Table Of ContentLAMPIRAN
Seminari Petrus van Diepen Aimas
Sekolah Berpola Asrama
(Oleh Antonius Pramudji/orang tua siswa)
Pandangan awam tentang seminari adalah suatu sekolah
khusus mendidik para calon imam. Pada umumnya sekolah adalah
tempat untuk menimba ilmu pergi pagi pulang siang atau bahkan sore.
Berbeda dengan Seminari Petrus van Diepen yang menerapkan pola
“Sekolah Berasrama”, pendidikan yang diterima bukan hanya sebatas
ilmu pengetahuan ilmiah, lebih dari itu pendidikan yang diterima anak
lebih paripurna pada tujuan yaitu “menelurkan” imam Katolik.
Mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah sebagai awam yang
juga mantan guru ada 3 hal yang saya pandang penting dalam proses
“mencetak” seorang imam Katolik. Yang pertama adalah faktor
lingkungan tempat tinggal/asrama (termasuk aturan-aturan yang
diterapkan) harus sedemikian rupa sehingga membentuk karakter/
watak yang harus dimilki oleh seorang imam Katolik. Faktor yang
pertama ini menjadi pendukung bagi faktor kedua yaitu pendidikan itu
sendiri. Pendidikan disini dimaksudkan adalah proses pendidikan
watak ilmiah (di sekolah) dan proses pendidikan watak pribadi dan
sosial (di asrama) maka tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan sumber
daya manusia pendidik dan sarana pra-sarana sebagai pendukung
proses pendidikan. Kualitas dan kuantitas kedua hal ini harus sesuai
dan mumpuni dalam menanamkan nilai-nilai keilmiahan dan nilai-
nilai sosial keagamaan yang ingin dicapai; karena secara umum
pendidikan adalah salah satu bentuk kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat dengan perkembangan atau perubahan. Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang mampu menggali potensi peserta
165
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
didiknya sehingga mampu menghadapi tantangan di masa mendatang.
Tentu saja dalam kerangka seminari pandangan tersebut dipersiapkan
dalam sudut pandang “menjadi imam Katolik”.
“Menjadi Imam Katolik” saya tuliskan dalam tanda kutip
maksudnya ini adalah niat/motivasi anak-anak Katolik yang masuk
seminari. Motivasi adalah faktor ketiga dan terpenting dalam hal ini.
Faktor pertama dan kedua bukan hanya mendukung tapi juga harus
dapat memelihara dan memupuk niatan ini sehingga dapat bertumbuh
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman yang dipandang dari
sudut gereja Katolik. Bukan untuk “mengkerdilkan” tetapi bukan juga
meletakannya dalam “zona nyaman” sehingga tenggelam “dimakan”
perubahan tanpa disadari. Demikian pun bagi orang-orang yang
membantu “menjadikan imam Katolik” tidak terbatas pada para
pengasuh dan para guru tetapi juga orang tua – orang tua peserta didik
pun demikian para awam harus paham bahwa niatan/motivasi ini
adalah “pondasi awal menjadi imam Katolik” anak-anak kita.
Jelaslah bahwa sekolah berpola asrama yang bisa lebih
maksimal mengakomodir ketiga faktor di atas sehingga tujuan dapat
tercapai lebih paripurna. Secara umum sekolah berpola asrama
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sekolah konven-
sional; yaitu berbagai layanan dalam proses pendidikan dapat diterima
anak secara terus-menerus, lebih terencana dan efektif oleh semua
elemen pendidik (termasuk pengasuh karena pada dasarnya pengasuh
adalah pendidik watak sosial dan pribadi anak) dalam upaya
pendidikan yang komprehensip holistik sehingga dapat menjadi output
yang lebih sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Tingkat kepatuhan dan kemandirian peserta didiknya lebih
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tidak hanya dapat dilihat dari
kemandirian secara emosi tetapi juga mandiri dalam perilaku.
Pembentukan pandangan hidup pun berjalan secara mandiri timbul
dari interaksi antar siswa yang heterogen latar belakang sosial dan
tingkat kecerdasannya;yang dipadu dengan segala peraturan yang
diberlakukan untuk membentuk kedisiplinan, kepatuhan dan tanggung
166
Lampiran
jawab diharapkan pandangan hidup positif akan terbentuk dan
membuat nilai kesetiakawanan sosialnya menjadi lebih baik.
Melalui budaya disiplin dan mandiri ini diharapkan akan
tumbuh jiwa kepemimpinan. Pemimpin yang memiliki rasa
kesetiakawanan sosial positif yang selalu mengutamakan kepentingan
bersama dari pada kepentingan diri sendiri; jika kelak menjadi seorang
pemimpin. Jiwa kepemimpinan ini tidak akan dicapai dengan hanya
mendengarkan dan melihat tetapi juga harus dialami peserta didik,
maka dalam proses pendidikan di sekolah berpola asrama selalu ada
program yang membuat peserta didiknya merasakan/mengalami
menjadi seorang pemimpin.
Berkaitan dengan pendidikan watak sosial Seminari Petrus van
Diepen sebagai sekolah berpola asrama tingkat SMP dan SMA yang
terletak di Indonesia timur serta menitikberatkan penjaringan calon
peserta didiknya pada daerah-daerah yang lebih terpencil karena itu
memiliki keunikan tersendiri. Jika sekolah berpola asrama lain yang
terletak di daerah yang lebih maju pendidkan watak hanya mengasah
watak dan perilaku sesuai nilai-nilai yang sudah dikenal anak sebelum
masuk sekolah berasrama lebih dari itu yang harus dilakukan di
seminari ini. Para pengasuh di sini harus mengenalkan, memberitahu,
mengajari, membentuk dan mengasah nilai-nilai sosial yang berlaku
jamak di masyarakat umum kepada para peserta pendidiknya.
Oleh karena keunikan ini maka prinsip “memanusiakan
manusia” menjadi titik berat dalam proses pendidikan ini dan harus
benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kondisi input yang diperoleh.
Pengkondisian ini sangat perlu dipikirkan, direncanakan dan
dilaksanakan secara disiplin, matang dan menyeluruh sehingga prinsip
ini tidak menjadi salah arah yang malah menjadikan peserta didik
merasa seperti “kuda lepas dari ikatan”. Semoga Seminari Petrus van
Diepen dapat menjadikan keunikan ini sebagai modal postif dalam
mendidik para calom imam.
Aimas SP II, 16 April 2014
167
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
Seminari Petrus van Diepen
Sekolah Berpola Asrama
Oleh RD. Jeremias Rumlus /Rektor Seminari
Seminari Petrus van Diepen merupakan sebuah lembaga
pendidikan dengan pola asrama. Pilihan sekolah dengan pola asrama
pertama-tama dimaksud agar dapat menampung peserta didik yang
secara geografis berdomisili jauh dari akses pendidikan yang
berkwalitas. Pihak Keuskupan dalam hal ini Uskup Keuskupan
Manokwari Sorong dan Yayasan Pendidikan dan Persekolahan
Keuskupan merasa terpanggil untuk turut terlibat mencerdaskan anak-
anak yang lahir besar di tanah Papua.
Pilihan sekolah berasrama dalam konteks geografis Papua
sejatinya menjadi solusi yang menggembirakan karena beberapa
pertimbangan mendasar yang bersifat kontekstual sebagai berikut:
1. Akses transportasi georafis yang terdiri dari pulau-pulau.
Pilihan transportasi adalah kapal laut atau pesawat. Dalam hal
ini asrama memberi tempat bagi peserta didik sebagai rumah
tinggal yang mendekatkan jarak dan memudahkan untuk
mengakses pendidikan. Selama tahun pembelajaran siswa dapat
tinggal di asrama untuk menyelesaikan proses pembelajaran
dalam kurun waktu tertentu.
2. Sekolah asrama menjadi media pembiasaan hidup dengan
aturan atau disiplin hidup sebagai suatu proses pembentukan
nilai. Dengan kata lain terjadi proses pendidikan yang bersifat
holistik atau komunikatif integratif antara nilai-nilai Scientia
(pengetahuan), Sanctitas (rohani–spiritual), Sanitas (kesehatan
fisik, mental, relasi sosial).
Untuk pencapaian maksud di atas maka sekolah asrama
Seminari Petrus van Diepen dikondisikan menjadi “home”/domus/
rumah dalam pengertian:
168
Lampiran
Sekolah asrama menciptakan lingkungan penuh kasih
sayang jauh dari suasana perselisihan. Keberagaman tentu
menjadi kesulitan untuk cepat saling menerima tetapi
melalui kebersamaan yang berlangsung dalam satu
kompleks tinggal mewajibkan peserta didik untuk saling
menerima sebagai saudara seperti dalam keluarga sendiri.
Sekolah asrama dapat menjadi tempat pengolahan diri di
mana yang kecil/ adik kelas merasa dibesarkan dan yang
besar/kakak kelas boleh merasa diri kecil (rendah hati)
untuk belajar dari adik kelas. Terjadi saling pembelajaran
yang saling membesarkan.
Menjadi pusat pertumbuhan antara kasih sayang dan
angan-angan pribadi. Maksudnya di sekolah asrama peserta
didik belajar mengolah perasaan ego menjadi simpati dan
empati dalam kebersamaan. Dalam perasaan kasih sayang
inilah peserta didik menjadi termotivasi untuk terus
membangun angan-angan pribadi dalam prestasi-prestasi di
bidang akademik-intelektual, di bidang bakat kemampuan
olahraga, kesenian dan hidup sosial.
3. Kehidupan asrama di Seminari Petrus van Diepen menjadi
sebuah laboratorium sosiologis karena di sekolah asrama terjadi
interaksi sosial di mana hubungan antar manusia menjadi kunci
utama. Artinya baik di sekolah maupun di asrama diusahakan
berbagai pengalaman belajar sebagai persiapan untuk hidup di
masyarakat. Dalam hal ini Seminari membuat time schedule /
jadwal kegiatan yang terorganisir dalam aturan harian dan
program semesteran.
Berdasarkan beberapa pertimbangan mendasar di atas maka saya
berbesar hati untuk mengatakan bahwa pendidikan pola asaram
menjadi solusi yang menggembirakan bagi model pendidikan di
tanah Papua.
Aimas, 15 Mei 2014
169
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
POTRET WAJAH SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN
(Sebuah Penilaian Terhadap Lembaga Seminari Petrus van Diepen)
Fr. Yustinus R. T. Neno, SVD*
Pengantar
Mengutamakan „anak-anak asli Papua‟ untuk menjadi manusia
baru merupakan orientasi dari berdirinya Seminari Petrus van Diepen.
Menjadi manusia baru berarti siap menanggalkan dirinya yang lama
untuk melahirkan dirinya menjadi manusia baru. Artinya, anak-anak
Papua harus mampu dan bersedia mengosongkan dirinya sehingga
dapat diisi dan dibentuk oleh pendidikan dan pembinaan yang
diberikan oleh lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan Seminari
Petrus van Diepen adalah tempat untuk menjadikan anak-anak Papua
menjadi manusia baru; memanusiakan manusia ke arah yang lebih
baik.
Tujuan pendirian dan misi Seminari Petrus van Diepen adalah
menjadikan para seminaris untuk mencintai pencerdasan dalam segi
spiritual (sancitas), intelektual (sciencia) dan fisik mental-moral
(sanitas); mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang
terbuka dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang
beragam dan menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen
pastoral yang tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa. Berdiri di
atas pendirian dan misi akan melahirkan para seminaris sebagai
manusia yang berkualitas, baik bagi Bangsa maupun Gereja. Roh
pendirian dan misi Seminari menjadi kekuatan dan penggerak untuk
memacu semangat dari para pembina dan pendidik untuk menjadikan
peserta didik makin hari makin bersinar.
Satu tahun sudah berada di lembaga seminari menjadi alasan
yang kuat bagi saya untuk bisa memberikan penilaian tentang
* Penulis adalah staf pengajar dan pamong Asrama Seminari Petrus Van
Diepen
170
Lampiran
seminari. Penilaian yang saya berikan berdasarkan pengamatan dan
keterlibatan saya berada bersama anggota komunitas ini. Jadi, tidak
berlibihan jika saya mengatakan bahwa saya layak berbicara dan
memberikan penilaian tentang Seminari Petrus van Diepen.
Bangunan Seminari Petrus van Diepen
Seminari Petrus van Diepen memiliki bangunan yang
berkualitas; layak dijadikan sebagai tempat untuk menggali dan
menimba pengetahuan dan pembentukan karakter bagi peserta didik.
Dikatakan bangunan berkualitas karena jenis gedung sekolahnya
berskala internasional. Saya mengatakan demikian karena model
bangunannya seperti sekolah-sekolah internasional, seperti sekolah di
kota-kota besar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Gedung
sekolah yang berkualitas dapat membuat peserta didik nyaman dan
merasa „at home‟ untuk menimba dan mencari pengetahuan dan
melahirkan spirit untuk memacu diri dalam belajar.
Seminari Petrus van Diepen memiliki dua gedung bangunan
sekolah yang dipergunakan oleh siswa/i SMP dan siswa/i SMA. Gedung
bangunan sekolah selalu mendapat perhatian perawatan, baik oleh para
guru maupun siswa-siswi. Salah satu contoh bentuk perawatan yang
diberikan kepada bangunan gedung sekolah ialah melarang siswa/i
untuk mencoret tembok bangunan dengan tulisan-tulisan. Namun,
terkadang siswa/i tidak mentaati larangan ini, sehingga ada banyak
coretan-coretan yang terlukis indah pada dinding tembok bangunan
seminari. Hal lain yang dilakukan ialah membersihkan sarang laba-laba
yang biasa melekat pada sudut tembok. Ini adalah bentuk tanggapan
dan perhatian akan rasa memiliki terhadap gedung bangunan seminari
dari para pendidik dan peserta didik. Hemat saya, tujuannya adalah
membuat gedung sekolah ini tetap indah dan bersih, sehingga baik
pendidik dan peserta didik dapat merasa nyaman dan bergairah dalam
proses belajar-mengajar.
171
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
Model Pendidikan yang Ditawarkan Seminari Petrus van Diepen
Semiari Petrus van Diepen menjalankan model pendidikan
yang ditelurkan oleh pemerintah pusat, yaitu kurikulum 2006
Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setiap pendidik
mempersiapkan materi pelajaran kepada peserta didik sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam KTSP. Seminari Petrus van
Diepen juga menawarkan model pendidikan berpola asrama.
Pendidikan berpola asrama adalah salah satu cara atau model
pendidikan di mana siswa seminari dihimpun dalam sebuah asrama
yang sudah dilengkapi fasilitas, peraturan-peraturan dan pendamping
asrama. Peraturan-peraturan yang sudah ada di asrama turut serta
membantu siswa/i seminari dalam membentuk karakter kepribadian,
psiko- spiritual lewat kegiatan-kegiatan rohani, psiko-emosional,
bagaimana cara hidup berkomunitas (baca: hidup bersama dengan yang
lain), memanfaatkan waktu luang dengan belajar, membaca dan
menulis dan mengajarkan kepada seminarist bagaimana cara untuk bisa
mengatur diri sendiri.
Kehadiran para pembina (pendamping) asrama dalam
kehidupan seminarist di asrama sangat membantu dalam proses
pencapaian siswa seminarist yang berkualitas; sesuai yang diharapkan
dari para foundator dan pembina. Keterlibatan para pembina dan cara
hidup yang ditampilkan merupakan cara yang paling ampuh untuk
membius para seminarist sehingga mereka tak terlempar jauh dari
kehidupan para seminaris yang sesungguhnya. Maksudnya, para
seminaris hidup dalam irama/pola hidup seminarist sesuai dengan
hukum hidup di lembaga seminari: lembaga pembentukan calon Imam.
Karena itu, keterlibatan, model hidup, dan cara pendampingan menjadi
salah satu kunci utama yang setiap formator tampilkan dan berikan
kepada formandi. Keterlibatan, model hidup, dan cara pendampingan
merupakan hal yang paling utama dan terutama ditampilkan oleh para
formator kepada formandi. Dan sejauh pengamatan saya sudah
dibuktikan oleh para formator yang bekerja/berkarya di lembaga ini.
172
Lampiran
Hemat saya, dua model pendidikan yang diterapkan dan
ditawarkan lembaga seminari kepada peserta didik dapat mewujudkan
misi dari seminari, yaitu pertama,memberdayakan para seminaris
untuk mencintai pencerdasan dalam segi spiritual (sancitas), intelektual
(sciencia) dan fisik mental-mental-moral (sanitas). Kedua,
menghadirkan komunitas pembelajar yang bercita rasa Katolik:
mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang terbuka
dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang beragam.
Ketiga, menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen pastoral
yang tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa. Keempat,
mengembangkan pribadi dewasa dan utuh melalui pengalaman
berelasi, refleksi, aksi dan evaluasi secara berkelanjutan. Dengan
demikian, Seminari Petrus van Diepan mampu menjadikan para
seminaris sebagai manusia yang berkualitas, baik bagi Bangsa maupun
Gereja.
Kualitas Para Pendidik Seminari Petrus Van Diepen
Seminari Petrus van Diepen memiliki staf pengajar yang
berasal dari lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda.
Lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda menunjukkan
kualitas staf pengajar yang berbeda pula, baik dalam pengetahuan,
metode pengajaran dan cara membahasakan materi yang diberikan
kepada peserta didik. Perbedaan itu mendatangkan cara pandang yang
berbeda pula, yang diberikan peserta didik kepada para pendidik. Lihat
saja komentar dan penilaian peserta didik yang pernah saya dengar,
terhadap para pendidik yang bervariasi. Ada yang mengatakan guru ini
baik sekali cara mengajar dan bahasa yang digunakan dalam
memberikan pengajaran, ada pula yang mengatakan guru itu
mempunyai pengetahuan yang luas, tapi ada pula yang mengatakan
sebaliknya. Perbedaan komentar dan penilaain dari siswa terjadi
karena mereka merasakan dan mengalami proses pengajaran yang
diberikan para Guru.
173
Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama
Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong
Menurut penilaian saya, kualitas pengajar di seminari tergolong
bagus dan ada yang cukup baik. Saya bisa mempertanggungjawabkan
penilaian saya ini dari pengetahuan, rasa tanggung jawab, metode
dalam mengajar dan cara menyampaikan materi yang dimiliki dari
teman-teman guru. Dalam pengamatan saya, ada beberapa guru yang
sungguh-sungguh menjalani apa yang saya sebutkan di atas, tetapi ada
guru yang tidak sungguh-sungguh menjalankannya. Bisa dikatakan
dengan perkataan lain, ada staf guru yang sungguh-sungguh
mengabdikan dirinya kepada peserta didik dan lembaga secara total,
tapi ada juga guru yang mengabdikan dirinya setengah-setengah saja.
Itu terbukti lewat kesaksian hidup yang mereka tampilkan, baik
kepada peserta didik dan lembaga.
Anjuran yang bisa saya berikan kepada pengurus lembaga
Seminari Petrus van Diepen terhadap persoalan di atas ialah pertama,
harus diadakan seleksi yang ketat dalam penerimaan Guru. Seleksi
penerimaan guru harus dinilai dari berbagai aspek, termasuk lulusan
universitas dan kemampuan pengetahuannya. Kedua, sebaiknya dibuat
suatu penyeleksian terhadap guru yang mengajar di Seminari sehingga
dapat mengetahui kualitas staf pengajar. Anjuran ini bertujuan agar
dapat menemukan Guru yang berkualitas dan sungguh-sungguh yang
mengbadi, baik kepada peserta didik dan lembaga. Guru yang
berkualitas dapat melahirkan peserta didik yang berkuaitas.
Kualitas Peserta Didik Seminari Petrus van Diepen
Kualitas peserta didik seminari van Diepen sangat bergantung
dari beberapa hal, seperti: Pertama, kualitas pendidik. Kualitas dari
pendidik sangat mempunyai pengaruh besar terhadap proses
perkembangan anak, terutama dalam aspek kognigtif, psikoemosional,
spiritual dan pembentukan karakter. Di sini, guru yang berkualitas
tahu bagaimana mendidik dan menjadikan seorang peserta didik yang
berkualitas dari semua aspek, bukan hanya satn aspek saja. Jadi,
kualitas pendidik bisa menjadi penentu dari kualitasnya seorang
peserta didik.
174
Description:Sekolah Berpola Asrama. (Oleh Antonius Pramudji/orang tua siswa). Pandangan awam tentang seminari adalah suatu sekolah khusus mendidik para