang atau Dewi Hian De Ma adalah salah satu
diakui di Indonesia dituntut untuk bersatu Dewi dari ajaran Tao Tridharma yang
menyatukan persepsi dalam menghadapi mereka anggap sebagai leluhur mereka
persoalan bersama demi terwujudnya civil maka ketika mereka pindah ke Singgapura
society. Fenomena keagamaan yang Hio Hee Dewi Hian De Ma, Dewa Sam
terbangun khususnya terhadap ajaran-ajaran Ong Huu dan Dewa Thian To Guan Sue
yang atau meg-Induk (Meanstream) ke sekaligus mereka bawa.
agama yang resmi, diantara agama yang Pada tahun 1908 Dewi Kiu Tian Hian
berada dalam kelompok Non-official religion De atau Hian De Ma, Dewa Sam Ong Huu
adalah tentang eksistensi Tridharma. Secara dan Dewa Thian To Guan Sue diundang
historis Tridharma merupakan ajaran yang ke Singapura dengan Hio Hee dari Cina
dibangun oleh komunitas Tiongha yang terletak di Ling Ing King, Yu Mia Hian
diIndonesia. Masuknya Tridharma di De Ma King, Te Wi Hokian Seng (provinsi
Provinsi Riau khususnya dipekanbaru di Hokian), An Kwee kwe (Kabupaten
mulai tahun 1918 atas perjuangan keluarga Angkwe), Kecamatan Ling Bun Tin desa
Sinmar di Taman (Pek Sing Cong) dan Liau san Ceng desa Eh Poh yang berdiri
Rosna (Ong Kiau Ling). Diawali dari sejarah pada tahun 1480. Sehingga generasi dari Pek
Pek Kau Ing yang merupakan kakek Rosna kau Ing menyembahyangi Dewi Kiu Thian
yang berasal dari daerah Cina daratan De Ma yang ada di Ling Ing King telah
tepatnya di provinsi Hokkian kabupaten An berumur 528 tahun (5 abad).
Kwee desa Ehpoh. Mereka berangkat dari Kemudian Pek Kau Ing dan istrinya
propinsi Hokkian kabupaten An Kwee desa bermarga Ang Tuan Niu dan 3 orang
anaknya yaitu Pek Tiam Siu, Pek Tiam Po,
Pek Kim Kid dan 2 orang menantu yaitu
11Penegasan bahwa aliran kebatinan bukan merupakan Yap An Ni dan Tan Kim Huat serta
agama, disampaikan oleh Menteri Agama Prof. Mukti
membawa Hio Hee Dewi Kiu Tian Hian
Ali pada tanggal 16 Februarai 1972, bahwa pemerintah
De, Dewa Sam Ong Huu dan Dewa Thian
tidak melarang adanya aliran-aliran yang menuntun
warganya kearah pematangan jiwa dan keluhuran budi. To Guan Sue yang dipuja dialtar utama
Namun perlu disadari bahwa aliran-aliran kepercayaan
rumah Pek Kau Ing di kampung jajahan
yang beratus-ratus jumlahya di Indonesia bukan agama
Belanda, (sekarang namanya tanjung Belit,
dan Kunghuchu dipandang bagian dari Budha.
136|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Alpizar dan Khotimah: Civil Religion
Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten berkembangnya ajaran Tridharma di
Bengkalis) pada tahun 1926 mereka Riau. Selama 25 tahun Pek Kau Ing
sekeluarga membuat rumah sendiri. ingin mempunyai sebuah kelenteng.
Beberapa waktu kemudian di Bengkalis Dengan dikoordinir oleh Pek Kau ing
anak perempuan Pek Kim Ki menikah dibangunlah sebuah kelenteng
dengan Tok Lai Sing. sederhana dari papan dengan ukuran
Sejarah inilah yang mengawali ajaran 4x5 meter dengan pembagian tugas
Tridharma menjadi ajaran yang kuat dan bersama, Pek Tiam Siu (Tua Pek Te Ci),
mengakar di Riau khususnya di Kota Pek Tiam Po (orang tua Sing Tjong),
Pekanbaru, Bengkalis dan Selat Panjang. Pek Bun Kui (orang tua Pek Cun Kian),
Oleh karena itulah penelitian ini akan Pek Ong hee (orang tua Pek Kim Ling).
melakukan penelusuran tentang Tridharma. Dimana tanggung jawab kerja dibagi
Dalam eksistensinya Tridharma merupakan menjadi 3 bagian, Pek Tiam Siu 1
ajaran yang memiliki aturan-aturan bagian, Pek Tiam Po 1 bagian, Pek Bun
religiusitas yang lengkap, karenanya terlepas kui dan Pek ong Hee 1 bagian. Dengan
dari pengakuan negara apakah Tridharma membakar Hio mereka mengundang
berada dalam meinstream agama lain, atau Dewi Kiu Hian Tian De (Hian De Ma)
Tridharma berdiri sendiri sebagai sebuah serta dewa Sam Ong Huu dan dewa
ajaran agama. Hasil penelitian sebelumnaya Thian To Guan Sue, untuk mengisi altar
penulis menemukan ada indikasi tidak ada utama, dan tempat persembahan ini
pengakuan dari agama yang dianggap mereka beri nama DING YONG
sebagai induk Tridharma, hal ini akan KING yang dimulai pada tahun 1951.
menjadi sangat menarik karena komunitas Perayaan ulang tahun Ding Yong King
Tridharma dianut oleh etnis Tiongha saja pada bulan 4 tanggal 15 Imlek. Sebagai
serta pengakuan yang kontroversial, yang seorang penganut tao taat, Pek kau Ing
berkembang di seluruh Provinsi menginginkan suatu saat atau cucunya
Riau.Ajaran Tridharma menjadi ajaran yang dapat meneruskan dan mendudukan
kuat dan mengakar di Riau khususnya di Dewi Kiu Tian Hian De dan Dewa Sam
Kota Pekanbaru, Bengkalis dan Selat Ong Huu pada sebuah Altar besar
Panjang. Hasil dari Penelitian ini telah (Kelenteng) yang dipuja banyak orang.
melakukan penelusuran tentang Tridharma Menurut catatan hasil penelitian Prof
yang dalam eksistensinya Kong Yuanzi seorang ahli sejarah dan
budaya Tiongkok Indonesia bahwa
Pembahasan Ding Yong King adalah kelenteng
1. Masuknya ajaran Tridharma di pertama umat Tridharma yang berada
Riau di Sumatera.
Pembangunan Kelenteng Ding Pada tahun 1982-1985 Pak
Yong King tahun 1951 Bukti sejarah Sinmardi Taman beserta istrinya Rosna
137|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Nella Lucky: Mendamaikan Logika “Normativitas”
membuat sebuah tempat ibadah se Indonesia (PTITD) nomor: 01/SK/
Tridharma (TITD) di kilometer 18 P.T.TD/VIII/1998 sebagai ketua
Pekanbaru, tepatnya di dekat Pabrik PT. perhimpunan tempat ibadat tridharma
Taman Ros Masterindo. Maka se Indonesia komda Provinsi Riau,
dibagunlah kelenteng untuk keluarga penyerahan surat keputusan tersebut
dan pegawai pabrik dengan nama Cetiya langsung diberikan oleh bapak Ongko
Dewa Loka Kiu Sian Tian dengan dewi Prawiro sendiri sebagai ketua umum
utama Dewi Kiu Tian Hian De Cin DPP majelis rohaniawan Tridharma
Sian. Perayaan ulang tahun pertama seluruh Indonesia dan perhimpunan
dirayakan pada bulan 2 tanggal 15 tempat ibadah Tridharma se Indonesia
Imlek. Selanjutnya Terbentuklah Majelis yang berpusat di Surabaya pada tahun
Rohaniawan Tridharma se Indonesia 2003-2006 beliau ditunjuk menjadi
(MARTRISIA) dan Perhimpuan ketua caratekar MARTRISIA dan
Tempat Ibadat Tridharma (PTITD) di PTITD komda Proppinsi Riau, dan
Provinsi Riau selanjutnya beliau ditujuk menjadi
Pak Sinmardi Taman yang selalu di penasehat PTITD dan Martrisia
dampingi dan didukung dengan setia Komda Beliau mampu merekrut
oleh istrinya Rosna adalah pelopor dan anggota PTITD sebanyak 66 anggota
penggerak terbentuknya Majelis TITD yang tersebar di seluruh Provinsi
rohaniawan Tridharma se Indonesia Riau. Yang meliputi Riau daratan dan
(MARTRISIA) dan perhimpunan tempat kepulauan (Bengkalis, Selat Panjang,
ibadat Tridharma (PTITD) di provinsi Tanjung Balai Kariamun, Pulau Burung,
Riau, sekaligus beliau juga sebagai ketua Tanjung pinang).
pertama majelis rohaniawan Tridharma Menginggat jasa-jasa Sinmardi
seluruh Indonesia (MATRISIA) dan Taman Yanian yang sangat besar dalam
perhimpunan tempat ibadat Tridharma memperjuangkan dan mempertahankan
(PTITD) komisariat daerah Provinsi Riau Indonesia maka pemerintah Indonesia
dengan masa bakti 1998-2003. Yang menganugerahi Bapak Sinmardi Taman
dijabat berdasarkan surat keputusan Bintang Veteran RI No. 4.00.018
ketua dewan pengurus pusat majelis merupakan anggota veteran sejak 17
rohaniawan Tridharma seluruh agustus 1945. Selanjutnya PTITD dan
Indonesia nomor: 01/SK/M.R.TD/ MARTRISIA Komda provinsi Riau
VIII/1998 sebagai ketua majelis dipimpin oleh ibu Mariya (anak bapak
rohaniawan Tridharma seluruh Sinmardi Taman) dengan masa bakti
Indonesia (MARTRISIA) Komda 2011-2016.12
Provinsi Riau dan berdasarkan surat
keputusan ketua dewan pengurus pusat
12 Beliau inilah yang banyak memberikan referensi
perhimpunan tempat ibadat Tridharma
tentang Tridharma ini.
138|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Alpizar dan Khotimah: Civil Religion
Pembangunan Tempat Ibadat Kecamatan Tampan, kota Pekanbaru
(Vihara) Tridharma Dewi Sakti, pada IMB dari pemerintah kota telah
awalnya merupakan Kelenteng Dewa diperoleh dengan IMB No. 302/imb/
lokal Kiu Sian Tian yang hanya DTK/1996 tanggal 01 oktober 1996
diperuntukkan bagi kalangan keluarga dan sertifikat tanah No. AM 217887
dan pekerja pabrik, namun melihat Setelah dianalisa dan dihitung sesuai
antusiasime masyarakat terhadap dengan hari, tanggal, bulan Tionghoa,
persembahyangan di Kelenteng Dewa maka peletakan batu pertama dilakukan
loka Kiu Sian yang semakin ramai, maka pada bulan Maret tanggal 13 tahun 1998
bapak Sinmardi Taman/Pek Sing Tjong dari peletakan batu pertama hingga hari
timbullah pemikiran untuk peresmian hamper memakan waktu 2
membangun Kelenteng yang lebih tahun. HIO Hee dibakar untuk
permanen dan dapat menjadi mengundang Dewi Kiu Tian Hian De.
monument bagi anak cucu, bahwa di Asap mengepul, kertas-kertas pun
Riau pernah di bangun sebuah tempat dibakar dalam upacara yang sacral Dewi
ibadah umat Tridharma yang sangat Kiu Tian Hian De duduk dialtar utama,
representative. dengan duduknya Dewi Kiu Tian Hian
Ide bapak Sinmardi Taman/Pek De diatas altar utama maka secara resmi
Sing Tjong untuk membangun sebuah rumah ibadah tersebut sudah diberi
tempat ibadah umat tridharma yang nama oleh Dewi Kiu Tian Hian De
sangat representative beliau sampaikan dengan nama Giok Ong Kiu Sian pada
kepada istrinya ibu Rosna serta anak tanggal 17 oktober 1999 (9-9-1999
perempuannya Mariya. Gayung pun imlek), dan perayaan ulang tahunya
bersambut, tepat pada tanggal 25 jatuh pada tanggal 15 bulan 1 dan
agustus 1994 di buatlah yayasan dewi tanggal 9 bulan 9 imlek.
sakti di akte notaries singgih susilo, SH Pada perkembangan berikutnya
untuk pembangunan tempat ibadat ajaran Tridharma berkembang dengan
(VIHARA) Tridharma Dewi S‘akti. pesat diseluruh propinsi Riau, termasuk
Yayasan tersebut diketahui oleh di Bengkalis. Ketika itu Selat Panjang
Sinmardi Taman/Pek Sing Tjong masih bergabung dengan Bengkalis.
sendiri sedangkan sekretarisnya adalah Ajaran-ajaran Tridharma pada
Mariya dan ketua panitia pembangunan substansinya memiliki persamaan,
ditunjuk ibu Rosna. Dalam musyawarah karena memang pusat ajaran Tridharma
disepakati bahwa pengurusan izin ada di Pekanbaru. Sebagaimana
dimulai dari RT/Rw, desa camat dan ungkapan dari pimpinan Tridharma di
seterusnya, sebidang tanah seluas 1.378 Pekanbaru yang menyatakan bahwa
M sebagai tapak Vihara diperoleh di ajaran Tridharma ini akan berkembang di
jalan karya indah, Kelurahan Tampan, Propinsi Riau. Dan ajaran ini tidak ada
139|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Nella Lucky: Mendamaikan Logika “Normativitas”
pembedaan disetiap daerah. 13 Ajaran Tridharma mempercayai ada
tokoh legendaries Nu Wa (Dewi Kiu
2. Ajaran Tridharma Thian Hian De Ma), yang dikenal
Ajaran Teologi Tridharma terjelma sebagai ibu pertama dari bangsa
dalam ajaran Kunghucu, Tao dan Budha, Tionghoa yang menciptakan manusia
Tuhan yang maha Esa, penciptaan alam dan menalmbal langit yang bocor.
semesta, penguasa tertinggi dan pengatur Kemudian di masa ini, leluhur orang
kehidupan manusia di alam semesta. Tionghoa menganggap bahwa alam
Karena itu ajaran ketiganya terwujud semesta ini terbagi atas 2 bagian yaitu
dalam konsep tentang terwujudnya alam langit dan bumi. Namun sampai pada
semesta.Thian bertahta di langit tingkat munculnya Taoisme dan masuknya
ke 33 di sebuah istana yang disebut” Lin Buddhisme ke Tiongkok, bagian alam
Xiao Bao Thian” yang berarti “ Istana semesta tadi berkembang menjadi yang
Halimun Mujijat”. Di dalam kitab suci sekarang kita kenal yaitu 3 bagian yang
“Yu Huang dan di Mu” (Kitb suci terdiri dari alam Langit (Tian Jie), alam
Tridharma) disebutkan, Tai-Ji atau Maha- Bumi (Ming Jie) dan alam Baka (You Jie).
ada sebagai permulaan langit dan bumi. Dan dalam perkembangannya akhirnya
Tai-Ji dan Wu-Ji sama-sama diciptakan lahir aliran yang disebut sebagai Tri-
oleh Thian Tuha yang maha kuasa Dharma (Sam Kau = hokkian, Shan
merupakan masa yang tidak kekal. Jiau = mandarin) yaitu gabungan antara
Dalam hal ini Yu Huang adalah sebagai Taoisme, Konfusianisme dan
Dewa Yang Agung Penguasa langit dan Buddhisme.Alam Langit (Tian Jie)
dipuja sebagai Thian Gong atau bapak adalah menunjuk pada alam yang
langit. Dalam kitab suci “Shen Yan Yue” didiami dan menjadi tempat kegiatan
(yaitu kitab doa untuk memuji Yu para raja – raja Langit (Tian Wang) dan
Huang) juga disebutkan bahwa Yu dewa-dewi langit (Tian Shen). Alam ini
Huang diangkat menjadi pengusa langit. dianggap sebagai pusat pemerintahan
Ia adalah kaisar tertinggi sebagai alam semesta, yang mengatur seluruh
pelaksana pemerintahan alam semesta kehidupan di alam bumi. Orang – orang
dan mewakili Thian Tuhan Yang maha besar yang berjasa di bidangnya masing-
Esa dalam dalam pemerintahan semesta masing terhadap masyarakat Tionghoa
alam. Shang-Di, Thian Tuhan yang maha di zamannya (dipercaya) dapat naik
Esa adalah sebutan untuk Roh suci yang menjadi dewa-dewi di alam Langit.
mempunyai kedudukan paling tinggi dan Nenek moyang dalam mitologi seperti
merupakan penciptaan alam semesta Nu Wa, Fu Xi dan Shen Nung serta
beserta isinya. kaisar–kaisar legendaris seperti Yao,
Xun dan Yu adalah bertempat tinggal
di sana bersama dengan dewa-dewi
13 Wawancara dengan ibu Mariya, Oktober 2014.
140|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Alpizar dan Khotimah: Civil Religion
pejabat pemerintahan langit lainnya. meninggal akan menjadi roh (Ling)
Alam Bumi (Ming Jie) adalah menunjuk ataupun hantu (Gui).
pada bumi tempat kita berada, yang Namun, tidak semuanya akan
menjadi tempat tinggal dan tempat menjadi roh ataupun hantu. Ada tokoh
kegiatan dari seluruh makhluk hidup. tertentu yang berjasa dan berkontribusi
Dewa-dewi dan pejabat di alam Langit besar bagi masyarakat, kebudayaan dan
(dianggap) bertanggung jawab negara dipercaya akan naik derajatnya
melaksanakan tugas pemerintahan menjadi dewa-dewi yang patut
mereka di alam Bumi. Juga disebut dihormati masyarakat luas untuk
sebagai Yang Jian atau pun Ren Jian. mengenang dan menghormati jasa
Alam Baka (You Jie) adalah menunjuk mereka. Banyak dari dewa-dewi leluhur
pada alam di bawah bumi ataupun alam orang Tionghoa yang sebenarnya
sesudah kematian, yaitu alam yang merupakan tokoh sejarah yang benar –
menjadi tempat domisili dan kegiatan benar pernah hidup pada masanya dan
dari roh (Ling) dan hantu – hantu (Gui) bukan cuma legenda atau mitologi.
dari manusia setelah meninggal dunia. Masing – masing dewa-dewi tersebut
Di alam ini, (dipercaya) ada sekelompok mempunyai peranan dan kelebihan
dewa dan pejabat alam yang khusus masing – masing pula. seperti Guan
memerintah di alam ini. Dalam Gong (nama asli Guan Yun-chang)
kepercayaan tradisional, leluhur orang yang hidup masa Dinasti Han akhir
Tionghoa mempercayai bahwa (Tiga Negara) dipuja sebagai Dewa
kehidupan setelah meninggal adalah Perang yang melambangkan kekuatan
lebih kurang sama dengan kehidupan dan kesetiaan, lalu Ma Zhu Niang-niang
manusia di dunia ini. Di alam ini, setiap (nama asli Lin Mo-niang) yang hidup
orang akan menjalani pengadilan yang di zaman Dinasti Sung yang dipuja
akan membawa kepada hadiah maupun sebagai Dewi Samudera yang
hukuman dari dewa dan pejabat di alam melambangkan bakti seorang anak
ini. Alam Baka keseluruhan berjumlah kepada orang tuanya.
10 Istana Yan Luo (Shi Dian Yan Luo) Dari semua bentuk interaksi ini,
dan 18 Tingkat Neraka (Shi Ba Ceng Di yang paling nyata dan penting dalam
Yu). kepercayaan tradisional ini adalah
Hubungan dan Interaksi Antar Tiga upacara merayakan ulang tahun dewa-
Alam Alam Langit, alam Bumi dan alam dewi (Wei Shen Zuo Shou) dan
Baka adalah mempunyai hubungan satu membantu roh untuk terbebas dari
sama lain dan dapat berinteraksi di penderitaan (Ti Gui Cao Sheng, dalam
antaranya. Kepercayaan leluhur orang agama tertentu dapat disamakan
Tionghoa bahwa ada kehidupan setelah dengan pelimpahan jasa). Kedua
kematian, seseorang yang telah upacara ini biasanya diselenggarakan
141|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Nella Lucky: Mendamaikan Logika “Normativitas”
bersamaan pada hari ulang tahun dari ada. Simbol Tai Chi dan Tao, melukiskan
dewa-dewi tersebut. Semua ini Yin dan Yang sebagai gerakan dan
dilakukan demi penghormatan kepada perubahan yang konstan. Yin dan Yang
dewa-dewi dan roh – roh yang dianggap adalah prinsip-prinsip perubahan dan
dapat mempengaruhi kehidupan simbol bagi seluruh gerakan di alam di
manusia di dunia ini. Bentuk – bentuk alam semesta.
ritual kepercayaan ini sangat berbeda Dalam ajaran Tao juga disebutkan,
antara satu tempat dengan tempat bahwa Tao melahirkan satu dan satu
lainnya. Namun di dalam perbedaan melahirkan dua, yang di maksud dengan
tersebut, persamaannya masih tetap kata “dua” di atas adalah Yin dan Yang,
lebih menonjol karena dewa-dewi yang yang mengatur dunia, baik dunia nyata
dipuja dan inti dari penghormatan maupun tidak nyata. Yang dan yin adalah
tersebut adalah sama hakikatnya.Thian dua aspek yang berlawanan dan
(Tuhan) dalam kepercayaan masyarakat keduanya sama-sama mempengaruhi
Tionghoa adalah pusat dari segalanya. segala aspek kehidupan manusia. Yang
Dengan mengerti hal ini maka kitapun bersifat terang, aktif, panas, kering, dan
lebih paham mengapa saat masyarakat positif, sedangkan Yin berifat gelap,
Tionghoa berdoa selalu memulai dari pasif, teduh, basah, dan negative.
depan yakni ke hadapan dewa-dewi Dengan adanya interaksi antara
mereka dan kemudian baru bersujud keduanya ini, maka lahirlah alam dan
kepada Shen Sian (dipercaya oleh seisinya.
masyarakat tionghoa sebagai Dalam Tridharma tendapat
pencapaian tertingi seperti dalam budda sejumlah ritual atau mereka sebut
orang yang telah mencapai pencerahan) dengan puja bhakti. Upacara Puja
hal dilakukan untuk menghormati dan Bhakti dalam Ajaran Tridharma “puja”
mengagumi serta meneladani apa yang arti sebenarnya hanya menghormati
leluhur mereka ajarkan. Dalam yang dimengerti dengan perbuatan
kosmologi Cina puncak segala sesuatu menyembahkan. Puja merupakan
sebelum ada Yin dan Yang adalah Tai perwujudan dari rasa bakti dan
Chi (Puncak Yang Agung), yang keyakinan. Di dalam Budha Puja
kemudian melahirkan unsur Yin dan (penghormatan) ada dua macam, yaitu:
Yang dalam kehidupan. Yin dan Yang 1. Amisa Puja, artinya menghormat
dipahami sebagai prinsip-prinsip dengan materi atau benda, mislanya
eksistensi yang bersifat aktif dan memuja yang patut dipuja dengan
reseptif. Yin dan Yang merangkul satu kembang, lilin, cendana, dupa, dan
sama lain dalam suatu keselarasan dan lainya.
keterpaduan. Keduanya menghasilkan 2. Pattipati Puja, artinya memuja atau
banyak hal, yaitu segala sesuatu yang menghormat dengan melaksanakan
142|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,
Vol.6, No.1 Januari-Juni 2014
Description:Dalam ajaran Tridharma (Tao, Konghucu, dan Buddha) 3Lihat : Robert K.Merton, Social Theory and Social. Structure, (Glencoe Tentunya sebagai pendatang, mereka tidak akan biasa meninggalkan adat istiadat, tata cara serta.