Table Of ContentRIVALITAS STRATEGI MARITIM CHINA DAN INDIA
DI SELAT MALAKA
Ayusia Sabhita Kusuma 1
“Jika engkau mengetahui dirimu dan mengetahui musuh-musuhmu,
maka dalam seribu perang pun engkau tak akan terkalahkan” (Sun Tzu)
“Whosoever commands the sea commands the trade; whosoever commands
the trade of the world commands the riches of the world, and consequently
the world itself” (Great Britain’s Sir Walter Raleigh)
Abstract
Regarding the significance of Malacca Strait as a key maritime’s “choke-point” passage between
Indian and Pacific oceans, some major countries become dependence with the security and safety
in Malacca Sea Lines of Communications (SLOC). China and India are two states-user of
Malacca Strait which sharing common interests of economic, maritime trade and energy supplies.
The problem is, as a regional power of each region, India and China have an ambition to control
the security of Malacca’s Strait. China which is more dependent with its 80% trade and energy
supply through Malacca Strait, facing “Malacca dilemma” regarding the issue. Then, with the
strategy of “string of pearls” and the modernization of of People’s Liberation Army Navy (PLAN),
China became assertive to save its interests. India, which has control over Indian Ocean then feel
threaten by China’s activities around Malacca Strait and Indian Ocean. India starts and enhances
the development of Andaman Nicobar Command with US support near Malacca Straits to counter
China’s development. This paper will analyze the development of China’s dan India’s maritime
strategy rivalry in Malacca Straits with the concepts of balance of power and maritime strategy.
Keywords: Malacca Strait, China’s maritime strategy, India’s maritime strategy, rivalry, balance
of power.
Pendahuluan Afrika dan India dengan China, Jepang dan
Asia Tenggara sebagai jalur pengangkutan
Sejak berabad-abad, Selat Malaka
komoditi hasil eksploitasi, penjajahan maupun
menjadi jalur perniagaan bangsa-bangsa
perdagangan. Hingga sekarang, Selat Malaka
Romawi, China, Persia, Yunani dan Arab di
menjadi jalur pelayaran internasional antara
kawasan Asia Tenggara. Pada era
Timur dan Barat yang penting karena sepertiga
kolonialisasi, Selat Malaka dikuasai Belanda,
dari perdagangan dunia dan separuh dari
Portugis dan Inggris untuk menghubungkan
1 Staf Pengajar Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Jenderal Soedirman. Email:
[email protected]
67
Ayusia Sabhita Kusuma
pengangkutan minyak atau sumber energi eksploitasi sumber daya kelautan. Pertarungan
dunia, menggunakan akses melalui Selat keseimbangan kekuatan (balance of power) di
Malaka (Percival 2005 & Pena 2009 dalam Selat ini kemudian menjadi kajian yang
Kusuma 2013). Sebagai urat nadi menarik dalam konteks keamanan regional
perekonomian dan jalur pelayaran maupun ekstraregional.
internasional yang padat, tentu saja keamanan
Bagi dua kekuatan besar ekstraregional
dan keselamatan (security and safety)
Asia Tenggara, yaitu China dan India,
pelayaran di Selat Malaka menjadi salah satu
keamanan Selat Malaka menjadi salah satu
agenda negara-negara besar di Asia hingga
prioritas dalam kepentingan geostrategik di
Amerika Serikat. Terutamanya sejak
Asia Tenggara. Dua negara pengguna selat ini
kebangkitan ekonomi negara-negara di Asia
(strait user), sama-sama membutuhkan
seperti Jepang, China dan India, yang ditandai
keamanan Selat Malaka sebagai penghubung
dengan adanya ekspansi ekonomi dan
ekspor-impor barang dan pasokan energi dari
interdependensi kawasan Asia Timur dengan
Afrika dan Timur Tengah, Asia Tenggara,
kawasan lain. Meningkatnya liberalisasi
Asia Timur dan Asia Pasifik. Sedangkan, Selat
perdagangan, volume ekspor-impor negara-
Malaka sendiri termasuk satu daripada choke
negara industri ini ke seluruh kawasan di dunia
points zona maritim di dunia yang paling
termasuk Asia Tenggara, juga dibarengi
berbahaya dan hotspot kejahatan transnasional
dengan meningkatnya kebutuhan akan pasokan
yang terorganisir (Gerard&Webb, 2006).
sumber energi dan kebutuhan keamanan
Perekonomian China tergantung pada
lalulintas perdagangannya.
keamanan di Selat Malaka karena sekitar 80%
Posisi Selat Malaka sebagai jalur
impor sumber energi dan perdagangan China
pelayaran internasional adalah strategis
melalui Selat Melaka, sehingga strategi
sebagai rute efektif dalam Sea Lines of
pengamanan Selat Malaka menjadi satu agenda
Communication (SLOC) dan Sea Lines of
penting keamanan dan pertahanan China.
Transportation (SLOT) bagi keamanan
Secara lebih luas, China menginginkan
pasokan dan pengangkutan sumber energi
keamanan jalur laut pengangkutan sumber
negara-negara besar dengan kawasan Asia
energinya (SLOC dan SLOT) mulai dari Bab-
Barat maupun Afrika. Tara Singh (2012)
el-Mandeb, Selat Hormuz, ke Selat Malaka
secara lebih lanjut dalam artikelnya
hingga melewati Laut China Selatan dalam
menyebutkan ada tiga kepentingan negara-
alur “string of pearls”.
negara besar di Selat Malaka yaitu kaitannya
Ancaman-ancaman terhadap keamanan
dengan kekuatan persenjataan dan proyeksi
maritim mencakup pembajakan, perompakan
kekuatan militer, kepentingan komersil atau
dan terorisme maritim. China menghadapi apa
perdagangan melalui jalur maritim, dan
yang disebut "Malacca Dilemma” berkaitan
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014
68 68
Rivalitas Strategi Maritim China
dan India Di Selat Malaka
dengan keamanan Selat Malaka. Banyaknya ialah menjadi laut penghubung (sea-link) dari
tantangan dan ancaman keamanan maritim Samudera India melalui laut Andaman dengan
terhadap lalulintas sumber energi tersebut, Samudera Pasifik. Kepentingan India dalam
tidak dibarengi dengan pengawalan keamanan keamanan jalur laut dari Teluk Benggala
yang potensial dan efektif dari China. Hal ini sampai ke laut Andaman dan Selat Melaka
bukan semata-mata karena ketidakmampuan terutamanya adalah untuk mengamankan aset
militer angkatan laut China, akan tetapi justru ekonomi kekayaan alam pulau Andaman dan
pengerahan kekuatan militer semacam itu bisa Nicobar sebagai bagian ZEE (Zona Ekonomi
Eksklusif) dan landas kontinen (Singh, 2008: 3
menimbulkan “dilema keamanan” lebih lanjut
-4). Selat Malaka menjadi rute terpendek
di Selat Malaka mengingat sengketa territorial
menghubungkan teluk Persia dengan Asia
China di kepulauan Spratlys maupun Laut
Timur dan Amerika Serikat, sehingga menjadi
China Selatan (Storey, 2006).
choke point penting di Samudera Hindia.
Proses pengawalan dan keamanan
Seperti halnya China, kepentingan
kepentingan China di Selat Malaka juga tak
India di Selat Malaka juga berkaitan dengan
lepas dari bagaimana China mempersepsikan
kepentingan ekonomi melalui lalu lintas
upaya penghambatan dan pembendungan
perdagangan dan sumber energi dimana sekitar
negara-negara besar (terutamanya Amerika
30% per tahun barang-barang perdagangan
Serikat) maupun negara-negara pantai dalam
India melewati Selat ini. Kepentingan India di
upaya pencapaian agenda keamanan energi
Selat Malaka ini juga merujuk pada
China. Seperti pernyataan Hu Jintao pada
menguatnya hubungan India dengan negara-
November 2003, “ Some big powers have tried
negara di Asia Tenggara baik secara ekonomi,
to control and meddle in the Strait of Malacca
politik maupun kerjasama militer yang
shipping lanes . . . [We need] a new strategy . .
diperkuat dengan kebijakan “look east
. to ensure energy security”(Khurana,
policy”dan “act east policy” untuk meluaskan
2011:56).
pengaruh India di kawasan ini. Selat Malaka
Tidak hanya lalu lintas perdagangan
sendiri juga menjadi media persaingan India
dan sumber energi, Selat Malaka juga menjadi
terhadap ancaman perluasan pengaruh China di
lalu lintas perdagangan persenjataan, misil
Asia Tenggara. Aliansi India bersama Amerika
balistik maupun senjata nuklir bagi China
Serikat, Jepang dan Australia melalui skema
mengingat upaya memodernisasi persenjataan
Proliferation Security Inisiative (PSI) dalam
dan masih maraknya konflik yang terjadi
kerangka Regional Maritime Security
dengan beberapa negara menyangkut
Proliferation (RMSI), vital kaitannya untuk
kemerdekaan wilayah maupun klaim teritori.
memata-matai aktivitas China, Korea Utara
Signifikansi Selat Malaka bagi India dan Pakistan di Asia Pasifik (Prabhakar, 2009:
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014
69 69
Ayusia Sabhita Kusuma
226). Mengingat laut juga menjadi media lalu power) seperti halnya juga signifikansi
lintas weapon of mass destruction atau sebagai penegakan kekuatan daratan (land power).
“reaktor nuklir bergerak”. Dengan kata lain, strategi maritim
mengandung dua pemikiran pokok yaitu
Artikel ini akan berupaya menjawab
penegakan kontrol atas lautan dan eksploitasi
pertanyaan tentang bagaimana strategi maritim
kontrol lautan tersebut ke arah penegakan
dua negara besar di Asia, yaitu China dan India
kontrol atas daratan. (Joesoef, 2014: 96-97).
di Selat Malaka? serta bagaimana persaingan
strategi maritim dua negara di Selat Malaka?. Oleh karena itu, strategi maritim
modern tidak hanya merujuk hanya pada
Landasan Konseptual
kekuatan angkatan laut dan strategi angkatan
Strategi Maritim
laut semata, melainkan strategi yang
menggabungkan kekuatan laut, darat dan udara
Kajian strategi pada awalnya muncul
dalam upaya kontrol dan mempengaruhi situasi
dari evolusi definisi perang dan cara
memenangkan perang dengan penggunaan -situasi di daerah pertahanan pesisir negara,
kekuatan militer. Dibandingkan definisi awal sebagai wujud aktivitas pertahanan di perairan
yang tersirat dari pemikiran Karl Von laut dalam (blue water maritime).
Clausewitz dalam Joesoef (2014) tentang Ada tiga elemen penting dalam strategi
strategi “….strategy, the use of engagements maritim, yaitu sea control, sea denial dan
for the object of war…”, definisi yang lebih maritime power projection (www.aph.gov.au).
inklusif tentang strategi dipaparkan oleh Elemen pertama Sea control, ialah sebuah
Luttwak, “the art and science of developing kondisi penguasaan penuh suatu negara
and using political, economy, psychological terhadap area maritim atau lautnya untuk
and military forces as necessary during peace melakukan sebarang aksi. Negara mempunyai
and war, to afford the maximum support to kebebasan untuk menggunakan laut tersebut
policies..”. Sebagai bagian dari studi sesuai tujuannya (freedom to use) sekaligus
keamanan dan pertahanan, esensi dari konsep jika diperlukan, menolak pihak lain yang
“strategi” adalah pada pendekatan pilihan berupaya menggunakan laut tersebut. Elemen
rasional dan politis dalam mengambil kedua yaitu sea denial, yaitu kondisi yang
kebijakan-kebijakan yang tercermin pada lebih memfokuskan pada penolakan kepada
hubungan antara cara/alat (means) dengan pihak lawan untuk menggunakan perairan
tujuan (ends) yang terus menerus tertentu dalam jangka waktu tertentu pula.
menyempurnakan upaya pertahanan dan Aktivitas sea denial ini misalnya mencakup
blokade terhadap kekuatan lawan dalam
keamanan negara. Dalam lingkup maritim,
penggunaan jalur laut untuk kepentingan
pada hakikatnya strategi maritim mengacu
perdagangan. Sebuah negara secara simultan
kepada pembentukan kekuatan laut (sea
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014
70 70
Rivalitas Strategi Maritim China
dan India Di Selat Malaka
bisa menggabung sea control dalam satu area meningkatkan keamanan atau mengimbangi
sekaligus sea denial di area lain, dan hal ini kekuatan pihak lawan (Nye, 2005; Goldstein&
memberikan kebebasan suatu negara untuk Pevenhouse, 2007). Setiap usaha peningkatan
bermanuver di dalam area perairannya. Elemen kekuatan pertahanan suatu negara akan
ketiga adalah maritime power projection, direspon oleh negara lain dengan strategi
adalah kemampuan dan kekuatan militer peningkatan keselamatan, dan situasi ini
negara di bidang maritim untuk melakukan disebut sebagai security dilemma (Herz, 1950).
ekspedisi perang dalam upaya deterrence
Selama konteks internasional
(menggentarkan lawan), ancaman maupun
dipersepsikan anarki, hubungan antar negara
pengiriman sinyal peperangan. Termasuk
selalu dipenuhi dengan kecurigaan dan
kekuatan dalam hal modernisasi teknologi
kesalahapahaman. Karena itu, setiap negara
persenjataan serta ketersediaan juga kelayakan
bersaing dalam meningkatkan kapasitas dan
alat utama sistem senjata (alutsista).
kekuatan militernya untuk menjadi yang
Strategi maritim China dan India
terbaik dalam peningkatan kekuatan
sebagai negara pengguna di Selat Malaka
pertahanan dalam ketidakpastian keamanan
hanya terbatas kepada penggunaan hukum
sistem internasional.
“transit passage” 2 dan manajemen keamanan
Konsep balance of power mempunyai
pelayaran (SLOC dan SLOT) di sepanjang
tiga cakupan kajian, yaitu: Balances as
jalur Selat Malaka. Salah satu upaya strategi
distribution of power, balances of power as
maritim China dan India di Selat Malaka
policy dan balance of power as multipolar
adalah upaya proyeksi militer maritim mereka
system (Nye, 2005: 62). Balances as
yang dengan menggandeng beberapa kekuatan
distribution of power terutamanya berkaitan
dan negara-negara Asia Tenggara untuk
deterrence dan pengepungan perluasan dengan usaha terus menerus satu pihak dengan
strategi maritim pihak lain. pihak lain untuk masing-masing meningkatkan
kekuatannya dipicu oleh dilemma keamanan
Balance of Power dan Security Dilemma
sehingga tidak ada satu pihak yang menjadi
Konsep balance of power ini
hegemon tunggal. Hal ini memang memicu
menitikberatkan pada manajemen kontrol
perlombaan senjata (arm race) namun justru
kekuatan suatu negara terhadap negara lain
dalam keadaan ini, menurut realisme defensif
dalam upayanya mempertahankan,
2 Rezim transit passage, adalah rezim kompromi dari konsepsi “free transit” dan “innocent transit”, yaitu rezim pe-
layaran yang memberikan kebebasan untuk lewat bagi kapal-kapal pengangkut dan kapal-kapal terbang asing untuk
berkomunikasi dari bagian laut bebas (Zone Ekonomi Eksklusif, ZEE) ke laut bebas ZEE lainnya (pasal 38 ayat 2 UN-
CLOS). Konsepsi free transit menekankan perlunya kapal, termasuk kapal perang dan kapal selam untuk secara bebas
dapat melewati perairan selat itu. Sedangkan konsepsi innocent passage menekankan pertimbangan tentang pentingnya
pemeliharaan kepentingan negara pantai karena, menurut hukum internasional yang ada waktu itu (Geneva Conven-
tion, 1958), pelayaran kapal-kapal asing melalui laut wilayah harus innocent terhadap negara pantai. Misalnya, kapal
selam harus berlayar di permukaan air.
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014
71 71
Ayusia Sabhita Kusuma
akan terwujud stabilitas keamanan. Dalam Tiananmen 1989 (Kuik, 2005). Kebijakan ini
konteks balances of power as policy, ialah tidak hanya dilandasi aspek ekonomi berkaitan
mencakup aktivitas atau perilaku negara dalam dengan agenda kebangkitan kekuatan ekonomi
menghadapi sumber ancaman. Negara bisa China tetapi juga untuk keperluan membangun
melakukan aktivitas bandwagoning imej positif sebagai “responsible power”. Imej
(menginduk kepada sumber ancaman yang ini diharapkan menjadi alat efektif dalam
lebih besar), atau balancing (melakukan aliansi mendapatkan tujuan politik luar negeri dan
dengan pihak lain yang lebih kecil untuk sebagai sine qua non, upaya meminimalisir
melawan sumber ancaman). “china threat theory” dalam aspek ekonomi
dan keamanan, serta mengefektifkan
Dalam konsep balance of power, juga
penggunaan “soft power”nya (Kuik, 2005: 113
dikenal konsep containment policy dan
-114). Soft power ini mencakup upaya-upaya
detterence, jika aliansi yang dilakukan negara-
untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan
negara tertentu melahirkan kebijakan
ekonomi serta penyebaran norma dan nilai
pengepungan atau penghambatan terhadap
melalui kerjasama pada isu-isu non-tradisional,
proyeksi perluasan pengaruh dan kekuatan
kerjasama pariwisata dan pendidikan,
pihak lain, atau upaya menimbulkan efek
diplomasi, dan penguatan jaringan diaspora
gentar. Sedangkan Balance of power as
masyarakat China (Percival, 2007).
multipolar systems, ialah ketika terjadi
Untuk mengetahui lebih lanjut
distribusi kekuasaan yang mendekati seimbang
mengenai strategi maritim China, terlebih
paska perang dingin ketika sistem internasional
dahulu mesti melihat kebijakan pertahanan
tidak lagi berupa bipolar atau unipolar
keamanan China. Berdasarkan buku putih
melainkan multipolar, yang ditandai dengan
pertahanan China tahun 2008, sektor
bangkitnya negara-negara besar seperti China,
pembangunan ekonomi dan sektor strategi
Jepang, Rusia, dan India, juga institusi
pertahanan menjadi prioritas yang saling
regional Uni Eropa (Waltz, 2000: 29-30).
melengkapi. Hasil dari pembangunan sektor
Strategi Maritim China di Selat Malaka:
ekonomi diproyeksikan digunakan untuk
antara “Malacca Dilemma” dan “String of
mendukung pengembangan dan modernisasi
Pearls”
sektor pertahanan dan militer dengan tujuan
Kepentingan China di Asia Tenggara mengamankan wilayah. Bahkan dalam grand
ditandai sejak awal tahun 1990an melalui strategy China disebutkan bahwa negara
kebijakan “good neighbourliness” atau (mulin berpenduduk lebih dari satu milyar ini
zhengce), China berupaya menguatkan berambisi menjadi kekuatan militer dan
hubungan dengan negara-negara di Asia ekonomi di Asia Pasifik (Kanwal, 2008).
Tenggara melalui ASEAN paska tragedi
China berupaya untuk menjadi negara
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014
72 72
Rivalitas Strategi Maritim China
dan India Di Selat Malaka
dengan kekuatan maritim dan kekuatan darat pasif ke pertahanan angkatan laut aktif
yang kuat. Oleh sebab itu, China juga (Mokhzani Zubir & Mohd Nizam Bashiron,
mengembangkan strategi maritimnya pada 2007).
tahun 1996, dengan menyusun “Ocean Agenda Berkaitan dengan kepentingan China di
21” yang memfokuskan kepada pengembangan Selat Malaka, China menghadapi apa yang
seluruh aset-aset maritim dan sumber daya dinamakan “Malacca Dilemma”. Negara atau
(resources). Titik tekan pertahanan China kekuatan eksternal yang mengontrol Selat
adalah pada penguasaan wilayah, terutama Malaka hingga ke Samudera Hindia
wilayah-wilayah maritim yang masih dipersepsikan oleh China bisa mengancam rute
bersengketa hingga kini, salah satunya di Laut pasokan energinya (energy security). Dilema
China Selatan. Kepentingan China terhadap yang dihadapi China adalah, dibalik
Laut China Selatan juga ditandai dengan ketergantungan China yang tinggi pada
meningkatnya aktivitas angkatan laut China di terkawalnya keamanan Selat Malaka, disisi
seputaran pulau Kuril dekat Jepang hingga ke lain China tidak boleh melakukan pengawalan
Ryuku, Taiwan, Phipilina dan Kalimantan. yang optimal dan efektif seperti yang China
mau. Secara kapabilitas, angkatan laut China
Selama Perang Dingin, China
memang kuat, namun aktivitas angkatan laut
mengadopsi strategi pertahanan maritim yang
China tidak boleh secara politis dan militeris
didasarkan pada perlindungan terbatas pada
melakukan manuver berlebih di Selat Malaka.
perairan di darat dan pantainya (brown water
Sebagai laut territorial dan bukan laut bebas
navy dan green water navy).3 Angkatan Laut
(high seas), kedaulatan Selat Malaka masih
China, the People’s Liberation Army Navy
milik negara-negara pantai (Indonesia,
(PLAN) mengadopsi doktrin angkatan laut Uni
Malaysia dan Singapura). Dengan pengerahan
Soviet (sekarang Rusia) untuk menggunakan
kekuatan militer dan juga mengingat
kapal-kapal selam, kapal torpedo dan kapal
agresifitas China dalam beberapa kasus di Laut
pantai lainnya namun hanya beroperasi di
China Selatan dan isu Taiwan, bisa jadi
dalam batas-batas pantai. Setelah Perang
menimbulkan “dilema keamanan”, sea denial,
Dingin, China mulai memodernisasi angkatan
atau konflik bahkan dari negara-negara besar
lautnya serta mengubah strategi maritim dari
lain.
brown-water dan green water navy menuju
Meskipun begitu, strategi maritim
blue-water navy yang beroperasi perairan
China dalam mengamankan lalu lintas jalur
pantai ke perairan internasional dan laut China
lautnya dari Afrika hingga ke laut China
Selatan, dari pertahanan angkatan laut yang
3 Brown water navy adalah setiap kekuatan angkatan laut yang memiliki kapasitas untuk melakukan operasi militer di
sungai atau pesisir pantai dengan kapal kecil dan kapal patroli. Sedangkan green water navy adalah kekuatan angkatan
laut yang dirancang untuk beroperasi di zona littoral negara dan memiliki kompetensi untuk beroperasi di lautan
terbuka di sekitarnya.
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014
73 73
Ayusia Sabhita Kusuma
Selatan ialah melalui strategi “String of mematai-matai (intelligence) melawan India.
Pearls” dimulai dengan pembangunan
Strategi maritim China dalam
pelabuhan-pelabuhan sejak tahun 2002.
penggunaan soft power China di Asia
Strategi “Strings of Pearls” ini
Tenggara juga terlihat dari upayanya menjalin
mendeskripsikan manifestasi dari
kerjasama dalam ASEAN Regional Forum
meningkatnya pengaruh geostrategik dan
(ARF). China juga aktif menggelar diskusi
geopolitik China melalui upaya meningkatkan
mengenai keselamatan maritim di Asia
atau membangun pelabuhan dan lapangan
Tenggara dalam forum ARF Round Table
udara di negara-negara tertentu,
Discussion on Stocktaking of Maritime Security
mengembangkan hubungan diplomatik khusus,
Issues. (Lum et al, 2008). China juga
dan memodernisasi pasukan militer khusus
mengklaim mempunyai prinsip pasifis dan non
untuk mengamankan jalur laut yang
-ekspansionis, meskipun kemudian strategi
membentang dari Laut China Selatan melalui
ofensif dan serangan pre-emptive bisa saja
Selat Malaka, Samudera Hindia, hingga ke
dilakukan China dan diklasifikasikan sebagai
Teluk Persia. Hal ini dibarengi dengan
“self-defense counterattack” (ziwei fanji).
modernisasi angkatan militer, terutamanya
Terutamanya menyangkut hubungannya
angkatan udara (People’s Liberation Army Air
dengan Amerika Serikat. Perkembangan
Force (PLAAF)) dan angkatan laut (People’s
strategi maritim China selanjutnya ialah
Liberation Army Navy (PLAN)).
penggunaan aktor-aktor non negara sebagai
China membangun pelabuhan- lingkaran pengamanan maritim. Penggunaan
pelabuhan di Gwadar (Pakistan), Chittagong kapal-kapal non militer dalam perusahaan
(Bangladesh), Hambantota (Srilanka), Sittwe China Overseas Shipping Company (COSCO)
(Myanmar), dan Kra (Thailand) dengan yang mempunyai hubungan dekat dengan
membuat jaringan pipa energi by pass melalui PLAN menjadi wujud strategi yang asimetris
jalur darat, membuat jalur kereta api, atau dan unconventional (Khurana, 2009:57).
membuat jaringan kanal terdekat dengan
Strategi Maritim India di Selat Malaka:
perairan di sekitarnya. China juga membangun
upaya Blokade terhadap China
fasilitas-fasilitas pertahanan di Pulau Coco
Sebagai negara yang kuat di kawasan,
yang hanya berjarak 18 mil dari pangkalan
kekuasaan maritim India ingin ditingkatkan
angkatan laut India di pulau Andaman dan
terutamanya mencakup perluasan area maritim
Nicobar (Vavro, 2008). Konsekwensi dari hal
dan agenda angkatan laut melalui “blue water
ini pembangunan-pembangunan ini bagi India
navy” untuk tidak hanya mencakup samudera
ialah, lalu lalang kapalkapal tanker besar milik
Hindia saja. Hal ini tercermin dalam doktrin
China di sekitar kepulauan Andaman dan
maritim India "….envisages an ambient
Nicobar, bisa digunakan sebagai sarana
forward naval presence from the Strait of
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014
74 74
Rivalitas Strategi Maritim China
dan India Di Selat Malaka
Hormuz to the Strait of Malacca” (Vavro, seyogyanya membantu negara tetangga yang
2008: 17). Setelah kemerdekaan India pada lebih kecil dalam penguatan hubungan
tahun 1947, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru ekonomi, politik dan keamanan (Schmidt,
ketika itu terpengaruh oleh doktrin strategi 2011). Sedangkan di kawasan Asia Tenggara,
Ghandi untuk membuat kebijakan keamanan Implementasi kebijakan Look East Policy
dan pertahanan sebagai cerminan kepentingan India di tahun 1991 dalam pemerintahan PM
nasional India. Dalam menyikapi situasi politik Narasimha Rao menjadi landasan bagi negara
Perang Dingin, Nehru mengembangkan ini untuk menjalin hubungan dengan negara-
doktrin tentang hidup berdampingan secara negara Asia Tenggara termasuk juga kerjasama
damai (peaceful co-existence) dalam angkatan lautnya. Kebijakan Look East Policy
menyikapi sikap politik agresif China. Selama yang sekarang berganti nama menjadi Act East
Perang Dingin juga, India menjadi oposisi bagi di bawah kepemimpinan PM Narendra Modi
blok-blok yang bertikai. Hal ini dibuktikan mempunyai muatan yang sama terutamanya
dengan keterlibatan India sebagai salah satu utuk menguatkan hubungan dengan Asia
penggagas Non-Allignment Movement. Namun Tenggara dalam kepentingan ekonomi dan
dengan berakhirnya Perang Dingin dan counter terhadap pengaruh China (Jacob,
pertumbuhan ekonomi yang melaju pesat, 2014, diakses dari: http://
India mengembangkan kebijakan luar negeri www.hindustantimes.com/india-news/nda-
dan pertahanan yang lebih aktif. India menjadi aims-at-deeper-engagement-with-asian-
lebih dekat kepada AS untuk mengimbangi countries/article1-1271765.aspx).
ancaman pengembangan nuklir Pakistan dan
Kaitannya dengan strategi maritim,
juga mengatasi dilemma keamanan terhadap
dalam dokumen strategi maritim India
perluasan pengaruh China. Mengingat
disebutkan bahwa area grand strategy maritim
beberapa sengketa perbatasan serta konflik
India melingkupi samudera Hindia bagian
etnis (konflik simetris dan asimetris) yang
utara hingga selatan sampai ke Samudera
melibatkan dua negara China dan Pakistan ini
Pasifik selatan melalui Selat Malaka. Dalam
masih mengemuka hingga sekarang.
dokumen strategi militer maritim India
Seperti halnya China, India sebagai memberi panduan mengenai prinsip-prinsip
responsible power juga melihat Asia Tenggara yang harus dilakukan dan menghasilkan
dalam cakupan objek kebijakan regional kerangka-kerangka protektif dalam
dengan menitikberatkan pada penggunaan soft penggunaan lautan (sea control) dalam segala
power. Doktrin Gujral tahun 1998 di kawasan aspek demi keuntungan nasional. Strategi
Asia Selatan misalnya, menyebutkan tentang militer maritim ini terutamanya mesti
prinsip timbal balik, bahwa India mempunyai dilakukan oleh angkatan laut India
tanggungjawab yang lebih besar dan bekerjasama dengan angkatan darat dan
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014
75 75
Ayusia Sabhita Kusuma
beberapa institusi pemerintah terkait. (dalam Rai, 2009, diakses dalam: http://
www.indiandefencereview.com/news/chinas-
Sebagai salah satu negara pengguna,
string-of-pearls-vs-indias-iron-curtain/),
India juga berkepentingan dalam keamanan
mengatakan bahwa pembangunan ANC ini
jalur laut Selat Malaka, terutamanya terhadap
adalah upaya tirai besi atau ‘metal block’ di
potensi ancaman dan gangguan di area maritim
Samudera Hindia, memblokade akses China
India sendiri seperti di Samudera India dan laut
terutamanya untuk melewati Selat Malaka.
Andaman. Kewaspadaan India terhadap
perluasan kekuatan China di Asia Tenggara Selain melakukan upgrade pelabuhan-
dan kegelisahan mengenai ekspansi militer pelabuhan di Andaman dan Nicobar, India juga
China hingga ke samudera Hindia, menjadi membangun pangkalan udara untuk memonitor
alasan India untuk membuat strategi maritim keamanan lalu lintas di sekitar teluk Benggala
dengan power projection membangun Far hingga ke Selat Malaka. India juga
Eastern Naval Command (FENC) atau meningkatkan hubungan aliansi dengan
Komando terpadu Andaman Nicobar Jepang, Vietnam dan Singapura serta latihan-
(Andaman Nicobar Command/ANC) di latihan perang kapal laut (naval exercises)
pelabuhan Blair di tahun 2001. Pembangunan dengan US Navy (Vavro, 2008:17).
ANC ini juga dibantu oleh Amerika Serikat
India juga menggunakan angkatan
sebagai aliansi strategis di Asia Tenggara
lautnya untuk keterlibatan politik-diplomatik
dalam politik pembendungan terhadap China.
dengan negara-negara pantai. Satu hal yang
Upaya ini dilakukan untuk menyatukan penting adalah penggunaan pertama kali kapal
angkatan darat, laut dan udara di bawah satu induk INS Viraat yang melalui Selat Melaka
arahan struktur untuk meningkatkan jangkauan pada tahun 2005. Kapal tersebut melakukan
maritim serta memperketat pengawasan kunjungan ke Port Klang (Malaysia)
terhadap jalur dari Selat Melaka hingga ke diteruskan ke Singapura dan Jakarta
teluk Benggala. India juga melakukan (Indonesia). Pada tahun 2006 dalam dialog
peremajaan/upgrade pangkalan di pulau Shangri-la, kementerian pertahanan India
Andaman dan Nicobar. Modernisasi menawarkan bantuan atau kapasitas lain untuk
kapabilitas maritim India juga meningkat membantu menambah keamanan Selat Melaka.
terlihat dari modernisasi kapal-kapal laut Angkatan laut India juga ikut dalam koordinasi
dengan bermacam varian, kapal bawah laut,
patroli laut dengan Indonesia sejak 2001
persenjataan mesiu presisi terpadu (precision-
(Patkor Indindo) dan Thailand sejak 2005, juga
guided munitions/PGMs) maupun sistem-
kerjasama yang sama dengan Myanmar dan
sistem intelejen, kontrol dan komando (Singh,
Malaysia.
2008:58).
Aktivitas dan Persaingan Strategi Maritim
Analis kajian maritim, Zhang Min
Jurnal INSIGNIA │Vol 1, No 1, November 2014
76 76
Description:menjadi jalur pelayaran internasional antara. Timur dan Rai, Cmde Ranjit B. “China's String of Pearls vs India's Iron Curtain”, Issue Vol 24.4 Oct-.