Table Of ContentINFORMASI GEOGRAFIS DAERAH ALIRAN SUNGAI JUWANA DI
KABUPATEN PATI JAWA TENGAH
FLOOD VULNERABILITY LEVEL USING GEOGRAPHIC INFORMATION
SYSTEM AND REMOTE SENSING AT WATERSHED JUANA IN THE PATI
DISTRICT OF CENTRAL JAVA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi
Diajukan Oleh :
Sigit Nur Cahyo
NIRM : E100100075
Kepada
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
TINGKAT KERENTANAN BAI{JIR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH ALIRAN SUNGAI JTIWANA DI
KABUPATEN PATI JAWA TENGAH
FLOOD VULNERABILITY LEVEL USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM
AND REMOTE SENSING AT WATERSHED JUANA IN THE PATI DISTMCT OF
CENTRAL JAVA
SIGIT NUR CAIIYO
NIM: E 100100075
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada:
Hari
:
Tanggal
:
Dan telah memenuhi svarat
Pembimbing I
:
Drs. Munawar Cholil, M.Si
Pembimbing II
:
Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc.
.\
M.Si.
TINGKAT KERENTANAN BANJIR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH ALIRAN SUNGAI JUWANA DI
KABUPATEN PATI JAWA TENGAH
FLOOD VULNERABILITY LEVEL USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM
AND REMOTE SENSING AT WATERSHED JUANA IN THE PATI DISTRICT OF
CENTRAL JAVA
Sigit Nur Cahyo
Jurusan Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTARCT
This research entitled Flood Vulnerability Levels With Remote Sensing and Geographic
Information System Watershed Juwana in Pati regency of Central Java. The purpose of this
research are 1) knowing distribution of flood vulnerability in watershed Juwana, 2) determine
the factors that most influence the level of flood vulnerability in the flood prone areas in the
Watershed Juwana.
Overlay method is used to determine the distribution of flood in Watershed Juwana.
The data used in this research are; rainfall, infiltration,, slope and land use. Distribution of
flood vulnerabilities are classified into four (4) class of vulnerabilities that are not susceptible,
quite vulnerable, vulnerable and very vulnerable. Multiple linear regression analysis method is
used to determine the parameters that most significantly influence flood vulnerability. Linear
analysis is used to quantify the effect of more than one predictor variable / independent to
dependent variables. Independent variables in this research consists of four parameters;
rainfall, slope, soil infiltration and land use. The dependent variable used is flood vulnerability.
Results of the research showed that the watershed Juwana had flood vulnerability areas
with highly vulnerable area of 342.12 km2 or 27.21% of watershed area. distribution
frightening vulnerability of flood prone are in 22 sub-districts, namely Sub Bae, Dawe, Teak,
Jekulo, Holy, Mejobo, Undaan, which is in the Kudus District and District Batangan, Gabus,
Gembong, Jakenan, Juwana, Kayen, Margorejo, Pati, Pucukwangi, Sukolilo, Tambakromo,
Tlogowungu, Trangkil, Wedarijaksa, Winong located in Pati. District which has an area of
flood vulnerability very greatest range is Juwana district (50.58 km2), Jakenan district (45.46
km2), and Pati District (41.54km2). Both Districts Juwana, and Jakenan have high intensity
rainfall is 2500-3000 mm / year, soil infiltration is slow, flat slope (0-3%), and land use is
dominated by rice fields.
Based on the multiple linear regression analysis, regression equation is Y = -1927 +
0.459X1 0.449X2 + + + 0.218X3 0.258X4, Coefficient of four parameters are: 1. Land Use
(0459), 2. Slope (0449), 3. Rain (0258), 4. Infiltration Soil (0218). Regression coefficients on
the four dependent variables have a positive coefficient, meaning a positive relationship
between the variables on the level of flood vulnerability. Coefficient value of the order is known
to have a land use variable coefficient larger therefore concluded that the most dominant
parameter or the most influential on the level of flood vulnerability in watershed Juwana is
land use parameter.
Keywords: flood vulnerability, precipitation, infiltration, slope, land use,
2
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Tingkat Kerentanan Banjir Dengan Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis Daerah Aliran Sungai Juwana di Kabupaten Pati Jawa Tengah.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui agihan kerentanan banjir di DAS Juana, 2)
mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada tingkat kerentanan banjir pada daerah
rentan banjir di DAS juana.
Metode overlay digunakan untuk mengetahui agihan banjir DAS Juwana. Data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu, data curah hujan, infiltrasi, ,kemiringan lereng dan
penggunaan lahan. Agihan kerentanan banjir di klasifikasikan kedalam empat (4) kelas
kerentanan yaitu tidak rentan, cukup rentan, rentan dan sangat rentan. Metode analisis
regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui parameter yang paling berpengaruh
signifikan terhadap kerentanan banjir. Analisis linier berganda digunakan untuk mengukur
pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor/bebas terhadap variabel terikat. Dalam
penelitian ini variabel bebas terdiri dari empat parameter, yaitu parameter curah hujan,
kemiringan lereng, infiltrasi tanah dan penggunaan lahan. Variabel terikat yang digunakan
dalah kerentanan banjir.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa DAS Juwana memiliki daerah dengan
tingkat kerentanan banjir sangat rentan seluas 342,12 km2 atau 27,21 % luas DAS. Agihan
kerentanan banjir sangar rentan berada di 22 kecamatan yaitu Kecamatan Bae, Dawe, Jati,
Jekulo, Kudus, Mejobo, Undaan, yang berada di Kabupaten Kudus dan Kecamatan
Batangan, Gabus, Gembong, Jakenan, Juwana, Kayen, Margorejo, Pati, Pucukwangi,
Sukolilo, Tambakromo, Tlogowungu, Trangkil, Wedarijaksa, Winong yang berada di
Kabupaten Pati. Kecamatan yang memiliki luasan tingkat kerentanan banjir sangat rentang
paling besar adalah Kecamatan Juwana (50,58 km2), Kecamatan Jakenan (45,46 km2), dan
Kecamatan Pati (41,54). Kecamatan Juwana dan Jakenan memiliki intensitas curah hujan
yang tinggi yaitu 2500-3000 mm/tahun, infiltrasi tanah lambat, kemiringan lereng datar (0-
3%), dan penggunaan lahan yang di dominasi oleh areal persawahan.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda, di dapatkan persamaan regresi yaitu Y
= -1.927 + 0.459X1 + 0.449X2 + 0.218X3 + 0.258X4, Nilai koefisien empat parameter
adalah; 1. Penggunaan Lahan (0.459), 2. Kemiringan Lereng (0.449), 3. Curah Hujan
(0.258), 4. Infiltrasi Tanah (0.218). Koefisien regresi pada keempat variabel dependen
memiliki koefisien positif, artinya terjadi hubungan positif antara variabel terhadap tingkat
kerentanan banjir. Dari urutan nilai koefisien tersebut diketahui variabel penggunaan
lahan memiliki nilai koefisien lebih besar, sehingga disimpulkan parameter yang paling
dominan atau yang paling berpengaruh pada tingkat kerentanan banjir di DAS Juwana
adalah parameter penggunaan lahan.
Kata Kunci: kerentanan banjir, curah hujan, infiltrasi, lereng, penggunaan lahan,
regresi linier
3
PENDAHULUAN Kabupaten Gobongan, dan Kabupaten
Bencana banjir di Indonesia yang Jepara. Dari kelima Kabupaten,
terjadi setiap tahun terbukti menimbulkan Kabupaten Pati merupakan wilayah
dampak pada kehidupan manusia dan terluas yaitu 97.673,670 Ha atau 74,91 %
lingkungannya terutama dalam hal korban dari total luas DAS. Kabupaten Pati
jiwa dan kerugian materi. Sebagai contoh merupakan kabupaten yang setiap
pada tahun 2006 banjir bandang di daerah tahunnya dilanda bencana banjir. Banjir
Jember Jawa Timur telah mengakibatkan di Kabupaten Pati yang sebagian besar
92 orang meninggal dan 8.861 orang wilayahnya adalah dataran rendah
mengungsi serta di daerah Trenggalek biasanya terjadi pada musim hujan yaitu
telah menyebabkan 18 orang meninggal. pada Bulan Januari dan Februari. Banjir
Di Manado (Provinsi Sulawesi Utara) terakhir di Kabupaten Pati terjadi pada
juga terjadi banjir disertai tanah longsor bulan Januari dan Februari tahun 2011.
yang menyebabkan 27 orang meninggal Banjir tersebut setidaknya telah
dengan jumlah pengungsi mencapai menggenangi sedikitnya 25 desa di 6
30.000 orang. Banjir disertai tanah (enam) kecamatan. Kecamatan yang
longsor juga melanda Sulawesi Selatan terendam meliputi Kecamatan Juwana,
pada Bulan Juni 2006 dengan korban Kecamatan Jakenan, Kecamatan Gabus,
lebih dari 200 orang meninggal dan Kecamatan Pati, Kecamatan Kayen dan
puluhan orang dinyatakan hilang (Data Kecamatan Sukolilo. Adapun untuk
BAKORNAS PB, 23 Juni 2006 dalam Kabupaten Kudus merendam 6
RAN PRB). kecamatan, yaitu Kecamatan Gebog,
DAS Juwana secara geografis Kecamatan Menawan, Kecamatan Dawe,
terletak pada 06°36’46’’ LS dan Kecamatan Mejobo, Kecamatan Undaan,
06°59’27’’ LU dan antara 110°46’44’’ Kecamatan Jati dan Kecamatan
BT dan 111°14’47’’ BT dengan total luas Kaliwungu serta 37 desa.
kurang lebih 130.391,321 Ha yang Rata-rata ketinggian air
meliputi 6 Sub DAS. Secara administratif dipermukaan pada daerah banjir di
DAS Juwana meliputi 5 wilayah Kabupaten Pati berkisar 50 cm hingga 2
kabupaten yaitu Kabupaten Pati, (dua) meter dimana kondisi paling parah
Kabupaten Kudus, Kabupaten Blora, tampak di Desa Mustokoharjo dan
Gajahmati, Kecamatan Pati. Kerugian adalah satu sungai harus satu
yang ditimbulkan adalah jumlah rumah pengelolaanya, sehingga walaupun sungai
yang terendam 1967 unit, jumlah lahan menembus batas administrasi kabupaten
pertanian yang tergenang sebanyak 250 dampak yang ditimbulkan akibat banjir
Ha, Jumlah Tambak yang tergenang 25 tidak semakin luas dan dapat
Ha. Untuk Kabupaten Kudus, bencana dikendalikan setiap tahunnya. Salah satu
banjir menenggelamkan 350 Ha sawah bagian dari upaya penanggulangan banjir
pertanian, sehingga mengakibatkan gagal adalah dengan melakukan analisis
panen, menenggelamkan 110 Ha kerentanan banjir melalui pemetaan.
perikanan, dan tegalan/perkebunan tebu Pemetaan daerah-daerah yang
340 Ha. memiliki tingkat bahaya banjir perlu
Bencana banjir yang terjadi di dilakukan agar pemerintah dapat
Kabupaten Pati dan Kudus diduga akibat mengambil keputusan yang tepat sasaran
adanya sedimentasi Sungai Juwana, pada daerah yang rentan terhadap banjir.
sehingga daya tampung sungai menurun Dengan pemetaan masyarakat juga lebih
akibatnya saat hujan turun terjadi luapan mengenali keadaan lingkungannya dan
air sungai. Sungai Juwana merupakan menjadi masukan bagi masyarakat untuk
sungai utama pada Daerah Aliran Sungai membuat rencana tindak terhadap banjir.
Juwana. Sungai Juwana yang berhulu di Peta merupakan representasi grafis dari
Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati dunia nyata dan sangat baik dalam
merupakan bagian dari wilayah sungai memperlihatkan hubungan atau relasi
jatrun seluna. yang dimilki oleh unsur-unsurnya.
Mengingat batas teknis sungai Salah Satu aplikasi yang dapat
menembus batas administrasi maka membantu memecahkan masalah tersebut
pengelolaan harus terpadu antar adalah dengan menggunakan Sistem
kabupaten yang dilewati. Konsep Informasi Geografis (SIG). SIG adalah
pengelolaan sumber daya air menyeluruh suatu teknologi baru yang saat ini
dan terpadu serta berwawasan lingkungan menjadi alat bantu (tools) yang sangat
harus tetap menjadi prioritas utama di esensial dalam menyimpan,
semua wilayah dengan bercirikan one memanipulasi, menganalisis dan
river one mangament. Pengertiannya menampilkan kembali kondisi-kondisi
4
alam dengan bantuan data atribut dan pada daerah rentan banjir di daerah DAS
spasial (Prahasta,2005). Juwana.
Identifikasi kerentanan banjir
dapat dilakukan dengan menggunakan METODE PENELITIAN
Metode analisis yang
fungsi-fungsi analisis yang terdapat pada
digunakan adalah metode analisis
Sistem Informasi Geografis. Fungsi
kuantitatif dengan menggunakan fungsi
analisis yang digunakan adalah metode
analisis tumpangsusun/ overlay. Overlay
tumpangsusun/overlay dimana dilakukan
dilakukan pada peta curah hujan,
proses tumpang susun terhadap
kemiringan lereng, peta infiltrasi tanah
parameter-parameter banjir. Melalui SIG
dan peta penggunaan lahan yang
diharapkan akan mempermudah dalam
merupakan parameter kerentanan banjir
pembuatan peta serta penyusunan basis
yang digunakan dalam penelitian ini.
data, sehingga dapat dipakai sebagai
Tahap selanjutnya adalah dilakukan
dasar menentukan kebijakan dan arah
proses pengharkatan dan pembobotan.
pembangunan dalam melihat peluang
Pemberian bobot pada masing-masing
serta tantangan dalam menyusun strategi
parameter atau variabel berbeda-beda.
bagi pemerintah. Perangkat SIG
Pemberian bobot dilakukan dengan
diharapkan akan mempermudah
memperhatikan besarnya pengaruh
penyajian informasi spasial khususnya
parameter yang digunakan terhadap
yang terkait dengan penentuan tingkat
terjadinya banjir di daerah penelitian.
kerentanan banjir serta dapat
Semakin besar pengaruh parameter
menganalisis dan memperoleh informasi
tersebut maka nilai bobotnya akan
baru dalam mengidentifikasi daerah –
semakin besar.
daerah yang sering menjadi sasaran
Tabel 1. Klasifikasi Curah Hujan
banjir.
No Curah Harkat
Berdasarkan latar belakang Hujan
(mm/th)
tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah
1 > 3000 5
untuk mengetahui agihan kerentanan 2 2500 – 3000 4
3 2000 – 2500 3
banjir dan faktor apakah yang paling
4 1500 – 2000 2
5 <1500 1
berpengaruh terhadap tingkat kerentanan
Sumber : Darmawijaya (1980) dengan modifikasi
5
Tabel 2. Klasifikasi Infiltrasi Tanah
SRB = CH + IT + KL + PL
No Tekstur Harkat
(Rumus 1)
1 Halus 5
Keterangan :
2 Agak Halus 4
SRB : Skor Rawan Banjir
3 Sedang 3
CH : Curah Hujan
4 Agak Kasar 2
IT : Infiltrasi Tanah
5 Kasar 1
Sumber : Gunawan (1991) dalam Suprojo (1993) KL : Kemiringan Lereng
PL : Penggunaan Lahan
Tabel 3. Klasifikasi Kemiringan Lereng
Tujuan Pembuatan nilai interval
kelas kerentanan banjir setiap kelas
No Kemiringan Harkat
Lereng (%) tingkat kerentanan banjir adalah untuk
1 0 – 2 5 membedakan kelas kerentanan banjir
2 3 – 8 4
yang satu dengan yang lainnya
3 9 – 15 3
4 16 – 25 2 menggunakan nilai range kelas
5 > 25 1 kerentanan banjir. Kerentanan Banjir ini
Sumber : Zuldam (1979), CSR/FAO dan Staff (1983)
terbagi menjadi 4 kelas tingkat
dalam Anonim (2005)
kerentanan, yaitu sangat rentan, rentan,
Tabel 4. Klasifikasi Penggunaan Lahan cukup rentan, dan tidak rentan Nilai
intterval ditentukan dengan pendekatan
No Penggunaan Lahan Harkat
relatif yaitu dengan cara melihat nilai
1 Sungai, waduk, rawa 5 maksimum dan minimum di setiap satuan
2 Permukiman, kebun campur, 4
pemetaan. Interval diperoleh dari selisih
tanaman pekarangan
antara skor maksimum dengan skor
3 Pertanian, sawah, tegalan 3
4 Hutan tidak rapat, perkebunan, 2 minimum yang berbanding terbalik
Semak
dengan jumlah kelas yang dapat di
5 Hutan rapat , Sawah, Tadah Hujan 1
formulasikan sebagai berikut :
Sumber : Meijerink (1970) dalam Eko Kustiyanto (2004)
dengan modifikasi
I = R / N
Metode aritmatika yang digunakan
pada proses overlay dapat berupa (Rumus 2)
penambahan, pengkalian, dan Keterangan :
perpangkatan. Untuk pembuatan peta
I : Interval
Kerentanan Banjir metode aritmatika
R: Selisih nilai maksimum–nilaiminimum
yang digunakan pada proses overlay
adalah metode penjumlahan skor di setiap N : Jumlah Kelas
parameter-parameter yang digunakan.
Setelah didapat hasil klasifikasi
Formula yang digunakan dalam proses
kelas kerentanan banjir dilakukan analisis
overlay dengan menggunakan metode
aritmatika adalah : untuk melihat variabel apa yang paling
berpengaruh signifikan terhadap
6
kerentanan banjir pada daerah rentan lebat air hujan jatuh pada permukaan
banjir. Analisis dilakukan dengan metode tajuk melalui proses mekanis air lolos
analisis regresi liniear berganda. Analisis langsung (throughfall). Pada Daerah
liniear berganda digunakan untuk dengan tingkat kerentanan banjir sangat
mengukur pengaruh antara lebih dari satu rentan penggunaan lahan sawah irigasi
variabel prediktor (varieable bebas) memiliki persentase luas paling besar
terhadap variabel terikat. Dalam yaitu 51,14% atau 174,95 km2 dari total
penelitian ini terdiri dari empat variabel 342,12 km2 daerah rentan banjir sangat
yaitu curah hujan sebagai variabel bebas rentan. Penggunaan lahan pemukiman
kesatu, infiltrasi tanah sebagai variabel memiliki luas 100.65 km2 atau 29,4%.
bebas kedua, kemiringan lereng sebagai Penggunaan lahan kebun memiliki luas
variabel bebas ketiga, dan penggunaan 16,1 km2 atau 4,71%,. Penggunaan lahan
lahan sebagai variabel bebas keempat. tegalan memiliki luas 13,19 km2 atau
3,9%. Penggunaan rumput memiliki luas
Y = a + b X + b X + …+b X
1 1 2 2 n n
3,92 km2 atau 4,71%. Tubuh air memiliki
luas 33,31 km2 atau 9,7%. Kecamatan
(Rumus 3)
Juwana adalah kecamatan yang memiliki
Y = Variabel Terikat
luasan daerah tingkat kerentanan banjir
a = Konstanta
b1.b2 = Koefisien Regresi sangat rentan paling luas yaitu 50,58 km2.
X,X = Variable Bebas (Curah Hujan,
2
Penggunaan lahan di Kecamatan Juwana
Infiltrasi Tanah, Kemiringan Lereng,
Penggunaan Lahan) 20,25 km2 berupa penggunaan lahan
sawah irigasi dan 20,6 km2 adalah tubuh
HASIL DAN PEMBAHASAN
air, selebihnya penggunaan lahan
Agihan Kerentanan Banjir DAS Juana
pemukiman (6,87 km2), kebun (0,09
Parameter penggunaan lahan yang
km2), rumput/semak (0,87 km2), dan
sangat berpengaruh untuk terjadinya
tegalan (1,9 km2).
banjir adalah penggunaan lahan yang
Parameter kemiringan lereng yang
berbentuk sawah, waduk dan rawa.
sangat berpengaruh dalam terjadinya
Ketiga penggunaan lahan tersebut dapat
banjir adalah kemiringan lereng 0- 2 %
menyebabkan potensi banjir karna
dan 3 – 8 % atau biasa disebut dengan
kecilnya proses intersepsi yang terjadi.
kelas datar dan landai. Pada daerah
Pada vegetasi dengan penutup tajuk tidak
7
dengan kemiringan lereng datar dan tingkat infiltasi agak cepat hanya
landai, kemungkinan air larian akan memiliki luas 1,93 km2 atau 0,56%.
tertahan dan terkonsentrasi pada daerah Kecamatan Juwana merupakan
tersebut, sehingga potensi kerentanan kecamatan dengan luas tingkat
banjir pada daerah tersebut memiliki kerentanan sangat rentan paling tinggi
tingkat kerentanan banjir sangat rentan. yaitu 50,58 km2, dimana 49,04% dari luas
Pada daerah dengan tingkat kerentan tersebut memiliki tingkat infiltrasi tanah
banjir sangat rentan memiliki tingkat agak lambat. Jenis tanah utama pada
kemiringan lereng datar (0-3%). Hal ini kecamatan Juwana adalah jenis tanah
dapat dilihat dari luasan tingkat aluvial yang bertekstur pasir dan lempung
kemiringan lereng datar sebesar 339,32 sehinga memiliki permeabilitas lambat,
km2 atau 99,1 % dari total luas daerah sehingga sulit untuk menyerap air. Jenis
tingkat kerentanan banjir sangat rentan tanah yang sama juga terdapat pada
yaitu 342,12 km2 . kecamatan Jakenan yang memiliki luas
Parameter infiltrasi tanah yang tingkat kerentanan sangat rentan sebesar
sangat berpengaruh untuk terjadinya 49,04 km2 dan Kecamatan Pati dengan
banjir adalah yang memiliki tektsur tanah luas tingkat kerentanan sangat rentan
halus dan agak halus. Asumsi yang sebesar 41,54 km2.
digunakan dalam penentuan tingkat Parameter curah hujan yang
infiltrasi tanah dengan pendekatan tektur sangat berpengaruh untuk terjadinya
tanah adalah semakin halus tekstur tanah banjir yang memiliki intensitas curah
maka proses permeabilitas air ke dalam hujan > 3500 mm/thn dan 3000 – 3500
tanah akan sulit, sehingga akan mudah mm/thn. Luas daerah dengan tingkat
terjadi genangan air. Tingkat infiltrasi kerentanan banjir sangat rentan adalah
tanah pada tingkat kerentanan banjir 342,12 km2. Dari luas tersebut 75,45%
sangat rentan paling luas adalah tanah atau 254,79 km2 merupakan daerah
dengan infiltrasi agak lambat yaitu 323.37 dengan tingkat intensitas hujan antara
Km2 atau 94 ,52% dari luas total daerah 2000 mm/tahun sampai dengan 3000
tingkat kerentanan sangat rentan. Tanah mm/tahun, 15,11 % atau 54,63 km2
dengan infiltrasi sedang memiliki luas adalah daerah dengan intensitas hujan
15.42 km2 atau 4,52% dan tanah dengan antara 2000 mm/tahun sampai dengan
8
Description:Information System Watershed Juwana in Pati regency of Central Java. Metode overlay digunakan untuk mengetahui agihan banjir DAS Juwana.